—initial k. ; maju perlahan
“Kenapa dah Sunarin wajahnya kecut abis?” tanya Atsumu sambil melirik ke arah sang tersangka yang sedang mengaduk es teh miliknya dengan wajah tertekuk.
Suna mendengus dan bukannya menjawab Osamu justru mengatai temannya itu 'goblok' mengundang kemarahan Suna yang berbuah satu lemparan remah kerupuk ke wajah Osamu.
“Kenapa sih kalian? Pagi-pagi udah ribut aja,” itu Kita, yang baru saja tiba dan kemudian mengambil duduk tepat di sebelah Atsumu. Menoleh ke arah Suna dan Osamu secara bergantian, ia dapat merasakan tensi perang dingin di antara kedua lelaki itu.
“Suna goblok kak, tau Pak Washijo selalu nyuruh mahasiswa pakai almet tiap kelas lah si goblok ini malah sengaja ngga bawa. Habis itu nyalahin gue,”
“Ya elo kok ngga bilang ke gue kalau hari ini kelasnya pak Washijo. Doi kan biasanya cuma hari Selasa”
“Kan waktu itu Mai udah bilang di grup kelas kalau ada kelas pengganti buat minggu ini, gimana sih lo? Makanya ngecek grup jangan main candy crush mulu!”
Kita hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat pertengkaran Suna dan Osamu, haaah, Suna seperti kembaran ketiga dari Miya bersaudara, triplets, sementara itu Atsumu terlihat tidak acuh, dengan cueknya ia justru mencomot batagor milik Suna yang tersisa satu potong.
“BATAGOR GUEEE, TSUMU ANJING,” Atsumu menjulurkan lidahnya mengejek, “Suruh siapa gelut?”
“Emang almamatermu kemana sih Suna kok bisa ketinggalan? Kenapa ngga dicantelin aja di mobil tiap hari kayak biasanya?” tanya yang paling tua, berusaha meredakan suasana.
Suna menghela nafas panjang, sebelum kepalanya bergerak menunjuk seseorang yang baru saja tiba di cafetaria kampus dan terlihat bersin-bersin sambil mengantre pada stand di ujung sana.
“Dipinjem doi kemarin,”
“Hatciim!!“
“Jorok,”
“YA MAAP NAMANYA JUGA LAGI FLU????”
Sakusa merotasikan bola matanya malas. Sepupunya ini sudah usia dua puluh tahun masih saja bebal, ceroboh, dan tidak peduli akan kesehatannya sendiri. Tetap saja, lihat kan jadinya sakit sendiri.
“Lo nitip apa? Sekalian gue pesenin, buat minum obat nanti juga”
“Teh anget satu”
“Selera lo sepuh”
“Lah? Sejak kapan lo deket sama Komori?” tanya Atsumu, mengikuti kemana arah Suna menunjuk dengan kepalanya.
Suna hanya mengedikkan bahunya tak acuh, “Ngga deket-deket amat kok, dia cuma pinjem almet yauda”, ujarnya membuat satu seringai jahil timbul di wajah Osamu.
“Oohh... Ngga deket-deket amat ya... He'em”
“Apaan sih lo Sam ga jelas amat” ujar Suna ketus, membuat Osamu makin menjadi, “Ngga, ngga apa-apa, kalo lo mau deket sama Komori gapapa banget kok Sun”
Entah mengapa Suna merasa kesal, ia tidak suka dirinya di-roasting seperti ini. Ia harusnya menjadi pihak yang me-roasting. Tunggu saja, Suna telah menyiapkan counter-nya.
“Ngaco, lo sendiri gimana sama Akaashi? Gausa pengalihan isu lu biar ngga dicengin padahal lo sendiri yang lagi mepet anak” balas Suna dengan sarkas membuat Atsumu dengan tiba-tiba menggebrak meja cafetaria, membuat mereka seketika jadi pusat perhatian, “Sam? Anjing??? Serius lo sama Akaashi? Sejak kapan?”
“Loh Tsum? Lo ngga ngerti apa kembaran lo itu tiap hari chat sama Akaashi terus tiap minggu—”
“Naik kereta api SPILL TEROOOOOSSS”
“Sam jawab ish, anjing, gue kira ngga ada rahasia diantara kita”
Sekarang keadaan telah berbalik, 1-0 untuk Suna Rintarou yang membuatnya kemudia tersenyum puas sembari meminum minumannya. Suna dapat melihat Osamu yang menatapnya kesal karena diintrogasi oleh saudara kembarnya sendiri. Suruh siapa ngelawan Suna Rintarou?
Kita hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat keributan teman-temannya itu, oh sungguh hari yang indah untuk beristirahat sebelum memulai kelas selanjutnya.