Laulyn

Back to home

🌻

” Ji udah minumannya anjir, lo kalo mabok nyusahin!” Sungut Haechan, dia kesal sendiri melihat Jihoon yang sedari tadi tidak berhenti meneguk whiskey miliknya.

” Kak Mark lama banget..” Lalu Haechan menggerutu karena sang kekasih tak kunjung datang. Sejujurnya dia kurang nyaman berada ditempat itu, namun dia tidak bisa membiarkan Jihoon sendirian disana.

” Gue mau joget dulu Chan..” Jihoon meletakan gelasnya sebelum dia melangkah dan bergabung bersama kerumunan orang yang sedang asik berdansa diiringi musik keras yang diputar sang DJ.

” Eh anjir Ji!” Haechan memekik, namun dia tidak bisa menahan Jihoon, Haechan mendecak mau tak mau dia membiarkan Jihoon..namun matanya tak lepas memperhatikan temannya itu..setelah sang kekasih datang, dia akan menyeret Jihoon dan membawanya pergi.

Jihoon memekik girang, badannya begitu lihat menari mengikuti alunan musik keras dilantai dansa. Sejak kedatangannya ke club malam paling pupuler di Ibu kota itu, Jihoon langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada disana Tentu saja mereka bisa mengenali Jihoon dengan cepat, dan beberapa kalipula Jihoon disapa oleh beberapa fansnya yang sengaja datang untuk menemui si manis itu.

” Hai Ji..” Jihoon menggeliat saat seseorang mendekat dan berbisik ditelinganya. Jihoon membalikan badannya, dia mendongkak menatap seseorang dihadapannya saat ini.

” Oh hai..” Jihoon tersenyum.

” Gue Petra, gue penggemar lo.” Lelaki bernama Petra itu mengenalkan dirinya pada Jihoon.

” Thank you, gue gak nyangka kalo gue dikenal banyak orang disini.”

” Siapa sih yang gak kenal sama lo Ji..” Petra, meraih tangan Jihoon lalu mengecupnya.

” Wow apa ini ?” Jihoon tertawa kecil

” Sebagai bentuk rasa seneng gue karena ketemu sama lo.” Ujar Petra, dia mengelus tangan Jihoon yang masih berada dalam genggamannya.

” Ada-ada aja lo..” Jihoon melepaskan tangannya, sejujurnya dia sedikit tak nyaman dengan perlakuan lelaki itu. Sebelumnya para penggemarnya tidak ada yang seperti itu, mereka hanya menyapanya dan berjabat tangan dengannya.

” Mau minum bareng gue ? Gue mau ngobrol banyak sama lo.”

” Makasih atas ajakan lo, tapi gue gak ada waktu..temen gue juga udah nungguin maaf ya..” Ucap Jihoon, sebisa mungkin menolak dengan halus ajakan penggemarnya itu.

” Cuman minum doang lo Ji, gak akan lama.”

” Tapi temen gue udah nunggu, mungkin lain kali.” Jihoon tersenyum kecil, dia hendak melangkah pergi namun Petra malah mencekal lengannya.

” Kapan lagi gue ketemu lo Ji ? Ini kesempatan gue buat mengenal lo lebih deket lagi.” Jihoon meringis, karena cekalan ditangannya cukup kuat.

” Bisa lepasin tangan gue gak ? Lo udah berlaku gak sopan sama gue.” Pinta Jihoon sebisa mungkin mengontrol diri untuk tidak berteriak pada lelaki dihadapannya itu.

” Jangan sok jual mahal gitu dong Ji, gue gau lo pasti udah dipake sama banyak orang. Gue perlu bayar berapa biar lo mau tidur sama gue ?”

Mata Jihoon membulat setelah mendengar perkataan lelaki itu. “ Gue bukan orang kaya gitu, penggemar gue yang lain masih bisa hargain gue saat ketemu gue tadi. Tapi lo udah kurang ajar! Lepas!” Pekik Jihoon dan sukses mengundang perhatian beberapa oranh disekitarnya, termasuk Haechan yang kini melangkah untuk menghampiri Jihoon.

” Ji ada apa ?”

” Sombong banget lo Ji, gue gak miskin. Gue banyak duit buat bayar lo Ji, lo cukup ngangkang dibawah-” Jihoon melayangkan tamparan keras dipipi lelaki kurang ajar itu, matanya menyalang penuh emosi.

” Heh setan! Yang sopan lo kalo bicara! Lepasin!” Haechan menyentak lengan Petra agar terkelas dari lengan Jihoon.

Petra tersenyum miring, dia mengelus pipinya yang berdenyut sakit karena tamparan dari Jihoon. “ Sebelumnya gak ada yang berani nampar gue, dan lo jalang rendahan beraninya nampar gue.”

” Karena lo pantes dapetin itu! Pergi atau gue patahin leher lo!” Sahut seseorang, Jihoon dan Haechan sama-sama menoleh.

” Yoonbin..” Jihoon begumam

Petra mendecak, dia menatap Jihoon sejenak sebelum akhirnya melenggang pergi dari sana. Yoonbin mendengus, kemudian dia melangkah menghampiri Jihoon dan menarik lelaki itu untuk keluar dari dalam Club.

” Ji!” Haechan ikut keluar mengikuti keduanya.

” Bin ngapain kamu disini ?” Tanya Jihoon

” Ikut gue pulang.”

” Kemana ?”

” Rumah.” Yoonbin membukakan pintu mobil untuk Jihoon.

Jihoon terdiam sejenak, sebelum dia akhirnya mengerti apa yang dimaksud oleh Yoonbin. “ Gak mau, gue gak mau pulang.”

” Lo mau tidur disini ?”

” Ya tidur dirumah Guanlin lah.” Jawab Jihoon

” Jangan numpang dirumah orang Jihoon.”

” Itu rumah Guanlin bukan rumah orang.”

Yoonbin mengacak rambutnya merasa begitu frustasi dengan Jihoon. Jika bukan karena sang Papah dia tidak mau repot-repot menyusul Jihoon dan membawa lelaki itu untuk kembali kerumahnya. “ Rumah lo itu bukan dirumah Guanlin.”

” Terus dimana ? Gue gak punya rumah.”

” Rumah lo itu rumah gue.” Ujar Yoonbin.

” Hah ?”

” Masuk sebelum gue emosi.”

Jihoon mendengus, dia menatap Haechan yang berdiri seperti orang bodoh dibelakangnya. “ Chan gue pulang dulu.” Ucapnya kemudian masuk kedalam mobil Yoonbin.

” Gue ditinggal ?” Gumam Haechan setelah mobil milik Yoonbin pergi dari hadapannya.

• •

” Gue besok mau balik kerumah Guanlin.”

Yoonbin yang tengah membuka kancing kemejanya menoleh kearah Jihoon. “ Siapa yang ijinin lo buat balik ke rumah Guanlin ?”

” Gak ada, mungkin angin yang ijinin.” Jihoon memainkan jari jemarinya, dia menundukan.

Yoonbin menghela nafasnya, dia menghampiri Jihoon. “ Lihat gue.”

Jihoon perlahan mendongkak, wajahnya memerah saat melihat perut sexy Yoonbin yang terpampang jelas dihadapannya.

” Lo gak bisa balik kerumah Guanlin lagi.”

” Lo kenapa ?”

” Karena gue gak ijinin lo! Ngerti ?”

” Tapi barang-barang gue ada disana.”

” Nanti gue nyuruh orang buat ambil barang lo.” Ucap Yoonbin lalu melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dan meninggalkan Jihoon yang kini tersenyum bahagia karena dia bisa kembali kerumah Yoonbin, dan tersenyum bahagia karena perlakuan Yoonbin padanya.

” Ini rencana gue berhasil ?”

” Enggak belum Ji, Yoonbin belum nyerah sama lo. Lo cuman harus jual mahal dikit, ayo sekarang mikir dan susun rencana lagi.” Jihoon harus bekerja keras lagi untuk membuat rencana

  • Mari membuat Yoonbin jatuh cinta padanya -

Nina

🌻

” Bi..”

