—initial k. ; hujan rintik dan harap setitik
“Mori? Lo ngga balik?”
“Eum?” Komori mendongak, mendapati Osamu yang baru saja merapikan barang-barangnya dan memakai jaket bomber miliknya, bersiap untuk pulang.
“Lo duluan aja deh Sam, gue mau nyelesein tugas dulu DKV”
“Oke deh, jangan lupa nge-charge hape buat pesen gojek, kalo lowbatt ngga bisa nyala baru panik kan lo”
Komori terkekeh mendengar omelan Osamu barusan. Rekannya itu sudah mengenalnya cukup baik rupanya. Tau aja kalau dirinya punya kebiasaan run out baterai ponsel yang kemudian bingung sendiri gimana pulangnya.
“Iya iya bawel deh. Dah sana balik, mau ujan juga kayaknya, lo kan paling males keujanan apalagi abis nyuci motor”
“Anjir! Bener juga! Udah mendung ya?! Fak lah gue abis nyuci biti kemarin, yaudah ya Mori, gue balik dulu! Jangan lupa!”
“Iyeee”
Suna mengerenyitkan kedua alisnya dan menyipitkan kedua matanya sembari melirik ke arah seseorang yang baru saja berteduh di gedung fakultasnya itu.
Tubuhnya terlihat basah kuyup, sepertinya lelaki itu lari terburu-buru untuk menghindari hujan yang langsung deras secara tiba-tiba. Ia pun mengambil jarak sedikit di antara mereka.
“Aduh... Tas gue basah ngga yah? Gimana nih poster desain gue— laptop gue—”
Suna masih memperhatikan dari posisinya. Lelaki itu tampaknya tidak begitu mempedulikan kondisi tubuhnya yang sudah basah kuyup dengan tetesan air dari rambut kecokelatannya yang mebunduk itu.
Meskipun tidak bisa melihat dengan jelas wajah lelaki tersebut dari samping. Dari nada bicaranya saja lelaki itu sudah sangat panik dengan barang-barangnya yang kehujanan sampai melupakan dirinya sendiri.
“Hape, hape gue dimana—” ujarnya sembari berjongkok mencari ponselnya.
Wajahnya seketika berubah cerah ketika mendapati benda pipih tersebut di dalamnya. Namun, perubahan ekspresi itu tidak bertahan lama, seketika wajahnya kembali tertekuk masam.
“Yah?! Kok mati?! Gue ngga bisa pesen gocar dong?! Emang bener gue harus dengerin Osamu tadi buat nge-charge hape kan! Gimana dong gue pulang?”
Suna masih sibuk memperhatikan lelaki itu hingga sosok yang sendari tadi mencuri perhatiannya berdiri dari posisi jongkoknya dan menoleh ke arahnya.
Untuk sementara waktu mereka beradu tatap. Entah mengapa Suna merasa familiar dengan lelaki tersebut, sementara lelaki itu tak bisa menyenbunyikan keterkejutannya kala melihat sosoknya.
“Suna... Rintaou?”
Ah, ternyata Komori Motoya, orang yang mengajaknya berkenalan ketika acara makan-makan waktu itu
“Hujannya kayaknya bakalan lama ya? Padahal tadi pas gue makan tahu tek masih panas-panas aja tau-tau deres!”
Suna hanya diam mendengarkan Komori yang sendari tadi mengoceh ngalor-ngidul tidak jelas. Mulai dari dia yang tadi masih ngeluh panas tiba-tiba langsung kehujanan hingga kecerobohannya yang lupa mengisi daya ponsel selularnya padahal sudah diingatkan Osamu tadi sebelum pulang.
Sementara itu di satu sisi Komori hanya bisa cemberut tidak suka sembari memeluk tas ranselnya dan mencuri-curi pandang ke arah Suna.
Cuek banget
“Lo kenapa masih di kampus?” tanyanya kepasa Suna, dengan sedikit harap-harap cemas semoga Suna mengajaknya berbicara.
“Ada urusan sama dosen tadi, lumayan lama. Pas mau balik ke parkiran udah ujan, yaudah deh kejebak disini”
Ayo dong ayo dong tanyain balik!
Ih?! Ngga ditanyain balik dong?!
Komori memanyunkan bibirnya kecewa. Kalau begini ia lebih memilih nerobos hujan kembali ke fakuktasnya dan nge-charge ponselnya di sana. Paling tidak ia ketemu seseorang yang ia kenal untuk diajak berbicara daripada harus bersama Suna Rintarou yang dingin.
Selain itu, ia juga kecewa karena memang Suna tidak ada niatan untuk mengajaknya ngobrol atau apa dan hal tersebut yang membuatnya kesal sendiri tanpa sadar.
Dari posisinya Suna hanya bisa memperhatikan Komori yang seketika diam dengan bibir mengerucut.
Apa dia sedang ngambek? Kenapa?
Entah kenapa melihat tingkah Komori membuat Suna menyunggingkan seutas senyum, sangat tipis sehingga begitu samar untuk dilihat.
Sepuluh menit berlalu dan hujan pun perlahan reda digantikan menjadi rintik-rintik. Komori mengadahkan tangannya, menimang-nimang, sepertinya lebih baik dia menerobos hujan saja lalu mencari tempat untuk men-charge ponselnya.
Ia mengenakan kembali ranselnya dan tepat ketika dirinya hendak melangkahkan kakinya untuk menerobos gerimis Suna memanggil namanya.
“Mau kemana?” Komori menatapnya bingung, “Pulang? Kan ujannya udah reda”
“Tadi lo sendiri yang bilang kan kalau baterai lo lowbatt jadinya ngga bisa pesen gocar”
Komori tidak menjawab tetapi juga tidak ada untungnya juga kan dia berlama-lama di sini? Lagian Suna juga bakalan pulang, mending dia nyari supermarket atau apa buat menghangatkan badan, mengisi daya baik untuk tubuhnya dan ponselnya lalu pulang kan?
“Lo basah kuyup kalo ujan-ujanan lagi yang ada besok sakit. Tunggu sini, gue ambil mobil dulu, gue anter sekalian”
Bentar, otak Komori Motoya nge-bug
Seriusan nih Suna Rintarou bakalan nganterin dia pulang? Seriusan nih dia bakalan pulang bareng Suna Rintarou?
“Oiya, nih ambil almamater gue. Biar lo ngga kedinginan, bentar ya gue ke parkiran dulu, gue titip tas. Lima menitan gue balik”