Laulyn

  • I will stay with you no matter what -

Yoonbin baru sampai di Jakarta saat jam menunjukan pukul dua belas malam, ada keterlambatan penerbangan sehingga membuat Yoonbin menahan rasa emosi dan dia terlalu khawatir dengan keadaan Jihoon.

Hyunjin dan Sunwoo tak kunjung menemukan Jihoon dimanapun. Dan itu membuat Yoonbin semakin frustasi.

Yoonbin memasuki apartement miliknya, berharap Jihoon sudah kembali dan dalam keadaan baik-baik saja. Gelap, ruangan itu sangat gelap tak ada satupun lampu yang menyala. Yoonbin menyalakan seluruh lampu ruangan.

” Ji? Sayang?” Yoonbin memanggil Jihoon, kakinya melangkah menuju kamar miliknya. Kamar itu sama gelapnya, telinga Yoonbin sayup-sayup mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.

” Ji?” Yoonbin kembali memanggil, namun tak ada sahutan sama sekali dari dalam kamar mandi. Yoonbin tak mau berlama-lama untuk diam, dia membuka pintu kamar mandi dan apa yang dilihat dengan kedua bola matanya membuat Yoonbin terkejut dan memekik dengan keras.

” Jihoon!”

Disana? Diatas lantai marmer tubuh Jihoon tergeletak lemas tak berdaya dengan darah yang tak berhenti mengalir dari pergelangan tangannya.

” Jihoon! Sayang!” Yoonbin merobek lengan kemejanya dan melilitkan sobekan kain itu pada pergelangan tangan Jihoon.

” Hei sayang..bangun..” Yoonbin menepuk wajah pucat Jihoon.

” Ya Tuhan apa yang udah kamu lakuin ji.” Yoonbin membopong tubuh lemas Jihoon dan membawanya dengan cepat menuju rumah sakit.

Selama perjalanan menuju rumah sakit lelaki itu tak henti menangis dan memanggil nama sang kekasih. Dalam hatinya dia bergumam, meminta pada Tuhan agar menyelamatkan sang kekasih.

” Sayang bertahanlah..”

•••

Yoonbin menangkup kedua tangannya, dia memejamkan matanya. Perasaan gelisah terus meliputinya, bibirnya terus bergumam memanggil nama Jihoon. Apa yang sudah terjadi pada kekasihnya ? Kenapa Jihoon melukai dirinya sendiri?

” Tuan Ha Yoonbin.” Yoonbin beranjak dari tempat duduknya dia melangkah menghampiri Dokter yang menangani Jihoon.

” Gimana dok?”

” Beruntung Tuan Jihoon bisa bertahan, jika saja telat beberapa menit saja nyawanya tidak bisa diselamatkan.”

Yoonbin menghela nafas lega, dia berterima kasih pada Tuhan karena sudah berbaik hati menyelamatkan sang kekasih.

” Kami akan memindahkan pasien kekamar rawat.”

Yoonbin menganggukan kepalanya..

. . .

Jihoon mengerjapkan matanya, matanya mengedar menatap kesegala arah lalu pandangannya berhenti pada sosok Yoonbin yang tertidur disamping ranjangnya.

” Ben...” lirihnya Tangannya yang masih lemas berusaha menyentuh wajah Yoonbin.

Tidur Yoonbin terusik saat merasakan sesuatu yang menyentuh wajahnya, dia membuka matanya perlahan kemudian bibirnya tersenyum saat melihat Jihoon yang sudah tersadar sepenuhnya.

” Yang, akhirnya kamu sadar juga..” ucap Yoonbin kemudian dia mengecup tangan Jihoon yang sudah mulai menghangat

” Ben..kenapa aku disini..” lirih Jihoon

Kenapa aku disini? Seharusnya aku sudah mati Yoonbin – Jihoon bergumam didalam hatinya.

” Kamu ngelukain diri sendiri, untung aku gak terlambat. Dan Tuhan masih sayang sama kamu ji..”

Jihoon menangis.. Tuhan masih sayang padanya?

” Sayang, apa yang udah terjadi sampe kamu ngelukain diri sendiri ?”

Jihoon menggelengkan kepalanya “ Aku gak suka ngeliat kamu ji, aku benci ngeliat kamu kesakitan kaya gini. Dan aku benci sama diri sendiri karena ngebiarin kamu terluka..”

” Maafin aku bin..”

” Kenapa kamu minta maaf sayang?”

” Aku selalu bikin kamu khawatir, aku cuman bisa nyusahin kamu doang. Aku emang gak pantes buat kamu..”

” Hei Don't say that baby, kita mutusin buat bersama itu artinya kita harus saling ngelindungin. Kita harus saling percaya satu sama lain, jangan nyalahin diri sendiri sayang hmmm?”

Jihoon perlahan menghentikan isakan tangisnya, dia menganggukan kepalanya.

” Sekarang kamu istirahat lagi, aku gak akan nuntut kamu buat cerita sekarang...” Yoonbin mengusap pelan helaian demi helaian rambut Jihoon.

” Kamu jangan pergi..”

” Enggak sayang, aku bakalan tetap ada disamping kamu..”

Jihoon bernafas lega, kemudian dia perlahan kembali memejamkan matanya dia masih lelah dan efek obat bius yang diberikan dokter belum sepenuhnya menghilang.

•••

” Aku takut bin..” lirih Jihoon, lelaki manis itu sudah menceritakan apa yang sudah terjadi padanya.

Yoonbin mengeratkan pelukannya, dia mengecupi berulang kali kening Jihoon berusaha memberikan ketenangan untuk kekasihnya itu.

” Its okay, kamu gak akan kenapa-kenapa. Aku udah urus semuanya..” ucap Yoonbin

” Aku udah bunuh Nouran..”

” Sst..kamu jangan ngomongin hal itu lagi. Kamu jangan khawatirin apapun lagi, aku bakalan tetap ada disamping kamu apapun yang terjadi.”

Jihoon mengeratkan pelukannya, berada didalam pelukan Yoonbin membuat perasaannya selalu tenang..

” Setelah kamu pulih, kita konsultasi ke psikolog buat ngilangin trauma kamu..kamu mau kan sayang ?”

Jihoon hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Dia akan berhadapan dengan seorang psikolog seperti dulu lagi, Jihoon berharap kali ini traumanya akan benar-benar menghilangkan.

Karena Jihoon sudah benar-benar lelah...

  • Nouran -

Jihoon menghentikan mobilnya didepan sebuah gedung apartement yang nampak sepi, karena gedung itu berada ditepian kota yang jauh dari hiruk pikuk ibu kota.

Ya.. Jihoon bertekad akan menemui Nouran. Karena ini satu-satunya cara agar Nouran berhenti mengganggu dirinya. Jihoon sudah mendengar kabar tentang Asahi, emosinya semakin menjadi-jadi. Nouran, bajingan itu bahkan sudah melukai Asahi demi obsesinya terhadap Jihoon.

Bajingan itu..kenapa tidak membusuk saja dipenjara kenapa dia harus kembali dan merusak kebahagiaan yang Jihoon rasakan bersama Yoonbin. Jihoon menatap sebuah pisau lipat yang dia bawa, dengan tangan bergetar Jihoon membawa pisau itu dan menyimpannya didalam saku mantel yang dia kenakan. Jihoon memakai topinya untuk menutupi sebagian wajahnya, kemudian dia keluar dari dalam mobil dan melangkah masuk kedalam gedung apartement tempat dimana Nouran tinggal.

Jihoon berdiri menatap pintu apartement didepannya, dengan ragu dia memasukan password untuk membuka pintu apartement Nouran.

