Our Beautiful Jihoon
🦋
Haruto menoleh pada sebuah mobil yang baru saja berhenti disamping mobilnya, kemudian dia mendengus kesal.
Lagi dan lagi, kenapa dia dan Bomin harus selalu datang kerumah Jihoon di waktu yang bersamaan ? Jika terus seperti ini dia tidak bisa menghabiskan waktu banyak bersama Jihoon.
Haruto keluar dari dalam mobil miliknya begitupula dengan Bomin, kemudian keduanya saling melemparkan tatapan sengit.
“ Mau ngapain lo disini ?”
Haruto sudah tidak peduli dengan sopan santun, Bomin adalah saingan beratnya dalam merebut perhatian Jihoon tentu saja Haruto tidak perlu-perlu berlaku sopan pada lelaki yang berprofesi sebagau Dokter itu.
” Mau cek kesehatan Jihoon.”
Alasan yang basi sekali, alasan yang mungkin sudah ratusan kali Bomin katakan.
“ Kak Jihoon udah gak butuh lo lagi by the way, dia udah pulih apa lagi yang harus di cek ?” Haruto tersenyum miring, Bomin menggidikan bahunya dia melangkah pergi terlebih dahulu kedalam rumah Jihoon.
Haruto mendengus sebal kemudian dia ikut melangkah masuk kedalam rumah.
” Mau pada ngapain ini rame-rame datang kemari ?” Tanya Doyoung, dia tertawa kecil melihat ekpresi wajah kedua lelaki dihadapannya itu. Keduanya terlihat begitu kesal, haruskah Doyoung mengibarkan bendera perang diantara mereka ?
” Doy ada siapa ?”
Hartu dan Bomin menoleh secara bersamaan saat mendengar suara Jihoon, raut wajah kesal yang semula nampak diwajah tampan mereka kini menghilang. Keduanya kini tersenyum kearah Jihoon..
Keduanya juga sama-sama menahan diri untuk tidak memekik gemas melihat penampilan Jihoon saat ini. Si manis nampak begitu menggemaskan dengan piyama kuningnya tak lupa sandal berbentuk hiu dikaki kecilnya.
” Kalian barengan ?” Tanya Jihoon sedikit bingung melihat Haruto dan Bomin yang berdiri saling bersampingan.
” Enggak..” Haruto menjawab, dia mendekati Jihoon.
” Baru bangun tidur ya kak ?” Tanya Haruto, dia merapihkan anak rambut Jihoon yang nampak berantakan.
Haruto menangkup wajah Jihoon dan memainkan pipi Jihoon yang kini kembali terlihat gembil.
” Iya tidur siang..” jawab Jihoon lalu matanya menatap kearah Bomin. Ternyata lelaki itu benar-benar datang ke rumahnya.
” Mohon maaf tolong anda turunkan tangan anda dari pipi kakak saya.” Ujar Doyoung, Haruto mendecak dia menjauhkan tangannya
” Ayo duduk disini semuanya, kita rapat dulu jadi apa maksud kedatangan kalian kesini itu buat apa ? “ Sahut Doyoung
Jihoon mendudukan diri disamping adiknya begitupula dengan Haruto dan Bomin.
“ Bawa apaan nih ?” Doyoung membuka bungkusan yang dibawa Haruto dan Bomin, kemudian dia tertawa kecil.
” Aduh ini kalian berdua kompak banget sampe samaan bawa brownies cuman beda merk aja, ini Kak Jihoon kalo makan semuanya bisa diabetes.” Ujar Doyoung, Jihoon tertawa saat melihat Haruto dan Bomin nampak saling mendengus satu sama lain.
” Udah gak papa, kan asisten rumah ada lima disini nanti dibagi aja sama mereka.” Ucap Jihoon
” Jadi mau makan yang mana dulu nih kak ?”
” Punya aku dulu kak, itu browniesnya mahal merknya paling terkenal.” Sahut Haruto
” Terserah kamu mau makan yang mana juga Jihoon..” kali ini Bomin yang berbicara.
Jihoon akhirnya memakan brownies yang dibawa Haruto terlebih dulu dan tentu saja membuang Haruto merasa menang dari Bomin.
” Enak kak ?” Tanya Haruto, Jihoon mengangguk.
