Cemburu
Tawa hangat dan seruan yang saling sahut-sahutan itu memenuhi rumah plesir milik keluarga Suna tersebut. Para jejaka tengah asik bermain voli di halaman belakang sedangkan para gadis tengah berkumpul dan bercengkrama di ruang tengah sembari menikmati cemilan sisa makan malam yang telah mereka siapkan tadi.
“Asli Ri, sayang banget tadi kamu ngga bisa ikut pas di rumahnya Kita, ngga bisa liat Atsumu jatuh hampir pas bajak sawah”
“Seriusan? Ih kalian kok ngga ngevideoin sih”
“Kayaknya Suna ada deh dia kan mesti nyimpen blackmail si kembar”
“Pacar aku senista itu ya?”
“Lambe turah sih”
Yukie tersenyum simpul sembari memakan keripik singkong Daisuki-nya dan memilih untuk lebih banyak mendengarkan. Dia senang bisa berada di tengah-tengah teman-temannya ini menghabiskan liburan bersama tak hanya dengan teman dekat namun juga kerabat dan orang terdekat yang mungkin kesempatan yang sukar sekali untuk di dapat.
“Habisnya Akinori sok ngide sih mau nganterin aku sekalian pake acara mogok di tol lagi hadeh” keluh Kaori yang mungkinntelah kesekian kalinya tiap kali ia pergi kencan dengan kekasihnya itu.
Tentu saja ditimpali dengan saran untuk membeli mobil baru tapi tetap saja—
“Katanya duitnya buat biaya nikah, padahal aku gak mau nikah muda”
Ya, memang, di antara mereja yang hubungannya terlihat telah memasuki jenjang serius adalah Kaori dan Konoha serta Hana dan juga Kita, tinggal menunggu siapa yang bakalan sebar undangan duluan.
“Berani taruhan deh yang bakalan nikah duluan itu kalo ngga Kaori ya Hana dulu” celetuk Mika yang diangguki setuju olehnya dan juga Kiyoko.
“Sok tau, ngedahuluin Tuhan kamu”
“Kan cuma nebak!”
“Tapi sayang banget ngga sih! Ngga ada Suga sama Komori coba kalo pasti tambah seru!”
“Udah dibilang kan Suga sibuk ngajar pas libur semester gini-gini”
“Komori sendiri gimana? Kapan rencana balik Jepang? Masa udah pacaran lama tapi dari awal ketemu virtual mulu”
Merasa nama sang kekasih disebut sendari tadi Yukie mengalihkan pandangnya, mendapati keempat temannya sudah duduk memutar menghadapnya, menunggu ceritanya.
“Dia balik Jepang itu pasti, tapi ngga tau kapan soalnya dia kayak sibuk banget akhir-akhir ini”
Keempat gadis lainnya berusaha maklum, Kiyoko memberikan pelukan hangat kepada Yukie, mau dilihat pun memang kondisi Yukie yang cukup sulit jika dibanding mereka lainnya.
Meskipun Mika dan Suna juga bertemu via omegle sama seperti Yukie dan Komori tetapi mereka masih satu negara, satu kota dan bisa bertukar sapa dan berbagi kehangatan langsung, mereka dapat mencecap dan merasakan hangat satu sama lain.
Hana dan Kiyoko juga mau tak mau harus LDR tetapi tidak terpaut oleh batasan ruang dan waktu yang mana mereka harus mencuri-curi kesempatan hanya untuk bisa mengobrol yang tidak lebih dari lima menit.
Jujur, melihat hubungan teman-temannya kadang Yukie merasa iri—tidak bukan iri, konotasinya terlalu negatif—lebih tepatnya cemburu.
Ia juga ingin dapat bertemu dan merasakan hangatnya dekap sang kekasih secara nyata, mendengar suara berat namun renyah favoritnya tiap kali tertawa dan menghabiskan waktu untuk berkencan, benar-benar kencan di akhir pekan, bukan kencan virtual di mana mereka hanya bisa streaming satu platform.
Tapi mau bagaimana lagi kan? Namanya juga sudah risiko menjalin hubungan jarak jauh, ia juga bukan anak kecil atau yang baru pertama pacaran dan merengek ini itu, menuntut Komori untuk dapat menghabiskan waktunya 24/7 bersamanya.
“Nee-san”
Gadis bersurai merah muda itu pun menoleh, memberhentikan game Cookie Run-nya sejenak ketika mendapati Sakusa yang entah kesambet apa datang menghampirinya dan memanggilnya seperti itu.
Jangan bilang dia masih mau bahas insiden ramen waktu itu?
“Aku tau itu harusnya jadi dialog monolog tapi aku ngga mau bahas itu kok jangan khawatir”
Mulutnya menganga sedikit, menggumamkan 'oh' panjang sembari menggeser duduknya, memberikan tempat kepada Sakusa.
“Yukie nee-san lagi apa?”
“Jangan panggil nee-san bisa ngga sih?” pintanya
Bukan karena apa tetapi ia merasa tidak enak sama sepupu pacarnya itu, memang benar ia lebih tua tetapi sejak hari pertama ia menjalin hubungan dengan Komori, Yukie telah memberitahunya untuk menghapus semua batasan usia dan juga formalitas.
“Kebiasaan maaf, btw lagi apa? Ini udah jam 10 malem loh, nanti Komori marah kalau tau kamu belum tidur”
“Jangan bilang kamu disuruh Motoya buat kayak gini?”
Sang lelaki menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal membuat Yukie terkekeh kecil.
“Gausah khawatir kamu, udah kebiasaan sebelum tidur paling ngga telpon atau chat sama Motoya bentar” ujarnya.
Namun jawabannya itu masih tetap tidak bisa menghilangkan kecanggungan dan kekikukan di antara mereka, seperti ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh Sakusa namun lelaki itu menahannya. Yukie pun tidak memaksanya, ia menunggunya.
“Motoya bakalan balik ke Jepang kok, jadi ngga usah khawatir”
Oh? Tiba-tiba sekali
Namun entah mengapa ujaran Sakusa itu menghapus sedikit rasa cemburunya tadi siang, membuat Yukie tersenyum simpul.
“Makasih ya Sakusa”
“Kiyoomi yang bener”
“Kalau gitu berhenti manggil aku nee-san”