Pintu apartement terbuka, Nouran tak mengganti password apartement miliknya. Masih sama seperti dulu, yaitu tanggal ulangtahun Jihoon. Jihoon disambut dengan suara musik samar-samar dari dalam sebuah kamar saat dia masuk kedalam apartement itu. Keadaan didalam hunian itu masih tetap sama seperti dulu, foto-foto Jihoon masih terpajang rapih didinding. Jihoon meneguk ludahnya, dengan ragu dia melangkah semakin masuk kedalam tempat yang dulu sempat dia tinggali bersama Nouran. Tempat itu mempunyai begitu banyak memori untuk Jihoon, entah memori indah ataupun memori pahitnya bersama Nouran.

Jihoon melangkah mendekati sebuah kamar, dia membuka pintu itu dengan pelan.

” Welcome home baby..”

Tubuh Jihoon menegang. Disana, Nouran tengah duduk bersandar disebuah kursi dengan sebatang nikotin yang menyala ditangannya.

” Gue gak percaya kalo beneran datang.” Nouran tertawa kecil

” Come in ji, lo gak kangen sama gue?”

Jihoon mendekat perlahan, Nouran tersenyum matanya tak luput memperhatikan setiap gerak gerik Jihoon.

” Come in baby..” Nouran menarik Jihoon untuk duduk diatas pangkuannya. Nouran menarik topi yang menutupi sebagian wajah Jihoon, bibirnya kemudian tersenyum.

” Ah lo makin cantik ji, bahkan jauh lebih cantik dari jarak sedekat ini.” Nouran menyesap nikotinnya, lalu menghembuskan asap nikotin itu didepan wajah Jihoon.

Jihoon mematap lekat wajah Nouran, lelaki itu sama sekali tidak berubah masih sama seperti dulu. Lalu matanya turun menatap goresan-goresan tinta yang menghiasi tubuh lelaki itu.

Matanya berhenti menatap satu ukiran didada kiri Nouran, nama Park Jihoon tergores sangat jelas disana.

” I miss you baby, rasanya gila saat gue jauh dari lo.” Tangan Nouran menyusuri setiap lekuk wajah Jihoon.

” Lo bahagia tanpa gue ji?”

Jihoon meneguk ludahnya dengan kasar “ Gue bahagia, bahkan jauh bahagia dibanding saat gue sama lo. Gue bahagia bisa hidup dengan Yoonbin.” Jawab Jihoon Nouran tertawa, kemudian dia mencengkram helaian rambut Jihoon dengan kasar.

Jihoon meringis, matanya kemudian menatap Nouran dengan nyalang.

” Berani banget lo nyebut nama dia saat kita lagi berdua, jangan sebut nama itu sayang kalo gue denger lagi gue gak segan-segan buat nyakitin lo.” Ancam Nouran

” Denger sayang, lo itu cuman milik gue. Gak ada yang bisa ngambil lo dari gue, kalo gue gak bisa dapetin lo maka jangan harap orang lain bisa milikin lo.”

” Gue bakal bawa lo ke canada ji, kita bakal hidup berdua disana tanpa gangguan dari siapapun.”

” Dan lo harus mau ji..” ucap Nouran sebelum dia mendaratkan ciuman diatas bibir Jihoon.

” Will you have sex with me ?” Nouran mengangkat tubuh Jihoon dan membawanya keatas tempat tidur, Jihoon berulang kali berusaha memberontak namun tenaga Nouran lebih besar darinya.

” Calm down baby, kalo lo nurut gue gak akan nyakitin lo.”

” Dulu kita selalu ngabisin waktu disini ji, gue kangen sama lo..”

Jihoon memalingkan wajahnya saat Nouran hendak menciumnya.

” Lo nolak gue?” Nouran mencengkram wajah Jihoon dengan erat.

” Gue gak sudi!”

Nouran tersenyum miring, dia semakin menekan wajah Jihoon membuat siempunya meringis kesakitan.

” Ji semakin lo nolak, gue gak akan segan-segan buat nyakitin tubuh lo lagi. Lo gak mau kan wajah cantik ini gue ruksak, inget ji gue gak suka dibantah!”

Mata Jihoon membulat terkejut saat Nouran menodongkan sebuah pisau padanya.

” Lo gila Nouran!”

” Ya gue emang gila ji, gue gila karena lo. Gue cinta sama lo ji..”

” Kalo lo cinta sama gue lo gak akan nyakitin gue dulu!”

” Lo tau kenapa dulu gue nyakitin lo? Setelah jadi model lo main-main dibelakang gue ji, lo nyoba buat khianatin gue. Lo pergi sama banyak orang, lo seneng-seneng sama cowok lain.”

” Lo buta karena cemburu! Gue gak pernah nyoba buat main-main dibelakang lo!”

” Oh iya? Lo seneng saat banyak orang muji lo, dan lo lupain gue ji lo terlalu mabuk dengan ketenaran lo. Dan itu nyakitin hati gue ji..” lirih Nouran

Jihoon menggelengkan kepalanya, Nouran salah. Dia tidak pernah sekalipun melupakan Nouran, lelaki itu terlalu buat karena cemburu buta. Sehingga membuat cintanya untuk Jihoon berubah.

” Nouran gue mohon lepasin gue, lupain semua tentang kita. Gue mau memulai kehidupan baru, kalo lo merasa sakit hati karena gue maafin gue. Gue gak maksud buat nyakitin lo, lo juga harus bahagia..”

” Gimana bisa gue bahagia kalo kebahagiaan gue itu lo ji, dan gue gak akan biarin lo bahagia dengan Ha Yoonbin. Lo harus jadi milik gue lagi ji..”

” Gue bakal bunuh Ha Yoonbin kalo itu cara agar gue bisa milikin lo lagi..” ujar Nouran kemudian dia mencium Jihoon dengan kasar. Jihoon kembali memberontak, berusaha mendorong tubuh Nouran.

*bugh Jihoon berhasil menendang Nouran saat lelaki itu tengah lengah. Jihoon beranjak dengan cepat dari atas tempat tidur, dia menyambar sebuah pistol yang tergeletak begitu saja diatas meja. Tanpa berpikir panjang, Jihoon melesakan satu tembakan kearah dada kiri Nouran.

Nouran berteriak meringis kesakitan, matanya menatap kearah Jihoon yang masih menodongkan pistol padanya.

” Bangsat!” Nouran mengumpat dia berusaha berdiri namun tubuhnya kembali terjatuh, dan kesadarannya perlahan mulai menghilang.

Jihoon melemparkan pistol ditangannya, tubuhnya bergetar hebat melihat tubuh Nouran tergeletak bersimbah darah diatas lantai.

” Apa ya-ng gue la-kuin..” ucapnya terbata-bata

” Dia ma-ti..?”

Tanpa berpikir panjang, Jihoon berlari meninggalkan apartement Nouran dengan perasaan yang berkecamuk..

Dia sangat ketakutan sekarang.. Bagaimana jika Nouran mati? Tapi bukankah ini yang dia inginkan..?

  • Nouran -

Jihoon menghentikan mobilnya didepan sebuah gedung apartement yang nampak sepi, karena gedung itu berada ditepian kota yang jauh dari hiruk pikuk ibu kota.

Ya.. Jihoon bertekad akan menemui Nouran. Karena ini satu-satunya cara agar Nouran berhenti mengganggu dirinya. Jihoon sudah mendengar kabar tentang Asahi, emosinya semakin menjadi-jadi. Nouran, bajingan itu bahkan sudah melukai Asahi demi obsesinya terhadap Jihoon.

Bajingan itu..kenapa tidak membusuk saja dipenjara kenapa dia harus kembali dan merusak kebahagiaan yang Jihoon rasakan bersama Yoonbin. Jihoon menatap sebuah pisau lipat yang dia bawa, dengan tangan bergetar Jihoon membawa pisau itu dan menyimpannya didalam saku mantel yang dia kenakan. Jihoon memakai topinya untuk menutupi sebagian wajahnya, kemudian dia keluar dari dalam mobil dan melangkah masuk kedalam gedung apartement tempat dimana Nouran tinggal.

Jihoon berdiri menatap pintu apartement didepannya, dengan ragu dia memasukan password untuk membuka pintu apartement Nouran.

Pintu apartement terbuka, Nouran tak mengganti password apartement miliknya. Masih sama seperti dulu, yaitu tanggal ulangtahun Jihoon. Jihoon disambut dengan suara musik samar-samar dari dalam sebuah kamar saat dia masuk kedalam apartement itu. Keadaan didalam hunian itu masih tetap sama seperti dulu, foto-foto Jihoon masih terpajang rapih didinding. Jihoon meneguk ludahnya, dengan ragu dia melangkah semakin masuk kedalam tempat yang dulu sempat dia tinggali bersama Nouran. Tempat itu mempunyai begitu banyak memori untuk Jihoon, entah memori indah ataupun memori pahitnya bersama Nouran.

Jihoon melangkah mendekati sebuah kamar, dia membuka pintu itu dengan pelan.

” Welcome home baby..”

Tubuh Jihoon menegang. Disana, Nouran tengah duduk bersandar disebuah kursi dengan sebatang nikotin yang menyala ditangannya.

” Gue gak percaya kalo beneran datang.” Nouran tertawa kecil

” Come in ji, lo gak kangen sama gue?”

Jihoon mendekat perlahan, Nouran tersenyum matanya tak luput memperhatikan setiap gerak gerik Jihoon.

” Come in baby..” Nouran menarik Jihoon untuk duduk diatas pangkuannya. Nouran menarik topi yang menutupi sebagian wajah Jihoon, bibirnya kemudian tersenyum.

” Ah lo makin cantik ji, bahkan jauh lebih cantik dari jarak sedekat ini.” Nouran menyesap nikotinnya, lalu menghembuskan asap nikotin itu didepan wajah Jihoon.

Jihoon mematap lekat wajah Nouran, lelaki itu sama sekali tidak berubah masih sama seperti dulu. Lalu matanya turun menatap goresan-goresan tinta yang menghiasi tubuh lelaki itu.

Matanya berhenti menatap satu ukiran didada kiri Nouran, nama Park Jihoon tergores sangat jelas disana.

” I miss you baby, rasanya gila saat gue jauh dari lo.” Tangan Nouran menyusuri setiap lekuk wajah Jihoon.

” Lo bahagia tanpa gue ji?”

Jihoon meneguk ludahnya dengan kasar “ Gue bahagia, bahkan jauh bahagia dibanding saat gue sama lo. Gue bahagia bisa hidup dengan Yoonbin.” Jawab Jihoon Nouran tertawa, kemudian dia mencengkram helaian rambut Jihoon dengan kasar.

Jihoon meringis, matanya kemudian menatap Nouran dengan nyalang.

” Berani banget lo nyebut nama dia saat kita lagi berdua, jangan sebut nama itu sayang kalo gue denger lagi gue gak segan-segan buat nyakitin lo.” Ancam Nouran

” Denger sayang, lo itu cuman milik gue. Gak ada yang bisa ngambil lo dari gue, kalo gue gak bisa dapetin lo maka jangan harap orang lain bisa milikin lo.”

” Gue bakal bawa lo ke canada ji, kita bakal hidup berdua disana tanpa gangguan dari siapapun.”

” Dan lo harus mau ji..” ucap Nouran sebelum dia mendaratkan ciuman diatas bibir Jihoon.

” Will you have sex with me ?” Nouran mengangkat tubuh Jihoon dan membawanya keatas tempat tidur, Jihoon berulang kali berusaha memberontak namun tenaga Nouran lebih besar darinya.

” Calm down baby, kalo lo nurut gue gak akan nyakitin lo.”

” Dulu kita selalu ngabisin waktu disini ji, gue kangen sama lo..”

Jihoon memalingkan wajahnya saat Nouran hendak menciumnya.

” Lo nolak gue?” Nouran mencengkram wajah Jihoon dengan erat.

” Gue gak sudi!”

Nouran tersenyum miring, dia semakin menekan wajah Jihoon membuat siempunya meringis kesakitan.

” Ji semakin lo nolak, gue gak akan segan-segan buat nyakitin tubuh lo lagi. Lo gak mau kan wajah cantik ini gue ruksak, inget ji gue gak suka dibantah!”

Mata Jihoon membulat terkejut saat Nouran menodongkan sebuah pisau padanya.

” Lo gila Nouran!”

” Ya gue emang gila ji, gue gila karena lo. Gue cinta sama lo ji..”

” Kalo lo cinta sama gue lo gak akan nyakitin gue dulu!”

” Lo tau kenapa dulu gue nyakitin lo? Setelah jadi model lo main-main dibelakang gue ji, lo nyoba buat khianatin gue. Lo pergi sama banyak orang, lo seneng-seneng sama cowok lain.”

” Lo buta karena cemburu! Gue gak pernah nyoba buat main-main dibelakang lo!”

” Oh iya? Lo seneng saat banyak orang muji lo, dan lo lupain gue ji lo terlalu mabuk dengan ketenaran lo. Dan itu nyakitin hati gue ji..” lirih Nouran

Jihoon menggelengkan kepalanya, Nouran salah. Dia tidak pernah sekalipun melupakan Nouran, lelaki itu terlalu buat karena cemburu buta. Sehingga membuat cintanya untuk Jihoon berubah.

” Nouran gue mohon lepasin gue, lupain semua tentang kita. Gue mau memulai kehidupan baru, kalo lo merasa sakit hati karena gue maafin gue. Gue gak maksud buat nyakitin lo, lo juga harus bahagia..”

” Gimana bisa gue bahagia kalo kebahagiaan gue itu lo ji, dan gue gak akan biarin lo bahagia dengan Ha Yoonbin. Lo harus jadi milik gue lagi ji..”

” Gue bakal bunuh Ha Yoonbin kalo itu cara agar gue bisa milikin lo lagi..” ujar Nouran kemudian dia mencium Jihoon dengan kasar. Jihoon kembali memberontak, berusaha mendorong tubuh Nouran.

*bugh Jihoon berhasil menendang Nouran saat lelaki itu tengah lengah. Jihoon beranjak dengan cepat dari atas tempat tidur, dia menyambar sebuah pistol yang tergeletak begitu saja diatas meja. Tanpa berpikir panjang, Jihoon melesakan satu tembakan kearah dada kiri Nouran.

Nouran berteriak meringis kesakitan, matanya menatap kearah Jihoon yang masih menodongkan pistol padanya.

” Bangsat!” Nouran mengumpat dia berusaha berdiri namun tubuhnya kembali terjatuh, dan kesadarannya perlahan mulai menghilang.

Jihoon melemparkan pistol ditangannya, tubuhnya bergetar hebat melihat tubuh Nouran tergeletak bersimbah darah diatas lantai.

” Apa ya-ng gue la-kuin..” ucapnya terbata-bata

” Dia ma-ti..?”

Tanpa berpikir panjang, Jihoon berlari meninggalkan apartement Nouran dengan perasaan yang berkecamuk..

Dia sangat ketakutan sekarang.. Bagaimana jika Nouran mati? Tapi bukankah ini yang dia inginkan..?

-warm hug -

Jihoon terbangun dari tidurnya saat merasakan ruang kosong disamlingnya, Yoonbin tak ada disana. Jihoon beranjak dari atas tempat tidur dan melangkah keluar kamar untuk mencari Yoonbin.

” Ben..” Jihoon memanggil kekasihnya, Yoonbin tengah duduk sendirian diatas sofa seraya meneguk segelas wine dan ada beberapa batang rokok disana.

Yoonbin menoleh, kemudian tersenyum dia menyambut Jihoon dan membawa si manis untuk duduk diatas pangkuannya.

” Are you okay ?”

Jihoon jelas sangat mengenal Yoonbin, kekasihnya itu akan menyentuh sebatang nikotin jika tengah dalam keadaan stress. Bahkan raut wajah Yoonbin pun sudah mengatakan jika lelaki itu tidak dalam keadaan baik-baik saja.

