Stranger
🦋
Haruto dengan cepat beranjak dari tempat duduknya saat seorang Dokter tiba-tiba masuk kedalam kamar rawat Jihoon. Haruto nampak terkejut dengan keberadaan Jihoon yang menangis didalam gendongan sang Dokter.
Dokter yang selalu merawat Jihoon beberapa terakhir ini, Bomin.
” Kak Jihoon kenapa dok ?” Haruto bertanya, namun Bomin tidak menjawab. Dokter muda itu nampak sibuk mencoba menenangkan Jihoon yang terus menangis bahkan sesekali Jihoon memberontak dan memukulinya.
” Obat biusnya sus..” Seorang suster yang memang membuntuti Bomin sedari tadi memberikan suntikan yang sudah diisi dengan obat bius kepada Bomin.
” Jihoon tenang oke ? Semuanya bakal baik-baik aja..” Ujar Bomin, dia mengusap peluh diwajah Jihoon.
Jihoon mulai tenang saat Bomin selesai memberikan obat bius pada Jihoon. Bomin menghela nafas lega, dia membenarkan letak tubuh Jihoon lalu menyelimuti tubuh rapuh itu dengan selimut rumah sakit.
” Kak Jihoon kenapa ?” Haruto kembali bertanya dengan raut wajah yang khawatir. Remaja SMA itu mendekati Jihoon dan menggenggam tangan Jihoon.
” Tadi pacarnya Jihoon datang.” Bomin menjawab, wajah Haruto yang semula cemas dengan keadaan Jihoon kini nampak mengeras setelah mendengar penuturan Bomin.
” Dimana dia sekarang ?”
” Mungkin masih ditaman, atau mungkin dia sudah pergi.”
Haruto mendesah kasar, dia sangat ingin mencari Yoonbin namun dia tidak bisa meninggalkan Jihoon sendiri.
” Doyoung belum datang ?”
Haruto menoleh. Doyoung ? Dokter itu mengenal Doyoung ?
” Setelah datang, tolong bilang sama dia buat datang ke ruangan saya. Ada yang harus saya bicarakan sama dia.” Ucap Bomin.
” Saya pergi dulu, jangan terlalu maksain diri kalo kamu lelah. Jihoon selalu ada dalam pengawasan saya..” Bomin tersenyum, dia menepuk bahu Haruto sebelum akhirnya pergi dari sana.
Haruto memandangi punggung Bomin yang menghilang dibalik pintu, pikirannya mulai berkecamuk. Memikirkan tentang mengapa Bomin begitu menaruh perhatian lebih pada Jihoon, dan mengapa seolah-olah lelaki itu begitu mengenal Jihoon dengan dekat.
Haruto awalnya sedikit memakluminya, namun semakin lama Haruto mulai penasaran dengan semuanya...
• •
” Kakak kamu butuh seorang psikiater, saya khawatir tentang kesehatan mentalnya.” