Laulyn

  • Kenyataan pahit -

” Ji..” Jihoon mengalihkan pandangannya dan menoleh kearah Justin yang duduk disampingnya.

” Iya ?”

Justin menahan nafas, dia meneguk ludahnya kasar melihat bagaimana dia melihat wajah sempurna seorang Park Jihoon begitu dekat dengannya.

Mata, hidung, bibir kenapa Tuhan bisa begitu sempurna menciptakan Jihoon?

Justin menahan diri untuk tidak berteriak, meluapkan segala apa yang dia pendam setelah dia mengenal sosok Park Jihoon.

Kenapa? Kenapa Park Jihoon harus terlahir sebagi adik tak seibunya? Kenapa rasanya ini tak adil untuk Justin..

” Cantik..”

” Ya ?” Jihoon mengerutkan keningnya..

” Ah itu pemandangan diluar cantik, kaya bukan diindonesia..” Justin menggaruk tengkuknya, Jihoon tertawa kecil.

” Gue betah disini, rasanya gak mau pulang..” ujar Jihoon, dia menyesal baru menemukan perpustakaan kota yang nyaman dengan design interior khas eropa.

” Iya sayang perpustakaan ini jarang dikunjungi banyak orang.” Ucap Justin

Jihoon mengangguk mengiyakan perkataan Justin lalu dia kembali larut kedalam buku bacaannya. Sementara Justin meruntuk, dia terlalu lemah pada Jihoon sehingga dia melupakan tujuannya untuk mengatakan sesuatu pada Jihoon.

” Ji..” Justin kembali memanggil Jihoon

” Kenapa ?”

” Setelah ini kamu mau ikut aku ke suatu tempat ?” Tanya Justin

” Kemana ?”

” Ada sesuatu yang perlu kamu ketahui, ini menyangkut seseorang dimasa lalu Yoana.. Ibu kamu.”

•••

Jihoon menatap bangunan sebuah rumah mewah dihadapannya, rumah itu milik Justin. Jihoon masih bingung kenapa Justin tiba-tiba membawa dia kerumahnya. Jihoon bungkam, dia hanya mengikuti kemana Justin melangkah beberapa pekerja dirumah itu nampak memperhatikan dirinya dan saling berbisik satu sama lain.

Jihoon menjadi tak nyaman..

” Kenapa kamu bawa aku kesini?” Tanya Jihoon

Justin tidak menjawab, dia membawa Jihoon masuk kedalam sebuah ruangan. Ruangan itu adalah ruang kerja mendiang sang Ayah.

Justin membongkar sebuah laci meja kerja Ayahnya, dia mengeluarkan dua lembar foto yang terlihat sudah usang. Dengan ragu, Justin memberikan foto itu pada Jihoon.

” Ini..” Perkataan Jihoon menggantung kala dia melihat siapa orang yang terpotret dalam dua lembar foto usang itu. Foto itu menunjukan potret Yoana dan seorang lelaki, sementara satu foto lainnya adalah potret seorang bayi. Dan bayi itu adalah dirinya..

” Lelaki itu suami Yoana, itu Ayah kamu..” Jantung Jihoon berdegup kencang, tangannya bergetar.

” Kamu siapa ?” Jihoon mendongkak menatap Justin dengan pandangan yang sulit diartikan.

Justin mendesah kecil, dia mendekati Jihoon namun lelaki manis itu menghindar darinya..

” Lo siapa?!” Pekik Jihoon, dia menuntut Justin untuk mengatakan sesuatu padanya. Namun lelaki yang baru dikenalnya itu masih bungkam.

” Ji, maaf aku gak maksud buat bohongin kamu. Tapi aku gak tau caranya gimana biar bisa dekat dengan kamu, setelah ini kamu pasti akan benci sama aku..”

Justin menghela nafas “ Lelaki itu, dia Harry Lim. Ayah kandungku, Ayah kandung kamu juga. Kita lahir dari Ibu yang berbeda namun kita satu Ayah Ji. Yoana, dia istri simpanan Papah sementara Sara Ibu kandung aku dia istri sah Papah.”

Nafas Jihoon semakin tercekat, dia meremas lembat foto ditangannya “ Dulu Papah terpaksa ninggalin Yoana karena Mamah sakit-sakitan, tapi Papah gak bermaksud buat ngebuang kamu sama Yoana. Papah hanya takut jika Mamah tau tentang kalian dan kalian akan dalam bahaya.”

” Bohong! Apa yang kamu bilang semuanya bohongkan?!” Sentak Jihoon, lelaki manis itu kini sudah menangis. Jihoon tidak percaya dengan semua yang diucapkan oleh Justin.

” Ji, aku tahu kamu pasti gak percaya. Tapi kenyataannya memang itu, maaf Ji aku baru nyari kamu sekarang. Harusnya dulu aku ngilangin ego dan benciku sama Papah dan bantu dia buat nyari kamu. Dan sekarang aku menyesal karena aku baru bia bertemu dengan adik aku sendiri..”

” Dimana dia? Orang yang kamu bilang Ayahku?” Tanya Jihoon

Justin menunduk, dia mengusap wajahnya kasar sebelum dia kembali menatap sosok dihadapannya itu.

” Ji maaf..tapi Papah udah gak ada, Tuhan udah ngambil Papah lebih dulu..”

Tangisan Jihoon semakin pecah, tubuhnya merosot. Kenapa? Kenapa disaat dia sudah menemukan jawaban dari pertanyaan tentang sosok Ayahnya selama ini Tuhan malah memberikan jawaban yang begitu pahit untuknya..

Kenapa sang Ayah sudah lebih dulu pergi sebelum Jihoon sempat menatap dan memeluknya..

•••

Jihoon membuka matanya secara perlahan, dia meringis kala merasakan kepalanya berdenyut sakit. Apa yang sudah terjadi pada dirinya? Hal terakhir yang dia ingat adalah dia menangis saat mendapat kenyataan pahit tentang sosok Ayahnya.

” Ji..”

Jihoon menatap Justin yang baru saja masuk kedalam kamar yang dia tempati. “ Are You okay ?”

Jihoon hanya mengangguk kecil “ Syukurlah..minum dulu.”

Jihoon menggelengkan kepalanya “ Aku mau pulang..” lirihnya

” Kenapa harus pulang, kamu akan tinggal disini.”

” Apa kamu bilang ?”

” Ji, ini rumah kamu juga. Pesan terakhir Papah dia minta buat aku bawa kamu tinggal disini..” jelas Justin

” Aku belum siap..”

” Aku ngerti, kamu belum bisa menerima semuanya. Tapi aku mohon, seenggaknya dengan kamu tinggal disini aku bisa balas semua kesalahanku sama Papah.” Ujar Justin, dia memohon pada Jihoon untuk tinggal bersama dirinya. Dia tidak mau Jihoon jauh darinya, dia harus menebus semua kesalahannya pada sang Ayah dengan melindungi Jihoon.

Justin akan melakukan yang terbaik sebagai seorang Kakak, termasuk menguburkan perasaannya untuk Jihoon..

” Kamu mau kan?”

” Tapi aku gak mau bicara sama kamu dulu..”

Justin tersenyum, tangannya terangkat untuk mengelus surai lembut adiknya itu.

” Gak papa, kalo kamu maunya gitu. Tapi nanti kamu harus panggil aku Kakak..”

  • For the last time -

⚠️ aku kasih tanda buat jaga-jaga mohon menjadi pembaca yang bijak ⚠️

” Yang pergi yukk..?” Jihoon memeluk Yoonbin dari belakang, kekasihnya itu baru saja selesai mandi.

” Kemana ?”

” Jalan-jalan..”

” Mall?”

” Ih gak mau ngapain ke mall, kita cari tempat sejuk gitu banyak kok dipinggiran kota yuk ?” Jihoon merengek, Yoonbin tertawa kecil dia membalikan badannya dia mengangkat tubuh kecil Jihoon kedalam gendongan koalanya.

” Kita piknik, aku kemarin udah belanja makanannya..ayo..”

” Cium dulu asal.”

” Ih modus!”

” Kalo gak cium aku gak mau.”

Jihoon mendengus, kemudia dia menangkup wajah tampan sang kekasih dan mendaratkan ciuman manis dibibir kekasihnya itu.

” Kok bentar ?”

” Kalo lama entar kamu ngelunjak.”

Yoonbin tertawa kemudian mengecup kedua pipi gembil Jihoon dengan gemas. “ Kita nikah besok aja yuk?”

” Jangan ngawur! Turunin! Aku mau siapin makannya dulu!”

•••

” Kok kamu tau tempat ini sih ? Aku gak tau loh ada danau cantik di pinggiran Jakarta.” Jihoon terberhenti tersenyum senang saat Yoonbin membawanya ke sebuah tempat yang benar-benar indah dan asri. Disekitar danau itu ada hutan-hutan kecil yang masih sangat asri, air danaunya pun terlihat jernih. Disekitar danau itu benar-benar sepi, dan hanya ada mereka berdua saja disana.

” Rahasia..” jawab Yoonbin

” Nyebelin!” Sungut Jihoon

Mereka menikmati waktu berdua dengan saling bersendau gurau, sampai mereka tak menyadari jika waktu akan beranjak malam.

Jihoon merapatkan pelukannya pada Yoonbin saat angin sore mulai menerpa dan menusuk tubuhnya.

” Sunsetnya cantik..” gumam Jihoon, mereka tengah duduk didalam mobil. Yoonbin membuka atap mobilnya agar mereka bisa lebih puas melihat sunset.

” You're more beautiful baby..” ucap Yoonbin, Jihoon tersenyum dia mendongkak untuk menatap kekasih tampannya itu.

” Bin kamu gak bosen apa muji aku terus ?” Tanyanya

” Gak akan pernah, karena kamu pantas dipuji sayang..”

” Gembel..” Yoonbin tersenyum tipis, dia mendekatkan wajahnya mencium bibir tipis itu dengan lembut.

” Bin..”

Jihoon mengusap wajah tampan itu, dia tersenyum tipis setetes airmatanya jatuh dari pelupuk matanya.

” Yang..”

” Bin kita putus aja ya?”

” Ji..”

” Aku mohon..”

” Don't say that Jihoon! Bisa-bisanya kamu ngomong gitu?! Kita anak nikah Ji!” Sungut Yoonbin

” Bin kenapa kamu gak jujur ? Kenapa kamu gak bilang kalau Oma kamu gak pernah setuju dengan hubungan kita ?”

Yoonbin meneguk ludahnya “ Ji aku lagi berusaha buat ngeyakinin oma, jadi aku mohon bertahan sebentar lagi..”

Jihoon menggelengkan kepalanya “ Bin, kamu jelas tau Oma kamu lebih penting dari apapun tapi kenapa kamu tetap mau mertahanin aku ?”

” Aku sayang kamu ji, aku cinta sama kamu..” Yoonbin menangkup wajah cantik itu..

” Aku juga sayang sama kamu Bin, aku cinta sama kamu tapi semesta gak pernah merestui kita. Kamu selama ini membela orang yang salah Bin, aku gak akan pernah pantas bersanding dengan kamu..”

” Ji tarik ucapan kamu itu! Atau aku marah Jihoon!”

Jihoon tersenyum..

” Bin, kita bisa bahagia dijalan masing-masing..meskipun kita gak bersama lagi kita masih bisa menjadi teman yang baik..”

” Aku gak mau Ji..aku gak mau!”

” Bin aku mohon..aku lelah, setiap malam aku selalu berdoa tetapi Tuhan tidak pernah mau mendengar doaku..”

Yoonbin menunduk, airmata yang sedari tadi dia tahan akhirnya jatuh juga. Bahunya bergetar, tangannya terus menggenggam erat tangan Jihoon.

” Aku sayang sama kamu Bin, terima kasih untuk semuanya. Terima kasih buat semua yang udah kamu beri, waktu, cinta dan segalanya..kamu mau janji sama aku kan Bin? Kalau kamu akan bahagia meskipun bukan dengan aku ?”

Yoonbin mendongkak, dia membiarkan Jihoon melihatnya menangis.

” Hmmm, kamu juga harus bahagia ji..”

Jihoon mengangguk dan tersenyum.. “ Can i kiss you for the last time ?”

” You can touch me for the last time Bin..”

Yoonbin menarik tubuh Jihoon untuk duduk dipangkuannya, dia menutup atap mobilnya setelah itu dia memangut bibir tipis yang selalu menjadi candunya itu.

Jihoon melenguh, dia membiarkan Yoonbin berbuat semaunya padanya. Ini untuk yang terakhir kalinya mereka saling berbagi ciuman, berbagi ciuman dan berbagi kenikmatan duniawi..

” I Love you..” Yoonbin berbisik setelah dia mencapai puncaknya, dia mengecupi wajah Jihoon yang berkeringat.

Mereka kembali saling bertukar ciuman, dan Jihoon kembali lagi menangis..

” I Love you too Bin..” lirih Jihoon..

  • About Justin -

Justin membuka pintu kamar sang Ayah secara perlahan, dan melangkah masuk untuk menghampiri sang Ayah yang tengah duduk diatas ranjang.

” Pah..” panggilnya, sang Ayah menoleh kemudian tersenyum.

” Papah udah minum obat? “ Tanyanya..

Sang Ayah hanya menganggukan kepalanya. Justin tersenyum hangat, dia mengelus tangan sang Ayah yang semakin mengurus.

” Justin, maafin Papah..”

Justin mengerutkan keningnya “ Terlalu banyak kesalahan Papah sama kamu dan mendiang Ibu kamu.” Ucap lelaki paru baya itu

” Kalau saja Papah jujur dari awal mungkin Mamah kamu gak akan kecewa, Mamah kamu gak akan sakit dan pergi ninggalin kamu.” Lanjutnya..

Justin menghela nafasnya.. Sebenarnya dia tidak mau membahas ini lagi, dia sudah mengikhlaskan kepergian Sang Ibu tetapi sang Ayah malah kembali membahasnya.

” Kamu udah ketemu sama dia ?” Tanya sang Ayah

” Belum pah, Justin akan usahain buat nyari dia.”

” Setahun yang lalu Papah sempat menemui Yoana, Papah ingin mencari adik kamu itu. Tapi Yoana malah memaki dan mengusir Papah.”

Yoana, Justin jelas tahu siapa wanita yang dikatakan oleh Ayahnya itu. Yoana adalah mantan istri simpanan sang Ayah. Saat pertama kali Justin tahu fakta itu dia benar-benar murka karena bisa-bisanya sang Ayah bermain dengan perempuan lain bahkan sampai mempunyai seorang anak. Begitupula dengan mendiang Ibunya, setelah mengetahui fakta ini Sang Ibu benar-benar murka.

Kenyataan itu pula yang membuat kesehatan sang Ibu semakin hari semakin menurun dan akhirnya sang Ibu harus pergi kembali kepangkuan sang Tuhan. Justin sangat membencinya, dia membenci sang Ayah, membenci perempuan bernama Yoana itu, dan membenci anak itu. Saudara tirinya, Adik tirinya yang bahkan Justin tak tahu rupanya seperti apa.

” Papah pernah melihat foto masa kecilnya dirumah Yoana, dia anak yang manis senyumnya cantik. Apalagi sekarang, dia sudah dewasa..Papah ingin bertemu dengannya sebelum Papah harus pergi menyusup Ibu kamu.”

” Pah jangan bicara gitu, Papah pasti sembuh. Papah harus sembuh, dan Justin akan berusaha mencari Adik Justin..”

Awalnya Justin memang sangat membenci Ayahnya, namun seiring berjalannya waktu hati Justin terenyuh dan kembali menghangat apalagi setelah melihat kesehatan sang Ayah yang semakin hari semakin memburuk. Maka saat itu pula Justin menghilangkan perasaan bencinya pada Sang Adik dan mulai mencari keberadaannya. Justin menemui Yoana, tetapi perempuan itu mengatakan jika adiknya sudah mati. Justin tahu jika perempuan itu berbohong, dia yakin adiknya masih hidup namun entah dimana dia sekarang...

Hari itu, tepat dimana Justin mulai menemukan titik terang tentang Adiknya sang Ayah pergi meninggalkannya untuk selamanya.. Justin benar-benar terpuruk, dia bahkan mengabaikan pekerjaannya. Namun dia tak mau lama-lama terpuruk dalam kesedihannya, karenan dia mengingat pesan terakhir yang disampaikan sang Ayah padanya..

Justin harus menemukan sang Adik dan membawanya tinggal bersamanya..

” Model itu namanya Park Jihoon, dia ikut terseret kedalam kasus Yoana. Saya yakin jika Park Jihoon adalah orang yang anda cari Tuan..”

Justin menatap foto figur seseorang yang diberikan oleh salah satu bawahannya itu, dia Park Jihoon.. adik tirinya?

” Cantik..” Justin bergumam

” Ya Tuan..?”

” Tolong cari tahu semua tentang dia.” Perintah Justin, dia harus mencari tahu semuanya tentang Jihoon mengapa lelaki manis itu memutuskan hubungannya dengan Yoana.

Dan satu fakta yang membuat Justin begitu tak mempercayainya jika Jihoon adalah kekasih dari Ha Yoonbin CEO albis group. Perusahaan Yoonbin pernah sekali bekerja sama dengan perusahaanya..

Mengapa dunia sesempit ini ?

•••

“ Pah..papah benar, Jihoon manis senyumanya cantik. Dia sekarang seorang model, Justin udah semakin dekat dengan Jihoon pah. Tapi Justin belum bilang semuanya sama dia tentang Papah.” Justin mengusap nisan yang sang Ayah

” Justin belum siap, dan Justin takut dia membenci Justin..”

” Pah maaf, Justin tahu ini salah tapi Justin udah jatuh cinta sama Jihoon. Maaf pah..” Justin menunduk membiarkan airmatanya menetes.

Lelaki tersiksa dengan perasaannya sendiri, mengapa dan kenapa dia haris jatuh cinta pada adik tirinya sendiri..

  • Orang baru -

Jihoon membuka menatap bangunan yang interiornya terlihat sudah tua namun memberikan kesan estetik disetiap sudutnya. Bangunan itu adalah sebuah book cafe kecil, letaknya berada dipinggiran kota Jakarta sehingga tak banyak orang yang tau cafe itu. Kapan terakhir Jihoon menginjakan kakinya di book cafe itu? Jihoon tidak ingat. Apa pemiliknya masih sama atau tidak ? Jihoon tersenyum, dia membuka cafe aroma buku yang sudah lama tersimpan didalam lemari langsung menyapa indera penciumannya. Jihoon sangat menyukai aroma itu..

” Selamat datang..” seorang gadis mungkin berumur 20 tahunan menyapa Jihoon.

Jihoon tersenyum hangat “ Hallo..” Jihoon menyapa

” Mau pesan apa kak ?”

” Menunya masih sama ?” Tanya Jihoon, gadis itu nampak bingung

” Aku dulu sering kesini, apa ownernya masih sama ? Kak Alex ?” Tanya Jihoon

” Kak Alex itu Kakak aku, dia udah nikah tinggal di semarang. Cafe ini sekarang aku yang urus kak..” jawab gadis itu

” Aku Gina kak..” gadis itu mengulurkan tangannya

” Jihoon..”

” Aku tau, Kakak model itu kan..”

