Tahun Ajaran Baru
đđđ
Gadis bersurai merah itu segera menghujaminya dengan sebuah peluk hangat nan mersa, sedangkan Nahida, walau sudah berteman cukup lama dengan sang sahabat masih saja merasa kikuk dengan segala bentuk afeksi yang begitu melimpah dari sang kawan.
âKangeeen, kita udah lama banget ga ketemuu!â
âAduh cewe-cewe kalau mau jadi teletabis ajakin dong, kalau gamau ngajakin paling ngga jangan ngalangin pintu.â
Bukannya menurut, Nilouânama gadis bersurai merah tersebutâjustru semakin mengeratkan pelukannya kepada sang sahabat seraya menjulurkan lidahnya pada lelaki yang tampaknya pun tak acuh dengan ledekan Nilou tersebut.
âApasih Cyno! Kalau iri ngga ada yang peluk bilang aja! âTuh sana kamu meluk Haitham daripada gangguinâ
Layaknya sebuah stimulus bagi batang otaknya, tubuh Nahida pun merespon manakala sang sahabat menyebut nama seorang yang menjadi pusat dunia Nahidaâpaling tidak selama masa SMA-nyaâdan sepasang netra sehijau jelaganya pun mendapati lelaki jangkung berambut abu itu menatap mereka dengan raut heran.
Bagaimana tidak, dia baru saja tiba dan dibawa oleh macam pertengkaran seperti ini oleh Nilou.
âMana demen gue sama Cynoâ, responnya cuek.
Katakanlah Nahida sang budak cinta ataupun terlalu tergila-gila. Tetapi suara bariton sang jaka yang terdengar dengan nada mengolok itupun sukses membuat bunga-bunga dalam dirinya pun bermekaran.
Di awal tahun terakhirnya SMA Nahida sudah sangat berbahagia, hanya dialah yang memandang adegan klise macam ini dengan nuansa merah jambu, mengabaikan ketiga sungut kawannya tuh sudah menekuk kesal.
đđđ
Nahida selalu menyukainya.
Ia selalu suka sudut deret ketiga bangku kelasnya. Tidak terlalu jauh dari papan namun dirinya dapat memerhatikan sekeliling dengan seksama (ingat, bahwa sekeliling yang dimaksudnya adalah sang pujaan hati). Dirinya juga dapat menikmati indah pemandangan lapangan sekolah dari lebar jendala tepat di sebelahnya saat dirinya butuh distraksi, paling tidak pada pelajaran Sejarah Pak Pierro yang menurutnya cukup membosankan.
Nahida menghela nafas, bahkan pemandangan di luar sana tak bisa membunuh rasa bosannya. Ia pun mengeluarkan paket buku soal-soalnya. Jemari mungilnya dengan lincah menuliskan rumus-rumus dengan telaten, menyoret jawaban angka-angka yang baru saja dirinya selesaikan. Sesekali menghapus jawaban atau membaca kembali pertanyaan apabila jawaban yang ia kerjakan tak sesuai dengan pilihan yang ada.
Namun, kesibukannya hanyalah kedok semata, dalam diam ia sesekali mencuri pandang, lirik matanya, tapa berusaha ketahuan, sekelai melihat ke arah lelaki jangkung bersurai abu tersebut.
Seutas senyum simpul seketika terukir diwajahnya mana kala ia mendapai sang jaka juga tengah fokus dengan buku soalnya. Ia pun kembali berusaha fokus pada kertas oretnya, yang sekarang telah dipenuhi arsir pensil tipis berupa gambar-gambar dedaunan.
Bohong
Alih-alih fokus pada pertanyaan soal, jemari mungilnya kembali sibuk menorehkan arsir pensil tipis membetuk motif dedaunan, seutas senyum simpul pun terukir kembali di paras manisnya.
đđđ
âHEEEE PAK AZAR DATANG PAK AZARâ
Kelas yang sendari tadi cukup riuh itupun segera senyap seketika, murid-murid kembali berhamburan duduk pada posisinya masing-masing. Fokus Nahida pun terpecah, dirinya yang sendari tadi terfokus pada goresan-goresan di atas kertasnya tersebut seketika celingukan bingung. Ia melihat teman sebangkunyaâNilouâyang entah habis darimana pun mengambil kursi tepat di sebelahnya untuk duduk dengan anggun.