Jihoon menghentikan langkah kaki Bi Aida yang hendak pergi ke halaman belakang rumah Yoonbin.

” Iya den ?”

” Yoonbin udah pergi ke kantor ?” Tanya Jihoon

” Iya Den..”

Jihoon mendesah kecil, hari ini dia terlambat bangun karena semalam dia benar-benar tertidur pulas belum lagi saat bangun tidur kepalanya terasa berat sekali dan perutnya mual. Hangover yang dia alami benar-benar sangat menyiksanya pagi ini.

” Bibi mau kemana ?” Jihoon bertanta dengan kening yang sedikit berkerut saat menyadari Bi Aida membawa beberapa perlatan berkebun ditangannya.

” Mau nengok bunganya Den Yoonbin.” Jawab Bi Aida

” Bunga ? Sejak kapan Yoonbin suka bunga Bi ?”

” Anu itu, Den Yoonbin punya kebun bunga krisan dibelakang. Den Yoonbin sengaja nanam bunga itu dirumah biar ingat sama mendiang Nona Nina katanya..” jawaban dari Aida membuat hati Jihoon mencelos.

Nina, tentu saja Jihoon tahu nama itu. Nina, dia adalah tunangan Yoonbin yang sudah tiada..

” Boleh aku ikut ?”

” Boleh Den..”

Jihoon mengikuti langkah kaki Bi Aida menuju halaman belakang rumah Yoonbin. “ Den Yoonbin suka marah kalo bunganya ada yang layu, jadi Bibi selalu mastiin bunganya pada cantik dan segar.” Ujar Bi Aida seraya, tangannya terlihat sangat cekatan mengurusi semua tanaman bunga Krisan milik Yoonbin.

” Bi, Nina itu seperti apa sosoknya ?”

Meskipun Jihoon tau tentang sosok Nina dikehidupan Yoonbin, namun dia tak tau lebih dalam tentang perempuan yang sempat membuatnya iri setengah mati karena bisa meluluhkan hati Yoonbin.

” Orangnya baik, pinter, sopan, ayu sekali orangnya..setiap datang kerumah pasti selalu bawa makanan banyak buat para pekerja dirumah ini.” jawab Bi Aida. Bibir Jihoon mengulas senyum tipis, Nina eksistensinya begitu nampak berharga dimata orang-orang terdekat Yoonbin.

” Setelah Nona Nina pergi kami merasa kehilangan, apalagi Tuan Yoonbin. Tuan Yoonbin jadi pribadi yang lebih pendiam, Bibi suka sedih kalo liat Den Yoonbin murung disini sambil liatin bunga-bunga ini.” Ucap Bi Aida..

” Aku iri, karena Nina bisa luluhin hati Yoonbin Bi..”

Bi Aida menoleh kearah Jihoon, bekerja lama untuk keluarga Yoonbin membuat dia tahu bagaimana hubungan Yoonbin dan Jihoon. “ Yoonbin benci sama aku Bi, karena aku ninggalin dia dulu dan aku datang seolah-olah gak terjadi apapun diantara kita. Dan aku makin sedih karena Yoonbin lupa tentang masa lalu kita.”

Bi Aida mendesah kecil, dia meraih tangan Jihoon. “ Den Yoonbin gak benci sama Den Jihoon, Den Yoonbin hanya lupa aja sama kenangan kalian.”

” Aku sayang sama Yoonbin Bi, aku mau Yoonbin ceria lagi kaya dulu. Aku berharap dengan kepulanganku ke Jakarta aku bisa jadi penghibur buat Yoonbin, Aku bisa bikin Yoonbin ceria lagi dan ngelupain kesedihannya tentang Nina..” Jihoon menjeda kalimatnya, dia kemudian tersenyum getir.

” Tapi nyatanya aku salah Bi..”

” Den Jihoon jangan gitu, Den Yoonbin cuman belum terbiasa sama kehadiran Den Jihoon. Den Jihoon cuman harus sabar aja..” Bi Aida tersenyum hangat, dia menepuk bahu Jihoon..

” Iya Bi, aku harap Yoonbin bisa ingat semua tentang masa kecil kita. Tapi aku gak mau maksain dia, tapi setidaknya kalopun Yoonbin lupa..Yoonbin bisa nerima aku yang sekarang..”

Ya Jihoon berharap begitu, meskipun dia tidak bisa berharap lebih. Apalagi berharap Yoonbin melihatnya, menyukainya, mencintainya seperti bagaimana dirinya mencintai Yoonbin..

Midnight

🌻

🔞

” Bawa dia kedalem, awas lo kalo lo tidurin dia di sofa.” Ucap Guanlin seraya menyerahkan Jihoon yang berada didalam gedongannya pada Yoonbin.

Yoonbin mendecak sebal, mau tak mau dia mengambil alih Jihoon dari Guanlin. “ Gue gak bisa lama-lama gue pergi dulu.” Guanlin kembali masuk kedalam mobilnya dan melesat pergi dari rumah Yoonbin.

Setelah Guanlin benar-benar pergi, Yoonbin membawa Jihoon masuk kedalam rumahnya kemudian membawa lelaki manis yang terlihat tidur pulas itu kedalam kamar miliknya. Seharusnya ini kesempatan Yoonbin untuk menidurkan Jihoon dikamar tamu, namun entah mengapa kaki lelaki itu malah berjalan masuk kedalam kamar pribadinya.

” Nyusahin banget lo!” Yoonbin melemparkan tubuh Jihoon keatas kasur, Jihoon sedikit melenguh karena tubuhnya terguncang namun kemudian kembali tidur pulas.

” Kalo bukan karena Papah, gue udah usir lo dari jauh-jauh hari Jihoon.” Ujar Yoonbin, dia menatap kesal seonggok tubuh yang meringkuk nyaman diatas kasurnya itu.

” Gue pastiin setelah Papah pulang lo diusir dari rumah karena kelakuan lo yang seenaknya disini.” Yoonbin tersenyum miring lalu melenggang pergi dari sana.

• • Jihoon melenguh, mata sabitnya perlahan terbuka. Pusing, itu yang saat ini tengah dia rasakan. Setengah sadar, Jihoon terbangun dari tidurnya. Tenggorokannya terasa kering sekali, dia butuh seteguk atau dua teguk air sekarang. Dengan mata yang setengah terpejam, lelaki manis itu melangkah berjalan keluar dari kamar. Berulang kali tubuhnya hampir terhuyung, dia sesekali meringis kala pusing dikepalanya semakin menjadi.

Tangan Jihoon membuka sebuah pintu dihadapannya, kemudian dia masuk kedalam sana. Tangannya meraba-raba setiap dinding yang dia lewati karena cahaya didalam ruangan itu begitu temaram. Laku kakinya terantuk pinggiran ranjang dan membuat badannya terhuyung keatas tempat tidur. Jihoon meringis, dia merangkak untuk menaiki tempat tidur itu.

” Ngapain lo disini ?”

Telinga Jihoon samar-samar mendengar suara Yoonbin, namun kemudian dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

” Itu bukan suara Yoonbin..” Jihoon meracau, dia mencoba membuka matanya yang memberat. Kemudian mata sayunya bersingungan dengan mata tajam itu. Mata tajam yang selalu membuatnya terhipnotis setiap kali dia menatapnya..mata tajam milik seorang Ha Yoonbin..

” Yoonbin ?” Jihoon bergumam

” Ngapain lo disini ?” Yoonbin kembali bertanya

” Wah ada Yoonbin..” bukannya menjawab pertanyaan Yoonbin, Jihoon malah tersenyum lebar. Tangan cantiknya terangkat lalu menyentuh wajah Yoonbin.

” Yoonbin ganteng banget..” Dia bergumam dengan tangan yang tak berhenti menyentuh setiap inci wajah tampan dihadapannya itu.