Jihoon nampak kaget saat Gina mengenalinya. “ Siapa sih yang gak tau Kakak, Kak Jihoon mau pesan apa ?”

” Aku mau dua hot coklat, hot coklat disini enak jadi satu cangkir gak cukup.” Jihoon tertawa kecil

” Oke kak..”

” Aku tunggu disana yah, di meja dekat jendela.”

Gina menganggukan kepalanya kemudian beranjak untuk membuatkan dua cangkir hot coklat untuk Jihoon.

••• Jihoon terlihat larut kedalam buku bacaannya, diluar hujan menguyur deras kota Jakarta. Beruntung suhu didalam cafe cukup hangat sehingga Jihoon tidak terlalu kedinginan.

” Jihoon..”

Jihoon mengalihkan pandangannya pada seseorang yang tiba-tiba datang menghampirinya. Keningnya sedikit berkerut karena merasa tak begitu asing dengan wajah itu.

” Gue Justin..”

Justin ?

” Orang yang beberapa waktu lalu dm lo di twitter.” Ucap orang bernama Justin itu.

” Ah sorry, pantes aja gue kaya pernah liat lo.” Jihoon tersenyum tipis.

” Gue boleh duduk ? Itu juga kalo lo gak ke ganggu..”

Jihoon mengangguk dan mempersilahkan Justin untuk duduk.

” Sendirian Ji ?”

” Iya, sengaja mau nenangin diri sendiri.” Jawab Jihoon

” Gue kira berdua, soalnya ada dua cangkir dimeja.”

” Ah anu gue suka hot coklatnya jadi gue pesen dua, kalo lo mau ambil aja yang satu masih baru.” Jihoon menggaruk tengkuknya.

” Thank You..” Justin tersenyum

” Kenapa bisa ada disini ?” Tanya Jihoon

” Kebetulan gue ada disekitar sini, terus gak sengaja liat lo jalan sendiri maaf kalo gue lancang dan gak sopan gue ikutin lo kesini.” Ucap Justin jujur, dia yakin setelah ini Jihoon pasti akan risih padanya.

” Gak papa..”

” Lo sering kesini ?” Tanya Justin

” Dulu sering, dan sekarang baru kesini lagi.”

” Ji maaf sebelumnya kalo lo gak nyaman, tapi gue gak mau buang kesempatan bue ngobrol bareng lo.” Ucap Justin, Jihoon tertawa kecil melihat raut wajah lelaki dihadapannya itu.

” Santai aja, gue seneng ada temen ngobrol..”

Justin menghela nafas lega, dia hanya tidak ingin Jihoon memberikan kesan tak sopan dan mengganggu privasi lelaki manis itu. Tapi ternyata Jihoon sangat ramah dan sangat welcome padanya, bahkan lelaki manis itu sesekali melemparkan candaan pada Justin. Mereka asik berbincang sampai tak sadar dengan waktu, sampai akhirnya mereka pulang saat waktu menunjukan pukul sepuluh malam dan Justin bersedia mengantarkan Jihoon pulang ke apartementnya.

” Thanks udah nganterin gue..” ucap Jihoon

” Sama-sama, lagian bahaya kalo lo pulang udah larut malam gini sendiri. Lo tinggal disini ?” Tanya Justin, Justin sangat mengenal bangunan apartement tempat Jihoon tinggal.

Albis suit, salah satu kawasan apartement mewah milik Albis Group. Tapi Justin tak heran, karena Jihoon adalah kekasih dari Ha Yoonbin CEO Albis Group.

” Iya, sekali lagi makasih yah..gue masuk dulu.” Jihoon tersenyum manis sebelum dia keluar dari mobil milik Justin dan melangkah masuk kedalam gedung apartement tempat dia tinggal itu.

” Pah...Justin udah selangkah lebih dekat dengan Jihoon. Justin hanya butuh waktu lagi untuk bilang semuanya..siapa sebenarnya Justin pada Jihoon.”

  • A problem -

” Yang kenapa ?” Tanya Jihoon saat melihat Yoonbin diam dengan tatapan mata yang kosong.

” Gak papa yang..”

Jihoon mendesah kecil, dia mengangkat tangannya untuk mengelus wajah tampan kekasihnya itu.

” Yang aku tau kamu banget, kamu diem terus dari tadi. Pasti kamu ada masalah, kenapa hmm? Ada masalah dikantor ?” Tanya Jihoon

Yoonbin menggenggam tangan Jihoon yang menyentuh wajahnya.

” Oma sakit yang..”

” Sakit? “

” Iya, kesehatannya drop. Aku mau jenguk oma, kamu gak papakan aku tinggal dulu ? Tadinya aku mau ajak kamu, tapi kamu dua hari kedepan padatkan jadwalnya ?”

Jihoon mengangguk “ Iya, gak papa kamu pergi aja. Salam buat Mamah sama Papah yah, Oma kamu juga semoga cepet sembuh.” Jihoon tersenyum hangat

Yoonbin menghela nafasnya, dia sungguu merasa bersalah pada kekasihnya itu. Yoonbin tidak tahu harua melakukan apa, dia tidak ingin kehilangan Jihoon. Yoonbin sangat mencintainya, Jihoon sangat berharga untuknya. Yoonbin akan melakukan apapun untuk mempertahankan Jihoon, dia akan terima jika kemungkinan sang Oma mendepaknya dari kursi pimpinan asalkan dia bisa hidup bersama Jihoon selamanya.

” Yang..”

” Hmm ?”

” I need you..”

Jihoon tersenyum kemudian menganggukan kepalanya, dia juga sangat merindukan kehangatan Yoonbin.

•••

” Oma dikamar Ben..” ucap Helena, dia menepuk bahu anak lelakinya itu.

” Bicarain baik-baik sama Oma kamu, tapi jangan sampai kamu kebawa emosi nak..” sahut Denis kepada Putra kebanggaannya itu.

Yoonbin mengangguk, kemudian melangkah menuju kamar sang Oma. Yoonbin membuka pintu perlahan, dia menatap sang Oma yang tengah duduk terdiam diatas ranjangnya.

” Oma..” Yoonbin memanggil pelan kemudian mendudukan diri disamping tubuh ringkih Ibu dari Ayahnya itu.

” Oma Ben pulang..” Yoonbin meraih tangan kurus Omanya.

” Ben kangen sama Oma, maaf Ben baru pulang sekarang.” Yoonbin melanjutkan ucapannya.

” Kamu masih inget sama Oma ?” Sang Oma bertanya tanpa menatap kearah Yoonbin.