âPak Azar, kayaknya sih bakalan jadi wali kelas kita makanya pada panikâ jelasnya.
âLoh tau darimana?â
âGatau deh Cyno,â Nilou pun terlihat acuh tak acuh. Gadis itu sendiri tidak begitu tau dan tidak begitu antusias.
Pak Azar adalah salah satu guru yang cukup tidak disukai oleh angkatannya, bukan tanpa alasan, tapi beberapa kebijakan atau tata tertib âkelasânya cukup semena-mena.
Bahkan bagi Nahida, ia lebih memilih mendapat wali kelas macam pak Pierro dengan tampang galak dan sangar namun sejatinya sangat baik dibanding pak Azar.
đđđ
Raut wajah sahabatnya yang biasanya berseri itu pun terlihat memberengut tidak suka, begitu pun dengan dirinya dan ia tau pasti kenapa. Baik dirinya dan Nilou sama kecewanya mengetahui fakta bahwa Pak Azar yang sendari tadi ia bicarakan bersama Nilou benar memasuki ruang kelasnya dan mengambil duduk di meja guru.
âSelamat pagi anak-anak, wah kenapa wajah kalian seperti itu? Kaget ya saya jadi wali kelas kalianâ
Nilou pun mendengus tak suka seraya mengerlingkan matanya sebal. Nahida tahu betul kenapa sang sahabat terlihat begitu sebal dengan guru di hadapannya tersebut. Bagaimana tidak, Nilou adalah ketua ekskul tari di sekolahnya dan Pak Azar selama ini selalu beranggapan bahwa ekskul seni tidaklah penting dan tidak berguna.
Saat mendengar cerita tersebut Nahida sering kali bertanya dan heran, ternyata masih ada ya, guru berpikiran âkolotâ seperti itu, tapi yah ini Pak Azar, apa yang bisa dia harapkan?
Dan di hadapannya, Pak Azar bangkit dari duduk ya, mengambil spidol hitam yang ada di depan dan menuliskan beberapa kata di sana. Semoga saja, awal tahun terakhirnya di SMA yang semula ia tunggu-tunggu tidak berubah begitu saja hanya karena mendapat wali kelas menyebalkan.
đđđ
âIni ga ada yang mau jadi ketua kelas ta?â tanya Aether kepada teman-temannya
Seperti pada umumnya, pertemuan pertama dengan wali kelas adalah membahas masalah pengurus kelas, dan Aetherâyang mau tidak mau menjadi sukarelawan karena ditumbalkan oleh teman-temannyaâmembantu Pak Azar untuk menuliskan nama-nama calon kandidat ketua kelas.
âTER TER!â
âCyno mau jadi ketua kelas?â
Seketika seluruh pandang kelas yang semula berfokus pada Aether di depan sana beralih kepada Cyno yang duduk di pojok belakang. Lelaki itu menggeleng seraya mengedikkan bahunya, âMau nyaranin Haitham aja buat jadi ketua kelasâ
Seketika lirik Nahida pun berganti fokus kepada nama sang jaka yang baru saja disebut untuk melohat reaksinya dan yang disebut namanya pun hanya menghela nafas pelan tanpa memberikan reaksi berarti apapun.
âDih kok jadi tunjuk-tujukkan sih?â
âSudah-sudah, kalau gini biar saya saja yang nunjuk kandidat calon ketua kelas, nanti kalian tingga voting saja,â
đđđ
Di atas papan putih telah tertulis empat nama, tepat sesuai jumlah pengurus kelas utama, dan mata Nahida tidak pernah bisa berhenti terpaku dari list nama kedua disana.
Al-Haitham
Entah mengapa, dari sekian nama, hanya nama lelaki tersebut yang sukses menjadi stimulus dari semua respon tubuhnya tanpa yang ia pinta. Mungkin kalau Nilou tau, ia akan bilang bahwa memang begitula remaja yang sedang jatuh cinta, tetapi logikanya menilak, karena ia orang bilang cinta bikin seorang menjadi tak waras.
Matanya kembali melirik kepada sang jaka, ingin sekali sebenarnya ia memilih namanya, tetapi ia takut sok asik karena bahkan selama tiga tahun sekelas dirinya mereka berdua tidaklah pernah bertegur sapa atau berinteraksi satu sama lain. Ia malu tapi mau.
âNahida, Nahida kamu milih siapa?â tanya Nilou seraya berbisik kepada sang teman sebangku.
âGak tau, tapi sepertinya Aether,â
âPilih Haitham aja!â
âKamu timsesnya Haitham jadi ketua kelas?â
âHUS! Sembarangan! Gak gitu maksudnya!â
âTerus?â
âGapapa, pengen ngejailin Haitham aja, paling ngga dia ngga lempeng-lempeng aja gitu kalau jadi ketua kelas,â
Nahida selalu merasa iri dengan Nilou, bukan dalam konotasi negatif tentuny. Tetapi ia iri, betapa supel dan ramahnya gadis itu kepada siapapun. Kadang kala Nahida berandai, apakah dia bisa dekat dengan Haitham layakny Nilou dan Haitham?
âNilou pilih siapa?â
âHaithaaaaaaamâ
Nahida terlalu larut dalam lamunnya, tanpa sadar sudah sampai saatnya untuk menentukan suara. Kedua netra jelaganya itu kembali melirik ke bangku lelaki berambut abu tersebut. Saat ini, Nahida harus berani, terlepas impresi sang jaka paling tidak dirinya sudah berusahaâdan berharapâinteraksi kecil ini menuntun pada kedekatan lainnya.
âNahida?â
âEumm⌠HaithamâŚ,â
đđđ
âOke⌠jadi sebelumnya aku mau berterima kasih sama teman-teman karena udah ngasih amanah ke aku dan lainnya. Aku Aether bakalan jadi ketua kelas kalian selama setahun kedepan,â
Nahida bertepuk tangan kecil dengan antusias melihat kelima temannya yang telah terpilih menjadi pengurus kelas tengah berdiri dan memperkenalkan diri masing-masing.
âKalo aku Cyno, jadi wakilnya Aether karena kalah voting dari Aether,â
Seketika satu kelas dipenuhi oleh gelak tawa, Nahida sendiri belum pernah sekelas dengan lelaki bersurai putih tersebut, tetapi reputasinya sebagai salah satu âbadutâ kelas sudah cukup melegenda dan lihat saja, saat ini dirinya bisa dengan asal nyeplos di hadapan Pak Azar.
âAku Al-Haitham, selaku sekretaris satu,â
Dan senyum Nahida pun semakin merekah mendengar suara dari sang jaka, terlepas dari tone datar penuh keterpaksaan serta cemooh dari rekan sebangkunya yang mengharapkan keantusiasan dari Haitham, Nahida sepertinya yang cukup antusias di sini. Dirinya tertawa kecil.
âAku Candace, selaku bendahara satu, dan sama seperti Haitham, untuk sekretaris satu dan dua masih didiskusikan ya,â
Kedua insan jangkung di depan sana pun saling bertukar pandang, ah sepertinya Haitham melupakan poin tersebut hingga ia pun hanya mengiyakan pernyataan dari sang dara berkulit sawo matang tersebut.
âIya, jadi buat teman-teman yang nanti kepilih jadi sekretaris dua ataupun bendahara dua mohon bantuannya ya,â
âBaik, terima kasih atas pengenalannya buat para perangkat kelas, kalian bisa duduk di bangku masing-masing karena bapak ada beberapa sosialisasi yang perlu disampaikan,â
Kelima siswa itupun mengangguk sebelum melenggang kembali ke bangku masing-masing. Tepat saat itu, kehidupan tahun ajaran baru Nahida pun di mulai.
đđđ
Dan mungkin kedepannya ia tidak akan pernah menyangka di tahun terakhirnya ia akan membentuk banyak kenangan indah dan penuh warna setiap harinya.