” Lo mabok Jihoon.” Yoonbin mencengkal tangan Jihoon dan menjauhkan tangan itu dari wajahnya.

” Yoonbin, Jihoon suka sama Yoonbin..Yoonbin ayo nikah sama Jihoon!”

Yoonbin mendecak, dia menghempaskan tangan Jihoon dengan kasar. “ Balik sana lo ke kamar! Lo ganggu gue lagi tidur aja!” Sentak Yoonbin kemudian kembali berbaring untuk melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu karena ulah Jihoon.

Beberapa detik terlewati, tak ada pergerakan sama sekali dari Jihoon. Yoonbin yang merasa semakin dibuat kesal kemudian membalikan badannya, namun betapa terkejutnya dia saat mendapati wajah Jihoon berada begitu dekat dengannya.

” Mau tidur sama Yoonbin.” Jihoon menghambur memeluk Yoonbin dengan erat.

” Lepasin! Kenapa lo gak balik ke kamar sih!”

” Mau tidur sama Yoonbin..”

” Enggak, gue gak mau tidur sama mahluk berisik kaya lo!”

” Jahat, nanti Jihoon bilangin om Tanu kalo Yoonbin jahat sama Jihoon.”

” Aduin aja sana, yang ada lo bakal diusir dari rumah karena seenaknya.”

” Mau ngapain lo! Minggir!” Yoonbin tiba-tiba memekik saat Jihoon menaiki tubuhnya dan kembali memeluknya dengan erat.

” Nyaman banget, Yoonbin wangi..”

” Ya Tuhan..” Yoonbin mengacak rambutnya frustasi, namun dia membiarkan Jihoon berada diatasnya.

” Yoonbin..”

” Apa ?!”

Jihoon mengangkat wajahnya yang semula bersandar nyaman diatas dada bidang Yoonbin, dia menatap Yoonbin dengan mata sayunya. Meskipun hanya cahaya lampu tidur yang temaram yang menyinari keduanya, Yoonbin bisa melihat wajah Jihoon yang memerah.

Yoonbin meneguk ludahnya, bagaimana bisa wajah memerah Jihoon bisa begitu terlihat menggemaskan dimatanya.

Yoonbin menggelengkan kepalanya, dia hendak menyingkirkan tubuh Jihoon..namun sebelum dia melakukannya Jihoon sudah lebih dulu mendekatkan wajah manisnya.

” Mau ngapain lo ?”

” Cium..”

” Lo gila ?”

” Yoonbin gak mau cium Jihoon ?

” Lo udah tau jawabannya Jihoon! Sekarang lo minggir atau gue dorong lo ?”

Jihoon menggelengkan kepalanya, mata yang semula sayu kini nampak berkaca-kaca dan bibirnya mencebik sebal.

” Kalo gak cium Jihoon nangis nanti..”

Yoonbin mengumpat dalam hatinya, dia bisa saja mendorong keras tubuh Jihoon dari atas tubuhnya. Namun entah kenapa, melihat Jihoon yang begitu polos seperti seorang bayi membuat Yoonbin tak tega untuk melakukannya.

” Lo mau gue cium ?”

Jihoon tersenyum seraya mengangguk-ngangguk seperti mainan anjing yang terpajang didepan etalase toko mainan anak. Yoonbin menyeringai..dengan mudah dia membalikan posisi diantara mereka. Yoonbin mengukung tubuh kecil Jihoon dibawah tubuhnya.

” Denger, lo akan nyesel setelah ini jangan harap lo minta gue buat berhenti saat cium lo. Karena lo tau ? “

Yoonbin menggantungkan kalimatnya, matanya menatap setiap inci wajah Jihoon. Yoonbin akui, untuk seukuran lelaki Jihoon memiliki wajah yang manis dan cantik. Benar-benar sangat cantik, mata sabitnya terbentuk sempurna, hidungnya begitu lucu, pipinya begitu berisi, dan bibirnya yang merah kenapa bisa begitu menggoda..

” Lo udah bangunin singa jantan yang lagi tidur sayang..” Yoonbin melanjutkan perkataannya, lalu dia mendaratkan bibirnya diatas bibir Jihoon. Mengecupnya berulang kali, kemudian melumatnya penuh dengan nafsu yang menggebu.

Jihoon melenguh, kakinya bergerak gelisah..dia meremat helaian rambut Yoonbin saat lelaki itu semakin memperdalam ciumannya.

Nafas Jihoon terengah-engah saat Yoonbin melepaskan tautan bibir diantara mereka.

” Sayang lo cowok Jihoon, kalo bukan mungkin gue udah ajak lo buat having sex sekarang.” Ucap Yoonbin lalu beranjak dari sana dan melenggang pergi meninggalkan Jihoon disana. Jihoon memegang bibirnya, ciuman Yoonbin begitu terasa nyata..padahal dia yakin jika dirinya kini tengah berada didalam mimpi..

Sementara itu diluar sana, Yoonbin tengah bersandar didepan pintu kamar. Berulang kali bibirnya mengumpat kasar

” Sialan!! Lo masih normal Yoonbin!” Yoonbin yakin dirinya masih seorang straight, namun pusat gairahnya berbanding terbalik dengan perkataannya..

Karena hanya dengan mencium Jihoon dan mendengar lenguhan kecil lelaki itu, sukses membuat Yoonbin ereksi penuh saat ini.

” Bangsat!”

First Day

🌻

Yoonbin masih duduk terdiam di sofa, raut wajahnya nampak begitu kacau. Tentu saja sangat kacau, hari ini dia melewati banyak sekali masalah di kantor belum lagi saat dia pulang ke rumahnya dia harus menghadapi seorang penyusup.

Penyusup yang sekarang tengah berbaring nyaman dan santai diatas tempat tidurnya. Yoonbin masih berusaha berpikir keras, mengingat Jihoon. Lelaki yang mengaku sebagai teman kecilnya.

Namun bukannya ingat, malah rasa sakit yang kini mendera kepalanya. Dia butuh penjelasan lebih dari sang Ayah, namun dia harus menunggu sang Ayah pulang terlebih dulu. Sekarang dia hanya harus memikirkan, bagaimana caranya mengusir Jihoon dari kamarnya.

” Kenapa lo masih ada dikamar gue ?”

” Kenapa ?” Jihoon balik bertanya, si manis itu telihat santai berbaring diatas tempat tidur milik Yoonbin.

Yoonbin mendecak, Jihoon sudah seenaknya menyusup kedalam rumahnya dan sekarang seenaknya berbaring diatas tempat tidurnya. “ Lo masih nanya ? Ini kamar gue, lo tamu gak seharusnya lo tidur disini ?”

” Terus gue harus tidur dimana ? Kolong jembatan ?”

” Dengan senang hati gue bakal biarin lo tidur dikolong jembatan.”

” Jahat!” Jihoon mencebikan bibirnya.

” Gue mau tidur disini..” Jihoon melanjutkan perkataannya, kemudian semakin menyamankan diri diatas tempat tidur milik Yoonbin.

” Enggak. Lo tidur dikamar tamu Jihoon.”

” Gak mau!”

” Kok lo ngelunjak ?” Yoonbin beranjak dari tempat duduknya, dia melangkah menghampiri Jihoon.

” Apa ?” Jihoon melotot berusaha mengancam Yoonbin yang mungkin saja mau menarik dirinya dari atas tempat tidur.

Yoonbin mengacak rambutnya, dia merassa semakin pusing sekarang. “ Daripada marah-marah terus mending ayo kita tidur.” Jihoon menepuk tempat kosong disampingnya.

” Gak, lebih baik gue tidur dikamar lain daripada harus tidur sama lo.”

” Terserah..” Jihoon menggidikan bahunya. Yoonbin menyeret tubuhnya pergi dengan cepat dari kamar miliknya, malam ini dia akan membiarkan Jihoon menguasai tempat tidurnya. Tapi besok, dia tidak akan membiarkannya.