” Maaf Oma, Ben gak maksud buat lupain Oma..” lirih Yoonbin

” Semenjak kamu pacaran sama anak itu kamu jadi lupa sama Oma kamu sendiri Ben..”

” Oma..”

” Oma berharap kamu bisa dapet orang yang sepadan, tapi kamu sama aja seperti ayahmu itu. Berhubungan dengan orang yang gak jelas asal usulnya.”

” Oma, Ben mohon..kali ini saja Oma biarin Ben buat milih apa yang Ben mau. Ben udah buang jauh-jauh cita-cita Ben untuk jadi seorang pilot. Kali ini Ben mohon dengan sangat Oma, biarin Ben hidup dengan Jihoon.” Yoonbin memohon, bahkan lelaki itu sudah mengeluarkan airmatanya.

” Apa yang kamu lihat dari anak itu Ben ?”

” Ben memilih Jihoon karena dia yang berhasil mengetuk pintu hati Ben yang selama ini tertutup rapat Oma.. Jihoon sangat berharga buat Ben. Ben mohon oma..” Yoonbin semakin memohon agar pintu hatinya terbuka dan membiarkan dirinya memilih Jihoon.

” Terserah, kamu sama aja mengecewakan kaya Ayahmu itu. Kalian sama-sama keras kepala.” Ujar sang Oma, wanita paruh baya itu terlihat meneteskan airmatanya.

Yoonbin tidak tahu, apa maksud dari ucapan sang Oma.. Namun setidaknya, Sang Oma tidak menyuruhnya untuk meninggalkan Jihoon.

” Oma, Jihoon adalah orang yang baik. Ben hanya bahagia dengan dia Oma, maafin Ben Oma..kali ini Ben gak bisa nurutin perintah Oma lagi. Ben udah dewasa, Ben berhak buat mutusin sendiri siapa yang akan menjadi pendamping hidup Ben nanti Oma..”

Yoonbin memeluk tubuh ringkih itu, dan sang Oma sama sekali tidak membalas pelukannya..

  • A problem -

” Yang kenapa ?” Tanya Jihoon saat melihat Yoonbin diam dengan tatapan mata yang kosong.

” Gak papa yang..”

Jihoon mendesah kecil, dia mengangkat tangannya untuk mengelus wajah tampan kekasihnya itu.

” Yang aku tau kamu banget, kamu diem terus dari tadi. Pasti kamu ada masalah, kenapa hmm? Ada masalah dikantor ?” Tanya Jihoon

Yoonbin menggenggam tangan Jihoon yang menyentuh wajahnya.

” Oma sakit yang..”

” Sakit? “

” Iya, kesehatannya drop. Aku mau jenguk oma, kamu gak papakan aku tinggal dulu ? Tadinya aku mau ajak kamu, tapi kamu dua hari kedepan padatkan jadwalnya ?”

Jihoon mengangguk “ Iya, gak papa kamu pergi aja. Salam buat Mamah sama Papah yah, Oma kamu juga semoga cepet sembuh.” Jihoon tersenyum hangat

Yoonbin menghela nafasnya, dia sungguu merasa bersalah pada kekasihnya itu. Yoonbin tidak tahu harua melakukan apa, dia tidak ingin kehilangan Jihoon. Yoonbin sangat mencintainya, Jihoon sangat berharga untuknya. Yoonbin akan melakukan apapun untuk mempertahankan Jihoon, dia akan terima jika kemungkinan sang Oma mendepaknya dari kursi pimpinan asalkan dia bisa hidup bersama Jihoon selamanya.

” Yang..”

” Hmm ?”

” I need you..”

Jihoon tersenyum kemudian menganggukan kepalanya, dia juga sangat merindukan kehangatan Yoonbin.

•••

” Oma dikamar Ben..” ucap Helena, dia menepuk bahu anak lelakinya itu.

” Bicarain baik-baik sama Oma kamu, tapi jangan sampai kamu kebawa emosi nak..” sahut Denis kepada Putra kebanggaannya itu.

Yoonbin mengangguk, kemudian melangkah menuju kamar sang Oma. Yoonbin membuka pintu perlahan, dia menatap sang Oma yang tengah duduk terdiam diatas ranjangnya.

” Oma..” Yoonbin memanggil pelan kemudian mendudukan diri disamping tubuh ringkih Ibu dari Ayahnya itu.

” Oma Ben pulang..” Yoonbin meraih tangan kurus Omanya.

” Ben kangen sama Oma, maaf Ben baru pulang sekarang.” Yoonbin melanjutkan ucapannya.

” Kamu masih inget sama Oma ?” Sang Oma bertanya tanpa menatap kearah Yoonbin.

” Maaf Oma, Ben gak maksud buat lupain Oma..” lirih Yoonbin

” Semenjak kamu pacaran sama anak itu kamu jadi lupa sama Oma kamu sendiri Ben..”

” Oma..”

” Oma berharap kamu bisa dapet orang yang sepadan, tapi kamu sama aja seperti ayahmu itu. Berhubungan dengan orang yang gak jelas asal usulnya.”

” Oma, Ben mohon..kali ini saja Oma biarin Ben buat milih apa yang Ben mau. Ben udah buang jauh-jauh cita-cita Ben untuk jadi seorang pilot. Kali ini Ben mohon dengan sangat Oma, biarin Ben hidup dengan Jihoon.” Yoonbin memohon, bahkan lelaki itu sudah mengeluarkan airmatanya.

” Apa yang kamu lihat dari anak itu Ben ?”

” Ben memilih Jihoon karena dia yang berhasil mengetuk pintu hati Ben yang selama ini tertutup rapat Oma.. Jihoon sangat berharga buat Ben. Ben mohon oma..” Yoonbin semakin memohon agar pintu hatinya terbuka dan membiarkan dirinya memilih Jihoon.

” Terserah, kamu sama aja mengecewakan kaya Ayahmu itu. Kalian sama-sama keras kepala.” Ujar sang Oma, wanita paruh baya itu terlihat meneteskan airmatanya.

Yoonbin tidak tahu, apa maksud dari ucapan sang Oma.. Namun setidaknya, Sang Oma tidak menyuruhnya untuk meninggalkan Jihoon.

” Oma, Jihoon adalah orang yang baik. Ben hanya bahagia dengan dia Oma, maafin Ben Oma..kali ini Ben gak bisa nurutin perintah Oma lagi. Ben udah dewasa, Ben berhak buat mutusin sendiri siapa yang akan menjadi pendamping hidup Ben nanti Oma..”

Yoonbin memeluk tubuh ringkih itu, dan sang Oma sama sekali tidak membalas pelukannya..

