Sanggama
🌸🌸🌸
Contain Warnings: NSFW , porn without plot
Kazuyaka , Kazuha x Ayaka
🌸🌸🌸
Tepat setelah Shogun mendeklarasikan bahwa Inazuma tidaklah lagi menjadi negara tertutup dan mengizinkan siapapun bebas keluar masuk negeri, hal tersebut memberikan pula kesempatan bagi sang mantan buronan—Kaedehara Kazuha—untuk kembali ke tanah kelahirannya.
Walaupun mulanya enggan. Namun dirinya pun belajar berdamai dan menerima masa lalu kelam yang sekarang pun hanyalah tinggal kenangan, kembali mengabdi kepada sang Shogun serta turut pula meneruskan teknik penempa turun temurun keluarganya walau dalam diri ia masih sering kali merindukan kebebasan.
“Kaedehara-san!”
Di sela-sela kegiatannya sang empu pun menoleh, mendapati seorang pesuruh dengan seragam zirah berlambang Komisi Yashiro menyampaikan pesan bahwa kepala komisi Yashiro—Kamisato Ayato—memintanya untuk menemuinya.
Tanpa berbasa-basi Kazuha pun menghentikan kegiatannya, dibawa dirinya untuk berdiri dan segera menuju ke kediaman keluarga Kamisato. Dalam benaknya ia sedikit menerka, mandat apa yang diberikan oleh Ayato hingga lelaki tersebut sampai repot-repot meminta seorang pesuruh untuk menjemputnya?
🌸🌸🌸
Dirinya berhutang budi bahkan hidup dan mati kepada keluarga Kamisato. Oleh sebab itu, tepat ketika Ayato memintanya untuk menemani sang adik—Ayaka—tanpa keraguan diriny pun mengiyakannya.
“Jadi Kazuha, tolong jaga Ayaka. Ini pertama kalinya ia ingin berkelana jauh keluar dari pulau Narukami seorang diri. Hanya kamu yang bisa aku percayakan untuk keselamatan adikku seorang,” ujar Ayato.
Sungguh, Kazuha teramat sangat tersanjung atas kepercayaan yang diberikan oleh orang nomor satu tepat setelah Shogun dan tetua Yae di Inazuma ini. Ia pun akan mengupayakan yang terbaik demi keselamatan putri yang dicintai oleh seluruh rakyat Inazuma.
🌸🌸🌸
Sudah sepuluh hari sejak dirinya berkenala dengan sang Shirasagi Himegimi dan sejak saat itu pula ia pun semakin mengenal baik sang juwita tersebut. Di mana putri kesayangan seluruh rakyat Inazuma itu menyimpan beberapa kekurangan yang membuatnya tampak tak beda dengan manusia biasa, sedikit kikuk nan juga canggung. Namun, Kazuha tetap melihatnya sebagai putri cantik nan menawan dengan ketidaksempurnaanya, Ayaka sempurna terlepas dari kekurangannya.
Hari ini mereka pun tiba di Tatarasuna tepat setelah sepuluh hari mengitari pulau Yashiori dan melihat kondisi di sana. Betapa Kazuha semakij mengagumi sosok rupawan tersebut melihat kelembutan hatinya serta empatinya yang begitu tinggi pada anak-anak disana.
“Hati-hati Ayaka-san,” ujarnya sembari menggenggam erat tangan sang gadis.
Kazuha mengambil langkah terlebih dahulu, tebing-tebing pegungungan di Tatarasuna cukup curam sehingga membuat mereka haruslah berhati-hati dalam melangkah. Setelah memastikan pihakan tanahnya aman, Kazuha pun membantu Ayaka untuk turun, gadis itu dengan langkah kecilnya perlahan turun—akan tetapi sepertinya kakinya sedikit tersandung, membuatnya tak bisa menjaga keseimbangan dan jatuh. Untuk saja ada Kazuha yang dengan sigap memeluknya dan tangan tangannya semakin erat menggenggam tangan sang gadis.
