- I will stay with you no matter what -
Yoonbin baru sampai di Jakarta saat jam menunjukan pukul dua belas malam, ada keterlambatan penerbangan sehingga membuat Yoonbin menahan rasa emosi dan dia terlalu khawatir dengan keadaan Jihoon.
Hyunjin dan Sunwoo tak kunjung menemukan Jihoon dimanapun. Dan itu membuat Yoonbin semakin frustasi.
Yoonbin memasuki apartement miliknya, berharap Jihoon sudah kembali dan dalam keadaan baik-baik saja. Gelap, ruangan itu sangat gelap tak ada satupun lampu yang menyala. Yoonbin menyalakan seluruh lampu ruangan.
” Ji? Sayang?” Yoonbin memanggil Jihoon, kakinya melangkah menuju kamar miliknya. Kamar itu sama gelapnya, telinga Yoonbin sayup-sayup mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
” Ji?” Yoonbin kembali memanggil, namun tak ada sahutan sama sekali dari dalam kamar mandi. Yoonbin tak mau berlama-lama untuk diam, dia membuka pintu kamar mandi dan apa yang dilihat dengan kedua bola matanya membuat Yoonbin terkejut dan memekik dengan keras.
” Jihoon!”
Disana? Diatas lantai marmer tubuh Jihoon tergeletak lemas tak berdaya dengan darah yang tak berhenti mengalir dari pergelangan tangannya.
” Jihoon! Sayang!” Yoonbin merobek lengan kemejanya dan melilitkan sobekan kain itu pada pergelangan tangan Jihoon.
” Hei sayang..bangun..” Yoonbin menepuk wajah pucat Jihoon.
” Ya Tuhan apa yang udah kamu lakuin ji.” Yoonbin membopong tubuh lemas Jihoon dan membawanya dengan cepat menuju rumah sakit.
Selama perjalanan menuju rumah sakit lelaki itu tak henti menangis dan memanggil nama sang kekasih. Dalam hatinya dia bergumam, meminta pada Tuhan agar menyelamatkan sang kekasih.
” Sayang bertahanlah..”
•••
Yoonbin menangkup kedua tangannya, dia memejamkan matanya. Perasaan gelisah terus meliputinya, bibirnya terus bergumam memanggil nama Jihoon. Apa yang sudah terjadi pada kekasihnya ? Kenapa Jihoon melukai dirinya sendiri?
” Tuan Ha Yoonbin.” Yoonbin beranjak dari tempat duduknya dia melangkah menghampiri Dokter yang menangani Jihoon.
” Gimana dok?”
” Beruntung Tuan Jihoon bisa bertahan, jika saja telat beberapa menit saja nyawanya tidak bisa diselamatkan.”
Yoonbin menghela nafas lega, dia berterima kasih pada Tuhan karena sudah berbaik hati menyelamatkan sang kekasih.
” Kami akan memindahkan pasien kekamar rawat.”
Yoonbin menganggukan kepalanya..
. . .
Jihoon mengerjapkan matanya, matanya mengedar menatap kesegala arah lalu pandangannya berhenti pada sosok Yoonbin yang tertidur disamping ranjangnya.
” Ben...” lirihnya Tangannya yang masih lemas berusaha menyentuh wajah Yoonbin.
Tidur Yoonbin terusik saat merasakan sesuatu yang menyentuh wajahnya, dia membuka matanya perlahan kemudian bibirnya tersenyum saat melihat Jihoon yang sudah tersadar sepenuhnya.
” Yang, akhirnya kamu sadar juga..” ucap Yoonbin kemudian dia mengecup tangan Jihoon yang sudah mulai menghangat
” Ben..kenapa aku disini..” lirih Jihoon
Kenapa aku disini? Seharusnya aku sudah mati Yoonbin – Jihoon bergumam didalam hatinya.
” Kamu ngelukain diri sendiri, untung aku gak terlambat. Dan Tuhan masih sayang sama kamu ji..”
Jihoon menangis.. Tuhan masih sayang padanya?
” Sayang, apa yang udah terjadi sampe kamu ngelukain diri sendiri ?”
Jihoon menggelengkan kepalanya “ Aku gak suka ngeliat kamu ji, aku benci ngeliat kamu kesakitan kaya gini. Dan aku benci sama diri sendiri karena ngebiarin kamu terluka..”
” Maafin aku bin..”
” Kenapa kamu minta maaf sayang?”
” Aku selalu bikin kamu khawatir, aku cuman bisa nyusahin kamu doang. Aku emang gak pantes buat kamu..”
” Hei Don't say that baby, kita mutusin buat bersama itu artinya kita harus saling ngelindungin. Kita harus saling percaya satu sama lain, jangan nyalahin diri sendiri sayang hmmm?”
Jihoon perlahan menghentikan isakan tangisnya, dia menganggukan kepalanya.
” Sekarang kamu istirahat lagi, aku gak akan nuntut kamu buat cerita sekarang...” Yoonbin mengusap pelan helaian demi helaian rambut Jihoon.
” Kamu jangan pergi..”
” Enggak sayang, aku bakalan tetap ada disamping kamu..”
Jihoon bernafas lega, kemudian dia perlahan kembali memejamkan matanya dia masih lelah dan efek obat bius yang diberikan dokter belum sepenuhnya menghilang.
•••
” Aku takut bin..” lirih Jihoon, lelaki manis itu sudah menceritakan apa yang sudah terjadi padanya.
Yoonbin mengeratkan pelukannya, dia mengecupi berulang kali kening Jihoon berusaha memberikan ketenangan untuk kekasihnya itu.
” Its okay, kamu gak akan kenapa-kenapa. Aku udah urus semuanya..” ucap Yoonbin
” Aku udah bunuh Nouran..”
” Sst..kamu jangan ngomongin hal itu lagi. Kamu jangan khawatirin apapun lagi, aku bakalan tetap ada disamping kamu apapun yang terjadi.”
Jihoon mengeratkan pelukannya, berada didalam pelukan Yoonbin membuat perasaannya selalu tenang..
” Setelah kamu pulih, kita konsultasi ke psikolog buat ngilangin trauma kamu..kamu mau kan sayang ?”
Jihoon hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Dia akan berhadapan dengan seorang psikolog seperti dulu lagi, Jihoon berharap kali ini traumanya akan benar-benar menghilangkan.
Karena Jihoon sudah benar-benar lelah...