Laulyn

Jihoon mengetuk pintu kamar milik Yoonbin berulang kali, namun sipemilik kamar tak kunjung membukakan pintu untuknya. Jihoon tak mau menunggu terlalu lama, dengan ragu dia membuka pintu kamar Yoonbin dan melangkah masuk untuk menemui Yoonbin dan memberikan sebotol air mineral untuk lelaki itu.

Jihoon mendesah pelan, pantas saja Yoonbin tak mendengar ketukan pintu. Lelaki itu tenyata tengah memutar music hardrock dengan volume kencang. Jihoon memelankan volume musik dan membuat Yoonbin yang tengah asik merokok dibalkon kamar menoleh kearahnya.

” Kenapa gak ngetuk pintu dulu ? Seenaknya lo masuk kamar gue.” Ujar Yoonbin.

” Volume musiknya keras banget, dari tadi gue ngentuk pintu tapi lo gak denger.” Gumam Jihoon

Yoonbin mendecak “ Ini minumnya..” Jihoon memberikan botol minuman ditangannya pada Yoonbin.

” Siapa yang nyuruh lo bawa air putih ?”

Jihoon yang semula menunduk kini mendongkak menatap Yoonbin. “ Lo gak bilang mau minum apa, jadi gue bawain air putih.”

” Gue mau soda gue gak suka air putih, balik lagi sana bawain gue soda.”

Jihoon hendak membuka mulut untuk melayangkan protes, namun niatnya menciut kala melihat tatapan tajam yang penuh intimidasi dari Yoonbin. Jihoon menghela nafasnya, mau tak mau dia harus kembali kelantai bawah dan membawakan soda untuk Yoonbin.

Jihoon kembali ke kemar Yoonbin dengan beberapa kaleng soda berbagai merk ditangannya. Jihoon tak tahu merk minuman soda kesukaan Yoonbin maka untuk mencegah dia kembali turun kebawah, Jihoon mengambil semua minuman soda yang berada didalam kulkas.

” Lo pilih aja sendiri mau minum yang mana.” Jihoon meletakan semua kaleng soda yang dibawanya diatas meja.

” Gak usah protes lagi! Lo pikir gak cape naik turun tangga ?” Sentak Jihoon, rumah Yoonbin itu cukup besar dia harus menghabiskan beberapa kalori hanya untuk pergi ke big kitchen rumah Yoonbin.

” Gue udah gak nafsu buat minum, sekarang lo kerjain aja semua tugas gue.” Ucap Yoonbin begitu tak berdosanya.

Jihoon mengumpat dalam hatinya, dia cukup waras untuk tidak mengunpat langsung didepan wajah Tuan muda Dihadapannya itu.

” Kerjain aja sendiri! lo masih punya tangankan dan otak buat mikirkan ?”

” Mau ngebantah ? Gue gak main-main ya Jihoon, kalo lo gak nurut sama gue..lo gak akan pernah tenang disekolah..” Yoonbin melangkah mendekati Jihoon

Yoonbin tersenyum miring tepat didepan wajah Jihoon. “ Jaga sikap lo dirumah ini Jihoon, lo harus bersyukur karena bokap gue mau pungut lo. Kalo gak ada bokap gue lo mungkin sekarang udah jadi gelandangan.”

Dokter Bomin

🦋

” Kenapa harus nunggu di lobby FK sih ?” Jihoon bertanya dengan bibir yang mengerucut setelah dia masuk kedalan mobil Bomin, sementara Bomin nampak tertawa kecil.

” Kenapa malah ketawa sih ?”

” Emang kenapa kalo saya nunggu kamu di lobby FK ?”

” Kita diliatin banyak orang dok, entar kalo banyak gosip yang beredar tentang kita gimana ?”

” Yaudah gak papa, biar saya makin terkenal dikampus kamu.”

Jihoon mendengus sebal, namun dia tidak bisa memungkiri jika wajahnya memerah dan jantungnya berdebar karena perlakuan Bomin tadi. Bomin menunggunya di lobby gedung FK, lalu Bomin menggandeng tangannya dengan hangat dan membawa Jihoon pergi. Pemandangan itu tentu saja menjadi bahan perbincangan para penghuni gedung FK. Jihoon yakin setelah ini dia akan menjadi top headline news dikampus karena kedekatannya dengan anak dari dosennya itu.

” Ya tapikan aku malu..” cicit Jihoon

” Malu kenapa ?”

” Malu aja! Udah jangan banyak tanya!” Pekik Jihoon, tak ayal membuat Bomin semakin tertawa. Jihoon begitu menggemaskan jika tengah kesal padanya, dan hal itu semakin membuat Bomin gencar terus menggodanya.

” Jangan ketawa Dokter!”

” Hahaha maaf Jihoon, saya suka liat wajah kamu yang lagi kesel.”

” Dokter aneh..”

” Kamu keliatan dua kali lipat lebih lucu Jihoon, saya jadi gemes sendiri. Kamu kaya bayi..”

” Aku bukan bayi ya..”

Bomin tersenyum tipis, tangan kirinya yang menganggu dia angkat untuk mengelus puncuk kepala Jihoon. “ Maaf ya saya udah bikin kamu kesel.” Ucapnya..

•••

” Ayo masuk..”

” Aku malu dok..” gumam Jihoon, tangan sedari tadi gak lepas mencengkran baju yang dikenakan Bomin.

” Malu kenapa ?”

” Malu aja, takut juga..”

Bomin melepaskan tangan Jihoon yang mencengkram bajunya. “ Gak usah takut, Bunda saya orang yang baik dan kamu juga sudah mengenal gimana Ayah sayakan ?”

Jihoon mendongkak untuk menatap Bomin “ Ayo..” Bomin meraih tangan Jihoon untuk dia genggam, dia menggandeng Jihoon untuk masuk kedalam rumahnya dan mengenalkan Jihoon pada sang Bunda.

” Bunda..”

” Eh udah datang, Bunda udah nunggu dari tadi kirain Bunda kamu bakal bareng datengnya sama Ayah kamu.” Ibunda Bomin tersenyum hangat, lalu matanya menatap Jihoon yang tengah menundukan kepalanya disamping Bomin.

” Nak Jihoon ?” Panggilnya, Jihoon perlahan mendongkak untuk menatap Ibunda Bomin.

” Selamat malam Nyonya..” Jihoon menyapa dan berusaha tersenyum seramah mungkin.

” Nyonya ? Saya bukan majikan kamu, panggil Bunda aja Jihoon..” Ibunda Bomin tertawa geli dengan sapaan Jihoon.

” Ah maaf..”

” Gak papa, jangan panggil Nyonya lagi ya..Kita makan malam sekarang ya, Ayahnya Bomin udah nunggu dimeja makan.” Ibunda Bomin mendekati Jihoon, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu merangkul bahu Jihoon dan membawanya pergi meninggalkan Bomin yang berdiri mematung saat ini.

” Bun, aku anak Bunda kok malah ditinggal..” ujar Bomin seraya melangkah menyusul keduanya.

. .

” Bomin benar, ternyata kamu anak yang manis dan ramah.” Ujar Ibunda Bomin, Jihoon yang tengah membantu mengupas melon menoleh.

” Dokter Bomin cerita apa aja tentang aku bun ?” Hanya dalam beberapa jam Jihoon langsung begitu akrab dengan Ibunda Bomin. Ibunda Bomin begitu ramah dan baik, dan banyak berbicara seperti dirinya.

” Banyak, dia selalu cerita apapun tentang kamu. Bomin berlagak kaya udah kenal lama banget sama kamu Jihoon..” Ibunda Bomin tertawa, dia kembali membantu Jihoon menyiapkan melon untuk hidangan pencuci mulut.

” Takutnya Dokter Bomin cerita yang aneh-aneh.”

Ibunda Bomin mengulas senyuman hangat dibibirnya, dia meraih tangan Jihoon untuk dia genggam. “ Makasih ya Jihoon..”

Kening Jihoon sedikit berkerut. “ Setelah kenal kamu Bomin jadi banyak bicara. Bomin menjadi sedikit tertutup setelah adiknya Alaska meninggal, tapi setelah dia mengenal kamu kami bisa kembali melihat pribadi Bomin yang seperti dulu.” Ucap Ibunda Jihoon, matanya menyusuri setiap lekukan wajah Jihoon.

” Bomin ternyata benar, kamu cantik. Mata kamu indah sayang..”

Jihoon tersenyum sampai membuat matanya menyipit lucu, lalu dia menghambur memeluk Ibunda Jihoon. “ Aku yang harus berterima kasih sama Dokter Bomin, karena dia udah mau merawat aku saat aku sakit. Sampai sekarang aku gak tau harus balas kebaikan Dokter Bomin dengan apa..”

” Sudah kewajiban Bomin untuk memperhatikan pasiennya.”

Jihoon melepaskan pelukannya “ Bunda pasti bangga punya anak lelaki kaya Dokter Bomin..”

” Bunda bangga sangat bangga, anak-anak bunda selalu membanggakan begitu juga dengan Alaska.”

” Alaska juga pasti bangga bisa punya Kakak laki-laki seperti Dokter Bomin..”

• •

” Kakak pertama saya, namanya Tiara dia sekarang tinggal di Jerman bersama suaminya.” Bomin menghampiri Jihoon yang tengah menatap potret keluarganya.