“Maaf Kaedehara-san, aku tidak berhati-hati,” ujar Ayaka dibalik pelukan Kazuha, dapat terlihat rona kemerahan samar di kedua sisi wajah sang gadis.
Kazuha berdeham, ia dapat merasakan seluruh tubuhnya memanas dan segera memalingkan wajahnya, menyisakan Ayaka dengan seribu penuh tanda tanya dalam benaknya.
“Tidak apa-apa Ayaka-san, lain kali hati-hati, ayo kita harus cepat mencari tempat untuk tidur karena hari sudah mulai larut,” jelasnya membuat Ayaka tertawa lembut.
“Sepuluh hari sejak berkelana bersama Kaedehara-san, aku rasa aku menyukai Kaedehara-san,” ujar sang gadis tiba-tiba yang tentu saja membuat Kazuha salah tingkah.
Tanpa menghiraukan reaksi sang jaka dan dengan kedua tangan yang masih bergandengan, Ayaka pun melanjutkan kalimatnya.
“Terlepas dari Kaedehara-san berusaha untuk tetap terlihat tegar dan keras di luar. Sejatinya, Kaedehara-san adalah orang yang baik dan lemah lembut. Aku suka berada di dekat Kaedehara-san karena membuatku merasa aman,”
“Ayaka-san terlalu baik kepadaku yang hanya mantan buron ini,”
“Itu tidak benar, kondisi yang sebenarnya membuatmu menjadi seperti ini. Namun, menjadi orang yang lemah lembut bukan berarti lemah bukan?”
Mereka berdua pun menghentikan langkahnya dan saling bertukar pandang. Kedua manik biru pucat itu menatapnya tepat sampai ke dalam hatinya. Dirinya terbuai dan cepat-cepat memutus kontak mata intens tersebut.
Selama perjalanan tak mereka habiskan dengan banyak bicara hingga akhirnya mereka tiba di salah satu penginapan kecil untuk beristirahat. Namun perkataan Ayaka tentu saja menyisakan perasaan membuncah di dalam hati sang lelaki.
🌸🌸🌸
“Maaf Ayaka-san, kita hanya mendapatkan satu kamar untuk berdua,” ujarnya sembari mereka melihat ke arah sekeliling ruangan mereka menginap.
Karena malam yang sudah terlalu larut, mereka hanya bisa menemukan satu penginapan sederhana di tengah desa yang mungkin saja sudah ‘mati’ ini. Namun, itu sudah lebih dari cukup dari apa yang mereka bayangkan. Sebuah kamar cukup besar dengan sekat pemisah—byobu—yang lukisannya sudah mulai hilang dan usang ditelan oleh waktu.
“Tidak apa-apa Kaedehara-san, dapat tempat untuk tidur saja sudah cukup,” jelas Ayak menghibur. Sungguh kemurahan hati sang gadis selalu sukses membuat Kazuha takjub akan kesederhanaan gadis itu.
Mereka pun sibuk denga kegiatan masing-masing. Membersihkan diri sebelum mengistirahatkan diri. Dari balik sekat pemisah tersebut Kazuha pun larut dalam kemelut pikirannya.
Setiap tutur kata sang gadis telah begitu masuk merasuki diri dan benaknya—ditambah dengan adegan tadi siang dan pemandangan tak ‘senonoh’ yang dia lihat.
Oh ayolah, Kazuha adalah pria dewasa, sudah memasuki kepala dua, tentu saja gairah birahi normal dirasakannya. Apalagi tepat ketika wanita juwita yang diam-diam ia kagumi begitu dekat dengannya.
Wajahnya tanpa sadar bersemu merah dan sukses memberinya rangsangan tanpa sengaja di bawah sana. Ia mendecih pelan.
Katakan bahwasanya dirinya adalah pria mesum—tapi dia berani bersumpah demi Dewa Electro bahwa dirinya tak sengaja, melihat ke arah buah dada milik Ayaka saat dirinya berusaha menahannya jatuh. Belahan yang samar-samar keluar di balik zirah besinya telah membuatnya terangsang, Kazuha mendecih pelan.
