Kalau harus diceritakan bagaimana kisah kasih mereka bermula, mungkin bisa dibilang cukup lucu bila diingat kembali.
Kala itu, akhir musim gugur, hari ke limabelas tepat pertengahan bulan kesepuluh, ia putus, Bokuto Koutarou, kekasihnya sejak sekolah menengah itu mengakhiri hubungan mereka sepihak, dengan dalih yang cukup klise di mana dirinya tidak kuat LDR ditambah dengan kesibukan membabibuta tepat pada tahun pertama Yukie memasuki jenjang perguruan tinggi.
Halah mbel
Alasan cukup klise untuk menutupi perselingkuhannya dengan Akaashi Keiji, adik kelas mereka semasa SMA, pada akhirnya Yukie tidak mau ambil pusing juga, mungkin sampai di sini saja kisah mereka, yang terdengar seperti lirik lagu tetapi ia tidak tahu pasti juga judulnya apa.
Dia berbohong jika mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, ia menangis tersedu-sedu setiap malamnya, menyumpah serapahi, kecewa bukan karena hubungan yang berakhir setelah terjalin kurang lebih empat tahun, tetapi kenapa Bokuto berbohong kepadanya. Ia kira dirinya dan Bokuto (meskipun kala itu masih menjadi pacar) adalah CS (bukan customer service hanya sebutan sahabat sejati yang begitu akrab) di mana tidak ada rahasia di antara mereka.
Aduh, kenapa panjang sekali padahal baru menceritakan bagaimana dia putus dengan sang mantan kekasih, muqodimah saja belum masuk, tetapi sekali lagi ya sudahlah.
Untung saja ia mempunyai sahabat-sahabat yang sangat baik hati dan begitu menyayanginya. Lima Sempurna, nama gengnya, yang terdiri atas dirinya, Shimizu Kiyoko, Suzumeda Kaori, Misaki Hana, dan juga Yamaka Mika
Mereka lah yang membantunya memulihkan diri dari pahitnya luka akan patah hati dan Yukie sangat bersyukur atas kehadirannya, yang mana selain mengobati luka dari masa lalu mereka lah yang secara tak langsung membuka jalan bagi Yukie hingga dapat bertemu dengan dek pacar yang sekarang terbentang entah berapa ribu kilometer jauhnya di belahan bumi lainnya.
“Kamu ngga mau nyoba gitu main omegle? Siapa tau ketemu bule”
Entah dari mana asal muasalnya, sebab-musahabnya juga apa Yukie tidak tahu-menahu pasti, yang jelas kala itu mereka sedang melakukan sleepover di apartemen Kaori dan tiba-tiba Mika yang baru saja kembali dari supermarket bersama Hana menyarankan hal tersebut.
“Hah?”
“Iya, main omegle, siapa tau dapet bule” jelasnya sekali lagi berusaha meyakinkan
Yukie berusaha menarik kesimpulan, bahwa kala itu Mika menyarankan hal tersebut karena pengalamannya bermain omegle sehabis diputusi oleh Daishou.
“Kenapa ngga tinder aja?”
“Ih nanti ngga bisa nyari bule!”
Saat itu pun kemudian terbagi menjadi dua kubu, pertama tim Tinder dengan dalih “Yang deket aja biar bisa ketemuan” dan satunya lagi tim Omegle dengan alasan “Biar bisa dapet bule”
Melihat pertengkaran teman-temannya itu bisa dibilang cukup menghibur, sama ricuhnya seperti ketika tim Avengers terbagi menjadi tim Ironman dan Captain America dalam perang Civil War. Padahal mah Yukie ngga ada niatan buat bikin salah satu akun tersebut, apalagi keduanya, masalah cowo mah urusan belakangan, ngga punya pacar bukan berarti dirinya gagal dalam seleksi kehidupan kan? Paling ya dikucilkan dari pergaulan sedikit ketika malam minggu tiba.