” Kamu kenapa?” Jihoon mengusap pelipis Yoonbin

” Proyek aku yang di Surabaya lagi ada masalah.”

” Masalah apa?”

Yoonbin menghela nafasnya sejenak “ Kebakaran..”

Kedua mata Jihoon membulat terkejut “ Kenapa bisa?”

” Aku gak tau pasti, anak buah aku lagi ngurusin masalah ini. Aku rugi banyak sampai milyaran rupiah.” Lirih Yoonbin

Jihoon menjatuhkan kepalanya dibahu Yoonbin, memeluk erat tubuh kekasihnya itu untuk sekedar memberikan rasa tenang.

” Terus sekarang gimana ?”

” Ya mau gimana lagi, proyek itu gagal. Tapi aku masih bersyukur gak ada korban jiwa, cuman beberapa satpam ada yang luka..”

” Luka?”

” Sebelum kebakaran tiga orang satpam sempat diserang seseorang.”

Tubuh Jihoon tiba-tiba menegang setelah mendengar penuturan Yoonbin. Pikiran-pikiran negatif langsung melingkupi otaknya..

” Kamu udah nelpon polisi?”

” Udah, polisi lagi nyelidikin ini. Hal yang kaya gini udah wajar dalan dunia bisnis yang, tapi baru kali ini aku dapet musibah separah ini.” Tutur Yoonbin

Jihoon bergerak gelisah, dia tidak ingin sembarangan menuduh. Tetapi nama ' Nouran ' tiba-tiba muncul didalam otaknya.

” Besok aku harus ke lapangan, gak papakan kamu aku tinggal lagi?” Tanya Yoonbin

Jihoon mengangguk

” Gak papa, kamu hati-hati yah. Pokoknya kalo bisa kamu bawa bkdyguard kamu gak boleh terluka.”

Yoonbin terkekeh, dia mengeratkan pelukannya dan mengecup pipi Jihoon.

” I miss you..”

” Hngg?” Jihoon mendongkak, kemudian dia tersenyum manis.

” You need me ?”

” Kalo kamu lelah gak papa..”

” No, kamu lebih butuh aku..” Ucap Jihoon Yoonbin tersenyum, Jihoon selalu mengerti dirinya. Keduanya memulai dengan ciuman-ciuman dalam nan lembut, Jihoon bergerak gelisah, sentuhan demi sentuhan dari Yoonbin selalu membuatnya terbuai dan melayang.

” Kayaknya malam ini aku gak bisa ngontrol diri, aku lagi stress aku gak mau ngelukain kamu.”

” Its okay Ben, cause i need you too..”

•••

” Kamu hari ini ada jadwal? “ tanya Yoonbin

” Ada, aku mau meeting sama crew buat acara fashion week minggu depan.” Jihoon merapihkan kemeja yang dipakai Yoonbin

” Kamu jangan kemana-mana sendirian ya yang..”

” Aku bisa jaga diri Ben..”

Yoonbin mendesah, dia menarik tubuh Jihoon ke dalam pelukannya. “ Kalo aku jauh dari kamu aku selalu takut, rasanya aku pengen selalu ada buat kamu duapuluh empat jam nonstop!”

Jihoon tertawa, dia mengelus punggung Yoonbin.

” Aku lupa, mamah sama papah akhir bulan depan bakalan datang kesini.”

” Bulan depan?”

” Iya, tadinya mau akhir bulan ini cuman ada halangan. Katanya mereka udah gak sabar pengen ketemu kamu.” Ucap Yoonbin

Jihoon tersenyum, dia mengangkat tangannya untuk mengelus wajah tampan Yoonbin.

” Aku sayang sama kamu..”

” Aku lebih lebih lebih sayang sama kamu.” Yoonbin menggenggam tangan Jihoon lalu mengecupinya berulang kali.

” Kiss me baby..”

Jihoon menjijit dia mengalungkan lengannya pada bahu lebar Yoonbin. Mereka saling bertukar ciuman lembut, Yoonbin mengangkat tubuh kecil Jihoon dan mendudukannya diatas meja rias.

Ciuman hangat itu perlahan berubah menjadi ciuman panas.

” Ben..” Jihoon melepaskan ciumannya terlebih dahulu, nafasnya nampak tersenggal-senggal.

” Sinting!” Si manis mengumpat, sementara Yoonbin tertawa.

” Udah sana kamu berangkat, liat kemeja kamu jadi berantakan lagi.”

” Biarin, bibir kamu bengkak hehehe..”

” Ha Yoonbin!”

” Maaf sayang, aku pergi dulu..see you later baby inget jangan pergi kemana-mana sendirian.”

” Iya bawel!”

” Aku berangkat sekarang, i love you baby..” Yoonbin menyempatkan diri untuk memberikan satu kecupan di bibir Jihoon sebelum akhirnya dia melangkah pergi.

” Dasar Ha Yoonbin..” Jihoon tertawa kecil.

•••

” Kak ji, mau minum gak “ Tanya Rara

” Aku gak haus..” Ucap Jihoon yang masih sibuk menutupi beberapa bitemark dileher jenjangnya dengan concealer, karena dia tidak mungkin bekerja dengan dengan keadaan leher yang penuh dengan bitemark.

Ha Yoonbin sialan! Dalam hatinya Jihoon mengumpati nama kekasihnya..

” Banyak banget kak..”

Wajah Jihoon memerah sampai ke telinga saat mendengar perkataan Rara “ Kak Jihoon kapan nikah sama Kak Yoonbin?” Kemudian Rara bertanya tentang pernikahan

” Gak tau, selama aku pacaran aku belum ketemu sama orangtuanya Yoonbin.” Jawan Jihoon lalu mendesah kecil

” Emang orangtuanya Kak Yoonbim dimana kak?”

“Australia..”

Rara mengangguk

” Oh iya kak aku lupa, ini ada bunga buat kakak.” Rara memberikan sebuket bunga peony kepada Jihoon.

” Dari siapa?”

” Penggemar kakak, aku kaya pernah liat dia tapi lupa..” ujar Rara, gadis itu terlihat memikirkan sesuatu.

” Ah iya, di Amuse yang ngasih kakak kotak. Cuman waktu di Amuse dia pake hoodie sampe nutupin kepalanya aku sempet takut liatnya. Tapi tadi dia pake baju biasa, ganteng loh kak ternyata..”

” Buang ra.” Jihoon memotong perkataan Rara

” Loh kenapa?”

” Buang aja ra, kalo dia muncul lagi jangan terima apapun dari dia. Kamu ngerti?” Jihoon beranjak dari tempatnya lalu pergi keluar dari ruangannya meninggalkan Rara dengan beberapa pertanyaan di benaknya.

” Kenapa Kak Jihoon kaya marah gitu? Padahal cowok itu ganteng, Sayang bunganya..”

  • Hal yang tidak terduga -

” Ben bangun ih katanya mau pergi belanja!” Jihoon menduduki punggung Yoonbin dia mengguncang-guncangkan tubuh Yoonbin berusaha membangunkan kekasihnya itu.

” Jam berapa sih yang..” Yoonbin mengerang dengan mata yang masih terpejam, sungguh dia masih mengantuk. Semalam dia harus menyelesaikan pekerjaannya dan baru bisa beristirahat saat jam 2 pagi.

” Jam 9, ayo katanya mau belanja keburu macet entar ayo..”

” Iya iya, kamunya awas dulu dong aku gak bisa bangun.”

Jihoon tertawa kecil, dia menyingkir dari atas tubuh Yoonbin.

“Hihihi lucu banget kamu kalo baru bangun kaya berubah” Jihoon mengecupi wajah tampan kekasihnya.

” Yang..”

” Good morning sayangnya Jihoon..” ucap Jihoon setelah memberikan morning kiss untuk Yoonbin.

” Cepet mandi, kamu bau..”

” Kasih morning kiss lagi baru aku mau mandi.”