•••

” Ra...”

” Kenapa Kak? Kakak butuh sesuatu ?” Tanya Rara

Jihoon menggelengkan kepalanya, bibirnya tersenyum tipis.

” Ra, aku mau batalin pernikahan aku sama Yoonbin.”

Rara membulatkan matanya, gadis itu terkejut bukan main mendengar ucapan dari Jihoon

” Kak Ji kok ngomong gitu ?”

” Dari awal aku harusnya sadar Ra, aku siapa dan Yoonbin siapa. Kita gak akan bisa bersama, harusnya Yoonbin nyari orang yang sepadan bukan dengan orang kaya aku Ra..” Jihoon menunduk, airmatanya menetes begitu saja.

Sebelum Yoonbin pergi ke Australia, Jihoon yang awalnya iseng ingin melihat daftar chat Yoonbin malah tertampar keras saat membaca pesan Yoonbin dan Ibunya.

” Kak Ji jangan ngomong gitu, dua bulan lagi kalian nikah. Kak Bin pasti marah kalo Kakak kaya gini..” Rara ikut menangis saat melihat Jihoon semakin menangis kencang. Gadis itu memeluk tubuh bergetar Jihoon, dan berusaha menenangkan Jihoon.

” Sakit ra...kenapa Tuhan jahat banget sama aku..” isak Jihoon

Untuk Tuhan berulang kali menyelamatkan dirinya saat hendak mengakhiri hidupnya tetapi Tuhan malah memberikan begitu banyak cobaan kepadanya ? Bukankah itu sama saja Tuhan sedang mencoba membunuhnya secara perlahan..?

Kenapa dunia ini begitu tidak adil padanya..?

  • Curhat colongan -

” Yuhu baby Jeano aunty cantik datang..” seru Ryujin, suaranya menggema didalam apartement milik Asahi.

” Berisik Jin, untung Jeano gak nangis.” Sahut Junkyu, si pipi bapao itu sudah lebih dulu datang kerumah Asahi.

” Hai Jeano..lucu banget sih pengen gue gigit rasanya.” Gemas Jihoon, matanya terlihat berbinar melihat Jeano yang tengah menikmati biskuit bayinya.

” Kalian gak bawa apa-apa? “ tanya Asahi melihat Ryujin dan Jihoon datang dengan tangan kosong.

” Lupa gue, soalnya mau buru-buru ketemu Jean nanti deh gue beliin hadiah buat Jean.” Ryujin menjawab

” Sa pengen gendong..” Jihoon merengek

Asahi memutar bola matanya kemudian dia memberikan Jeano kepada Jihoon. “ Wangi banget Jean..” Jihoon mengecupi pipi gembil Jeano, dan si kecil langsung tersenyum lebar.

” Iya dong kan Jean udah mandi uncle..” Asahi tersenyum dia memainkan tangan mungil Jeano.

” Hoon lo mau adopsi anak juga ?” Tanya Junkyu.

” Udah gue omongin, Yoonbin setuju juga. Tapi nanti keputusannya setelah kita nikah. Lo sendiri gimana sama Yoshi ?” Jihoon balik bertanya pada Junkyu

” Gue sama Yoshi belum ngomongin masalah anak. Kita sekarang lagi sibuk ngurusin persiapan pernikahan.” Jawan Junkyu

” Gak kerasa tinggal sebulan lagi lo sama Yoshi naik ke pelaminan.” Sahut Asahi

” Kyu, masalah Yoshi sama Haruto gimana ?” Tanya Ryujin begitu penasaran tentang Yoshi dan Haruto yang sempat sindir-sindiran di media sosial.

” Yoshi ngamuk, dia gak tau ngomong apa sama Haruto.” Jawan Junkyu

” Terus apartement itu gimana ?” Jihoon ikut penasaran.

” Udah gue tinggalin, sekarang gue tinggal diapartement baru sama Yoshi. Gak tau deh itu apartement gimana, mungkin udah ditempatin sama Haruto lagi.” Jawan Junkyu

” Lo beneran udah move on dari Haruto?” Tanya Ryujin

Junkyu mendesah kecil, sejujurnya dia masih sedikit belum bisa melupakan Haruto. Bagaimanapun juga Junkyu sudah terbiasa bersama Haruto sejak dulu. Namun sekarang dia harus mencoba melupakan mantan kekasihnya itu, dia harus menghargai Yoshi yang sebentar lagi akan berstatus menjadi suaminya.

” Perlahan-lahan juga gue lupa nanti sama Haruto, gue harus ngehargain Yoshi. Gimanapun juga gue bakal hidup sama Yoshi nantinya.” Ujar Junkyu

Tiga lainnya menganggukan kepalanya, setelah curhat colongan itu mereka kembali fokus pada Jeano yang sedari tadi diam tak tau apa-apa dengan perbincangan orang dewasa disekitarnya.

•••

” Yang..”

” Hmmm..” Yoonbin menyahut dia meletakan ponsel miliknya diatas nangkas meja, lalu menatap Jihoon.

” Apa yang..”

” Kita nikah tinggal dua bulan lagi..”

” Iya terus?”

” Aku kok gugup dari sekarang yah..”

Yoonbin tertawa kecil “ Wajar yang, pernikahan itu sakral.”

” Bin..”

” Hmm?”

” Kita bakal terus sama-sama kan? Aku takut..”

” Hei apa yang kamu takutin?”

” Semuanya, aku takut aku gak bisa bareng terus sama kamu.”

” Hei Don't say that baby, aku gak suka kalo kamu udah overthink gini. Kita bakalan terus sama-sama yang, gak ada yang bisa pisahin kita. Percaya sama aku hmm?”

Jihoon mendesah kecil kemudian menganggukan kepalanya.. Semoga saja, Jihoon berharap dia akan terus bersama dengan Yoonbin selamanya.

Jihoon terlalu takut kehilangan lelaki sempurna seperti Yoonbin..

  • New Family • Jaesahi -

” Sa kamu gak papa?” Asahi menoleh kearah Ibu Mertuanya, kemudian tersenyum tipis.

” Asa gugup mah..”

” Loh gugup kenapa sayang..” Karina duduk disamping menantunya itu.

” Asa takut, kalo nanti bayinya gak betah tinggal sama Asa.” Jawab Asahi, dari semalam lelaki manis itu tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkan masalah tentang rencana anak yang akan dia adopsi bersama Jaehyuk. Asahi takut anaknya nanti tidak akan betah tinggal bersama dia dan Jaehyuk.