Mika yang masih keukeuh itu pun mengambil alih laptop yang seharusnya digunakan untuk streaming drama Goblin yang telah mereka rencanakan jauh-jauh hari. Jemari lentiknya lincah menbuka laman tab pencarian baru, mengetikan website omegle dan membuatkan Yukie akun di sana.
“Nah aku udah buatin kamu akun, terserah sih mau kamu pake ya syukur kalo engga gapapa, tapi kalo kamu mau cari bule main aja omegle terus usahain online-nya tuh jam-jam mereka jam-jam makan siang atau pulang kantor sih, risikonya ya palingan on tengah malem”
Awalnya Yukie cuma “Oh iya” terhadap saran Mika tersebut, ia tidak akan pernah percaya ataupun menyangka bahwa dirinya akan benar-benar log in dan online omegle hanya untuk mencari “bule”
Malam itu Yukie terbangun, tidak, lebih tepatnya ia baru saja bangun dari tidur sorenya yang sudah kebablasan .
Malam itu pukul satu dini hari, teman-temannya sudah pasti telah pergi bertandang ke alam mimpi masing-masing, Yukie yang tidak memiliki siapa-siapa untuk di-chat atupun di ganggu itupun berinisiatif menyalakan laptopnya, membuka laman omegle yang entah dengan ajaibnya alamat website-nya ia hafal.
Bercanda terhadap dirinya sendiri untuk mencari bule.
Setelah cukup lama berkelana di website tersebut (untuk mempelajari dan menyesuaikan dirinya menggunakan omegle) ia menemukan satu profil yang cukup menarik dirinya, jemarinya bergerak untuk mengeklik dua kali pada icon send messages
Shirofuku Yukie
>> Hello
Person A
>> Oh? Hi!
Shirofuku Yukie
>> I just found your profile interesting
May i get to know you?
Person A
>> Hahaha ofc
What a silly question, no offense, people plays omegle to test their luck so they can get someone to know or maybe bf/gf
So i guess it also ur reason plays it, did you get another breakup?
Shirofuku Yukie
>> well 'i just' for the correct one
Person A
>> i see
Dalam basa-basi singkat awal mula 'pertemuan' mereka Yukie tau kalau partner matching-nya itu saat ini tinggal di London dan cukup terkejut kala ia bilang bahwa dirinya berasal dari Jepang karena kemampuan berbahasa Inggrisnya yang cukup bagus (tau sendiri kan sterotipe orang Asia Timur dikatakan tidak bisa berbahasa Inggris).
Berbagi bagaimana kabar satu sama lain dan informasi-informasi umum yang pada umumnya dibagikan pada jumpa pertama seperti program studi yang diambil, gender, dan juga usia.
Percakapan mereka mengalir begitu saja, layaknya orang yang telah lama mengenal, Yukie menemukan dirinya cocok dengan teman barunya itu.
Person A
>> you might be little suprised if i told you my nationality
Shirofuku Yukie
>> why do i should be suprised?
Person A
>> aku orang Jepang yang kebetulan kuliah di London
Shirofuku Yukie
>> serius? Astaga padahal niatku main omegle buat nyari bule ujung-ujungnya ketemu nippon juga duh
Person B
>> hahaha maaf kalau bikin kamu kecewa
tapi masak kamu ngga ngerti atau pernah denger aku si padahal aku tau kamu siapa lo
Shirofuku Yukie
>> hah?
Person B
>> aku Komori Motoya, dari Itachiyama
Dan Yukie tidak tau bahwa cara kerja semesta dapat sekonyol ini.
Siapa tang tidak tau Komori Motoya? Seseorang yang mendapat gelar Top High School Japan Libero pada masanya.
Kenapa, dari sekian banyak cara atau kesempatan untuk berkenalan, dengan seseorang yang bahkan sebelumnya lingkupnya begitu dekat dengan lingkar kehidupannya garis takdir mereka justru dipertemukan oleh website online dan terpisah beribu-ribu kilometer jauhnya di belahan bumi lainnya dengan kodek “mencari bule”?