” Enggak! Kamu belum sakit gigi! Sana mandi cepat aku kasih waktu sepuluh menit kalo enggak malam ini kaamu tidur disofa.” Ancam Jihoon dengan mata yang memicing.

” Iya astaga, tega bener kamu sepuluh menit cuman bisa sampoan doang.” Yoonbin beranjak dari tempat tidur lalu melenggang masuk kedalam kamar mandi.

” Dasar kebo..” sementara Jihoon bergegas membereskan tempat tidur yang berantakan.

” Yang..” kepala Yoonbin muncul dari balik pintu kamar mandi.

” Apa?”

” Aku lupa bawa handuk hehhee..”

” Kebiasan kamu tuh Ha Yoonbin!” Pekik Jihoon

•••

” Yang kamu mau beli mangga yang mana ?” Tanya Jihoon sembari memilih-milih mangga segar yang akan dia beli.

” Mana aja, kan sama aja.”

” Ih beda tahu! Kamu gak baca? Ini mangga arumanis yang ini mangga thailand.”

” Terserah kamu aja yang..”

Jihoon mendengus, dia akhirnya memilih mangga Thailand untuk dia beli setelah itu mereka melanjutkan untuk membeli beberapa sayuran.

” Kamu harus banyak makan buah sama sayur, jangan terlalu banyak minum alkohol gak sehat.”

” Iya sayangku, kita udah kaya pasangan yang udah nikah gini hehehe jadi pengen cepet-cepet nikah sama kamu.” Yoonbin merunduk untuk memberikan kecupan manis dipipi Jihoon.

” Yoonbin! Ini ditempat umum! “ Jihoon mencubit lengan Yoonbin, lalu matanya menoleh kesana kemari memastikan jika tak ada orang yang melihat adegan tadi.

” Maaf yang abis aku gemes, bawaannya pengen gigit kamu.”

” Emang aku bayi apa”

” Iya kan kamu bayi aku.”

Jihoon mendelik, sebelum dia kembali fokus memilih sayuran segar.

” Ben, kamu beli susu gih.. aku pengen susu coklat merknya indomilk awas kalo salah.”

” Apalagi?”

” Udah itu aja, aku mau beli sabun dulu..”

Yoonbin mengangguk kemudian melenggang pergi untuk membeli susu favorit Jihoon. Sementara Jihoon melangkah mendorong trolinya untuk membeli peralatan mandi yang sudah habis.

” Aww..” Jihoon meringis saat seseorang tak sengaja meyenggol bahunya

” Ah maaf, saya tidak sengaja..” ucap orang itu, Jihoon menoleh dia tersenyum kemudian senyuman itu lenyap hanya dalam beberapa detik.

” Kamu..”

” Mama...” Jihoon bergumam pelan, lalu dia mundur beberapa langkah.

” Mau kemana kamu! “

Jihoon meringis saat wanita yang sudah di anggap tak ada itu mencekal lengannya dengan erat.

” Lepasin.”

” Sombong banget kamu Jihoon, mentang-mentang kamu udah terkenal sekarang kamu lupa sama Ibu kamu sendiri ?” Wanita itu Yaoana, wanita yang sudah melahirkan Park Jihoon kedunia.

Jihoon menyentakan lengannya untuk melepaskan cengkraman Yoana.

” Bukannya anda sendiri yang sudah membuang saya ?”

Yoana mendecih, bibirnya tersenyum miring. “ Kamu sendiri yang pergi bersama lelaki itu, dan ngebuang Ibu kamu sendiri. Ibu kamu menderita sementara kamu seneng-seneng gimana udah puas kamu hah?”

” Aku gak ngebuang Mama, Mama sendiri yang udah buang aku dan udah gak mau anggap aku sebagai seorang anak. Apa Mama gak inget apa yang udah Mama lakuin sama aku? Mama ngejual aku buat bayar utang-utang Mama yang banyak itu. Dengan teganya Mama maksa aku buat kerja sebagai seorang jalang..”

” Jihoon gak akan pernah bisa lupain itu Ma, sampai matipun Jihoon gak akan pernah lupa..” Jihoon melanjutkan ucapannya dengan isakan kecil dibibirnya, memori-memori menyakitkan itu kembali berputar bak film didalam otaknya.

Rasa sakit dihatinya tidak akan pernah bisa sembuh, dan akan terus membekas selamanya.

” Sayang..dua kotak cukup gak?”

Jihon menghapus airmatanya, dia menoleh kearah Yoonbin.

” Cukup, kita pergi bin..” Jihoon mendorong trolinya dan melangkah pergi mendahului Yoonbin.

Sementara Yoonbin masih diam ditempat, lalu matanya bergulir menatap Yoana

” Jangan muncul didepan Jihoon lagi.” Ujar Yoonbin lalu berjalan dengan cepat untuk segera menyusul Jihoon.

Ya, Yoonbin sempat mendengarkan percakapan diantara Yoana dan Jihoon. Sekarang lelaki itu tau siapa sosok wanita yang sudah tega membuang dan menorehkan luka yang mendalam dihati kekasihnya.

  • Old Friend II -

” Gue baru balik ke Indo awal akhir tahun kemarin..” ucap Younghee

” Emang sebelumnya lo dimana ?”

” Gue kuliah sambil kerja di Inggris, ya gitu nyari-nyari pengalaman dulu.” Jawab Younghee, Jihoon mengangguk

” Waktu smp lo pergi kemana ? Tiba-tiba ngilang gak pamit lagi sama gue.”

” Gue pindah iya hehehe..” Jawab Jihoon dan tentu saja dia beralibi. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Younghee jika dulu dia dipaksa berhenti bersekolah oleh sang Ibu.

' Ngapain kamu sekolah! Buang-buang duit aja! Mending kamu kerja cari uang, hidup kamu tuh cuman nyusahin aja! '

Jihoon tersenyum lirih, mengingat kenangan pahitnya dulu. Diumur yang seharuanya menikmakti masa-masa sekolah, Jihoon sendiri harus putus sekolah dan terpaksa bekerja serabutan untuk mengisi perutnya.

” Kak Jihoon!”

Jihoon menoleh pada Rara yang baru saja datang.

” Udah beres ?” Tanya Jihoon, Rara menganggukan kepalanya.

” Mmm Younghee gue harus pergi dulu, gue masih punya jadwal. Sorry gak bisa ngobrol lama-lama..” ucap Jihoon pada Younghee

” Ah iya ji..”

” Gue pergi dulu..” Jihoon beranjak dari tempat duduknya

” Ji tunggu sebentar..”

” Iya?”

” Boleh minta nomor lo gak ?” Younghee menggaruk tengkuknya

Jihoon tersenyum, lalu menganggukan kepalanya. Mereka saling bertukar nomor sebelum akhirnya Jihoon melenggang pergi bersama Rara.

” Sayang dia udah punya pacar..” Younghee bergumam dengan mata terus memperhatikan punggung Jihoon yang mulai menjauh.

” Siapa kak ?” Rara bertanya, gadis itu nampak penasaram dengan Younghee.

” Temen smp aku..”

” Hehhe ganteng kak, tapi masih gantengan Kak Yoonbin..” Rara tertawa kecil

” Oh iya kak, aku lupa tadi aku ketemu fans kakak di lift.”

” Fans?” Jihoon mengerutkan keningnya.

Rara mengangguk, dia mengambil sebuah kotak dari dalam paperbag yang dia pegang.

” Hadiah buat Kakak, yang ngasih cowok ganteng mirip artis.” Ucap Rara, Jihoon mengambil kotak itu dari tangan Rara...

Jihoon membuka kotak yang dia terima dari Rara setelah dia sampai di apartement.

” Apaan..” Jihoon membuka kotak itu, lalu matanya membulat terkejut saat mendapati begitu banyak potret dirinya. Tak berapa lama ponselnya bergetar menampilkan topup pesan dari seseorang, seseorang yang sangat Jihoon hindari..

Nouran..