Dengan segera ia lepaskan kain kimono serta hakamanya. Ia gigit lamat-lamat berusaha meredam rintihan desahannya agar tak menganggu tidur sang putri.
Jemari Kazuha dengan telaten memijat dan mengurut kemaliannya yang sendari tadi telah menegang, memberikannya rangsangan penuh kenikmatan yang berhasil membuatnya terbuai dimabuh kepayang.
Pandangannya mengabur, otak dan pikirnya hanya dipenuhi oleh sosok nan suara lembut milik Ayaka. Membayangkan sentuhan sang gadis sama lembutnya dengan kepribadian dan tutur katanya.
Beribu maaf ia haturkan dalam diri dan juga Ayato.
🌸🌸🌸
Ayaka sendari tadi hanya terdiam dalam selimut. Pura-pura tidak tahu menahu padahal sendari tadi dirinya menangkap samar-samar suara desah nikmat di balik sekat pemisah tersebut. Dari balik selimutnya ia mengintip—remang lampu menampilkan bayangan erotis Kazuha yang sontak membuat Ayaka tersipu malu.
Ayaka bukanlah gadis kecil, ia sudah cukup dewasa memahami hal tersebut dan ia pun memakluminya. Manusia memang mempunyai birahi kan?
Suara desah lamat-lamat tersebut seketika memenuhi benaknya. Tanpa sadar tangannya perlahan-lahan pun turut menggerayangi tubuhnya sendiri. Diremasnya payudara sebelah kanannya. Desahannya tertahan, binar matanya pun dipenuhi oleh kemelut nafsu.
Sementara tangan kirinya itu pun turun dan membelai lembut kemaluannya. Sungguh, dirinya belum pernah sama sekali menyentuh tubuhnya sendiri seperti ini—namun desahan samar di sebelahnya seakan menjadi pendorong dan gelora nafsu yang membuncah.
Dengan lembut ia mengelusnya perlahan, memberikan foreplay sebelum akhirnya memasukkan kedua jemarinya di dalam sana. Ia merintih kecil sebelum akhirnya rintih tersebut berganti dengan desah kenikmatan manakala semakin gencar bermain di bawah sana. Tubuhnya panas dan berkeringat. Menahan hasrat untuk meneriakkan nama Kazuha di setiap desahnya.
🌸🌸🌸
Pagi itu baik Kazuha dan Ayaka terbangun dengan binar di mata masing-masing. Layaknya seorang yang mendapat bunga tidur begitu indah hingga abai akan fakta satu sama lain—bahwa mereka menginginkan untuk saling menyentuh, bergumul, dan bersanggama—setelah mengucapkan salam kepada sang pemilik penginapan mereka pun pamit undur diri, untuk melanjutkan perjalanan mereka yang selesai entah sampai kapan.
🌸🌸🌸
Medan terjal serta cuaca tak menentu di Tatarasuna membuat Kazuha dan Ayaka harus bergerak cepat namun ekstra hati-hati. Jika ceroboh saja mereka bisa saja terjatuh ke dalam jurang curam ataupun tak mendapat tempat untuk meneduh mengingat Tatarasuna sudah menjadi pemukiman bisu yang ditinggalkan oleh sebagian besar penghuninya. Bahkan mencari tempat untuk berteduh sejenak begitu sulit, mau tak mau mereka tertidur di alam liar sebagai pilihan terburuk yang tersisa.
Kazuha melirik sekilah searah sang puan yang sendari tadi diam di sampingnya. Namun genggaman tangan itu semakin kuat, menandakan sikap was-was dari sang gadis. Kazuha teramat sangat paham bahwa kondisi di Tatarasuna bisa saja membuat juwita di sebelahnya merasa tak nyaman.
“Apa kau ingin beristirahat Ayaka-san?” tawarnya lembut. Gadis itu menoleh sejenak sebelum kemudian buru-buru untuk menggeleng. Mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Namun, Kazuha mengerti bahwa gadis itu berbohong. Terlihat jelas dari gurat wajahnya yang sendari tadi tertekuk.