🌻🌻🌻

” Good Morning..” Sapaan Jihoon membuat beberapa Maid yang bekerja dirumah Yoonbin kompak menoleh kearahnya. Jihoon tersenyum manis, dengan ramah dia menyapa semua pekerja dirumah Yoonbin tanpa terkecuali.

” Den Jihoon..”

” Oh hai Bi, Bibi masih kerja disini ? “ Jihoon jelas sangat mengenal siapa perempuan paruh baya dihadapannya saat ini.

Dia Bi Aida, orang yang telah lama bekerja untuk keluarga Yoonbin.

” Apa kabar Den ?”

” Baik Bi, Bibi sendiri ?”

” Alhamdulillah sehat Den..”

Jihoon tersenyum manis, dia memeluk tubuh ringkih Bi Aida “ Seneng banget aku bisa ketemu Bibi lagi..” Jihoon memang sangat dekat dengan Bi Aida, dulu Bi Aida yang sering mengasuh dia bersama Yoonbin.

” Hmm..” Jihoon melepaskan pelukannya, dia menoleh kearah Yoonbin yang baru saja datang.

” Good Morning Bin..” Jihoon menyapa Yoonbin seraya mengikuti langkah kaki Yoonbin yang pergi menuju dapur rumah.

” Abis olahraga yah..” tanya Jihoon, dia menatap Yoonbim dengan mata yang berbinar. Bagaimana tidak berbinar, Yoonbin terlihat begitu hot dengan kaos lengan pendek yang dipakainya. Belum lagi keringat nampak membasahi wajah dan leher tampannya.

Astaga, Jihoon ingin menyentuhnya..menyentuh otot bisep Yoonbin yang terlihat begitu sexy dimatanya.

” Bi, tolong bilang sama Pak Agus panasin mobil saya yang Audy saya mau pergi pake mobil itu hari ini.” Ucap Yoonbin pada Bi Aida

” Iya Den..” Bi Aida dengan cepat pergi untuk menjalankan perintah Yoonbin.

” Lo mah ke kantor hari ini ?” Jihoon kembali mengikuti langkah kaki Yoonbin.

” Kali bukan ke kantor kemana lagi ?”

” Mau ikut dong..”

Yoonbin berhenti melangkah, dia menatap Jihoon. “ Boleh ikut ?” Tanya Jihoon kembali dengan wajah merajuknya

” Enggak.” Yoonbin menjawab dengan singkat

” Kok gitu ?”

” Lo mau ngapain ikut gue ke kantor ?”

” Ya mau aja, kenapa sih ?”

” Gue bilang enggak ya enggak.” Ucap Yoonbin penuh dengan penekanan.

” Gue ikut!! Atau gue aduin sama Om Tanu kalo lo kejam sama gue ?” Ancam Jihoon

” En-”

” Ikut!” Pekik Jihoon

Yoonbin mendesah kasar, dia sudah memastikan jika hari-harinya bersama Jihoon akan terasa menjengkelkan karena sifat lelaki manis itu...

” Terserah..”

” Yes..” Jihoon memekik girang, dia melangkah menuju kamar untuk segera bersiap-siap

” Yoonbin..” Jihoon berhenti diambang pintu.

” Apalagi ?”

” Ayo mandi bareng..”

Teressa dan Jihoon..

🌻

Teressa, dia adalah seorang perempuan yang Yoonbin nikahi lima tahun yang lalu. Teressa adalah seorang wanita cantik, ramah, pintar dan lemah lembut. Semua sifat itu yang membuat Yoonbin jatuh cinta padanya. Mereka sudah mengenal satu sama lain sejak duduk dibangku kelas satu SMP. Yoonbin sudah menyukai Teressa saat pertama kali mengenal perempuan itu. Mereka selalu bersama, namun tak ada hubungan yang lebih spesial diantara keduanya.

Sampai akhirnya Yoonbin yang memendam perasaan terlalu lama menyatakan cintanya pada Teressa, dan betapa bahagianya Yoonbin saat Teressa menerimanya. Mereka tidak terlalu lama berpacaran, karena Yoonbin tidak mau membuang-buang waktu dalam hubungan mereka. Yoonbin melamar Teressa, dengan penuh keyakinan Yoonbin meminang Teressa menjadikannya seorang Istri dan membawanya masuk kedalam keluarganya.

Teressa begitu disambut dengan baik dan hangat oleh keluarga Yoonbin, tentu saja siapa yang tidak menyukai perempuan seperti Teressa yang serba sempurna ? Teressa diperlakukan begitu baik oleh keluarga Yoonbin, dia menjadi menantu kesayangan Ibunda Yoonbin.

Setahun pernikahan keduanya berjalan, tak ada tanda-tanda apapun tentang kehadiran buah hati diantara mereka. Terlebih kondisi kesehatan Teressa yang tiba-tiba saja memburuk. Sampai akhirnya Yoonbin tahu jika Teressa terserang penyakit leukimia. Teressa yang selama ini terlihat baik-baik saja dimata Yoonbin tenyata menyembunyikan penyakit mematikan itu selama ini.

Leukimia yang diderita Teressa sudah masuk pada stadium akhir, dan semakin membuat tubuhnya mengurus. Yoonbin begitu terpuruk melihat sang istri yang terbaring lemah diatas ranjang dengan peralatan medis ditubuhnya.

Namun kemudian Teressa menyerah, dia sudah berusaha untuk bertahan namun penyakit itu semakin menyiksanya. Dia meninggalkan Yoonbin sendirian dengan penuh rasa penyesalan karena belum memberikan seorang buah hati dikeluarga kecil mereka. Yoonbin begitu kehilangan Teressa yang sudah dia anggap sebagai pusat dunianya.

Yoonbin terpuruk, butuh waktu lama untuk dia merelakan kepergian Teressa.. Lalu kemudian Jihoon hadir, seolah-olah menghapus rasa kesedihan dihatinya. Senyuman Jihoon yang begitu cantik mampu membuat Yoonbin bangkit lagi dan kembali siap untuk jatuh cinta.

Yoonbin tahu siapa Jihoon dan profesi apa yang digeluti oleh lelaki manis itu. Yoonbin memuja Jihoon, dia melakukan segala cara agar bisa mengenal lelaki itu.. Dan Tuhan memberikan jalan yang lancar pada jalan percintaannya kalu ini. Dengan begitu banyak cara yang dia lakukan, akhirnya Jihoon berada didalam genggamannya..

Jihoon menjadi miliknya..

Yoonbin memberikan seluruh cintanya untuk Jihoon, Yoonbin memilih Jihoon untuk mengisi sisa akhir hidupnya..

” Mah Pah, ini Jihoon calon pengantin Yoonbin..” Yoonbin mengenalkan Jihoon pada kedua orangtuanya. Jihoon tersenyum manis, dia menyapa kedua orangtua Yoonbin dengan ramah dan hangat.

” Kamu mau nikah lagi Yoonbin ?”

” Iya, aku mau nikahin Jihoon mah..” Yoonbin menjawab tanpa melepaskan tautan tangannya dengan Jihoon.

” Mamah mengijinkan kamu untuk menikah lagi Yoonbin, dengan syarat kamu harus memilih orang yang tepat.” Ucapan sang Ibu membuat kening Yoonbin berkerut.

” Mamah dan Papah tidak mempersalahkan orientasi seksual kamu, tapi kenapa kamu harus menikahi orang yang bekerja dengan tubuhnya.”

Sang Ibu tentu saja tahu siapa itu Jihoon, lelaki itu berprofesi sebagai model majalah dewasa terkenal di Ibu kota. Pekerjaan yang begitu sangat rendah dan menjijikan dimata Sang Ibu.

” Mah, itu hanya profesi. Jihoon menjaga dirinya selama ini..”

” Kamu tahu seberapa tingginya martabat keluarga kita ? Dan kamu mau merusak martabat keluarga kita dengan menikahi dia ?”