” Alaska, dia adik perempuan saya..”

Jihoon kini mengerti dan tahu kenapa Bomin selalu bilang jika dia begitu mirip dengan mendiang adiknya. Wajah mereka memang tidak mirip..tetapi saat Jihoon melihat lekukan mata Alaska, Jihoon seperti melihat dirinya sendiri.

” Dok..” Jihoon memanggil

” Iya ?”

” Dokter umur berapa tahun ?”

” Saya kira kamu tahu umur saya berapa.”

Jihoon menggeleng, sungguh selama mengenal Bomin Jihoon tidak tahu umur Bomin.

” Dua puluh lima tahun..” Jihoon mengangguk, dia sedikit menciut sekarang karena melihat Bomin yang bisa menjadi seorang Dokter diusianya yang terbilang masih muda. Sementara dirinya masih berleha-leha dalam urusan pendidikan.

” Bunda Dokter bilang kalo Dokter belum pernah pacaran, aku gak percaya.”

” Saya emang belum pernah pacaran.”

” Kenapa ?”

Bomin itu tampan, pintar, Bomin bisa mendapatkan seseorang yang dia inginkan dengan kedua hal itu.

” Saya gak mau ribet, bagi saya pacaran hanya buang waktu. Kalo kita menyukai seseorang cukup dekati, kenali pribadinya, kalo saya rasa dia emang yang terbaik saya gak akan mikir dua kali buat mengajak dia berkomitmen.”

Jihoon menganggukan kepalanya. “ Dokter udah cukup mapan buat nikah, Prof Andy pernah bilang kalo dia lagi cari calon menantu buat Dokter.”

” Kapan Ayah saya bilang gitu ?”

” Kemarin, Prof Andy juga bilang kalo Dokter udah punya calon.” Jawab Jihoon

Bomin tersenyum, dia menatap Jihoon. “ Kamu umur berapa tahun Jihoon ?”

” Mmm sebentar lagi aku dua puluh satu.” Jihoon tidak menyangka sendiri jika umurnya akan bertambah.

” Jihoon saya mau bicara serius sama kamu.”

” Bicara apa ?” Kali ini keduanya saling berhadapan. Bomin menghela nafasnya sejenak, kemudian dia meraih tangan Jihoon.

” Saya suka sama kamu..”

Jihoon tentu saja tahu jika Bomin memang menyukainya, semua perhatian Bomin padanya sudah sangat menjelaskan bagaimana perasaan Bomin padanya.

” Saya suka kamu bukan semata-mata kamu mengingatkan saya sama Alaska. Saya melihat kamu sebagai diri kamu sendiri Jihoon, saya jatuh cinta sama kamu.” Ujar Bomin dia menatap dengan dalam dua manik cantik milik Jihoon.

” Tapi kan Dokter gak mau pacaran..” gumam Jihoon

” Saya gak mau ngajak kamu pacaran Jihoon..”

” Terus kalau gak mau pacaran kenapa Dokter nembak aku ?” Tanya Jihoon dengan mata yang mengerjap polos

” Saya mau ajak kamu buat berkomitmen...”

Bomin diam sejenak, dia mengangkat tangannya lalu mengelus wajah cantik Jihoon. “ Kamu mau nikah sama aku ?”

Yoshi : pekerja keras, keras kepala dan susah luluh, but saat dia ketemu sama orang yg menurut dia bisa mengerti sifat dia Yoshi bakalan bucin banget like gimana dia sama Jihoon.

Danny : Dia sedikit arogan, apapum yang dia mau harus diturutin karena dia udah terbiasa dimanja dari kecil. Agresif, tentu saja apalagi sama Yoshi. But jauh dari sifat itu semua dia adalah pribadi yang baik dan lemah lembut, butuh waktu yg lama buat mengenal lebih dalam pribadi seorang Danny

Yoshi lahir dan besar si Jepang, saat umur 12 dia ke indo dan tinggal sama neneknya dia sekolah smp diindo begitu juga sama cecil karena dia gak mau jauh dari sang kakak jdi sejak kecil cecil dibesarin sama neneknya.

Yoshi sama Danny temenan dari kecil, mereka deket banget. Danny udah suka Yoshi dari kecil ya kaya anak kecil umumnya gimana cinta monyet. Tapi seiring berjalan waktu Danny udah bergantung banget sama Yoshi. Saat yoshi ke indo Danny beneran kehilangan banget, dia mah ikut Yoshi tapi sang papa tentu aja ngelarang. Danny takut kalo Yoshi ngelupain dia, dan ternyata Yoshi emang lupa sama Danny apalagi setelah dia kenal Jihoon. Tanpa sepengetuhan Yoshi, Danny sering nanya sama mamahnya Yoshi tentang keadaan Yoshi diindo. Danny beneran sakit hati saat tau Yoshi punya pacar ( disini danny cuman tau yoshi punya pacar tapi gak tau pacarnya yoshi itu namanya jihoon )

Pas yoshi balik ke jepang Danny bahagia banget, tapi realita gak sesuai ekpetasinya. Yoshi jadi dingin sama danny, setiap saat danny berusaha buat balikin sifat yoshi yang hangat kaya dulu tapi susah. Jalan cepat biar yoshi balik sama dia ya danny maksa daddynya buat bantu papah yoshi terus dia minta dijodohin sama yoshi. Ortu yoshi tentu aja setuju, sekalian buat balas budi. Tapi yoshi tentu aja menolak keras, tanpa sepengetahuan ortunya yoshi daftar kuliah di indo dan keterima. Yoshi ngebujuk ortunya biar dia bisa balik keindo dan neneknya dijadiin tameng sama dia. Akhirnya yoshi dibolehin balik keindo, karena neneknya yoshi juga butuh cecil ikut lagi. Danny kembali terpuruk, dia berusaha bujuk daddynya buat ijinin dia tinggal diindo tapi ditolak apalagi danny udah terlanjur terdaftar jadi mahasiswa univ terbaik dijepang. Danny gak bisa apa2 selain nurut, dan danny lagi2 mantau yoshi lewat mamahnya yoshi.

Yoshi ke indokan mau ketemu sama.jihoon, nah berita itu sampe ke telinga danny. Danny marah, dan dia ngancem daddynya kalo dia gak diijinin keindo danny bakal mogok makan. Tapi mamah yoshi ngeyakinin danny kalo yoshi gak akan punya pacar diindo dan yoshi cuman punya danny. Danny percaya sama mamahnya yoshi, sampe jarak setahunan danny gak tahan lagi mau ketemu yoshi terus dia ngancem daddynya lagi akhirnya daddynya ngininin dia keindo.

Our Beautiful Jihoon

🦋

Haruto menoleh pada sebuah mobil yang baru saja berhenti disamping mobilnya, kemudian dia mendengus kesal. Lagi dan lagi, kenapa dia dan Bomin harus selalu datang kerumah Jihoon di waktu yang bersamaan ? Jika terus seperti ini dia tidak bisa menghabiskan waktu banyak bersama Jihoon.

Haruto keluar dari dalam mobil miliknya begitupula dengan Bomin, kemudian keduanya saling melemparkan tatapan sengit. “ Mau ngapain lo disini ?”

Haruto sudah tidak peduli dengan sopan santun, Bomin adalah saingan beratnya dalam merebut perhatian Jihoon tentu saja Haruto tidak perlu-perlu berlaku sopan pada lelaki yang berprofesi sebagau Dokter itu.

” Mau cek kesehatan Jihoon.”

Alasan yang basi sekali, alasan yang mungkin sudah ratusan kali Bomin katakan. “ Kak Jihoon udah gak butuh lo lagi by the way, dia udah pulih apa lagi yang harus di cek ?” Haruto tersenyum miring, Bomin menggidikan bahunya dia melangkah pergi terlebih dahulu kedalam rumah Jihoon.

Haruto mendengus sebal kemudian dia ikut melangkah masuk kedalam rumah.

” Mau pada ngapain ini rame-rame datang kemari ?” Tanya Doyoung, dia tertawa kecil melihat ekpresi wajah kedua lelaki dihadapannya itu. Keduanya terlihat begitu kesal, haruskah Doyoung mengibarkan bendera perang diantara mereka ?

” Doy ada siapa ?”

Hartu dan Bomin menoleh secara bersamaan saat mendengar suara Jihoon, raut wajah kesal yang semula nampak diwajah tampan mereka kini menghilang. Keduanya kini tersenyum kearah Jihoon..

Keduanya juga sama-sama menahan diri untuk tidak memekik gemas melihat penampilan Jihoon saat ini. Si manis nampak begitu menggemaskan dengan piyama kuningnya tak lupa sandal berbentuk hiu dikaki kecilnya.

” Kalian barengan ?” Tanya Jihoon sedikit bingung melihat Haruto dan Bomin yang berdiri saling bersampingan.

” Enggak..” Haruto menjawab, dia mendekati Jihoon.

” Baru bangun tidur ya kak ?” Tanya Haruto, dia merapihkan anak rambut Jihoon yang nampak berantakan. Haruto menangkup wajah Jihoon dan memainkan pipi Jihoon yang kini kembali terlihat gembil.

” Iya tidur siang..” jawab Jihoon lalu matanya menatap kearah Bomin. Ternyata lelaki itu benar-benar datang ke rumahnya.