“Selama sepuluh hari kita bersama aku sudah mengenal cukup baik dirimu Ayaka-san, dan dari pengamatanku sepertinya kau cukup gundah. Apakah kondisi di Tatarasuna yang sendari tadi membuatmu tak nyaman?” tanyanya.
Sorot mata gadis yang biasanya berbinar dan mencurahkan kasih sayang teramat lembut itu pun memudar. Pijarnya meredup digantikan sendu, genggaman tangannya semakin kuat.
“Aku cukup mengerti tentang apa yang terjadi di Tatarasuna sejak empat ratus tahun ke belakang. Kakakku juga berulang kali bolak balik Narukami Tatarasuna untuk menyelidiki dan berupaya mengembangkan daerah ini. Namun, melihatnya dengan mata kepalaku sendiri seakan menyisakan pilu yang teramat sangat dalam di dalam hatiku,” keluhnya.
Oh betapa lembutnya hati dan pribadi seorang Kamisato Ayaka. Tanpa sadar Kazuha pun dibuat tersenyum atas kebaikan hati sang puan.
Tangannya bergerak untuk mengelus pucuk surai kelabu sang gadis. Berusaha menghiburnya dengan seutas senyum tulus yang ia harap mampu meringankan pilu yang ada.
“Tidak apa-apa Ayaka-san, warga Tatarasuna pasti sangat menghargai empati serta emosi yang kau rasakan. Namun, jangan terlalu berlarut pada kemelut kesedihan masa lalu, karena sejatinya orang-orang Yashiro tentu saja sedang berusaha keras mengembalikan kejayaan Tatarasuna dan kau harus menghargai perjuangan yang ada saat ini,” jelasnya.
Dan Kazuha dapat melihat pijar yang meredup itu pun perlahan kembali membiaskan cahayanya walau remang. Laranya pun telah terhinur dan dia pun berterima kasih atas senyum menawan yang akhirnya kembali terukir.
“Terima kasih Kaedehara-san, tidak salah aku menyukaimu, kelembutan hatimu membuatku begitu tersentuh,”
“Sebuah kehormatan bagiku,”
🌸🌸🌸
Sembari menggengam erat tangan kanan sang puan, tangan kirinya ia gunakan untuk menghalau derasnya gemericik hujan yang entah sejak kapan terjadi. Di tengah perjalanan mereka terjebak oleh hujan badai yang Kazuha perkirakan baru saja bisa selesai nanti malam. Meski demikian mereka haruslah cepat meneduh atau mereka akan jatuh sakit.
Dalam upaya untuk menerjang badai yang ada, Kazuha perlahan menuntun langkah mereka tanpa enggan sedikit pun melonggarkan genggaman tangannya.
“Ayaka-san?! Apakah kau masih kuat menahan sebentar lagi sampai kita menemukan gubuk untuk berteduh?!” ujarnya sembari sedikit berterika. Ayaka pun membalas dengan teriakan yang tak kalah kerasnya dari berisik deru hujan. Agar Kazuha dapat mendengar jelas jawabannya.
🌸🌸🌸
Kazuha menunggu di luar sebuah gubuk kecil di tengah padang Tatarasuna. Berusaha abai dengan rintik hujan yang menghujam dirinya, walau sakit namun dirinya bisa apa. Gubuk ini hanyalah gubuk penyimpan makanan yang dibiarkan begitu saja oleh sang pemiliknya. Sembari menunggu Ayaka yang tengah bersiap di dalam sana, Kazuha mengandai, apakah dia akan berjaga di luar selama hujan dan membiarkan Ayaka tidur sendiri di dalam? Yah jika memang harus seperti itu dirinya pun tak apa.
“Kaedehara-san, masuklah, aku sudah membereskan dalam,” ujarnya dari balik pintu. Kazuha pun masuk mengikuti perintah sang putri.
Matanya menyisir, Ayaka telah membersihkan gubuk ini dan terlihat gadis itu pun telah menyiapkan sepasang tatamu untuk mereka tidur.