” Mah!” Yoonbin memekik, dia tidak bisa menerima saat Sang Ibu merendahkan sang kekasih. Sementara di sampingnya sang Ayah hanya terdiam tanpa mau membuka mulutnya.

” Kalau kamu masih mau menjaga nama baik keluarga, pikirin baik-baik lagi rencana kamu Yoonbin.” Ujar sang Ibu..

. . Jihoon tidak bisa berhenti menangis sedari tadi, perkataan yang diucapkan oleh Ibu sang kekasih masih terngiang ditelinganya. Seberapa rendahnya kah profesi dirinya ? Seberapa tidak pantasnya kah dirinya untuk Yoonbin ?

” Bin, kita putus aja ya..”

” Enggak. Aku gak mau putusin kamu Jihoon!”

” Jangan egois Yoonbin!”

” Kalau aku egois kamu apa ? Aku sayang sama kamu Jihoon, aku cinta sama kamu. Jangan pernah sekalipun aku minta putus dari aku..”

” Bin, orang tua kamu gak setuju sama hubungan kita..jangan jadi anak pembangkang.”

” Aku gak peduli Jihoon, aku bakal tetap nikahin kamu. Aku gak peduli sama mereka yang menentang kita..” Yoonbin meremat bahu Jihoon, dia menatap dalam mata sabit itu.

” Percaya sama aku, kita bakal lewatin semuanya. Lambat laun Mamah bakal nerima kamu, aku yakin apalagi kamu ini lelaki spesial percaya sama aku hmm ?”

Mata Yoonbin selalu berhasil menghipnotisnya, maka tanpa ragu Jihoon mengangguk. Dia percaya, dia percaya pada Yoonbin sepenuhnya.. Dia percaya jika kebahagiannya adalah Yoonbin..

” Mereka gak tau apapun tentang kita Jihoon, kamu mau kan ngabisin sisa waktu kamu sama aku ?” Yoonbin bertanya kembali untuk semakin meyakinkan Jihoon..

” Aku mau Bin...”

Yoonbin tersenyum penuh kebahagiaan, dia merengkuh tubuh kecil itu kedalam dekapannya. Yoonbin berulang kali membisikan kata-kata cinta dan meyakinkan Jihoon jika semuanya akan baik-baik saja..

Sebuah keinginan

🌻

” Yang..”

Yoonbin yang tengah membenahi kemeja miliknya menoleh kearah Jihoon, bibirnya tersenyum.. Dia merengkuh pinggang Jihoon, kemudian menunduk untuk memberikan kecupan mesra dibibir pendamping hidupnya itu.

” Kok lesu banget yang, kenapa ?”

” Lagi gak enak badan aja..” Jihoon membenahi dasi Yoonbin.

” Perlu ke Dokter ?”

” Gak usah yang, cuman lemes aja bukan sakit.”

Yoonbin mendesah kecil, dia mengusap lembut surai lembut milik Jihoon. “ Maaf yah semalam aku malah minta kamu buat layanin aku.”

” Udah tugas aku yang buat layanin kamu..” ujar Jihoon

” Kemarin kamu pergi ketempat Teressa ?” Jihoon mendongkak untuk menatap Yoonbin.

Yoonbin mengangguk “ Iya yang..”

Teressa, dia adalah mendiang istri Yoonbin. Teressa adalah wanita yang lebih dulu mengisi relung hati Yoonbin. Teressa, dia begitu spesial dimata keluarga Yoonbin apalagi dimata sang Mertua..tidak seperti dirinya yang dari awal tak pernah dianggap sama sekali..

” Yang, lusa kita dinner yah diacara ulang tahun kolega aku.”

Jihoon menganggukan kepalanya “ Bin..”

” Hmmm ?”

” Aku mau konsultasi ke Dokter Yujin siang ini..”

Gerakan tangan Yoonbin yang hendak meraih jas miliknya terhenti. “ Aku mau konsultasi apa aku bisa hamil lagi atau enggak.”

” Yang, aku pikir kita udah sepakat buat gak punya anak.”

” Bin, pernikahan kita udah dua tahun dan aku belum kasih apapun sama kamu. Aku belum bisa kamu banggain..” Mata Jihoon nampak berkaca-kaca..

” Tapi yang..”

” Aku mohon..”

Yoonbin menghela nafasnya, dia menarik Jihoon kedalam pelukannya. “ Semua keputusan tentang keinginan kamu semua tergantung apa yang Dokter Yujin bilang..”

Jujur saja, Yoonbin masih trauma akan hal yang menyangkut tentang kehamilan. Dia takut, dia takut Jihoon akan kesakitan lagi seperti dulu.. Yoonbin tidak mau melihat Jihoon sekarat lagi..

Namun jauh dilubuk hatinya, dia menginginkan seorang anak ditengah keluarga kecilnya bersama Jihoon..

” Makasih yang..” Jihoon akhirnya bisa tersenyum cerah. Dia sudah mantap dan sudah yakin, dan dia berharap Dokter Yujin bisa memberinya kabar baik nanti..

” Aku ke kantor dulu ya, takut telat soalnya ada meeting penting hari ini.”

Jihoon mengangguk, dia menyambut ciuman hangat Yoonbin.

” I love you..” Yoonbin melepaskan tautan bibirnya lalu melangkah pergi untuk segera pergi bekerja. Jihoon mendesah pelan selepas Yoonbin pergi, dia meraih ponsel miliknya yang tergeletak diatas tempat tidur.. Jihoon ingin membuat jadwal konsultasinya dengan Dokter Yujin..

” Ayo Jihoon lo pasti bisa! Lo jangan bikin Yoonbin kecewa lagi..”

📌 Apapun keputusan Jihoon buag memilih diantara Bomin sama Haruto itu udah Jihoon renungin bersama author 😊 📌 Di awal ini emang au Binhoon, tapi endingnya mereka gak bersama ya. Setelah konflik diantara mereka, Binhoon gak bisa disatuin lagi jadi maaf kalo ngecewain kalian 📌 Boleh kesel atau benci sama karaker di AU ini, tapi jangan sampe dibawa ke RL ya 🤗 📌 Enjoy yah, baca AU ini dibawa santai aja anggap aja sebagai hiburan 😄

BEAUTIFUL MISTAKE

🦋

” Mau kemana sih ?” Jihoon bertanya pada Haruto. Setelah mereka menghabiskan waktu dengan bermain disebuah pasar malam, Haruto membawanya pergi ke suatu tempat. Sebuah bangunan tua yang begitu menyeramkan di mata Jihoon.

” Kamu mau ajak aku uji nyali ?”

” Ya kali kak, kakak tau sendiri aku takut hantu.”

” Terus ngapain kamu bawa aku kesini ?”

Haruto tertawa kecil “ Bawel deh kamu, udah diem aja aku gak bakal macem-macem kok.”

Jihoon merengut, dia akhirnya membiarkan Haruto menggandengnya dan membawanya untuk semakin masuk kedalam gedung tua itu.

” Haru cape..”

” Bentar lagi, aku gak bisa gendong kakak. Soalnya kakak berat.”

” Nyebelin!” Jihoon memukul lengan Haruto.

Haruto membuka pintu yang membawa mereka ke rooftop gedung itu. Jihoon yang semual merengut kesal kemudian terdiam dengan mata yang membulat terkejut.

” Suprise!”

” Haru..” Jihoon melepaskan tangan Haruto, dia melangkah mendekati sesuatu yang berada dirooftop gedung itu.

” Kamu yang nyiapin semua ini ?” Jihoon bertanya..

” Iya, dibantu sama yang lain juga kak. Gimana suka ?“.

Panggil Jihoon manusia bodoh jika tidak menyukai apa yang ada dihadapannya sekarang. Haruto menyulap rooftop gedung itu dengan sedemikian rupa. Haruto menyiapkan sebuah dinner romantis untuk Jihoon disana, Haruto memasang sebuah layar LEd besar disana. Semuanya sangat sempurna, belum lagi pemandangan kota Jakarta dimalam hari terlihat begitu indah dari atas rooftop itu.