” Mohon maaf tolong anda turunkan tangan anda dari pipi kakak saya.” Ujar Doyoung, Haruto mendecak dia menjauhkan tangannya

” Ayo duduk disini semuanya, kita rapat dulu jadi apa maksud kedatangan kalian kesini itu buat apa ? “ Sahut Doyoung

Jihoon mendudukan diri disamping adiknya begitupula dengan Haruto dan Bomin. “ Bawa apaan nih ?” Doyoung membuka bungkusan yang dibawa Haruto dan Bomin, kemudian dia tertawa kecil.

” Aduh ini kalian berdua kompak banget sampe samaan bawa brownies cuman beda merk aja, ini Kak Jihoon kalo makan semuanya bisa diabetes.” Ujar Doyoung, Jihoon tertawa saat melihat Haruto dan Bomin nampak saling mendengus satu sama lain.

” Udah gak papa, kan asisten rumah ada lima disini nanti dibagi aja sama mereka.” Ucap Jihoon

” Jadi mau makan yang mana dulu nih kak ?”

” Punya aku dulu kak, itu browniesnya mahal merknya paling terkenal.” Sahut Haruto

” Terserah kamu mau makan yang mana juga Jihoon..” kali ini Bomin yang berbicara.

Jihoon akhirnya memakan brownies yang dibawa Haruto terlebih dulu dan tentu saja membuang Haruto merasa menang dari Bomin.

” Enak kak ?” Tanya Haruto, Jihoon mengangguk.

” Jihoon kamu udah minum obat ?” Tanya Bomin lantas membuat Jihoon yang tengah mengunyah brownies tersedak.

” Astaga hati-hati lo kalo makan.” Doyoung yang memberikan minum pada Jihoon.

” Udah kok..” Jihoon menjawab setelahnya.

” Bener ? Gak dibuang lagi ?” Mata Bomin memicing curiga, dia sudah tahu kebiasaan Jihoon. Lelaki manis itu selalu lupa meminum obat-obatnya, dan lebih parah Jihoon pernah ketauan membuang obat-obatnya.

” Lagian kenapa aku harus minum obat terus ? Kan udah sembuh.” Jihoon merengut sebal.

” Obatnya harus dihabisin Jihoon, sekarang kamu milih minum obat atau saya suntik ?” Tanya Bomin, Jihoon semakin merengut sebal. Bomin selalu mengancam akan menyuntiknya jika dia tidak mau menurut.

” Iya iya nanti aku abisin..”

Bomin tersenyum senang setelahnya.

” Ah iya aku lupa, mumpung rame gimana kalo kita nonton.”

” Iya, gue sama Kak Jihoon emang niatnya mau nonton netflix tadi. Kalian sekalian gabunglah, biar makin seru nontonnya.” Sahut Doyoung

” Film apa kak ?” Tanya Haruto

” Horror..” Jawaban Jihoon membuat Haruto dan Bomin sama-sama membeku ditempat..

Horror ? kenapa harus horror ? Apa tidak ada film lain ? – isi pikiran keduanya sama..

Karena jujur saja film bengenre horror adalah hal yang paling dibenci oleh Haruto begitupula dengan Bomin.

Mau disimpan dimana wajah tampan mereka jika nanti sepanjang film diputar mereka berteriak ketakutan ?

” Kak, Haruto itu takut hantu.” Ujar Dobby diselingi tawa ledekan untuk Haruto.

” Kata siapa anjir ? Gue gak takut hantu!” Elak Haruto

” Kalo Dokter gimana ? Dokter takut hantu juga ?” Tanya Jihoon

” Saya gak takut apa-apa..” Bomin tersenyum tipis padahal dalam hatinya dia sedang meringis.

• •

” Nak Bomin..” Bomin menoleh kearah Chanyeol, dia memang tengah berbincang dengan Chanyeol.

” Iya Tuan ?”

Chanyeol menegak teh miliknya “ Terima kasih, karena anda sudah mau merawat Jihoon.” Ucap Chanyeol

” Saya banyak berhutang budi pada anda Dokter Bomin.” Chanyeol melanjutkan perkataannya.

” Ini sudah tugas saya sebagai seorang Dokter. Lagipula saya hanya membantu memulihkan fisik Jihoon, yang lebih bekerja disini adalah teman saya.” Ujar Bomin

Chanyeol mengangguk, Bomin dan temannya sangat bekerja keras untuk memulihkan kondisi sang anak seperti dulu lagi. Dan kini Jihoon sudah kembali menjadi Jihoon yang dia kenal, ceria dan banyak tersenyum.

” Saya kenal Ayah kamu, beliau salah satu senior saya saat saya duduk dibangku SMA.”

” Iya Ayah saya sempat bercerita juga.”

” Beliau orang yang baik, dan sifatnya menurun pada anda.” Chanyeol menepuk bahu Bomin.

” Sekali lagi terima kasih karena anda sudah menjaga dan merawat Jihoon. Jihoon adalah berlian kami, berlian cantik yang selalu saya jaga sejak dulu. Saya begitu terpukul saat dia harus terluka kemarin, saya selalu menyalahkan diri saya sendiri.”

” Jihoon pantas untuk bahagia dan hidup bersama orang yang tulus Tuan. Berlian Tuan harus jatuh ketangan orang yang baik..”

Chanyeol mengangguk menyetujui perkataan Bomin. “ Berlian kami begitu banyak disukai orang, termasuk Dokter bukan ?” Chanyeol tertawa melihat ekspresi Bomin yang nampak terkejut dengan perkataannya.

” Saya tidak akan melarang Dokter untuk mendekati Jihoon, hanya saja anda harus sedikit bersaing mungkin ? Saya lihat Haruto juga begitu tertarik pada berlian kami. Saya tahu kalian berdua orang yang baik, tapi tolong jangan memaksakan perasaan Jihoon. Biarkan dia memilih..” Chanyeol kembali menepuk bahu Bomin kemudian dia pamit untuk pergi meninggalkan Bomin sendirian.

” Dokter ?” Tak berapa lama setelah Chanyeol pergi Jihoon datang.

Bomin menoleh, dia beranjak dari tempat duduknya lalu mendekati Jihoon.

” Dokter belum pulang ?” Tanya Jihoon

” Saya ngobrol dulu sama Papah kamu barusan.”

Jihoon menganggukan kepalanya “ Ini udah malam, Dokter pulang aja besok harus ke rumah sakit kan ?”

” Iya besok pagi sekali saya harus sudah ada diRS.”

” Yaudah sana pulang.”

” Kamu kesannya kaya ngusir saya.”

Jihoon menggaruk tengkuknya “ Gak gitu ih! Tapikan udah malem udah mau jam sebelas rumah Dokterkan lumayan jauh juga darisini.” Ujar Jihoon.

” Anak itu udah pulang juga ?”

” Haru ? Dia nginep disini.”

Haruto menginap ? Apa Bomin harus menginap juga ? Dia tidak akan membiarkan Haruto lebih menghabiskan waktu bersama Jihoon.

” Nginep ?”

” Iya, kenapa emang ? Dokter mau nginep juga ? Enggak yah, udah sana pulang Dok, besok kesini lagi aja.” Jihoon mendorong tubuh tinggi Bomin.

” Jihoon..”

” Apa lagi ?”

” Kamu boleh kembali ke kampus hari senin nanti.”

” Beneran ?” Mata Jihoon membulat kaget, Bomin mengangguk.

” Yeay!!!! Asik!!! Aku udah kangen kampus tau!” Jihoon memekik girang, Bomin ikut tersenyum.

” Saya senang liat kamu ceria kaya gini. Senyum terus Jihoon, saya suka senyuman kamu..kamu cantik.”

Wajah Jihoon memerah setelah mendengarnya..

” Wajah kamu merah..”

” Enggak! Gak merah!” Jihoon menangkup wajahnya.

Bomin tertawa, dia meraih menarik tangan Jihoon. “ Gak usah ditutupin, kamu makin lucu kalo lagi merah gini mukanya.”

” Jangan ngeledek!”

” Saya pulang dulu ya, kamu juga harus tidur setelah ini.”

Jihoon mengangguk, Bomin mengusak surai Jihoon dengan lembut.

” Ada apa lagi ?” Tanya Jihoon saat Bomin masih diam ditempatnya. Bomin tidak menjawab, dia hanya tersenyum kemudian mendaratkan kecupan hangat dikening Jihoon.

” Selamat malam Jihoon..” ucapnya kemudian melenggang pergi, meninggalkan Jihoon bersama kupu-kupu yang berterbangan diperutnya.

• •

” Pagi kak..”

Jihoon hampir saja memekik saat melihat wajah Haruto begitu dekat dengan wajahnya.

” Haru! Kageg tau!” Jihoon mendorong tubuh besar Haruto agar sedikit memberikan jarak diantara mereka.

” Ngapain kamu dikamar aku ? Gak sopan kamu masuk kamar orang.”

” Udah izin sama Doyoung kak, ayo bangun kita sarapan.”

” Masih ngantuk Haru..” Jihoon merengek, dia butuh waktu sekitar lima belas menit untuk menghabiskan sisa rasa kantuknya.

” Bangun bayi besar ayo cuci muka sikat gigi.” Haruto menahan lengan Jihoon yang hendak menarik kembali selimutnya.

” Nyebelin banget sih!”

” Biarin..ayo sleeping beauty bangun.”

Jihoon merentangkan tangannya “ Gendong ?”

