UTS: Untuk (mantan) Terkasih Suna
hai, aku udah ada di depan enterance gate nih
aku pake hem warna khaki yaa!
Suna memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya, ia menoleh ke sekeliling, mencari-cari sosok partner blind date-nya. Lucu jika harus diingat bagaimana mereka dapat berkenalan melalui bot telegram.
Sama seperti Atsumu dan Kita, ia 'bertemu' dan berkenalan dengan partner blind date-nya kali ini karena pemenuhan nilai UTS-nya. Tidak seperti teman-teman yang menggunakan Tinder atau Tantan, Suna memilih menggunakan bot telegram.
Perkenalannya juga cukup unik, dibanding menggunakan salam sapaan atau basa-basi 'hai' pada umumnya. Suna justru mengirimkan potongan lirik lagu Lauv yang berjudul 'fuck, i'm lonely'.
I'm lonely as fuck come hold me, come hold me, come hold me
Yang tak pernah Suna sangka potongan lirik itu akan dilanjutkan oleh orang yang sekarang akan pergi bersama dirinya menonton konser Lauv di kotanya itu, padahal seseorang dengan nama—yang kau panggil saja moyi katanya— partner-nya itu adalah orang Tokyo.
Senyumnya merekah, lebar sekali layaknya iklan pasta gigi kala mendapati sosok yang sepertinya hanya satu-satunya menggunakan hem berwarna khaki di antrian masuk itu, dengan percaya diri Suna pun segera menghampirinya.
Senyum merekahnya itu seketika memudar berganti dengan wajah penuh keterkejutan manakala mendapati sosok tersebut menoleh, memperlihatkan wajahnya yang mungkin dapat Suna hitung kurang lebih sudah hampir setengah tahun mereka tidak bertemu ataupun bertegur sapa via pesan online tentu saja.
“Komori?”
Iya, Komori, Komori Motoya, mantannya.
“Kamu kok? Loh? Bentar, kamu moyi?”
Nah loh Suna bingung sendiri, ia menoleh ke sekitar dan kembali membaca pesan singkatnya dengan moyi tetapi tetap matanya tidak bisa menemukan sosok lain mengenakan baju seperti yang dijelaskan moyi di kolom chat-nya.
Komori tidak menjawab selain mengeluarkan ponselnya, menampilkan kolom chat mereka berdua, membuat Suna menghela nafas pelan, bisa-bisanya ia bertemu mantan pacarnya di bot telegram dan berakhir blind date seperti ini.
Hubungannya dengan Komori bisa dibilang cukup unik, karena selain untuk pertama kalinya Suna menjalin hubungan jarak jauh, hubungannya dengan Komori bisa dibilang paling lama dibanding dengan mantan-mantannya yang lain.
Anehnya lagi, untuk pertama kalinya Suna memutuskan seseorang bukan karena dia selingkuh, ia hanya bilang pada Komori kalau dia bosan yang sebenarnya karena ia merasa bahwa dirinya tidak cocok dengan hubungan jarak jauh. Capek mungkin?
Toh ya, waktu ia memutuskan Komori ia mengakui bahwa ia masih ada rasa pada lelaki itu, ia hanya merasa bosan saja karena hubungan mereka yang diisi dengan chat dan juga calls baik telepon biasa ataupun video call tak ada yang lain.
Padahal ia juga ingin bisa berkencan dengan Komori, menghabiskan waktu untuk sekedar ngapel atau jalan-jalan berdua. Pada akhirnya malam ini angannya menjadi nyata dirinya dan Komori akhirnya bisa berkencan, terlepas status mereka yang sudah menjadi mantan.
“Suna? Sunaaa”
Ia tersentak kaget, mendapati Komori yang menatpnya khawatir sembari melambaikan tangan tepat di hadapannya.
“Kamu ngelamunin apa?” tanyanya dengan raut khawatir, Suna hanya tersenyum dan menggeleng, mengatakan bahwa dia baik-baik saja.
“Kamu beli apa ngomong-ngomong?” tanyanya berusaha mengalihkan pembicaraan.
Komori tersenyum senang dan menunjukkan casing ponselnya, baru, merch official konser hari ini yang langsung ia pakai.