” Pantes aja tadi kamu nyuruh aku buat gak jajan cemilan.”

” Kalo jajan dulu entar kita gak bisa dinner karena kakak kekenyangan.”

Jihoon mendengus “ Gimana suka ?”

” Sukalah! Ya kali aku gak suka.

” Aku takut kakak gak suka karena kata Jeongwoo ini cringe banget.”

” Jengwoo aja yang gak romantis.”

Haruto terkekeh, dia mendudukan Jihoon dikursi meja makan.

” Kita makan sekarang ya, aku udah laper.” Ucap Haruto seraya duduk dihadapan Jihoon.

” Makanannya masih anget kok, tadi sepuluh menit sebelum kita kesini orang suruhan aku siapin makanannya.”

” Makasih Haru..”

” Apapun untuk Kakak..”

• • •

” Mau dansa kak ?” Jihoon yang semula tengah asik dengan pemandangan malam kota Jakarta dibawah sana menoleh kearah Haruto.

” Dansa ?”

” Iya..mau ?”

Jihoon baru menyadari jika musik yang sedari tadi tak berhenti berputar kini sudah berganti dengan alunan merdu yang menenangkan.

” Emang kamu bisa dansa ?”

” Kak aku ini tiga tahun berturut-turut jadi king of prom night disekolah.”

” Sombong!”

Haruto tertawa, dia merangkul pinggang kecil kemudian perlahan membawa tubuh Jihoon untuk bergerak mengikuti alunan lagu.

” Anak-anak pasti lagi cringe liat aku kaya gini.”

” Ada anak-anak ?” Jihoon menatap Haruto

” Mereka liatin kita lewat monitor.”

” Ih Haru!” Jihoon hendak menjauh dari Haruto tapi Haruto dengan cepat menahannya.

” Biarin kak, biar mereka sirik.”

” Nyebelin.”

Haruto tersenyum, matanya tak pernah sedetikpun lengah untuk terus menatap setiap lekukan wajah cantik Jihoon.

” Ngapain liatin aku kaya gitu ?”

” Cantik..”

” Gombal..”

” Gak ada gombal disetiap pujian aku buat kakak.”

Jihoon tersenyum “ Iya aku percaya, makasih Haru..”

” Kak makasih yah, kakak udah terlahir didunia ini. Aku sangat berterima kasih sama Tuhan karena Tuhan udah memberi aku takdir buat ketemu sama Kakak, buat aku jatuh cinta sama kakak.”

Gerakan tubuh Jihoon terhenti, dia menatap lekat kedua mata milik Haruto.

” Haru..”

” Kak, mungkin ini kesekian kalinya aku bilang kalau aku sayang sama kakak...aku cinta sama kakak, aku gak pernah segila ini sebelumnya hanya karena jatuh cinta sama seseorang.”

Jihoon menggigit bibirnya, tenggorokannya terasa sakit sekali.

” Jihoon, I really love you..so will you be mine ?”

Jihoon menelan ludahnya, airmata yang sedari tadi dia tahan akhirnya jatuh dari pelupuk matanya.

” Kak..”

” Haru maaf..”

Tangan Haruto yang semula masih bertengger dipinggang Jihoon perlahan turun.

” Harusnya aku bilang dari awal, harusnya aku minta kamu buat gak semakin jatuh cinta sama aku. Maafin aku Haru..”

Haruto tertawa kecil, tanpa bertanyapun dia tahu jika Jihoon sudah menolaknya dengan telak.

” Aku kalah ?”

Jihoon menggeleng.. Dia merasa sudah menjadi orang yang jahat saat ini, seharusnya dari awal Jihoon meminta Haruto untuk berhenti dengan segala perasaannya untuknya..

” Haru..”

” Okay, aku emang udah kalah sama orang yang bahkan baru kakak kenal..”

” Haru jangan gini, maaf ini salah aku..”

” Kakak gak salah apapun, ini salahku seharusnya aku sadar kalau kakak gak pernah bisa sayang sama aku lebih dari seorang adik.”

Haruto menghela nafasnya, dia tsernyum teduh..dia mengusap airmata Jihoon. “ Makasih kak, setidaknya kakak udah ngijinin aku buat sayang sama kakak. Kalau dari awal ini emang kesalahan, bagi aku ini adalah kesalahan terindah yang pernah aku lakuin.”

Jihoon semakin menangis terisak, melihat Haruto yang tersenyum setelah dia menyakitinya membuat Jihoon semakin merasa jadi orang yang jahat.

” Don't cry..aku gak mau liat kakak nangis kaya gini..” Haruto yang tidak bisa melihat kesayangannya menangis langsung mendekap tubuh rapuh itu.

” Seenggaknya aku tenang, karena Kakak jatuh sama orang yang tepat..”

Haruto menerimanya, dia menerima jika cintanya harus kembali bertepuk sebelah tangan. Haruto menerimanya jika dia kembali harus merasakan apa itu patah hati..

Haruto tidak bisa memaksa Jihoon, dia harus mundur dan melihat Jihoon bahagia bukan bersama dirinya...

Dan setidaknya seperti yang dia katakan, dia akan tenang jika orang yang berhasil merebut hati Jihoon itu adalah Bomin..

Karena Haruto mempercayai lelaki itu..

MY FIRST AND LAST

🦋

” Sayang..”

Jihoon buru-buru menghapus airmatanya saat melihat sang Ayah masuk kedalam kamarnya. Jihoon tidak mau sang Ayah melihatnya menangis.

” Pah..”

” Kamu abis nangis ?” Jihoon menggelengkan kepalanya, ternyata percuma saja dia mengusap airmatanya toh sang Ayah tetap tahu jika dirinya habis menangis.

” Kamu gak pandai buat bohong, ada apa hmm ? Ada yang nyakitin kamu ?” Chanyeol mengusap sayang wajah cantik anaknya itu.

” Gak papa kok, Jihoon gak papa..” Tentu saja Jihoon tidak akan mengatakan alasan dia menangis adalah karena Yoonbin. Entahlah, Jihoon tidak tahu apa yang salah dengan perasaannya. Kenapa hatinya begitu sakit saat mengetahui kabar tentang Yoonbin dan Jessy.

” Yaudah Papah gak akan maksa kamu buat cerita, tapi lain kali kamu jangan pendam masalah sendiri ya sayang...”

Jihoon menangguk, dia menghambur memeluk tubuh tegap sang Ayah. Menyamankan diri dipelukan pelindung hidupnya.

” Anak Papah udah besar ya, perasaan baru kemarin liat kamu lari-larian pake popok.” Ujar Chanyeol lalu tertawa kecil.

” Ya masa Jihoon jadi bayi terus.”

” Kamu tetep bayi Papah.” Jihoon merengut, kenapa setiap orang selalu menganggap dirinya seorang bayi.

” Makin dewasa kamu makin mirip mendiang Mamah kamu.” Terutama pada senyuman Jihoon dan kedua matanya yang cantik, semuanya begitu mirip dengan mendiang sang Ibu. Jihoonnya semakin dewasa semakin bersinar dan cantik seperti sebongkah berlian yang begitu mahal dan begitu berharga. Dan Chanyeol ingin berliannya jatuh pada orang yang tepat suatu saat nanti.

” Pah..” Jihoon menatap lekat sang Ayah.

” Kenapa sayang ?”

” Jihoon udah mikirin semuanya, Jihoon udah tahu siapa orang yang Jihoon pilih.” Ucap Jihoon, setelah merenung dan berpikir panjang Jihoon memutuskan untuk memilih salah satu diantara Bomin dan Haruto. Keduanya memang begitu tulus padanya, mereka memperlakukan dirinya begitu baik dan tak pernah membiarkan dirinya terluka meskipun hanya seujung jari. Namun Jihoon tidak bisa terlalu lama menggantungkan perasaan keduanya, Jihoon siap dengan semuanya termasuk mungkin dia akan menyakiti salah satu dari mereka.