Jihoon mengangguk, Haruto tersenyum dia mengangkat tubuh Jihoon dengan mudah.

” Dasar bayi gede..”

Jihoon tertawa, dia menyamankan diri didalam gendongan Haruto.

Jujur saja Haruto selalu membuatnya nyaman, namun Jihoon belum bisa mengartikan arti dari rasa nyaman itu sendiri.

Pamit

🦋

” Kenapa ? Kenapa lo pergi ? Kenapa lo mau ninggalin gue kyu ?” Jihoon bertanya dengan mata yang berkaca-kaca, rasa sedih tidak bisa dia bendung lagi saat Junkyu mengatakan akan pergi dari Jakarta dan menetap di malang.

” Maafin gue Ji, gue beneran harus pergi..” tentu saja Junkyu tidak akan mengatakan alasan yang sebenarnya pada Jihoon, alasan mengapa dia memutuskan untuk pergi menjauh meninggalkan kehidupannya di Jakarta meksipun dia harus rela meninggalkan teman terbaiknya itu.

” Jahat..lo udah gak sayang lagi sama gue..” isak Jihoon, Junkyu mendekat dia memeluk Jihoon dengan erat.

” Maafin gue Ji, maafin semua kesalahan gue sama lo. Gue gak bakal ngelupain lo Ji, gak akan pernah karena gimanapun juga lo sahabat terbaik gue.” Ujar Junkyu, Jihoon mengangguk dia membalas pelukan Junkyu. Jihoon tidak bisa melarang Junkyu untuk pergi meskipun hatinya terasa berat harus jauh dari sahabatnya itu, apalagi disaat seperti ini Jihoon benar-benar membutuhkan Junkyu disampingnya.

” Tapi lo janjikan buat selalu ke Jakarta ?” Tanya Jihoon

” Pasti Ji, nanti kita gantian ya saling berkunjung satu sama lain..”

Jihoon mengangguk “ Cepet sembuh Ji, temen-temen yang lain udah nungguin lo dikampus. Mereka kangen sama lo..” ucap Junkyu

” Bentar lagi gue sembuh kok..”

Junkyu melepaskan pelukannya, dia tersenyum seraya mengusak sayang rambut Jihoon. “ Jangan lupa buat bahagia Ji, lupain semua kesedihan lo..jangan lupa buat selalu senyum.” Ucap Junkyu

” Lo juga, ingat jangan pernah lo lupain gue Kyu..”

” Gak akan Jihoon, gue pamit dulu ya. Jaga kesehatan lo, obatnya jangan lupa diminum.”

Bibir Jihoon kembali mencebik, dia siap untuk menangis lagi namun sebisa mungkin dia menahannya. “ Mamih udah nunggu lama, gue pergi ya..”

” Hati-hati, nanti kabarin kalo udah nyampe. Chat Doyoung aja, gue gak tau hp gue dimana..”

Junkyu mengangguk, dia menyempatkan diri untuk kembali memeluk Jihoon sebelum dia pamit untuk segera berangkat ke malang.

• • • Jihoon tersenyum senang saat dia bisa kembali kerumahnya, dia sudah bosan berada dirumah sakit dan Jihoon senang karena dia tidak akan bertemu lagi dengan suster jahat yang selalu memarahinya. Sementara sang Ayah masih harus dirawat dirumah sakit sampai kondisinya benar-benar pulih.

” Saya bakal terus pantau kondisi kamu.” Jihoon lupa, jika dia pulang bersama Dokter Bomin. Doyoung belum pulang dari sekolahnya, sehingga mau tak mau Jihoon pulang bersama Dokter Bomin.

” Kenapa Dokter gak pulang kerumah sakit lagi ?”

” Saya udah gak punya jadwal di RS.” Jawab Bomin.

” Yaudah pulang aja kerumah, aku mau istirahat.” Ucap Jihoon

” Kamu sendirian disini..”

” Kan ada asisten rumah tangga, Dokter dibayar berapa sih sama Papah ? Dokter kenapa ngurusin aku terus ? Padahal masih banyak pasien yang harus Dokter urus.”

Bomin sedikit tertohok dengan perkataan Jihoon, memangnya dia terlihat kentara sekali begitu memperhatikan Jihoon ?

” Ya sudah, saya pulang dulu. Besok teman saya bakal datang kesini..”

” Yang psikiater itu ?” Tanya Jihoon, Bomin mengangguk

” Aku gak gila! Dokter sama aja kaya suster itu! Saya bilang saya gak gila! Saya gak butuh psikiater!” Ucap Jihoon sedikit menaikan nada bicaranya.

” Cuman konsultasi Jihoon..”

” Terserah Dokter, sekarang Dokter pergi aja.” Jihoon melangkah pergi, dia sudah bisa berjalan kembali meskipun sedikit tertatih. Bomin menghela nafasya, dia memandangi Jihoon. Ingin sekali dia berteriak pada lelaki manis itu. Berteriak dan mengatakan alasan mengapa dia begitu memperhatikan Jihoon selama ini adalah karena dia peduli dan ingin memastikan Jihoon baik-baik saja.

” Dokter..” Bomin mengerjap, dia menatap Jihoon yang berdiri diujung tangga rumahnya.

” Iya ?”

Jihoon menggaruk tengkuknya “ Aku gak bisa naik keatas, kamar aku diatas.” Ucap Jihoon

” Kamu tetap butuh saya Jihoon.” Bomin menghampiri Jihoon, kemudian dia membungkuk dihadapan Jihoon.

” Ayo naik..” ucapnya Dengan ragu Jihoon mulai menaiki punggung Bomin, dia melingkarkan tangannya erat dileher jenjang Bomin.

” Jangan cekik saya Jihoon..”

” Maaf..” gumam Jihoon, sementara itu Bomin nampak tersenyum.

• •

” Den ada tamu..” Doyoung yang tengah menyuapi Jihoon menoleh kearah asisten rumah tangganya.

” Siapa Bi ? Dokter Bomin ?” Tanya Jihoon

” Anu itu ada Tuan Yoonbin.”

Wajah Doyoung tiba-tiba mengeras, anak remaja itu beranjak dari tempat duduknya hendak menemui Yoonbin namun belum sempat dia pergi Yoonbin tiba-tiba datang. Sungguh tidak tahu sopan santun..

Doyoung dengan cepat menghadang lelaki yang sangat dibencinya itu. “ Gak sopan banget lo main masuk aja.”

” Doy ijinin gue bicara sama Jihoon.”

” Apa yang mau lo bicarain lagi ? Mending lo pergi dari sini!” Pekik Jihoon Namun Yoonbin tak mendengarkannya dia menatap Jihoon yang nampak terdiam ditempat duduknya.

” Ji..kita bicara sebentar ya..”

Doyoung mendorong keras tubuh Yoonbin. “ Pergi gak lo anjing!” Teriakan Doyoung menggema.

” Kamu mau ngomong apa..” Jihoon membuka suaranya. Jika Yoonbin memang butuh berbicara dengannya, Jihoon akan memberikan kesempatan pada Yoonbin..

” Kak..”

” Tinggalin gue sama Yoonbin Doy..”

” Tapi Kak..”

” Doyoung..” Jihoon menatap Doyoung, dia memohon kepada sang adik untuk mengerti keinginannya. Doyoung menghela nafasnya kemudian dia melenggang pergi darisana

Yoonbin tersenyum tipis, dia melangkah menghampiri Jihoon. “ Sayang..aku kangen sama kamu..” Jihoon membiarkan Yoonbin menciumi lengannya.

” Maaf aku gak ada disamping kamu saat kamu butuh, aku seneng bisa liat kamu kembali ke rumah.”

” Bin, apa kamu gak ada rasa bersalah sedikitpun ? Kenapa kamu datang lagi disaat aku nyuruh kamu buat menjauh dan pergi.”

” Kenapa kamu ngomong gitu yang ? Aku gak akan pergi, aku bakal selalu ada buat kamu.”

” Aku udah gak percaya lagi sama kamu Bin.” Airmata Jihoon mulai menetes..

” Maafin aku yang, aku nyesel banget karena udah nyakitin kamu.”

” Gak ada gunanya kamu nyesel, ini yang terakhir kalinya aku mohon sama kamu Bin. Pergi, bawa semua rasa bersalah kamu itu..”

” Ji..”

” Aku mohon, aku udah maafin kamu. Tapi aku gak bisa percaya lagi sama kamu.”

Yoonbin mendesah, dia menundukan kepalanya. Jihoon berhasil menghukumnya, Jihoon berhasil memberinya rasa penyesalan untuknya. “ Makasih bin, makasih karena kamu udah ngijinin aku buat mengenal kamu. Makasih atas semua cinta yang kamu buat aku, sekarang tolong pergi ya Bin. Jangan pernah kamu sedikitpun ikut campur kedalam urusan aku lagi. Lepasin aku Bin..aku mohon..” Jihoon memohon, Jihoon memang mencintai Yoonbin tetapi Jihoon tidak bisa mempercayai Yoonbin lagi.

Jihoon ingin Yoonbin bisa melepaskannya, Jihoon ingin melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang Yoonbin lagi.

” Kamu bisa bahagia meskipun bukan sama aku Bin..” Jihoon mengusap wajah Yoonbin..

” Ji..”

” Pergi ya..aku mohon..”