“Apa Kaedehara-san keberatan jika harus tidur berdua?” tanyanya, “Tentu yang jadi pikir ku selama ini adalah Ayaka-san, apakah Ayaka-san keberatan?” tanyanya balik.
Gadis itu pun menggeleng sebagai jawaban, “Menurutku lebih baik untuk kita tidur disini sementara waktu, jikalau Kaedehara-san berjaga di luar juga bukan pilihan yang bijak,”
Kazuha mengerti, mungkin ia harus keluar terlebih dahulu, membiarkan sang puan mengganti bajunya sebelum dirinya. Saat ia hendak bangkit untuk keluar, tangan putih itu terulur untuk menahannya, “Kaedehara-san mau kemana?”
Kazuha menunduk ke arah Ayaka yang menahannya, dari tempatnya ia dapat melihat tetes air hujan yang bersisa dari tubuh Ayaka turun dan jatuh begitu saja masuk ke dalam baju zirah dari balik dadanya. Tenggorokannya seketika tercekat.
“Aku akan keluar sebentar sembari menunggu Ayaka-san berganti baju,”
“Lalu aku membiarkanmu kehujanan di luar sana?”
Jawaban Ayaka tersebut seketika membuat suhu tubuhnya meningkat. Memikirkan kemungkinan bahwa dia di dalam saat Ayaka sedang mengganti baju. Dengan segera ia berusaha menghilangkan pikiran kotornya tersebut. Sial! Membayangkannya saja bagian bawahnya sudah menegang begitu saja.
“Kita bisa berganti baju di sini, saling memunggungi, apa kau keberatan?”
🌸🌸🌸
Sepasang insan itu saling duduk memunggungi satu sama lain. Dalam diam mereka pun secara perlahan melepaskan helai demi helai pakaian merka yang telah basah terkena hujan.
Dari tempatnya duduk ia dapat mendengar suara kain yang bergesek dengan kulit—ah sial, libidonya terasa naik membayangkan Ayaka di baliknya yang kemungkinan besar tidak ditutupi oleh sehelai kain pun.
Kazuha berusaha menghalau semua pikirannya tersebut dan kembali melanjutkan kegiatan. Namun, lembut sentuhan kulit yang bersinggungan dengannya. Memberikan sensasi tak terkirakan. Kazuha menghela nafas pelan.
“Kaedehara-san,”
Suara lembut milik sang juwita pun semakin menghilangkan fokusnya—dalam hati, Kazuha menggerutu, mengapa pula Ayaka harus memanggilnya di saat seperti ini?
“Ya? Ayaka-san,”
🌸🌸🌸
Kazuha berbalik ke arah Ayaka tepat sang gadis memintanya, didapati punggung putih milik sang gadis. Dirinya masih diam—begitu pula dengan Ayaka.
“Apa Ayaka-san yakin dengan permintaan tersebut? Aku tidak akan menahan diri setelah ini,” jelasnya berterus terang.
Biar saja Ayaka menganggapnya seorang mesum naif dan juga bodoh. Namun, jika gadis itu yang meminta, ia harus memastikan apakah gadis itu benar-benar serius dengan ucapannya karena ia tidak ingin menodai kepercayaan yang telah diberikan.
Dengan perlahan namun juga gemulai Ayaka pun berbalik ke arah Kazuha. Gadis itu telah tidak memakai kain sehelai pun. Dengan rona merah di kedua sisinya dan dnegan gerlingan mata yang sensual ia berusaha menggoda Kazuha.
“Aku meminta hal ini karena aku percaya kepadamu, Kazuha,” ujarnya.
Kazuha.
Kata tersebut ia anggap sebagai sebuah izin dan Kazuha pun tidak akan mundur.
🌸🌸🌸
Dibawanya dagu sang puan ke arahnya, dengan lembut ia berikan sebuah kecupan dalam dan juga panjang sebelum akhirnya mereka beradu lidah. Tepat setelah ciuman panas tersebut dihentikan benang saliva panjang pun tercipta dari kedua bibir mereka. Wajah Ayaka pun semakin bersemu merah.