” Apapun keputusan kamu, siapapun yang kamu pilih Papah harap dia bisa mencintai kamu dengan tulus dan menjaga berlian Papah yang cantik ini.” Jihoon meneteskan airmatanya mendengar perkataan yang diucapkan sang Ayah padanya.

” Jihoon sayang banget sama Papah..” Jihoon kembali menghambur memeluk sang Ayah. Dia menangis tersedu, dan berulang kali mengatakan betapa dia sangat menyayangi sang Ayah.

” Papah juga sayang sama kamu, bahagia terus sayang..”

Jihoon menganggukan kepalanya, dia menikmati pelukan sang Ayah seraya meredakan isak tangisnya.

” Udah nangisnya, ada Dokter Bomin dibawah..” ucap Chanyeol, Jihoon langsung mendongkak menatap sang Ayah. Matanya yang masih basah karena airmata langsung membulat.

” Papah serius ?”

” Iya sayang..”

” Aku belum mandi Pah, mana aku abis nangis lagi.” Jihoon merengek, kenapa Dokter Bomin tidak mengabarinya dulu jika dia akan datang kerumahnya.

” Gak papa, anak Papah masih tetep cantik.” Chanyeol mengusap jejak airmata yang masih tersisa dipelupuk mata sang anak.

” Gak ah Jihoon mandi dulu, bilangin sama Dokter Bomin buat nunggu aku dulu.” Jihoon dengan cepat beranjak dari tempat tidurnya lalu masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri meninggalkan Chanyeol yang tertawa kecil disana.

• •

” Wangi banget..”

Jihoon mendengus, dia duduk disamping Bomin.

” Kenapa Dokter gak bilang kalo mau kerumah ?”

” Ngedadak, saya mau pulang keumah tiba-tiba dijalan kangen kamu terus mampir deh kesini.”

Jihoon melihat penampilan Bomin, lelaki itu masih mengenakan stelan kemeja dan celana bahan. “ Padahal Dokter harusnya istirahat kan cape abis pulang dari Rumah sakit.”

” Liat kamu aja udah bikin cape saya ilang Jihoon.”

Jihoon harusnya sudah terbiasa dengan segala rayuan Bomin untuknya, namun jantung sialannya tetap saja berdegup kencang karenanya.

” Apa ?” Jihoon mengerut bingung ketika Bomin merentangkan tangan kearahnya.

” Jangan bikin saya malu..”

Jihoon tertawa kecil “ Bilang aja mau minta peluk.” Ucapnya kemudian menyamankan diri dipelukan Bomin.

Bomin tersenyum, dia mengusap lembut punggung Jihoon kemudian mendaratkan kecupan hangat dipuncuk kepala simanis.

” Saya sayang sama kamu Jihoon..”

” Aku tau..” Jihoon jelas tau, debaran jantung Bomin sudah menjelaskan semuanya.

” Ini memang pernah jatuh cinta, tapi saya gak pernah merasakan jatuh cinta segila ini sebelumnya.”

” Kamu cinta pertama saya, dan saya mau menjadikan kamu cinta terakhir saya..” Bomin melanjutkan perkataannya.

Jihoon mendongkak, dia menatap Bomin..menatap tepat pada kedua mata lelaki itu. “ Dok..”

” Ya..?”

Jihoon mengigit bibirnya “ Aku mau..”

Jihoon terdiam sejenak “ Aku mau nikah sama Dokter..” ucap Jihoon

” Ji..”

” Papah minta aku buat milih, aku tau Haruto juga punya perasaan yang sama kaya Dokter. Setelah lama aku berpikir, hati aku memilih Dokter..”

” Ji kamu serius ?”

Jihoon mengangguk “ Aku percaya sama Dokter, Aku percaya kalo Dokter bisa menjaga aku dengan baik.”

Bomin tersenyum, dia mengangkat tangannya untuk mengelus wajah Jihoon. “ Papah kamu benar, kamu ini seperti berlian begitu cantik dan bersinar. Saya pasti akan memegang kepercayaan Papah kamu pada saya, saya akan menjaga berliannya..saya tidak akan sedikitpun merusak keindahan berliannya.”

Jihoon tersenyum, namun matanya meneteskan airmata. Jihoon memang belum lama mengenal Bomin, tapi Jihoon sudah yakin jika Bomin adalah takdirnya.

” Kenapa nangis hmmm ?”

Jihoon menggeleng, dia tidak menjawab dia memilih menangis dipelukan Bomin.

” Aku sayang sama Dokter..”

” Apalagi saya, saya gak tau apa ada ungkapan lain buat mengungkapkan semua rasa sayang saya sama kamu Jihoon.”

Jihoon tersenyum disela tangisannya.. Dia semakin yakin dengan pilihannya..dia semakin yakin jika Bomin adalah sosok terbaik yang Tuhan berikan untuknya.

Semua rasa sakit yang Jihoon rasakan selama ini semuanya sirna..Bomin bagaikan obat penyembuh luka baginya..

Darling

🦋

Yoonbin melonggarkan ikatan dasi yang terasa mencekik lehernya, dia melangkah tergesa-gesa bahkan dia mengabaikan sapaan para maid rumahnya. Wajahnya memerah nampak seperti menahan emosi, namun tentu saja bukan itu alasan kenapa wajahnya memerah.. Lelaki bermata tajam itu tengah menahan gairahnya yang memuncak saat ini. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Yoonbin berulang kali mengumpat menahan geramannya saat pusat gairah tubuhnya menegang. Katakan saja dirinya lemah, bahkan Jihoon hanya memberikan foto pinggang dan paha mulusnya namun dampaknya membuat Yoonbin setengah gila.

Yoonbin masuk kedalam kamarnya, terlihat begitu terburu-buru. Dia ingin cepat menemui Jihoonnya.

” Hai babe..”

Yoonbin menatap Jihoon yang tengah berbaring diatas ranjang bersama kucing kesayangannya yang nampak begitu manja duduk diatas paha Jihoon. Oh tidak, Yoonbin ingin marah rasanya pada mahluk berbulu itu karena bisa-bisanya si kucing terlebih dulu bergelung dipaha Jihoon.

” Kamu nyapa aku kaya gak ada rasa bersalahnya yang..” ujar Yoonbin

Jihoon tertawa kecil, dia mengangkat kucing putih miliknya, menciumnya dengan gemas lalu menyuruh kucingnya itu untuk pergi. Setelah memanjakan kucing manisnya kini dia harus memanjakan singa jantan.

” Come here babe..” Yoonbin membuka jasnya dan melemparkannya begitu saja, dia menghampiri Jihoon. Yoonbin mengecup plum Jihoon, dia mengangkat tubuh Jihoon dan mendudukannya diatas pangkuannya.

” Capek ya..” Jihoon mengusap pelipis Yoonbin, lalu tangan cantiknya melepaskan ikatan dasu Yoonbin yang sudah melonggar.

” Cape, tapi aku masih bisa nahan diri buat gak main sendiri didalem mobil.”

Jihoon tertawa kecil, dia merasakan bagaimana kerasnya pusat gairah Yoonbin sekarang.

” Yang..” Yoonbin sedikit menggeram saat Jihoon dengan sengaja menggerakan pantat sintalnya.

” Kasian banget suamiku..”

” Use youre hand or Your mouth..” Jihoon mengubah posisinya, dia membuka ziper celana kain yang dikenakan Yoonbin.

” I miss my Beben..” ucap Jihoon sebelum dia bekerja untuk Yoonbin dengan mulutnya.

Yoonbin mencengkram helaian rambut Jihoon, kepalanya mendongkak, matanya terpejam, berulang kali dia mengumpat dalam hatinya.

” Kenapa dilepas yang..” Yoonbin sedikit kesal karena Jihoon melepaskan mulutnya disaat dia hampir saja menjemput pelepasannya.

” Aku gak mau sia-siain sperma kamu yang..”