Yoonbin mendesah pelan, dia mengecup sejenak tangan Jihoon sebelum dia perlahan mundur dan pergi dari sana..

Meninggalkan Jihoon dan membiarkan Jihoon yang kini menangis dalam diam..

Hai ini aku Junkyu, sebelumnya maaf atas semua masalah yang udah aku perbuat kemarin. Masalah yang udah ngebuat banyak orang kecewa atas tindakanku.. Aku mulai belajar dari kesalahan yang kemarin, aku akan lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan apapun itu. Terima kasih semuanya, terutama buat teman-temanku yang selama ini selalu ada buatku dan selalu mendukungku dalam keadaan apapun..maaf aku udah ngecewain kalian kemarin. Aku beruntung bisa kenal dan menjadi teman kalian. Gue juga senang bisa jadi bagian dari mahasiswa Universitas YG yang paling membanggakan ini, gue betah menimba ilmu disini. Terima kasih buat semuanya, dan aku ijin pamit..aku butuh waktu lebih untuk merenungkan diri dari kesalahanku. Jaga kesehatan kalian teman-teman jangan lupa bahagia..

⚠️ Dirty talk & harsh words warning banget pokoknya mah ⚠️

Area 🔞

🦋 34 + 35 🦋

” Gue putus dari Bomin.” Yoonbin yang semula fokus pada layar ponselnya menoleh kearah Jihoon.

” Kenapa ?” Yoonbin bertanya seraya menyulut batang rokok ditangannya.

” Dia terlalu baik buat gue.” Jihoon ikut menyulut sebatang rokok. Yoonbin tertawa kecil, membuat Jihoon yang mendengar tawa itu mengerutkan keningnya.

” Kenapa lo malah ketawa ?”

” Alasan lo terlalu basi tau gak.” Jihoon mendengus, dia menghisap rokok miliknya lalu meneguk bir kalengan milik Yoonbin.

” Emangnya kenyataannya begitu, gue gak betah lama-lama pacaran sama cowok kaya dia.” Ujar Jihoon, Yoonbin mengangguk. Jihoon itu liar, hidupnya terlalu bebas sementara Bomin hidupnya terlalu kaku-menurut Jihoon-. Belum lagi banyak orang yang begitu tak menyukainya -terlebih kaum perempuan yang selalu memuja Bomin-. Panggilan “ Jalang ” sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Jihoon. Dan Jihoon tidak mau munafik, dia memang seorang jalang dia membutuhkan banyak uang. Dan cara mencari uang dengan gampang adalah menggoda para lelaki tampan berduit dengan tubuhnya. Para lelaki yang memuja Jihoon rela mengeluarkan uang berapa saja asal dia bisa meniduri kucing nakal itu.

Dan tidak sembarang orang yang Jihoon ijinkan untuk menyentuhnya, Jihoon itu pemilih.

” Kenapa cowok alim kaya Bomin bisa naksir sama gue ?” Tanya Jihoon, Bomin padahal bisa mendapatkan orang yang bahkan jauh lebih baik dari Jihoon. Jihoon sedikit merasa bersalah karena sempat menguras isi dompet Bomin. Bomin itu loyal, apa yang Jihoon inginkan pasti akan segera dia belikan. Bahkan Bomin memberikan satu kartun atmnya untuk Jihoon secara cuma-cuma agar Jihoon bisa membeli apa saja. Baiklah, setelah ini Jihoon akan mengembalikan semua barang-barang yang sudah dia beli pada Bomin.

” Terus si Bomin gimana ?” Tanya Yoonbin penasaran, karena dia lihat Bomin benar-benar menyukai Jihoon.

” Dia gak mau putus dari gue, dia masih ngejar gue sampe sekarang.” Jawab Jihoon

” Harusnya lo beruntung dapetin dia, itu pertanda kalo lo disuruh tobat sama Tuhan dengan cara lo jadi pacarnya Bomin.” Ucap Yoonbin selingi tawa kecil dibibirnya.

” Bangsat, gue gak mau tobat sekarang masih muda ini.”

” Kualat baru tau rasa lo.”

” Ngaca anjing! Lo juga sama aja.” Jihoon melemparkan kaleng bir yang sudah kosong kearah Yoonbin sementara siempunya tertawa puas melihat Jihoon yang kesal.

• •

Yoonbin menyesap rokok miliknya, mata elangnya tak lepas memperhatikan Jihoon yang nampak asik melakukan blowjob pada 'miliknya', si cantik itu sangat pandai melakukannya. Yoonbin mematikan rokoknya dia meraih ponsel miliknya dan membidik Jihoon dengan kamera ponselnya, Jihoon mendengus namun dia tetap membiarkan Yoonbin membidiknya.

” Buat koleksi yang, lumayan ada bahan kalo gue main sendiri.” Ujar Yoonbin.

” Kenapa belum keluar juga sih anjing! Mulut gue pegel!” Pekik Jihoon kesal, Yoonbin tertawa.

” Gue butuh lubang lo bukan mulut lo sayang.”

Jihoon mendengus, dia melucuti celana dalam miliknya. Jihoon mengangkang diatas tubuh Yoonbin, dia meraih ' milik ' Yoonbin dan memasukan benda besar itu secara perlahan pada lubang miliknya.

” Nghh sial..” Jihoon menggigit bibirnya, Yoonbin sangat memenuhi dirinya.

” Lo sempit banget sih yang...”

” Punya lo aja yang gede!” Pekik Jihoon, setelah merasa rileks si cantik mulai menggerakan pinggul sexynya tangannya berpegangan pada lengan berotot milik Yoonbin. Desahan nakal mulai terdengar dari bibir Jihoon..

” Enak yang ?” Tanya Yoonbin, bibirnya menyeringai melihat Jihoon yang begitu menggoda dimatanya. Jihoon tidak menjawab, lelaki cantik itu terus mendesah dengan mata yang terpejam.

Yoonbin meraih pinggang Jihoon. Yoonbin mengambil alih permainan diantara mereka, Jihoon memang pandai menggoyangkan pinggulnya tetapi itu tidak cukup bagi Yoonbin. Yoonbin butuh sex yang lebih kuat dan bergairah.

” Bangsat!” Jihoon mengumpat saat Yoonbin berulang kali menyentuh titik manisnya, sungguh Jihoon tidak bisa menahannya. Semuanya terlalu nikmat.

” Jangan ngomong kasar yang..”

” Fuck! Lo kenapa seenak ini Ji..” Yoonbin menggeram, Jihoon terlalu nikmat tubuh Jihoon begitu pas untuknya.

Yoonbin membalikan posisinya, membuat Jihoon kini berada dibawah kukungannya. Dia mencium bibir merah merona itu, sisa alkohol dan nikotin masih sangat terasa dari mulut Jihoon. Kedua kaki Jihoon menggantung dikedua sisi tubuh Yoonbin, jari-jari kakinya menekuk saat Yoonbin semakin jauh menyentuhnya.

” Oh God Yoonbin!” Jihoon memekik kencang saat dirinya sampai pada pelepasan pertamanya.

” Jangan sebut Tuhan disaat kita lagi maksiat yang..” ujar Yoonbin, dia tersenyum puas melihat Jihoon yang begitu tak berdaya dibawahnya. Yoonbin mengukir banyak bitemark dileher dan dada Jihoon. Yoonbin berulang kali mengumpat, memuji betapa cantik dan sexynya Jihoon.

” Lo udah tidur sama siapa aja yang ? Selain sama gue ?” Yoonbin bertanya tanpa mengurangi intensitas gerakan pinggulnya.

” Jenohhh hyunjinhh Yoshihh..” Jihoon menjawab dengan frustasi, dia meremat bahu Yoonbin.

” Siapa yang paling hebat hmmm ?” Yoonbin berbisik didepan bibir Jihoon.

” Lo..” Jihoon menjawab dengam singkat, Yoonbin tersenyum puas lalu mencium bibir Jihoon.

” Lo jangan tidur sama mereka lagi, cukup sama gue aja yang..”

Jihoon hanya mengangguk, dia menangis kini karena terlalu menikmati semua sentuhan Yoonbin. Jihoon tak pernah dibuat sefrustasi ini sebelumnya, Yoonbin memang sialan.

Yoonbin menggeram saat dirinya sampai pada pelepasnnya, dia mengecupi wajah cantik Jihoon yang berpeluh. Jihoon saat keadaan kacau seperti sekarang dua kali lipat lebih cantik dimatanya.

” Thank you baby..” Yoonbin mengecup bibir Jihoon, dia melepaskan kontak tubuh diantara mereka dia berbaring disamping Jihoon, dia menarik tubuh kecil Jihoon kedalam pelukan hangatnya.

• • Jihoon perpegangan erat pada meja makan didepannya, sementara dibelakang sana Yoonbin bersiul melihat lekukan tubuh belakang Jihoon yang sangat sexy dimatanya. Jihoon mengumpati Yoonbin dengan begitu banyak kata-kata kasar, dia butuh sarapan pagi untuk mengisi perutnya bukan malah melakukan sex pagi dengan Yoonbin.

Yoonbin menarik pinggang Jihoon, dia mengecupi tengkuk Jihoon untuk memberikan rangsangan lebih pada si cantik “ Lo sexy banget Ji sumpah..” Yoonbin berbisik rendah ditelinga Jihoon.