” Kamu tenang, anak kalian nanti akan betah kok tinggal sama kalian. Kamu pasti akan suka sama anaknya, dia bayi laki-laki umurnya masih 13 bulan..” ucap Karina, sebelumnya dia sudah bertemu lebih dulu dengan calon cucunya itu. Anak yang akan Asahi dan Jaehyuk adopsi sudah tinggal dipanti asuhan milik keluarga Karina sejak kulitnya masih merah. Bayi laki-laki itu ditinggalkan begitu saja didepan panti asuhan tanpa sehelai kain yang menyelimuti tubuh kecilnya yang kedinginan.

” Asa harap gitu mah.”

” Yang, Mah ayo kita berangkat sekarang.” Ajak Jaehyuk yang baru saja keluar dari kamar..

•••

” Namanya Jeano, dulu mamah yang kasih nama dia.” Karina menggendong seorang bayi laki-laki berumur 13 bulan.

Asahi tersenyum manis, bayi itu sangat tampan. Matanya berkilau bak mutiara hitam yang begitu mahal. Anak itu masih begitu murni, sungguh tega sekali orangtuanya membuang bayi sempurna seperti Jeano.

” Coba kamu gendong sa..”

Asahi mengambil alih Jeano dari Karina dan menggendongnya hati-hati.

” Hallo Jeano..aku Papa Asahi..” ucap Asahi, Jeano mendongkak menatap wajah Asahi kemudian bibir bayi itu tersenyum lebar.

” Dia suka sama kamu yang..” ucap Jaehyuk seraya mengecup pipi Jeano

” Lucu..” ucap Asahi kemudian lelaki manis itu tiba-tiba menangis dan memeluk erat tubuh gempal Jeano.

” Kok nangis sa..” Karina merasa heran, namun bibirnya tersenyum hangat.

” Sedih aja liat Jeano pokoknya Asa sayang sama Jeano, Jeano harus betah tinggal sama Papa Asa ya? “ ucap Asahi disela isakannya.

” Yang, kamu ini dasar..” Jaehyuk tertawa kecil, dia mengusak lembut surai suami manisnya itu. Begitu pula dengan Karina yang juga tertawa kecil melihat tingkah laku menantunya..

  • Cuddle -

” Hati-hati yang makannya gak akan abis ini sama Aben.” Ucap Yoonbin

Sementara Aben yang merasa namanya dipanggil mengeong, kucing abu itu tengah duduk santai diatas meja pantry seraya memperhatikan Tuannya.

” Aku udah lama gak makan sushi..” ucap Jihoon setelah melahap potongan sushi terakhirnya.

” Udah kenyang?” Tanya Yoonbin seraya membereskan bekas makan Jihoon.

” Belum sih sebenernya tapi abis ini kan mau makan tiramisu hehhehe..” Jihoon membuka bungkusan tiramisunya, sebelum dia melahapnya dia harus pamer dulu di sosmed terutama kepada teman-temannya.

Jihoon tertawa kecil begitu membaca semua komentar teman-temannya sementara Yoonbin mendesah kecil melihat kekasihnya itu. Ini kebiasaan Jihoon jika sudah fokus pada ponselnya, kekasihnya itu akan melupakan semuanya termasuk tiramisunya yang sejak tadi memanggil untuk segera disantap.

” Yang ih siniin hpnya..” Jihoon merengek saat Yoonbin merebut paksa ponselnya.

” Makan dulu, kamu kebiasaan kalo udah fokus sama hp jadi lupa makan.” Ucap Yoonbin dengan tegas, Jihoon mengerucutkan bibirnya dia kemudian melahap tiramisunya.

” Abisin aku mau mandi dulu.” Yoonbin beranjak darisana dan masuk kedalam kamar untuk membersihkan diri.

” Nyebelin!” Runtuk Jihoon, Aben mengeong menyahuti seakan-akan menyetujui ucapan Jihoon. Kucing abu itu punya dendam tersendiri pada Yoonbin, karena Yoonbin kerap kali menyabotase Jihoon darinya.

•••

Jihoon menatap jam yang tergantung di dinding kamar, sekarang waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam tetapi Yoonbin belun juga keluar dari ruang kerjanya. Sebelumnya Yoonbin mengatakan pada Jihoon tidur lebih dulu sementara dia harus mengecek kembali laporan keuangan diperusahaannya. Yoonbin bilang hanya sebentar, tetapi ini sudah dua jam lamanya lelaki itu belum juga menyelesaikan pekerjaannya. Dengan kesal, Jihoon beranjak dari tempat tidur kemudian melangkah masuk kedalam ruang kerja kekasihnya. Lihatlah, Yoonbin begitu fokus sampai tak menyadari jika Jihoon tengah berjalan menghampirinya.

” Yang..”

Yoonbin menoleh “ Kok belum tidur yang ?”

Jihoon tak menjawab, si manis kemudian mendudukan diri dipangkuan Yoonbin. Melingkarkan kakinya dipinggang Yoonbin dan meringsut masuk kedalam pelukan hangat kekasihnya itu.

” Yang ayo bobo..”

” Bentar lagi yang, tinggal dikit lagi..”

” Bobo sekarang pokoknya.” Jihoon menenggelamkan wajahnya diceruk leher Yoonbin.

” Kamu lanjut tidur aja dulu, nanti aku gendong.”

Jihoon tidak menjawab, dia mengusakan wajahnya menghirup aroma citrus mint dari tubuh Yoonbin. Wangi yang selalu membuatnya nyaman jika berada didalam pelukan kekasihnya itu.

” Yang jangan mulai..” geram Yoonbin saat Jihoon sengaja menggigit lehernya. Sementara Jihoon tertawa kecil..

” Makannya ayo bobo, katanya mau cuddle.” Rengek Jihoon.

Yoonbin menghela nafasnya, dia menyimpan document-document sebelum mematikan macbooknya lalu beranjak dari kursi kerjanya dengan Jihoon yang masih berada digendongan koalanya.

” Yang kamu kok makin berat.”

” Jangan ngeledek deh! Iya aku tau aku berat, kiloanku naik sekilo.” Bibirnya Jihokn menekuk sedih, selama dia berada dirumah terus dia jadi banyak makan dan tidak memperdulikan berat badannya.

” Aku harus diet lagi..”

” Jangan diet.”

” Ih entar aku gak mau keliatan kaya babi entar pas pemotretan!” Pekik Jihoon

” Biarin, biar para buaya itu gak godain kamu lagi.” Ucap Yoonbin lalu mengecup bibir Jihoon yang mencebik lucu.