“Lucu ngga?”
“Lucu kok, eh btw ayo cari tempat duduk, abis ini di mulai ngga sih?”
“Beli makan sama minum dulu yaa?”
“Iyaa”
Komori tersenyum lebar ketika sang penyanyi, Lauv, hendak memulai penampilannya malam ini, Suna menoleh kearahnya mendapati Komori dengan binar di kedua matanya.
Next song is a story about someone, who was fallen into someone, you might call them a 'strangers', actually they didn't have a thing between them
about them, their feelings, and keeping theur memories, something to remember
Tattoos Together!
Alunan musik terdengar yang dibalas oleh sautan teriakan turut bernyanyi dan berdendang mengikuti musik. Suna menengok, mendapati Komori yang ikut bernyanyi dengan wajah riangnya.
Tattoos Together, something to remember If it's way too soon? Fuck it whatever!
Komori tampak begitu menikmatinya, dengan penghayatan di setiap lorok yang ia nyanyikan. Dibanding berfokus pada konser dan penyanyi idolanya di atas panggung presensi Komori jauh lebih kuat bagi atensi Suna, dibanding menonton Lauv judulnya telah berganti menonton Komori.
Cause i love you!
Satu bait lirik yang membuatnya tersentak, mungkin saja.
Tanpa sadar Suna menarik sosok tersebut dalam rengkuhnya, membuat Komori seketika terkejut mana kala kedua bibir mereka bertu satu sama lain dan Suna memeluknya erat.
He's not even his boyfriend (anymore)
Cause there is nothing better than you and i
“Kamu boarding jam berapa?”
“Abis ini, masih ada sekitar satu jam lagi lah, oiya btw ini buat kamu. Belum sarapan kan?”
Suna menerima roti daging asap hangat pemberian Komori tersebut, mereka saat ini tengah berada di bandara, sebenarnya Suna tidak perlu mengantarkan Komori karena hotelnya yang tidak terlalu jauh dari bandara tetapi tetap saja, Suna ingin menghabiskan waktunya dengan seseorang yang masih mengisi hatinya mungkin untuk terakhir kali sebelum tau kapan mereka dapat bertemu lagi.
“Ngomong-ngomong, selama pacaran aku gatau loh kalo kamu juga suka Lauv” ujarnya membuat Komori tersenyum mendengarnya.
“Memang aku ngga seberapa suka kok, tapi karena kamu sering cerita sama rekomendasiin lagu-lagunya ya bisa dibilang aku kecantol dikit lah”
“Kamu ngga bisa lebih lama gitu di sini?”
“Aku juga ada kuliah sama kehidupan di Tokyo”
Benar juga, Suna merutuki betapa konyol dan bodohnya pertanyaannya itu.
“Kalau gitu aku gantian deh yang ke Tokyo gimana?”
Komori menoleh, kembali tersenyum dan menggelengkan kepalanya sebelum terkekeh kecil.
“Gausa konyol kamu”
Karena Komori memang tidak mau berharap dan mengucapkan Sure, i'll wait for you
Mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol dan berbincang sebelum pemberitahuan bergema dan menginformasikan bahwa penumpang maskapai Komori untuk segera boarding
Namun, sebelum itu Komori mengeluarkan sesuatu dari tas ranselnya, sebuah kotak kado cukup lebar dan memberikannya kepada Suna.
“A really late birthday and valentine gift buat kamu, sekalian kenang-kenangan mungkin”
Astaga, Suna hanya bisa tertawa kecil, bahkan ia tidak menyiapkan apa-apa untuk Komori.
“Well i guess it's time for me to go“
“Farewell hug?“
“Sure“
Untuk pertama dan terakhir kalinya mereka berpeklukan, Suna dapat merasakan Komori yang menyandarkan dagunya pada pundak lebarnya, ia mengusap lembut punggung lelaki itu, berusaha merengkuh dan mengambil semua yang ada dari Komori, untuk disimpannya dalam kenangan.
“Sampai jumpa”
“Ya, sampai jumpa”
Kalau boleh jujur, sebenarnya Suna benci perpisahan, terutama jika itu harus dengan Komori Motoya, apalagi untuk kedua kalinya