” Terserahhh lo! Cepet beresin fuck oughh..” sungguh Jihoon sudah tidak kuat menahannya, dia terlalu lelah namun menikmatinya.

” Jangan muna dong sayang, lo aja keenakan gini..kita sex berapa kalipun gak bakal bikin lo hamil.” Ujar Yoonbin seraya mengangkat sebelah kaki Jihoon dan mempercepat gerakannya.

Jihoon membulatkan matanya saat mendengar pintu apartement milik Yoonbin terbuka, pertanda jika ada orang lain yang masuk.

” binhh ada oranghh..”

Yoonbin malah tersenyum, lalu matanya menatap seseorang yang baru saja datang kedapur miliknya dan memergoki dirinya bersama Jihoon.

” Bangsat!!” Orang itu refleks mengumpat melihat aksi porno secara live didepan matanya.

” Hai Lin mau gabung gak ?” Tanya Yoonbin pada kembarannya itu dan suskes membuat Jihoon membulatkan matanya.

” Lo sinting!!” Sentak Jihoon

” Minggir lo giliran gue sekarang!” Ujar Guanlin dan Jihoon hanya bisa pasrah, dia menghabiskan paginya yang melelahkan bersama sikembar..

Stone cold II

🦋

Jihoon menatap nanar sang Ayah yang kini tengah terbarin lemah diatas ranjang rawat. Jihoon menundukan kepalanya, hatinya begitu sakit melihat keadaan sang Ayah sekarang ini. Dan Jihoon menyalahkan dirinya sendiri, karena dirinya kesehatan sang Ayah drop dan karena dirinya lah sang Ayah harus merasakan rasa sakit.

” Maaf...” Jihoon bergumam lirih

” Maafin aku, karena aku Papah harus kaya gini. Maaf pah, Jihoon udaj ngecewain Papah..” Jihoon melanjutkan perkataannya.

” Kenapa kamu nyalahin diri kamu sendiri ? Kamu gak salah apa-apa, Papah yang salah karena Papa udah ngelepasin kamu sama orang yang salah.” Ucap Chanyeol. Jika kondisinya tidak buruk, dia ingin sekali memeluk tubuh kecil sang Anak. Tubuh yang terlihat begitu rapuu dimatanya. Airmata Jihoon jatuh, dia menggenggam tangan sang Ayah.

” Kok nangis ? Anak Papah gak boleh nangis, nanti jadi jelek gak cantik lagi.”

Tangisan Jihoon semakin menjadi, disaat seperti ini sang Ayah tetap bisa meneduhkan hatinya. Jihoon menyesal karena dia sempat memberontak dan membuat sang Ayah marah, Jihoon menyesal karena tidak mendengarkan perkataan sang Ayah untuk mencari seseorang yang baik.

Jihoon menyesalinya, sang Ayah pasti sangat kecewa padanya. Dan mungkin mendiang sang Ibu yang sudah tenang disurga sanapun sangat kecewa padanya. Terlebih Jihoon sudah mengingkari janjinya pada mendiang sang Ibu untuk menjaga apa yang harus dia jaga. Jihoon begitu terbuai dengan cinta yang diberikan Yoonbin untuknya, Jihoon terbuai dengan kata-kata manis yang selalu Yoonbin bisikan padanya. Jihoon begitu terbuai sampai dia rela memberikan apa saja untuk Yoonbin, waktu, cinta, dan dirinya. Namun semua yang diberikan Jihoon dibalas dengan sebuah rasa sakit yang mungkin akan membekas lama direlung hatinya.

Sejak awal Chanyeol memang tak begitu menyukai Yoonbin, karena kepribadian lelaki itu terlihat urakan dimatanya terlepas dari Yoonbin adalah anak dari seorang pengusaha seperti dirinya. Namun hati Chanyeol langsung luluh begitu saja saat Yoonbin mengatakan dia tulus mencintai Jihoon, dan Jihoon yang selalu memuji Yoonbin dihadapannya. Chanyeol bisa apa ? Jika melihat sang anak begitu bahagia dengan hubungannya dengan Yoonbin saat itu ? Dia tidak ingin merusak kebahagiaan sang anak. Dan firasatnya memang benar, Yoonbin memang bukan lelaki yang baik..

” Udah nangisnya, Papah gak papa. Kamu liatkan Papah udah sehat sekarang.” Chanyeol mengangkat tangannya untuk mengusap lembut surai Jihoon.

” Maaf Jihoon cengeng..” isakan Jihoon perlahan mulai berhenti, Chanyeol tersenyum dia menjulurkan tangannya untuk mengusap airmata yang membekas diwajah yang seratus persen mirip dengan mendiang istrinya.

Pintu kamar rawat terbuka, Nana baru saja kembali setelah dia menanyakan perihal kondisi kesehatan jantung sang Suami, namun perempuan cantik itu terlihat datang bersama seseorang dibelakangnya.

Itu Dokter Bomin, orang yang sangat dihindari Jihoon akhir-akhir ini.

” Ji, Dokternya nyariin kamu. Katanya kamu belum minum obat.” Ucap Nana

Jihoon mendengus pelan, tadi dia sengaja kabur dari ruang rawatnya untuk menemui sang Ayah padahal suster sudah melarangnya. Saat sang suster pergi keluar, Jihoon turun dari ranjang dia mencoba berjalan meskipun kakinya sedikit sakit. Luka robekan ditelapak kakinya cukup dalam dan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa benar-benar sembuh.

” Aku udah sembuh, gak perlu minum obat lagi.” Jihoon memalingkan wajahnya.

” Gak boleh gitu, ayo ke ruangan kamu lagi. Papah udah gak papa kok, kan ada Mamah kamu juga disini.” Ucap Chanyeol

” Apa aku boleh pindah kesini ? Biar tidurnya sama Papah ?”

Nana tertawa kecil “ Kamu ini, masa tidur disini. Dokternya udah nungguin kamu tuh, nanti Mamah ke ruangan kamu ya sayang.” Jihoon mendengus pelan, dia akhirnya mengangguk. Jihoon menyempatkan diri untuk mengecup pipi sang Ayah sebelum dia melenggang pergi mendahului Bomin.

” Saya permisi dulu, cepat sembuh Tuan.” Bomin sedikit membungkukan badannya

” Terima kasih sudah mau menjaga anak saya.” Ujar Chanyeol

” Itu sudah menjadi tugas saya, saya pamit dulu. Selamat sore..” Bomin melenggang pergi, dia membuntuti Jihoon yang berjalan tertatih didepan sana.

” Kenapa kamu gak pake kursi roda ?” Tanya Bomin, tentu saja dia bisa menyusul Jihoon dengan cepat. Terima kasih pada kaki panjangnya dan terima kasih pada Jihoon yang berjalan lelet seperti siput.

” Aku mau jalan..” Jihoon menjawab singkat.

” Seenggaknya kamu pake tongkat, luka kamu belum sepenuhnya kering.”

Jihoon tidak menjawan, dia terus berjalan tanpa mau merespon Bomin.

” Aw..” Jihoon meringis kala merasakan denyutan ditelapak kakinya. Dia mendudukan diri disebuah kursi yang ada disana, dia menatap telapak kakinya sendiri.

” Berdarah..” dia bergumam

Bomin berjongkok untuk melihat telapak kaki Jihoon. “ Tuhkan, kalo kamu pake tongkat gak bakal berdarah kakinya.” Bomin meronggoh saku snelinya, mengambil sebuah sapu tangan untuk dia belitkan ditelapak kaki Jihoon.

” Sementara pake ini dulu, nanti baru saya ganti pake perban.”

” Kak Jihoon!” Panggil seseorang Jihoon menoleh, itu Haruto.

” Haru..”

” Kakak ngapain disini ?” Haruto bertanya tanpa mau peduli dengan kehadiran Bomin disana.

” Lihat Papah..” jawab Jihoon

” Udah, kita balik ke ruangan kamu lagi. Ayo biar saya gandeng kamu..” Bomin menegakan badannya, dia mengulurkan tangannya pada Jihoon.

” Biar saya yang bawa Kak Jihoon.” Haruto mendekati Jihoon, dia mengangkat tubuh Jihoon menyelipkan tangannya diantara kaki dan pinggang kecil Jihoon. Setelah itu remaja SMA itu melenggang pergi begitu saja dari hadapan Bomin.

•••

” Gue mau pulang..”

Haruto yang tengah sibuk mengupas jeruk untuk Jihoon menoleh. “ Kakak belum sembuh total, kenapa mau pulang ?”

” Suster itu mau masukin gue ke rumah sakit jiwa.” Haruto mengerutkan keningnya, dia meletakan jeruk ditangannya untuk memberikan atensi penuh pada Jihoon.

” Haru gue gak gila, tapi kenapa gue harus masuk rumah sakit jiwa ?”

Haruto mendesah pelan, dia tahu perihal kesehatan mental Jihoon. Jihoon perlu berkonsultasi dengan seorang psikiater tetapi kenapa Jihoon malah mengaitkannya dengan rumah sakit jiwa ?

” Kapan Suster itu bilang kalo kakak mau masuk ke rumah sakit jiwa ?”

” Kemarin, dia marah-marah sama gue karena gue gak mau minum obat. Terus dia bilang gue gila, padahal gue enggak.” Jawab Jihoon

” Suster itu bilang kalo gue nyusahin dan bikin Dokter Bomin sibuk ngurusin gue terus.” Jihoon melanjutkan perkataannya.