” Jihoon kamu udah minum obat ?” Tanya Bomin lantas membuat Jihoon yang tengah mengunyah brownies tersedak.
” Astaga hati-hati lo kalo makan.” Doyoung yang memberikan minum pada Jihoon.
” Udah kok..” Jihoon menjawab setelahnya.
” Bener ? Gak dibuang lagi ?” Mata Bomin memicing curiga, dia sudah tahu kebiasaan Jihoon. Lelaki manis itu selalu lupa meminum obat-obatnya, dan lebih parah Jihoon pernah ketauan membuang obat-obatnya.
” Lagian kenapa aku harus minum obat terus ? Kan udah sembuh.” Jihoon merengut sebal.
” Obatnya harus dihabisin Jihoon, sekarang kamu milih minum obat atau saya suntik ?” Tanya Bomin, Jihoon semakin merengut sebal. Bomin selalu mengancam akan menyuntiknya jika dia tidak mau menurut.
” Iya iya nanti aku abisin..”
Bomin tersenyum senang setelahnya.
” Ah iya aku lupa, mumpung rame gimana kalo kita nonton.”
” Iya, gue sama Kak Jihoon emang niatnya mau nonton netflix tadi. Kalian sekalian gabunglah, biar makin seru nontonnya.” Sahut Doyoung
” Film apa kak ?” Tanya Haruto
” Horror..”
Jawaban Jihoon membuat Haruto dan Bomin sama-sama membeku ditempat..
Horror ? kenapa harus horror ? Apa tidak ada film lain ? – isi pikiran keduanya sama..
Karena jujur saja film bengenre horror adalah hal yang paling dibenci oleh Haruto begitupula dengan Bomin.
Mau disimpan dimana wajah tampan mereka jika nanti sepanjang film diputar mereka berteriak ketakutan ?
” Kak, Haruto itu takut hantu.” Ujar Dobby diselingi tawa ledekan untuk Haruto.
” Kata siapa anjir ? Gue gak takut hantu!” Elak Haruto
” Kalo Dokter gimana ? Dokter takut hantu juga ?” Tanya Jihoon
” Saya gak takut apa-apa..” Bomin tersenyum tipis padahal dalam hatinya dia sedang meringis.
•
•
” Nak Bomin..”
Bomin menoleh kearah Chanyeol, dia memang tengah berbincang dengan Chanyeol.
” Iya Tuan ?”
Chanyeol menegak teh miliknya
“ Terima kasih, karena anda sudah mau merawat Jihoon.” Ucap Chanyeol
” Saya banyak berhutang budi pada anda Dokter Bomin.” Chanyeol melanjutkan perkataannya.
” Ini sudah tugas saya sebagai seorang Dokter. Lagipula saya hanya membantu memulihkan fisik Jihoon, yang lebih bekerja disini adalah teman saya.” Ujar Bomin
Chanyeol mengangguk, Bomin dan temannya sangat bekerja keras untuk memulihkan kondisi sang anak seperti dulu lagi. Dan kini Jihoon sudah kembali menjadi Jihoon yang dia kenal, ceria dan banyak tersenyum.
” Saya kenal Ayah kamu, beliau salah satu senior saya saat saya duduk dibangku SMA.”
” Iya Ayah saya sempat bercerita juga.”
” Beliau orang yang baik, dan sifatnya menurun pada anda.” Chanyeol menepuk bahu Bomin.
” Sekali lagi terima kasih karena anda sudah menjaga dan merawat Jihoon. Jihoon adalah berlian kami, berlian cantik yang selalu saya jaga sejak dulu. Saya begitu terpukul saat dia harus terluka kemarin, saya selalu menyalahkan diri saya sendiri.”
” Jihoon pantas untuk bahagia dan hidup bersama orang yang tulus Tuan. Berlian Tuan harus jatuh ketangan orang yang baik..”
Chanyeol mengangguk menyetujui perkataan Bomin.
“ Berlian kami begitu banyak disukai orang, termasuk Dokter bukan ?” Chanyeol tertawa melihat ekspresi Bomin yang nampak terkejut dengan perkataannya.
