- Kenyataan pahit -
” Ji..” Jihoon mengalihkan pandangannya dan menoleh kearah Justin yang duduk disampingnya.
” Iya ?”
Justin menahan nafas, dia meneguk ludahnya kasar melihat bagaimana dia melihat wajah sempurna seorang Park Jihoon begitu dekat dengannya.
Mata, hidung, bibir kenapa Tuhan bisa begitu sempurna menciptakan Jihoon?
Justin menahan diri untuk tidak berteriak, meluapkan segala apa yang dia pendam setelah dia mengenal sosok Park Jihoon.
Kenapa? Kenapa Park Jihoon harus terlahir sebagi adik tak seibunya? Kenapa rasanya ini tak adil untuk Justin..
” Cantik..”
” Ya ?” Jihoon mengerutkan keningnya..
” Ah itu pemandangan diluar cantik, kaya bukan diindonesia..” Justin menggaruk tengkuknya, Jihoon tertawa kecil.
” Gue betah disini, rasanya gak mau pulang..” ujar Jihoon, dia menyesal baru menemukan perpustakaan kota yang nyaman dengan design interior khas eropa.
” Iya sayang perpustakaan ini jarang dikunjungi banyak orang.” Ucap Justin
Jihoon mengangguk mengiyakan perkataan Justin lalu dia kembali larut kedalam buku bacaannya. Sementara Justin meruntuk, dia terlalu lemah pada Jihoon sehingga dia melupakan tujuannya untuk mengatakan sesuatu pada Jihoon.
” Ji..” Justin kembali memanggil Jihoon
” Kenapa ?”
” Setelah ini kamu mau ikut aku ke suatu tempat ?” Tanya Justin
” Kemana ?”
” Ada sesuatu yang perlu kamu ketahui, ini menyangkut seseorang dimasa lalu Yoana.. Ibu kamu.”
•••
Jihoon menatap bangunan sebuah rumah mewah dihadapannya, rumah itu milik Justin. Jihoon masih bingung kenapa Justin tiba-tiba membawa dia kerumahnya. Jihoon bungkam, dia hanya mengikuti kemana Justin melangkah beberapa pekerja dirumah itu nampak memperhatikan dirinya dan saling berbisik satu sama lain.
Jihoon menjadi tak nyaman..
” Kenapa kamu bawa aku kesini?” Tanya Jihoon
Justin tidak menjawab, dia membawa Jihoon masuk kedalam sebuah ruangan. Ruangan itu adalah ruang kerja mendiang sang Ayah.
Justin membongkar sebuah laci meja kerja Ayahnya, dia mengeluarkan dua lembar foto yang terlihat sudah usang. Dengan ragu, Justin memberikan foto itu pada Jihoon.
” Ini..” Perkataan Jihoon menggantung kala dia melihat siapa orang yang terpotret dalam dua lembar foto usang itu. Foto itu menunjukan potret Yoana dan seorang lelaki, sementara satu foto lainnya adalah potret seorang bayi. Dan bayi itu adalah dirinya..
” Lelaki itu suami Yoana, itu Ayah kamu..” Jantung Jihoon berdegup kencang, tangannya bergetar.
” Kamu siapa ?” Jihoon mendongkak menatap Justin dengan pandangan yang sulit diartikan.
Justin mendesah kecil, dia mendekati Jihoon namun lelaki manis itu menghindar darinya..
” Lo siapa?!” Pekik Jihoon, dia menuntut Justin untuk mengatakan sesuatu padanya. Namun lelaki yang baru dikenalnya itu masih bungkam.
” Ji, maaf aku gak maksud buat bohongin kamu. Tapi aku gak tau caranya gimana biar bisa dekat dengan kamu, setelah ini kamu pasti akan benci sama aku..”
Justin menghela nafas “ Lelaki itu, dia Harry Lim. Ayah kandungku, Ayah kandung kamu juga. Kita lahir dari Ibu yang berbeda namun kita satu Ayah Ji. Yoana, dia istri simpanan Papah sementara Sara Ibu kandung aku dia istri sah Papah.”
Nafas Jihoon semakin tercekat, dia meremas lembat foto ditangannya “ Dulu Papah terpaksa ninggalin Yoana karena Mamah sakit-sakitan, tapi Papah gak bermaksud buat ngebuang kamu sama Yoana. Papah hanya takut jika Mamah tau tentang kalian dan kalian akan dalam bahaya.”
” Bohong! Apa yang kamu bilang semuanya bohongkan?!” Sentak Jihoon, lelaki manis itu kini sudah menangis. Jihoon tidak percaya dengan semua yang diucapkan oleh Justin.
” Ji, aku tahu kamu pasti gak percaya. Tapi kenyataannya memang itu, maaf Ji aku baru nyari kamu sekarang. Harusnya dulu aku ngilangin ego dan benciku sama Papah dan bantu dia buat nyari kamu. Dan sekarang aku menyesal karena aku baru bia bertemu dengan adik aku sendiri..”
” Dimana dia? Orang yang kamu bilang Ayahku?” Tanya Jihoon
Justin menunduk, dia mengusap wajahnya kasar sebelum dia kembali menatap sosok dihadapannya itu.
” Ji maaf..tapi Papah udah gak ada, Tuhan udah ngambil Papah lebih dulu..”
Tangisan Jihoon semakin pecah, tubuhnya merosot. Kenapa? Kenapa disaat dia sudah menemukan jawaban dari pertanyaan tentang sosok Ayahnya selama ini Tuhan malah memberikan jawaban yang begitu pahit untuknya..
Kenapa sang Ayah sudah lebih dulu pergi sebelum Jihoon sempat menatap dan memeluknya..
•••
Jihoon membuka matanya secara perlahan, dia meringis kala merasakan kepalanya berdenyut sakit. Apa yang sudah terjadi pada dirinya? Hal terakhir yang dia ingat adalah dia menangis saat mendapat kenyataan pahit tentang sosok Ayahnya.
” Ji..”
Jihoon menatap Justin yang baru saja masuk kedalam kamar yang dia tempati. “ Are You okay ?”
Jihoon hanya mengangguk kecil “ Syukurlah..minum dulu.”
Jihoon menggelengkan kepalanya “ Aku mau pulang..” lirihnya
” Kenapa harus pulang, kamu akan tinggal disini.”
” Apa kamu bilang ?”
” Ji, ini rumah kamu juga. Pesan terakhir Papah dia minta buat aku bawa kamu tinggal disini..” jelas Justin
” Aku belum siap..”
” Aku ngerti, kamu belum bisa menerima semuanya. Tapi aku mohon, seenggaknya dengan kamu tinggal disini aku bisa balas semua kesalahanku sama Papah.” Ujar Justin, dia memohon pada Jihoon untuk tinggal bersama dirinya. Dia tidak mau Jihoon jauh darinya, dia harus menebus semua kesalahannya pada sang Ayah dengan melindungi Jihoon.
Justin akan melakukan yang terbaik sebagai seorang Kakak, termasuk menguburkan perasaannya untuk Jihoon..
” Kamu mau kan?”
” Tapi aku gak mau bicara sama kamu dulu..”
Justin tersenyum, tangannya terangkat untuk mengelus surai lembut adiknya itu.
” Gak papa, kalo kamu maunya gitu. Tapi nanti kamu harus panggil aku Kakak..”