Sungguh ini tidak benar, bagaimana bisa seorang suster seperti itu pada seorang pasien. Haruto harus segera menemui suster yang dimaksud oleh Jihoon dan meminta penjelasan.

” Jangan dengerin kata suster itu, kalo kakak nurut nanti kakak bisa cepet pulang kerumah.”

” Tapi kapan ? Gue maunya sekarang Haru! Gue gak mau disini! Semua orang disini jahat!” Pekik Jihoon

Haruto menghela nafasnya. Dia mendudukan diri diranjang Jihoon, dia menarik Jihoon kedalam pelukannya. “ Ada gue kak disini, gue gak akan biarin siapapun jahat sama lo.”

” Gue takut..” Jihoon menangis didalam pelukan Haruto.

” Jangan takut, gue ada disini. Gue gak akan pernah ninggalin lo.” Ujar Haruto, dia terus membisikan kata-kata penenang untuk Jihoon. Demi apapun hatinya begitu sakit melihat Jihoon yang selalu ceria kini terlihat begitu rapuh. Senyuman hangat Jihoon seolah-olah redup. Jihoon hanya akan tersenyum saat ada teman-temannya, selebihnya Jihoon akan kembali murung bahkan akan menangis sendirian.

” Jangan pergi gue takut..”

” Enggak kak, tidur yah sekarang.” Jihoon mengeratkan pelukannya saat Haruto hendak melepaskan pelukannya.

” Takut..”

” Tidur sambil gue peluk ya ?”

Jihoon tidak menjawab, Haruto mendesah pelan..dia membaringkan tubuh Jihoon begitupula dengan dirinya yang ikut membaringkan diri disamping Jihoon. Beruntung ranjang itu cukup luas sehingga bisa memuat dua orang dewasa.

” Its okay, gak perlu ada yang lo takutin lagi Kak..besok setelah li bangun semuanya akan semakin membaik.” Bisik Haruto

Nafas Jihoon yang semula memburu perlahan mulai tenang seiring dengan matanya yang terpejam. “ Gue sayang sama lo kak, sayang banget. Gue gak bisa buka hati buat orang lain setelah gue kenal sama lo Kak...”

” Ijinin gue buat selalu ada disamping lo, ada disaat lo butuh apapun. Lo pantas dicintai oleh orang yang tulus, dan ijinin gue buat jadi orang itu.”

Stone cold I

🦋

Tamparan dari tangan Chanyeol menambah lebar luka lebam tamparan yang diberikan sang Ayah semalam. Namun tamparan itu tak seberapa dengan rasa sakit yang Jihoon rasakan karenanya, maka Yoonbin siap mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari tangan Ayah kekasihnya itu. Kekasih ? Apa Yoonbin masih bisa menyebut Jihoon sebagai kekasihnya ?

” Kamu pikir kamu bisa mempermainkan anak saya ? Apa kamu gak punya otak ?!” Teriak Chanyeol, wajahnya mengeras penuh emosi. Dia kecewa, sungguh sangat kecewa. Jihoon yang dia besarkan penuh dengan kasih sayang harus hancur ditangan lelaki seperti Yoonbin ? Chanyeol mengingat sangat jelas, bagaimana Yoonbin begitu meyakinkannya tentang Yoonbin yang ingin menikahi Jihoon. Hatinya berdenyut sakit saat mengingat bagaimana Jihoon selalu memuja Yoonbin dihadapannya, bagaimana Jihoon menceritakan tentang rencana masa depannya bersama Yoonbin. Tapi dengan tak punya hatinya Yoonbin menghancurkan impian Anaknya ?

” Saya udah percaya sepenuhnya sama kamu, saya sudah rela melepas Jihoon jika kelak dia akan menikah sama kamu. Tapi dengan bajingannya kamu menyakiti anak saya ? Kamu tau kamu sudah menghancurkan semua impian anak saya!”

” Maafin saya om..saya benar-benar menyesal.”

” Gak ada gunanya kamu menyesal, saya gak sudi kalau anak saya hidup sama kamu!”

” Om tolong ijinin saya buat memperbaiki hubungan saya sama Jihoon, saya janji gak akan mengulangi kesalahan apapun lagi.”

” Gampang banget kamu minta maaf ? Setelah bikin anak saya depresi ?”

” Saya cinta sama Jihoon om..”

” Persetan dengan cinta kamu itu! Sekarang Pergi kamu!!! Jangan harap kamu bisa ketemu sama anak saya lagi!!” Pekik Chanyeol, kemudian dia meremat dada kirinya saat merasakan denyutan menyakitkan dijantungnya.

” Mas!!” Nana memekik, dia menahan tubuh sang suami.

” Pergi..” Yoonbin yang hendak membantu Nana menahan pergerakannya lalu detik kemudian tubuhnya terdorong keras oleh Doyoung yang baru saja datang.

” Pah!!”

” Nak Yoonbin lebih baik kamu pergi dulu..” ujar Nana

” Maafin saya tante..” lirih Yoonbin kemudian melangkah pergi dari sana.

• •

” Luka kamu udah kering, nanti kamu coba jalan ditaman..” Bomin melepaskan perban yang membalut telapak kaki Jihoon.

” Jangan lukain kaki kamu lagi..” Bomin melanjutkan perkataanya, dia tersenyum hangat pada Jihoon meskipun Jihoon tak berniat sedikitpun untuk membalas senyumannya.

” Ayah kamu sudah membuat jadwal tentang konsultasi kamu dengan seorang psikiater, dia masih teman saya.”

” Saya gak gila.” Ucap Jihoon dengan nada datarnya.

” Saya tau, tapi kamu butuh konsultasi. Saya sering liat kamu melamun, kamu kadang senyum sendiri terus kamu nangis sendiri. Ini demi kesehatan mental kamu..”

” Dokter sudah melanggar privasi saya ?”

Bomin tertawa kecil “ Maaf saya gak maksud buat ngintip kamu, ah bukan ngintip kesannya saya kaya orang mesum. Maksud saya ngeliat kamu secara diam-diam, tapi saya seorang dokter bukannya wajar kalo saya memperhatikan pasien saya sendiri ?” Tanya Bomin

” Bawel banget.” Jihoon bergumam pelan, Bomin tentu saja bisa mendengarnya.

” Saya tinggal dulu ya, jangan lupa habisin obatnya. Saya dapet laporan dari suster kalo kamu sering buang obat kamu.” Bomin mengacak pelan rambut Jihoon lalu melangkah untuk pergi.

” Dok.”

Bomin yang hendak membuka pintu menoleh kearah Jihoon.

” Iya ? Kamu perlu sesuatu ?”

Jihoon menggeleng, kemudian pipinya memerah. “ Saya..”

” Ya ?”

“Mau ke toilet.” Jawab Jihoon dengan cepat.

” Toilet ?”

” Iya!! Udah kebelet dari tadi! Tapi dokter bawel terus!!” Pekik Jihoon

Bomin diam sejenak, kemudian otak pintarnya berfungsi dengan cepat. Dia kembali menghampiri Jihoon.

” Biasanya Doyoung yang antar ke toilet tapi dia gak ada.” Ujar Jihoon

” Tau, jadi gimana saya gendong kamu ke toilet ?”

” Ke kursi roda aja, nanti saya ke toilet sendiri.”

Bomin mengangguk, dia mengangkat tubuh Jihoon lalu mendudukannya dikursi roda.

” Perlu didorong ?”

” Gak usah.” Jihoon menggerakan kursi roda otomatis itu menuju toilet untuk segera menuntaskan panggilan alamnya. Tak berapa lama dia kemudian keluar dari toilet, lalu matanya sedikit membulat saat mendapati Bomin masih diruangannya.

” Ngapain Dokter masih disini ?”

” Kamu perlu naik ke kasur lagi kan ?”

” Iya juga, maaf jadi ngerepotin.”

Bomin membalas dengan tawa kecil, dia mengangkat Jihoon untuk kembali berbaring diatas ranjangnya.

” Makasih..” cicit Jihoon

” Sama-sama, saya pergi dulu.” Bomin akhirnya pergi dari ruangan Jihoon.

” Baik sih, tapi bawel banget bahkan suster aja kalah bawelnya sama dia.” Gumam Jihoon, dia kemudian bergidik tak mau memikirkan Dokter yang selama ini selalu merawatnya itu.

Jihoon hendak tidur setelah Bomin pergi, namun dia mengurungkan niatnya saat pintu terbuka. Disana trio rusuh aka Somi, Ryujin dan Daehwi nampak tersenyum aneh padanya.

” Kalian kenapa ?” Tanya Jihoon

” Cie yang barusan digendong Dokter tampan..” goda Daehwi

” Gue yang baper loh Ji..” sahut Somi

” Kalian ngintip ? Sejak kapan anjir ?”

” Sejak lo berduaan sama Dokter Bomin, terus Dokter Bomin ngelus-ngelus kaki lo sampe akhirnya gendong-gendongan aww so sweet..” kali ini Ryujin yang berbicara

” Lebay lo semua! Udah sana balik gue mau tidur.”

” Baru juga dateng ji..” ucap Somi

” Ya makannya jangan rusuh.”

Ketiga tertawa kecil, dan ketiganya sangat amat senang melihat Jihoon yang nampak kembali seperti semula. Menjadi Jihoon yang cerewet dan berisik..