Kazuha membelai lembut pipi sang gadis. Dengan malu-malu Ayaka pun menatap kedua netra ruby milik Kazuha.
“Ayaka, apakah kamu tau bahwa aku sangat mengagumimu? Dan pikiran untuk bersanggama denganmu membuatku merasa begitu kotor,” jelasnya
“Namun, jika kamu yang memintanya maka aku tidak akan mundur, jadi apakah kamu yakin?” bisiknya tepat dibalik telinganya dan menyisakan sebuah kecupan kecil disana.
Tangan Ayaka pun dengan nakal bergerak di atas dada bidang sang lelaki. Menggambar pola-pola abstrak disana.
“Malam ini dan seterusnya, aku adalah milikmu sepenuhnya Kazuha,”
🌸🌸🌸
Gemuruh badai diluar sana sepertinya tak bisa meredam suara leguh dan desahan kenikmatan Ayaka yang sendari tadi menyisipkan namanya di setiap desahnya.
Dengan penuh gelora gairah dan juga nafsu yang memuncak, Kazuha sendari tadi mencumbu setiap inci wajah hingga tengkuk Ayaka. Menyisakan ruan kemerahan di sana. Sementara tangan kanannya bergerak memijat lembut payudara milik sang gadis.
Tubuh Ayaka melengkung sempurna setiap kali Kazuha mengulum titik-titik sensitif pada tengkuknya. Ia ingin lebih dan lebih.
“Kah.. Kazuha.. aah…”
Kazuha pun beranjak membenamkan wajahnya dibalik dua gundukan payudara milik Ayaka. Tangannya berpindah untuk memijat yang satunya, sementara dirinya sendari tadi tak henti mengecup—mencumbu yang sebelah kanan.
Tubuh Ayaka seketika menunjukkan reaksi kenikmatan sebagai sebuah respon. Digigitnya bibir bawahnya untuk menahan gairah birahi yang ada. Ayaka ingin lebih dari ini, namun Kazuha sendari tadi hanya bermain-main.
“Hmmh!”
Ditolehkan kepalanya, matanya begitu sayu diradang kelabu kabut nafsu duniawi. Air mata berkumpul di pelupuk matanya, wajahnya telah begitu merah dengan rambut yang berantakan.
Ditatapnya sayu Kazuha yang semdari tadi tengah memainkan beda kecil yang ada di payudaranya. Sensasi dingin tak terelahkan tepat saat gigi Kazuha bertemu dengan miliknya. Oh betapa Ayaka menyukainya.
Kedua tangan Ayaka tergerak untuk memeluk surai kelabu milik Kazuha, dibenamkannya wajah sang jaka dan dielusnya lembut surai kelabu tersebut. Kazuha pun mendongak untuk melihat wajah Ayaka yang diradang nafsu birahi.
Oh sungguh begitu indah dan menawan juwita dihadapannya.
“Kazuha,” ujarnya lembut sembari mengelus lembut kedua sisi Kazuha—sedikit menggodanya dengan sensual saat jemari lentiknya menyusuri rahang sang pria.
“Apa kamu tau bahwa aku sangat menyukaimu?” tanyanya dan sukses membuat Kazuha diam.
Dari atas ia dapat melihat cinta yang teramat besar dibalik kedua mata biru yang tengah sayu saat ini. Walau diradang gelora nafsu yang membuncah ia tau bahwa perasaan sang gadis begitu tulus dna juga murni.
“Kamu adlaah pria yang baik, tangguh, dan juga kuat. Pengalaman hidupmu yang akhirnya menghadirkan sosok bernama Kaedehara Kazuha,”
Ah, rasanya ia ingin menangis mendengar tutur lembut juwita di bawahnya, jemari lentik Ayaka pun tergerak menghapus air mata yang muncul di kedua pelupuknya.
“Oleh sebab itu aku tidak menyesalinya, jadi janganlah menangis,”
🌸🌸🌸