Jihoon melemparkan ponsel miliknya begitu saja saat membaca pesan demi pesan yang Nouran berikan padanya. Jihoon beranjak keluar dari kamarnya dia membawa serta foto-foto itu lalu membuangnya kedalam tong sampah. Lelaki manis itu menunduk, nafasnya menderu hebat. Tubuhnya bergetar ketakutan, dia menangis sendirian disana..

Nouran, lelaki itu semakin nekat seberapa jauh Jihoon berlari dan menghindar lelaki itu selalu mudah menemukannya..

Tak ada yang bisa menghentikan Nouran selain Jihoon sendiri yang harus menghentikan lelaki sakit itu..

  • Let's Break up -

Junkyu masuk kedalam apartement tempat dia dan Haruto tinggal.

Berantakan.. Itu pemandangan pertama yang Junkyu lihat, dia baru tiga hari meninggalkan tempat itu tetapi lihatlah semuanya begitu kacau. Junkyu mendesah kasar, melihat kaleng-kaleng minuman dan bekas bungkusan makanan berserakan dilantai ruang tengah.

Hanya satu yang dipikirkan Junkyu saat ini ' Apa Haruto makan dengan benar selama dia pergi ke Bandung ?' Dan jawabannya pasti tidak setelah dia melihat bekas bungkusan junkfood berserakan diatas meja makan. Haruto sangat ketergantuangan padanya, selama ini Junkyu yang selalu mengurusnya.

Haruto adalah seorang anak broken home, orangtuanya bercerai saat dia duduk dibangku sekolah menengah atas. Kedua orangtuanya lalu memutuskan menikah lagi dengan pasangan masing-masing dan meninggalkan Haruto seorang diri bersama sang Nenek. Setelah sang Nenek telah tiada, Haruto menjadi pribadi yang tidak tahu arah tujuan. Lelaki itu bahkan hampir mengakhiri hidupnya, ya hampir jika saja Junkyu tak datang padanya dan merangkulnya.

” Ngapain kamu disini.” Junkyu hampir saja menjatuhkan gelas ditangannya saat mendengar suara berat itu.

” Kamu udah pulang..”

” Keliatannya ?” Hati Junkyu berdenyut sakit saat mendengar nada dingin dari perkataan Haruto, lelaki manis itu kemudian tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan kegiatannya membereskan piring dan gelas kotor kedalam wastafel.

” Rumah berantakan banget..” ucap Junkyu

” Aku gak punya waktu buat sewa pembantu.”

Junkyu hanya mengangguk sebagai respon.

” Haru..” Junkyu memanggil sang kekasih yang hendak melangkah pergi

” Kenapa ?” Tanya Haruto tentu saja dengan nada yang masih begitu dingin.

” Kamu kenapa gak nyusul aku ke Bandung..?”

” Buat apa?”

Hati Junkyu semakin berdenyut sakit saat ini, dia mengepalkan tangannya.

” Bukannya kamu mau dijodohin? Ngapain kamu pulang ?”

” Kamu selama ini anggap aku apa? Akhir-akhir ini aku kaya bukan siapa-siapa dimata kamu. Aku punya salah apa sama kamu?” Tanya Junkyu, tenggorokannya begitu sakit karena lelaki manis itu tengah berusaha menahan diri untuk tidak menangis.

” Aku cape..”

” HARUTO!” Junkyu memekik keras, setelahnya dia tak bisa lagi menahan airmatanya.

” Kamu berubah, kamu bukan lagi Haruto yang aku kenal.. Kamu bahkan sama sekali gak nyoba buat perjuangin aku Haru..”

” Apa aku salah selalu nuntut kamu buat nikahin aku? Kita udah pacaran lama Haru aku cuman mau ada kejelasan diantara kita. Mamih sama Papih berulang kali nyuruh aku buat pisah sama kamu, tapi aku selalu ngebantah karena aku gak mau pisah dari kamu..

Kemarin, aku sama Papih berantem hebat. Dengan pembahasan yang selalu dari dulu, yaitu kamu. Apa kamu gak mau berjuang lagi ? Aku sayang sama kamu Haru, aku cuman mau hidup sama kamu bukan orang lain..” Junkyu berucap mencurahkan segala kerisauan didalam hatinya selama ini.

Dari awal Orangtua Junkyu memang tidak menyukai Haruto, berulang kali orangtua Junkyu memaksa anaknya untuk berpisah dari Haruto. Namun Junkyu dengan pendiriannya selalu membantah dan tetap mempertahankan hubungannya dengan Haruto.

Junkyu merasa dirinyalah yang berjuang sendirian disini, dia sudah lelah namun dia tetap dengan hatinya yang memilih Haruto.

” Kamu gak perlu belain aku lagi, dari awal orangtua kamu gak suka sama aku. Bahkan disaat aku udah punya pekerjaan dan jabatan mereka tetap mandang aku sebelah mata.”

” Haru..”

” Kamu jangan merasa berjuang sendirian disini, aku bahkan jauh lebih banyak berjuang dari kamu. Tapi hasilnya tetap sama, orangtua kamu gak akan pernah mau anaknya hidup dengan orang seperti aku..”

” Mereka pengen kita pisahkan? Okay, aku turutin kemauan orangtua kamu. Sekarang kamu gak perlu ngebantah mereka lagi..”

” Dan satu lagi, apartemen ini udah jadi milik kamu. Terserah kamu mau jual atau gimanapun makasih untuk 4 tahunnya Junkyu aku pergi..”

Haruto menyempatkan diri untuk memeluk Junkyu sebelum akhirnya dia melangkah pergi darisana meninggalkan Junkyu yang kini tertunduk menangis dengan keras.

Empat tahun yang mereka jalani berakhir dengan takdir yang begitu menyakitkan bagi keduanya.

  • Romantic day with you -

⚠️ Diakhir part percakapannya sedikit dewasa yah, mohon menjadi pembaca yang bijak ⚠️

Jihoon menoleh kearah pintu kamar mandi yang baru saja terbuka, Yoonbin baru saja selesai membersihkan diri. Kekasihnya itu baru tiba dari Surabaya.

” Yang..” panggil Jihoon

” Hmmm?” Yoonbin berdeham, dia menoleh kearah Jihoon yang tengah duduk diatas kasur.

” Kita dinner dirumah aja ya?” Ucap Jihoon.

” Loh kenapa?” Dahi Yoonbin mengerut bingung, dia mendudukan diri disamping Jihoon.

” Kamu baru pulang, kasian cape..” ucap Jihoom seraya mengambil alih handuk kecil dari tangan Yoonbin lalu dia mengusak rambut Yoonbin yang masih basah dengan handuk itu.

” Gak papa, aku kan udah janji mau ngajak kamu dinner..” Yoonbin menarik Jihoon untuk duduk dipangkuannya.

” Diluar juga hujan, mending dirumah..”

” Emang kamu bisa masak gitu ?”

” Kamu ngeledek aku?” Jihoon mencebik sebal, sementara Yoonbin tertawa kecil.

Entah harus menunggu sampai berapa tahun agar Jihoon bisa memasak dan pandai dalam hal urusan dapur, bahkan lelaki manis itu tidak bisa membedakan mana gula dan garam.

” Aku lupa kalo pacarku yang manis ini gak bisa masak.” Yoonbin mengecup bibir Jihoon.

” Masak itu tugas kamu yah..”

” Iya sayang, kita dinner dirumah aja. Aku bakal masak makanan spesial buat kamu.”

Jihoon tersenyum senang, dia menghambur memeluk Yoonbin.

•••

” Yang, kemarin aku ketemu sama temen lama..” ucap Jihoon matanya tak lepas memperhatikan Yoonbin yang sibuk berkutat dengan alat masak.

” Siapa ?”

” Temen smp aku, namanya Younghee..” jawab Jihoon

” Cewek atau cowok ?”

” Cowok.”

” Ganteng gak ?”