Angels

🦋

” Gila masih pede banget dia ke kampus ?”

” Ya kan pelakor kan mukanya tebel anjir!”

” Gimana rasanya rebut cowok sahabat sendiri ?”

” Kalo gue jadi dia sih mending pindah kampus aja.”

” Otak doang pinter akhlak obseo!”

Junkyu hanya bisa menundukan kepalanya sepanjang dia berjalan menyusuri koridor kampus. Junkyu tau semuanya akan berakhir seperti ini, namun dia bisa apa ? Karena apa yang dikatakan oleh semua orang memang benar. Jika boleh memilih, Junkyu hanya ingin diam dirumah. Namun kewajiban dia sebagai seorang mahasiwa membuat Junkyu mau gak mau harus datang kampus. Sepanjang koridor, telinga Junkyu tak berhenti mendengar kata-kata cemoohan orang-orang terhadapnnya. Tangannya bergetar, keringat dingin nampak membasahi pelipisnya. Ini seperti Dejavu, dulu dia pernah merasakan diposisi seperti ini. Junkyu tak ingin merasakannya lagi, namun hal yang sudah dia perbuat malah membawanya pada trauma masa lalu yang amat sangat menakutkan baginya.

Junkyu mengerjap saat sebuah tangan hangat menggenggam tangannya, lalu tangan hangat lain merangkulnya dengan erat.

” Nyinyir mulu lo pada!! Belajar sama biar otak lo pada pinteran dikit!” Suara teriakan lancang dari mulut Daehwi terdengar menggema dan sukses membubarkan kerumunan orang-orang.

” Ayo pergi..” Junkyu hanya diam. Dia membiarkan ketiga temannya Daehwi, Somi, dan Ryujin membawanya pergi darisana.

• •

Sudah hampir sepuluh menit Junkyu hanya duduk diam, menunduk tanpa mau membuka suaranya.

“Gue tau lo pasti mau jelasin sesuatu sama kita kyu..” Lalu suara Somi memecahkan keheningan diantara mereka.

” Maaf...” lirih Junkyu, kemudian isakan kecil mulai terdengar dari bibirnya.

” Sebenernya apa yang ada dipikiran lo kyu ? Sampe lo bisa kaya gini ? Jihoon itu sahabat lo kyu, dia yang paling care sama lo.” Ucap Daehwi, isakan Junkyu semakin menjadi. Somi yang duduk disampingnya merangkul bahu Junkyu dan mencoba untuk menenangkannya.

” Gue iri sama Jihoon, dari dulu dia selalu dapetin apa yang gue mau. Dan gue egois, gue lebih mentingin perasaan gue daripada perasaan Jihoon.” Jelas Junkyu

” Gue tau kyu, lo mungkin dendam atau apalah istilahnya sama Jihoon. Tapi gak gini caranya, lo sama aja jahat kalo kaya gini.” Ujar Ryujin, hanya dia seorang diri yang tau semua tentang Junkyu dan Jihoon.

” Maafin gue, gue udah ngecewain kalian..gue udah ngecewain banyak orang.”

” Kita semua emang kecewa sama lo, tapi semuanya gak ada yang perlu lo sesalin lagi. Jadiin ini pembelajaran kyu..gue tau lo orang yang baik.” Ucap Somi, yang lain mengangguk menyetujui perkataannya.

” Lo harus minta maaf sama Lia, dan Lia pasti mau maafin lo dan ngertiin lo. Dan maaf gue sempet kasar sama lo kyu..” Sahut Ryujin, dia menggenggam tangan Junkyu.

” Kenapa kalian baik sama gue ?” Tanya Junkyu, dia pikir teman-temannya akan menjauh darinya. Namun siapa sangka ? Mereka tetap ada dan merangkulnya.

” Kita sayang sama lo kyu, kita gak mau jadi orang yang pendendam apalagi sama lo yang udah kita anggap sebagai sodara sendiri. Sekarang lo hanya perlu janji buat merubah diri lo, lo harus balik seperti Junkyu yang kita kenal..” ucap Somi

Junkyu menghapus airmatanya, dia membuka tangannya untuk menyambut ketiga temannya kedalam pelukannya. “ Makasih, gue gak tau harus gimana lagi kalo gak ada kalian..kalian emang sahabat terbaik gue.” Ujar Junkyu

” Gunanya teman harus saling mengingatkan kyu..” ucap Daehwi

” Lo juga harus perbaiki hubungan lo sama Jihoon, lo taukan Jihoon dimana ?”

Junkyu mengangguk, dia sudah tau perihal Jihoon. Sungguh, Junkyu benar-benar menyalahkan dirinya sendiri sekarang. Dan dia tidak yakin jika Jihoon akan memaafkannya dengan mudah.

” Jihoon pasti mau maafin lo, gue yakin..” ucap Somi seolah-olah tau apa yang sekarang tengah dipikirkan oleh Junkyu.

” Kita temenin lo buat ketemu sama Jihoon..” sahut Daehwi

” Makasih, tapi gue pikir gue sendiri aja..”

” Lebih baik gitu, lo gak usah dengerin perkataan orang kyu anggap aja mereka angin lewat.” Ucap Ryujin

Junkyu tersenyum, dia menganggukan kepalanya. Junkyu benar-benar beruntung bisa mendapatkan teman seperti mereka

• •

” Mih...” Junkyu memanggil Jisoo dengan lirih saat Ibunya itu keluar dari ruang rawat Jihoon.

” Jihoon mau bicara sama kamu, minta maaf sama dia ya kak..Mamih gak mau kalian kaya gini, Mamih mau hubungan kalian kaya dulu lagi..” Jisoo menggenggam tangan Junkyu

” Iya Mih, Junkyu masuk dulu..”

” Mamih tunggu disini ya..”

Junkyu mengangguk, dia menghela nafas sejenak kemudian melangkah masuk kedalam ruang rawat Jihoon.

Jihoon menoleh kearah pintu yang terbuka, dia menatap Junkyu yang kini melangkah menghampirinya. “ Ji...” Junkyu bergumam lirih, hatinya berdenyut sakit melihat keadaan Jihoon saat ini. Bibir yang selalu tersenyum hangat padanya kini nampak begitu pucat, mata sabitnya terlihat meredup. Semuanya karenanya, semua karena kebodohannya.

” Hai, apa kabar ?” Jihoon menyapanya, Jihoon masih mau menyapanya.

Junkyu menggigit bibirnya untuk menahan diri agar tidak menangis, namun semuanya percuma..Junkyu akhirnya menangis.

” Jangan nangis kyu..”

Junkyu semakin terisak, dia mendekat lalu memeluk tubuh Jihoon.

” Ji maafin gue, maafin semua kesalahan gue..lo boleh hukum gue asal lo mau maafin gue..” isak Junkyu, Jihoon tersenyum tipis dia menepuk-nepuk punggung Junkyu.

Jihoon memang kecewa pada Junkyu, namun dia tidak bisa membenci sahabatnya itu apalagi menjauhi sahabatnya itu. “ Gue gak akan hukum lo kyu, gue cuman mau lo merubah diri lo..please jadi Junkyu yang gue kenal lagi. Dan gue minta maaf tentang masa lalu gue..” Jihoon akhirnya ikut menangis. Jihoon menyadari kesalahannya juga, kesalahannya di masa lalu terhadap sang sahabat.

” Gue nyesel Ji..”

” menyesal pasti selalu datang terakhir, tapi bukan berarti lo gak punya kesempatan buat merubah diri kyu...gue udah maafin lo, lo tetap sahabat terbaik gue..”

Sungguh, Junkyu benar-benar menyesal sudah buat karena dendam masa lalunya sampai dia melukai seorang sahabat berhati malaikat seperti Jihoon. Rasanya hukuman berat apapun tak akan bisa menebus semua kesalahannya..

” Jangan nangis lagi, ini udah malem gak enak kalo kedengeran orang ntar dikira hantu apalagi lo nangisnya kenceng banget..” Jihoon tetaplah Jihoon yang selalu bergurau. Junkyu tertawa kecil disela isakannya, dia kemudian menghapus airmatanya.

” Gue mau nemenin lo malem ini..”

” Besok aja dateng lagi, bentar lagi Doyoung dateng kok. Kasian Mamih gak ada temennya dirumah..”

” Yaudah, besok pagi gue kesini lagi. Gue pulang dulu..”

Jihoon mengangguk “ Hati-hati, besok bawain gue pancake buatan Mamih..”

” Okey, Ji sayang sama lo..rasanya gue gak pantes punya temen sebaik lo.”

” Jangan ngomong aneh-aneh, gue udah anggap semuanya selesai. Gue juga mau mulai hidup baru, dan tentunya harus ada lo disamping gue..”

Junkyu tersenyum, dia kembali memeluk Jihoon. Berulang kali dia mengatakan jika dia begitu beruntung bisa mengenal Jihoon dan memiliki Jihoon sebagai sahabat didalam hidupnya..

Sementara itu, Jisoo yang memang sedari tadi mengintip mengulas senyum hangat dibibirnya. Matanya tak lepas memperhatikan Jihoon dan Junkyu. Jisoo sudah tenang saat ini, karena hubungam antara sang anak dan sahabatnya mulai membaik lagi seperti semula.. Jisoo berharap tak akan ada masalah apapun lagi untuk kedepannya..