Dahi Yoonbin berkerut “ I want a baby..” gumam Jihoon

” Baby ?”

” Yes, aku mau hamil lagi.”

Yoonbin menarik Jihoon untuk kembali duduk dipangkuannya. “ Kemarin aku udah konsultasi sama Dokter Yujin, dan aku bisa hamil lagi.” Ucap Jihoon.

” Tapi yang, kamu taukan aku masih trauma..dan aku gak mau..”

” Yang, jangan bahas itu lagi ya. Dokter Yujin bilang kali ini aku bakal kuat.” Jihoon memotong ucapan Yoonbin.

Jihoon tau jika sang suami masih trauma dengan kejadian dimana Jihoon hampir saja kehilangan nyawanya saat Jihoon mengalami pendarahan hebat dan harus kehilangan bayi pertama mereka.

” Kamu yakin yang..?” Yoonbin kembali meyakinkan Jihoon.

” Iya yang..emangnya kamu gak mau gitu punya anak ?”

” Mau yang, aku cuman takut aja.”

Jihoon tersenyum, dia mengecup bibir Yoonbin.

” Don't worry, aku bakal lebih kuat sekarang..”

• • Wajah cantik Jihoon yang memerah penuh peluh, mata terpejam, dan mulut yang terbuka adalah pandangan yang paling Yoonbin sukai jika mereka tengah bercinta. Belum lagi suara desahan dari bibir Jihoon begitu merdu terdengar ditelinga Yoonbin.

Yoonbin menatap penuh memuja Jihoonnya yang cantik, dia sungguh beruntung bisa mendapatkan Jihoon dalam hidupnya.

” Ride for me baby..” Yoonbin memberikan Jihoon bergerak diatas tubuhnya dengan semaunya sebelum dia mengambil alih permainan penuh gairah mereka.

Tangan Jihoon berpegangan kuat perut sexy Yoonbin, si cantik itu tak lelah menggerakan pinggulnya. Posisi seperti ini adalah posisi yang sangat disukainya. Karena dengan dia berada diatas Yoonbin, ' Beben' bisa lebih dalam menyentuh titik manisnya.

” Ughhh..” Jihoon menikmati pelepasan pertamanya.

” Puas yang ?” Yoonbin bertanya, dia meraih pinggang Jihoon merengkuhnya dengan erat lalu membalikan posisi mereka.

Kali ini biarkan Yoonbin bergerak, dia akan membuat Jihoon hamil kembali. Yoonbin mengecupi dada Jihoon, memberikan beberapa tanda disana.

” Uhhh Bin..” Jihoon menggelinjang kala Yoonbin menyentuh kedua puncuk pinknya.

” Yang jangan digigit nanti lecet!” Sentah Jihoon, Yoonbin tertawa pelan.

” Maaf yang abisnya aku gemes sama mimi kamu.”

” Ya tapikan sakit!”

” Sorry baby..”

” Cantik..tattoo kamu cantik..” Yoonbin kini menyusuri pinggang ramping Jihoon, dia menjilati tattoo butterfly yang menghiasi pinggang Jihoon.

” Babe kiss me..” Jihoon merengek, dia butuh ciuman saat ini.

Jihoon menyambut ciuman panas Yoonbin, dia melenguh tertahan saat Yoonbin kembali memasuki dirinya.

” Aku mau punya anak kembar..” Yoonbin mengecup kedua mata Jihoon sebelum dia menggerakan tubuhnya.

” Sial! Kenapa kamu enak banget sih yang..” Yoonbin mengigit bibirnya, urat lehernya timbul menandakan jika dia sangat menikmatinya. Jihoon mencengkram pinggang Yoonbin saat suaminya itu semakin bergerak cepat. Tak ada yang bisa Jihoon lakukan selain meraung mendesah menyebut nama Yoonbin kala titik manisnya tak berhenti disentuh oleh pusat gairah Yoonbin. Jihoon merasa gila, Yoonbin selalu pandai membuatnya tak berdaya. Jihoon berani bersumpah tak ada lelaki lain yang lebih gagah dari Yoonbin didunia ini.

” Buka mata kamu yang..”

Jihoon membuka matanya, mata sabitnya yang sayu langsung bertatapan dengan mata tajam milik Yoonbin.

” Enak yang ?”

” Huuhhh..”

Yoonbin tersenyum puas, dia mencium kembali bibir Jihoon melumatnya dengan panas dan penuh penekanan. Jihoon melenguh setelah Yoonbin memenuhi dirinya, dia mengatur nafasnya begitupula dengan Yoonbin.

” Aku baru nanam satu anak yang, besok pagi aku tanam satu lagi.” Ucap Yoonbin lalu mengecup kening Jihoon..

• • •

” Oh God Yoonbin!” Jihoon memekik kencang, tangannya langsung mencengkram pinggiran bathup ketika Yoonbin memasukan ' Binbin ' tanpa permisi kedalam lubangnya. Sesi bercinta mereka kembali dilanjutkan didalam bathup, niat Jihoon yang ingin membersihkan diri nampaknya harus tertunda ketika singa jantan yang dia kira masih tertidur tiba-tiba masuk kedalam mandi dan menyerangnya.

” Maaf yang..” Yoonbin terkekeh.

” Maaf ndasmu! Kamu sadar diri gak sih kalo bibin itu gede!” Pekik Jihoon kesal, suaminya itu memang tidak tahu diri.

” Padahal ini lagi mode lemes lo yang, kalo lagi mode kuat bisa dua kali lipat lebih gede Bebennya..tapi kamu sukakan ?” Yoonbin berbisik ditelinga Jihoon, wajah Jihoon semakin memerah mendengar kata vulgar yang keluar dari mulut Yoonbin.

” Uhh Bin..” Jihoon menggeliat saat lidah Yoonbin menjilati punggung miliknya, dan tangan kurang ajar itu meremas kencang kedua belahan pantatnya.

” Sayangku yang cantik..” Yoonbin memuja setiap lekukan tubuh Jihoon, Jihoon sangat pandai merawat tubuhnya.

” Yang gerak..” cicit Jihoon pelan.

” Apa yang ?” Yoonbin berpura-puta tidak tahu apa yang dimaksud Jihoon.

” GERAKIN BEBENNYA!!”

Yoonbin tertawa, dia mengecup tengkuk Jihoon. Yoonbin mencengkram pinggang Jihoon, lalu bergerak mengeluar masukan Beben dirumah kesukaannya.

” Anghh..” Jihoon mengumpat dalam hati, Yoonbin belum lama bergerak tapi suaminya itu bisa menemukan titik manisnya dengan cepat.

” Pantat kamu sexy banget yang, apalagi kalo udah goyang diatasku.”

Air yang berada didalam bathup mulai keluar dari dalam wadahnya seiring dengan gerakan Yoonbin yang semakin kuat. Tangan Jihoon semakin mencengkram pinggiran bathup, Jihoon pusing dia kembali menggila. Singa jantannya tak pernah gagal membuatnya tak berdaya.. Yoonbin menarik tubuh Jihoon dan memeluknya dengan erat. Yoonbin menjilati telinga Jihoon, dia mengecup setiap titik sensitif Jihoon.

” Gimana rasanya yang..” Bisik Yoonbin

” Enak...”

” Enak hmm ?”

” Yahhh slower binhh oh fuck!”

Jihoon refleks mengumpat, Yoonbin tak mendengarkan perkataannya. Suaminya itu malah semakin keras mengacak-ngacak lubangnya. “ Aku pengen cepet sampe yang, aku harus ke kantor takut telat.”

” Up to you!!” Jihoon memekik, dia tak peduli lagi dengan Yoonbin yang bergerak seperti kesetanan. Jihoon hanya bisa pasrah saat ini, dan dia harus membatalkan acara jalan-jalannya dengan Junkyu hari ini karena dia akan menghabiskan waktu dengan berbaring diatas ranjang mengistirahatkan tubuhnya yang remuk karena Yoonbin dan si Beben yang kurang ajar.