Jihoon berusaha menahan tawanya saat mendengar nada bicara Yoonbin yang berbeda dari sebelumnya, Jihoon tahu jika kekasihnya itu tengah merasa cemburu saat ini.

” Ganteng..”

” Gantengan mana sama aku?”

” Hmmmm Younghee..” ucap Jihoon

” Aku kasih garam 4 sendok yah supnya.”

” Kamu mau ngeracun aku?!” Pekik Jihoon lalu menghampiri Yoonbin, takut jika lelaki itu benar-benar memasukan 4 sendok garam kedalam sup.

” Bisa-bisanya kamu muji cowok lain didepan aku?” Yoonbin mendengus, Jihoon tertawa.

Astaga, Yoonbin sangat lucu jika tengah cemburu seperti itu.

” Astaga becanda Aben, ya masih ganteng pacarku ini lah.” Jihoon berjinjit untuk memeluk leher Yoonbin.

” Bener...?”

” Iya! Cepetan masaknya aku lapar!”

Yoonbin tertawa, dia menunduk untuk memberikan kecupan kecil dibibir Jihoon yang tengah mencebik.

••• Setelah selesai dinner romantis ala-ala, keduanya melanjutkan kegiatan dengan menonton tayangan netflix. Diluar Hujan semakin deras, Jihoon meringsut semakin merapatkan diri kedalam pelukan Yoonbin.

” Hujannya berisik..”

” Masih berisikan kamu kalo lagi cerewet.” Ucap Yoonbin disusul cubitan kecil dari Jihoom dilengannya.

” Yang..”

” Hmmm?”

” Bulan depan Mamah sama Papah aku mau ke Jakarta.”

Tubuh Jihoon tiba-tiba menegang setelah mendengar perkataan Yoonbin.

” Mereka mau ketemu kamu.” Ucap Yoonbin, membuat Jihoon semakin tak tenang.

” Kenapa cepet banget?”

” Maksud kamu?”

” Aku belum siap bin, aku takut..”

” Hei apa yang kamu takutin ?”

” Kamu tau siapa aku, aku takut orangtua kamu gak suka sama aku..aku ini-”

” Sst, Aku udah jauh-jauh hari nyeritain kamu sama mereka. Mereka gak masalahin kamu ini siapa sayang, mereka mau nerima kamu apa adanya. Percaya sama aku Ji..” Ujar Yoonbin, berusaha meyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja.

” Jangan takut okey? Mereka malah seneng punya calon menantu kaya kamu..”

” Calon menantu?”

Yoonbin menganggukan kepalanya, dia menarik Jihoon untuk duduk diatas pangkuannya. Posisi yang selalu menjadi favoritnya, karena dengan posisi itu Yoonbin bisa lebih puas memandangi wajah manis kekasihnya.

” Emang kamu gak mau nikah sama aku ?” Tanya Yoonbin

” Kamu ngelamar aku ?” Jihoon balik bertanya

” Menurut kamu aku lagi ngapain sekarang ? Ya ngelamar kamu lah sayang..”

” Gak romantis banget.” Jihoon mendelik

” Ngelamar pake cara romantis itu udah mainstream, jadi gimana kamu mau nikah sama aku?”

Jihoon menganggukan kepalanya dengan cepat “ Emang ada alasan buat aku nolak kamu?”

” Gak ada, karena Park Jihoon udah bucin sama Ha Yoonbin.”

” Kebalik kali, kamu yang bucin.” Jihoon mencubit kedua pipi Yoonbin lalu bibirnya tertawa kecil.

” Let me kiss you..” ucap Yoonbin. Jihoon menyambut ciuman Yoonbin, dia melingkarkan tangannya erat dileher kekasihnya itu. Jihoon bergerak gelisah saat ciuman mereka semakin terasa panas, sentuhan-sentuhan halus yang Yoonbin berikan membuat Jihoon semakin dibuat gila.

” Bin..” Jihoon mendongkak membiarkan Yoonbin mengecup dan menggigiti leher jenjangnya.

” Bin..” Jihoon menjauhkan wajahnya.

” Kenapa ?” Tanya Yoonbin sedikit bingung.

” Selama kita pacaran kamu belum pernah nyentuh aku, kita hanya sekedar ciuman foreplay gak pernah lebih sementara aku tahu kamu selalu butuh.” Ucap Jihoon

” Aku gak mau maksa kamu..”

” Aku gak merasa dipaksa bin, kalo kamu butuh kamu bisa bilang...aku pasti mau...” ucap Jihoon lalu wajahnya memerah karena malu.

Yoonbin tersenyum, dia mengecup kedua pipi yang tengah merona itu.

” Kalo aku mau sekarang gimana kamu mau..?” Bulu tengkuk Jihoon merinding saat Yoonbin berbisik dengan suara rendahnya.

Jihoon hanya mengangguk sebagai jawaban, lelaki manis itu terlalu malu untuk sekedar menjawab “ IYA “. Maka malam itu.. pertama kali dalam hubungan mereka, Jihoon membiarkan Yoonbin menyentuhnya lebih. Dan Jihoon tak menyesalinya karena sepanjang mereka bercinta Yoonbin begitu memperlakukannya dengan lembut..

  • Old friend -

Jihoon mengedarkan pandangannya, menyisir setiap sudut gedung Amuse untuk mencari seseorang. Seseorang yang menjadi alasan hari-harinya tak tenang akhir-akhir ini. Kepanikan terlihat kentara sekali diwajahnya, dia sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin sudah membasahi wajahnya.

Nouran ada disana, lelaki bajingan itu memperhatikannya.. Jihoon tak boleh lengah, dia jelas mengenal siapa Nouran. Lelaki itu selalu berbuat nekad, Jihoon tidak mau dia jatuh kembali ke tangan lelaki bajingan itu.

*puk

Jihoon tersentak, tubuhnya hampir saja kehilangan keseimbangannya jika saja tak ada tangan yang gesit menahan bobot tubuhnya.

” Hei! Are you okay?” Orang itu bertanya dengan kerutan bingung didahinya saat Jihoon tiba-tiba mendorong tubuhnya.

Jihoon mendongkak untuk menatap siapa orang itu, kemudian dia menghela nafas lega.

” Ah maaf..” Jihoon berucap dengan nada pelan namun masih bisa didengar jelas oleh orang itu.

” Lo Jihoon kan..?” Jihoon kembali menatap orang itu, dahinya berkerut bingung. Orang itu mengenal dirinya..

” Lo kenal sama gue ?”

” Siapa yang gak kenal lo sih? Park Jihoon model terkenal dinegri ini.” Jawab orang itu disertai tawa kecil dibibirnya.

” Becanda gue, gue Younghee. Temen SMP lo masa lo lupa sih?”

Younghee?

” Ah wajar sih kalo lo lupa, kita udah lama banget gak ketemu. Lo dulu juga tiba-tiba ngilang pas SMP.” Ujar Younghee saat Jihoon tak kunjung menjawab pertanyaannya.

” Ah sorry, gue sedikit lupa..” Jihoon tersenyum tipis.

” Its okay, mau ngobrol di cafe? Gak enak kalo kita ngobrol sambil berdiri ditengah jalan lagi..itu juga kalo lo gak keberatan.” Younghee menggaruk tengkuknya.

” Boleh..”

” Ayo..”

Mereka berdua melangkah pergi darisana untuk menuju cafe yang terletak disamping gedung Amuse. Sebelum pergi, Jihoon terlebih dulu menghubungi Rara asistennya dan menyuruh perempuan itu untuk menyusulnya nanti.

” Lo agak beda ya sekarang, gue sampe pangling tadi. Sempet ragu juga pas mau nyamperin.” Ucap Younghee

” Enggak kok, gue masih sama. Masih gini-gini aja, justru lo yang beda makannya gue sempet gak ngenalin lo.” Ucap Jihoon agak begitu canggung.

Jihoon mengingat Younghee sekarang, lelaki itu adalah teman semasa sekolah menengah pertama. Teman satu-satunya..