” Lagi..”

” Hah?” Kening Yoonbin mengekerut bingung.

” Cium lagi! Hari ini aku belum dikasih cium sama Mas Ben.”

” Yatuhan, jangan gemes gini dong yang..udah tau aku paling lemah kalo liat kamu gemes gini.” Yoonbin menciumi seluruh wajah manis Jihoon, sementara si manis terkikik lucu.

” Beautiful..”

” Ng?”

” You are so beautiful baby, i'm so lucky to have you.” Ujar Yoonbin

” Aku yang lebih beruntung karena bisa jadi orang yang paling spesial buat kamu, makasih yang kamu udah nerima aku. Kamu gak pernah peduli latar belakang aku gimana, aku sayang banget sama kamu Bin..” ucap Jihoon

Yoonbin tersenyum hangat “ Aku milih kamu itu karena kepribadian kamu yang, aku milih kamu karena kamu ini Park Jihoon..orang yang berhasil ngetuk pintu hati aku yang selama ini tertutup rapat.” Ujar Yoonbin

” Sayang Mas Ben banyak-banyak..” Jihoon memeluk leher Yoonbin erat

” Sayang Dek Jihoon juga..”

” Kok Dek Jihoon sih.”

” Kan Mas sama Adek hehehe.”

Jihoon mendengus kemudian tersenyum dan menyambut ciuman lembut dari Yoonbin...

  • Get well soon Jihoon-

” Yang udah kamu ke kantor aja, aku gak papa kok.” Ucap Jihoon pada Yoonbin.

Jihoon memang tengah sakit, kesehatan lelaki manis itu tiba-tiba drop karena terlalu banyak memikirkan masalah yang menimpanya akhir-akhir ini. Hal itu tentu saja membuat Yoonbin begitu khawatir, lelaki itu bahkan tak sedetik pun ingin beranjak dari sisi Jihoon.

” Gak papa yang, kan kerjaan bisa dihandle sama Jaehyuk.”

” Kamu jangan selalu nyusahin Jaehyuk terus kasian, udah pergi aja lagian kan ada Rara juga..kamu gak usah khawatir.” Ucap Jihoon, Yoonbin mendesah kecil kemudian menganggukan kepalanya.

” Yaudah aku pergi ke kantor, tapi kalo ada apa-apa kamu langsung hubungin aku ya?” Yoonbin mengusap surai lembut kekasih manisnya itu.

” Iya, udah sana keburu macet nanti.” Yoonbin mengecup kening Jihoon cukup lama, sebelum dia beranjak pergi menuju kantornya.

” Ra jagain Jihoon yah, aku mau ke kantor.” Ucap Yoonbin pada Rara yang tengah menyiapkan bubur untuk Jihoon.

” Kak gak sarapan dulu?”

” Gak usah, nanti dikantor aja. Aku titip Jihoon.”

Rara mengangguk “ Iya kak Ben..”

•••

” Ra ada tamu..”

” Bentar kak aku liat dulu siapa.” Rara beranjak dari tempat duduknya untuk mengecek intercom dan melihat siapa yang datang.

” Siapa Ra?” Tanya Jihoon

” Kak Asa, Kak Junkyu, sama Kak Ryujin.” Jawan Rara seraya membukakan pintu apartement dan mempersilahkan tiga teman Jihoon itu untuk masuk.

” Jihoon!” Junkyu langsung memekik kencang dan berjalan cepat untuk menghampiri Jihoon yang tengah berbaring diatas sofa bed ruang tengah bersama Aben dipangkuannya.

” Kyu jangan teriak! Malu-maluin aja lo!” Ujar Ryujin seraya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Junkyu. Sementara Junkyu memperlihatkan cengirannya.

” Yeji mana?” Tanya Jihoon

” Nanti nyusul, dia lagi meeting.” Jawab Ryujin seraya menyimpan bingkisan untuk Jihoon diatas meja.

” Sini Abennya biar gue yang pangku.” Asahi mengambil alih Aben dari pangkuan Jihoon, dan sikucing abu itu langsung meringsut nyaman didalam pelukan Asahi.

” Mau pada minuk apa kak?” Tawar Rara

” Gak usah Ra, kamu duduk aja kalo mau minum kita bisa ambil sendiri.” Sahut Asahi

Rara mengangguk kemudian kembali duduk disamping Jihoon. “ Gimana udah mendingan?” Tanya Junkyu

” Mendingan, gak selemes kemarin.” Jawab Jihoon

” Makannya lo jangan terlalu banyak pikiran sampe lupa makan dan akhirnya tumbang gini.” Sahur Ryujin

” Iya maaf, abisnya gue beneran gak selera makan kemarin-kemarin.” Ucap Jihoon

” Pokoknya lo jangan overthink lagi, jaga kesehatan juga.” Ucap Junkyu

” Cepet pulih ji, gue lebih baik liat lo cerewet daripada sakit gini. Anak-anak di studio juga udah kangen banget sama lo.” Ucap Asahi. Jihoon tersenyum, ternyata masih banyak orang yang sayang padanya. Jihoon merasa beruntung karena hal itu.

” Iya, gue bentar lagi juga sembuh kok..”

” Oh iya kebetulan lagi kumpul gini, gue mau ngasih tau lo semua kalo gue mau ngadopsi anak.” Ujar Asahi

” Serius lo?” Tanya Ryujin terlihat terkejut dengan apa yang dikatakan Asahi begitu pula dengan yang lainnya.

” Iya, gue juga udah ngomongin ini sama Jaehyuk.” Jawan Asahi

” Terus kerjaan lo gimana?” Tanya Junkyu

” Gue masih mikirin ini, kontrak gue udah mau abis sama itzy. Setelah punya adopsi anak nanti gue gak tau mau lanjutin karir gak tau enggak.” Ucap Asahi, dia begitu bingung. Disisi lain Asahi ingin mengurus seorang anak namun disisi lain dia juga memikirkan karirnya.

” Dipikirin dulu sa, lo kan masih muda perjalanan lo masih panjang. Jangan asal ambil keputusan biar lo gak nyesel nantinya. Lagian ngurus anak itu gak segampang yang lo pikirin.” Ucap Jihoon

” Kalo lo keteteran kasian anaknya, sukur-sukur bisa keurus kalo enggak gimana?” Tanya Ryujin

Asahi menghela nafasnya “ Iya bakal gue pikirin lagi nanti..”

Jihoon benar, Asahi tidak boleh asal mengambil keputusan. Asahi harus kembali membicarakan perihal rencana untuk mengadopsi anak bersama Jaehyuk.