” Saya tidak akan melarang Dokter untuk mendekati Jihoon, hanya saja anda harus sedikit bersaing mungkin ? Saya lihat Haruto juga begitu tertarik pada berlian kami. Saya tahu kalian berdua orang yang baik, tapi tolong jangan memaksakan perasaan Jihoon. Biarkan dia memilih..” Chanyeol kembali menepuk bahu Bomin kemudian dia pamit untuk pergi meninggalkan Bomin sendirian.
” Dokter ?” Tak berapa lama setelah Chanyeol pergi Jihoon datang.
Bomin menoleh, dia beranjak dari tempat duduknya lalu mendekati Jihoon.
” Dokter belum pulang ?” Tanya Jihoon
” Saya ngobrol dulu sama Papah kamu barusan.”
Jihoon menganggukan kepalanya
“ Ini udah malam, Dokter pulang aja besok harus ke rumah sakit kan ?”
” Iya besok pagi sekali saya harus sudah ada diRS.”
” Yaudah sana pulang.”
” Kamu kesannya kaya ngusir saya.”
Jihoon menggaruk tengkuknya
“ Gak gitu ih! Tapikan udah malem udah mau jam sebelas rumah Dokterkan lumayan jauh juga darisini.” Ujar Jihoon.
” Anak itu udah pulang juga ?”
” Haru ? Dia nginep disini.”
Haruto menginap ? Apa Bomin harus menginap juga ? Dia tidak akan membiarkan Haruto lebih menghabiskan waktu bersama Jihoon.
” Nginep ?”
” Iya, kenapa emang ? Dokter mau nginep juga ? Enggak yah, udah sana pulang Dok, besok kesini lagi aja.” Jihoon mendorong tubuh tinggi Bomin.
” Jihoon..”
” Apa lagi ?”
” Kamu boleh kembali ke kampus hari senin nanti.”
” Beneran ?” Mata Jihoon membulat kaget, Bomin mengangguk.
” Yeay!!!! Asik!!! Aku udah kangen kampus tau!” Jihoon memekik girang, Bomin ikut tersenyum.
” Saya senang liat kamu ceria kaya gini. Senyum terus Jihoon, saya suka senyuman kamu..kamu cantik.”
Wajah Jihoon memerah setelah mendengarnya..
” Wajah kamu merah..”
” Enggak! Gak merah!” Jihoon menangkup wajahnya.
Bomin tertawa, dia meraih menarik tangan Jihoon.
“ Gak usah ditutupin, kamu makin lucu kalo lagi merah gini mukanya.”
” Jangan ngeledek!”
” Saya pulang dulu ya, kamu juga harus tidur setelah ini.”
Jihoon mengangguk, Bomin mengusak surai Jihoon dengan lembut.
” Ada apa lagi ?” Tanya Jihoon saat Bomin masih diam ditempatnya.
Bomin tidak menjawab, dia hanya tersenyum kemudian mendaratkan kecupan hangat dikening Jihoon.
” Selamat malam Jihoon..” ucapnya kemudian melenggang pergi, meninggalkan Jihoon bersama kupu-kupu yang berterbangan diperutnya.
•
•
” Pagi kak..”
Jihoon hampir saja memekik saat melihat wajah Haruto begitu dekat dengan wajahnya.
” Haru! Kageg tau!” Jihoon mendorong tubuh besar Haruto agar sedikit memberikan jarak diantara mereka.
” Ngapain kamu dikamar aku ? Gak sopan kamu masuk kamar orang.”
” Udah izin sama Doyoung kak, ayo bangun kita sarapan.”
” Masih ngantuk Haru..” Jihoon merengek, dia butuh waktu sekitar lima belas menit untuk menghabiskan sisa rasa kantuknya.
” Bangun bayi besar ayo cuci muka sikat gigi.” Haruto menahan lengan Jihoon yang hendak menarik kembali selimutnya.
” Nyebelin banget sih!”
” Biarin..ayo sleeping beauty bangun.”
Jihoon merentangkan tangannya
“ Gendong ?”
Jihoon mengangguk, Haruto tersenyum dia mengangkat tubuh Jihoon dengan mudah.
” Dasar bayi gede..”
Jihoon tertawa, dia menyamankan diri didalam gendongan Haruto.
Jujur saja Haruto selalu membuatnya nyaman, namun Jihoon belum bisa mengartikan arti dari rasa nyaman itu sendiri.