Iya, hanya Younghee yang sudi berteman dengannya disaat orang lain berlomba-lomba menjauhinya. Lagipula siapa yang mau berteman dengannya? Anak yang tak punya Ayah biologis, dan anak yang mempunyai seorang Ibu PSK.

” Apa kabar ji? “

” Baik, lo sendiri ?”

” Keliatannya? Gue baik juga kok, lo disini lagi pemotretan? “

Jihoon menganggukan kepalanya “ Gue kepilih jadi BA baru dari Amuse.”

” Wow, congrats..gue gak nyangka temen gue bisa jadi model terkenal sekarang.”

Jihoon tertawa kecil “ Thank you, lo sendiri gimana? “

Younghee meneguk americanonya sebelum menjawab pertanyaan dari Jihoon.

” Gue kerja disini..”

” Ah iya gitu?”

” Iya, gue OB.”

” Jangan becanda deh.” Jihoon mendelik sebal, mana ada OB memakai setelan jas yang rapih.

” Gue Direktur Amuse.”

Jihoon hampir tersedak minumannya, dia tidak berekspetasi jika Younghee mempunyai jabatan tinggi di perusahaan cosmetics itu.

” Gue baru dilantik beberapa bulan yang lalu sih hehehe, perusahaan ini milik Kakak perempuan gue.”

  • Old friend -

Jihoon mengedarkan pandangannya, menyisir setiap sudut gedung Amuse untuk mencari seseorang. Seseorang yang menjadi alasan hari-harinya tak tenang akhir-akhir ini. Kepanikan terlihat kentara sekali diwajahnya, dia sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin sudah membasahi wajahnya.

Nouran ada disana, lelaki bajingan itu memperhatikannya.. Jihoon tak boleh lengah, dia jelas mengenal siapa Nouran. Lelaki itu selalu berbuat nekad, Jihoon tidak mau dia jatuh kembali ke tangan lelaki bajingan itu.

*puk

Jihoon tersentak, tubuhnya hampir saja kehilangan keseimbangannya jika saja tak ada tangan yang gesit menahan bobot tubuhnya.

” Hei! Are you okay?” Orang itu bertanya dengan kerutan bingung didahinya saat Jihoon tiba-tiba mendorong tubuhnya.

Jihoon mendongkak untuk menatap siapa orang itu, kemudian dia menghela nafas lega.

Syukuah orang itu bukan Nouran..melainkan seorang lelaki tinggi yang nampak tak asing dimata Jihoon.

” Ah maaf..” Jihoon berucap dengan nada pelan namun masih bisa didengar jelas oleh orang itu.

” Lo Jihoon kan..?” Jihoon kembali menatap orang itu, dahinya berkerut bingung. Orang itu mengenal dirinya..

” Lo kenal sama gue ?”

” Siapa yang gak kenal lo sih? Park Jihoon model terkenal dinegri ini.” Jawab orang itu disertai tawa kecil dibibirnya.

” Becanda gue, gue Younghee. Temen SMP lo masa lo lupa sih?”

Younghee?

” Ah wajar sih kalo lo lupa, kita udah lama banget gak ketemu. Lo dulu juga tiba-tiba ngilang pas SMP.” Ujar Younghee saat Jihoon tak kunjung menjawab pertanyaannya.

” Ah sorry, gue sedikit lupa..” Jihoon tersenyum tipis.

” Its okay, mau ngobrol di cafe? Gak enak kalo kita ngobrol sambil berdiri ditengah jalan lagi..itu juga kalo lo gak keberatan.” Younghee menggaruk tengkuknya.

” Boleh..”

” Ayo..”

Mereka berdua melangkah pergi darisana untuk menuju cafe yang terletak disamping gedung Amuse. Sebelum pergi, Jihoon terlebih dulu menghubungi Rara asistennya dan menyuruh perempuan itu untuk menyusulnya nanti.

” Lo agak beda ya sekarang, gue sampe pangling tadi. Sempet ragu juga pas mau nyamperin.” Ucap Younghee

” Enggak kok, gue masih sama. Masih gini-gini aja, justru lo yang beda makannya gue sempet gak ngenalin lo.” Ucap Jihoon agak begitu canggung.

Jihoon mengingat Younghee sekarang, lelaki itu adalah teman semasa sekolah menengah pertama. Teman satu-satunya..

Iya, hanya Younghee yang sudi berteman dengannya disaat orang lain berlomba-lomba menjauhinya. Lagipula siapa yang mau berteman dengannya? Anak yang tak punya Ayah biologis, dan anak yang mempunyai seorang Ibu PSK.

” Apa kabar ji? “

” Baik, lo sendiri ?”

” Keliatannya? Gue baik juga kok, lo disini lagi pemotretan? “

Jihoon menganggukan kepalanya “ Gue kepilih jadi BA baru dari Amuse.”

” Wow, congrats..gue gak nyangka temen gue bisa jadi model terkenal sekarang.”

Jihoon tertawa kecil “ Thank you, lo sendiri gimana? “

Younghee meneguk americanonya sebelum menjawab pertanyaan dari Jihoon.

” Gue kerja disini..”

” Ah iya gitu?”

” Iya, gue OB.”

” Jangan becanda deh.” Jihoon mendelik sebal, mana ada OB memakai setelan jas yang rapih.

” Gue Direktur Amuse.”

Jihoon hampir tersedak minumannya, dia tidak berekspetasi jika Younghee mempunyai jabatan tinggi di perusahaan cosmetics itu.

” Gue baru dilantik beberapa bulan yang lalu sih hehehe, perusahaan ini milik Kakak perempuan gue.”

” Ah gitu, emang sebelumnya lo kerja apa?”

” Pengangguran.”

” Becanda mulu lo.”

Younghee tertawa “ Gue kuliah sambil kerja di Inggris, gue baru balik ke Indo akhir tahun lalu.” Jelas Younghee

” Pas SMP lo pergi kemana? Kenapa ngilang gitu aja? Gak pamitan lagi sama gue..”

” Ah itu, gue pindah ke surabaya..” Jihoon tersenyum canggung, Younghee menganggukan kepalanya. Jihoon tentu saja beralibi, dia tak mungkin mengatakan yang sebenernya pada Younghee jika dulu dia dipaksa untuk berhenti sekolah oleh Ibunya. Bahkan wanita itu memaksa dia untuk bekerja diumur Jihoon yang seharusnya dihabiskan dengan bermain bersama teman sebayanya.

' Ngapain kamu sekolah? Gak ada gunanya! Lebih baik kamu kerja cari duit buat makan jangan mau enak sendiri kamu! Dasar anak sial! '

Jihoon meremat tangannya saat ingatannya kembali ke masa lalu, dimana sang Ibu selalu memperlakukannya dengan buruk sehingga menyebabkan luka dihatinya. Luka yang sampai sekarang masih sangat begitu terasa.

” Ji lo kenapa ?”

Jihoon membuyarkan lamunannya, dia menggelengkan kepalanya.

” Kak Jihoon..”

Jihoon menoleh, itu Rara kemudian dia menghela nafas lega karena Rara akhirnya datang.

” Udah beres “ tanya Jihoon, Rara mengangguk

” Mmm, Younghee sorry gue harus pulanh dulu masih ada jadwal lain.” Ucap Jihoon

” Ah iya, thanks Ji udah mau ngobrol sama gue.”

Jihoon tersenyum “ Sama-sama, yaudah gue balik dulu yah..”

” Eh bentar ji..” Younghee menggaruk tengkuknya

” Iya?”

” Boleh minta nomor lo?” Tanya Younghee ragu

Jihoon tertawa kecil kemudian mengangguk, setelah bertukar nomor Jihoon pamit pergi meninggalkan Younghee disana.

” Sayang dia udah punya pacar..” Younghee bergumam dengan mata terus memperhatikan punggung Jihoon yang mulai menjauh.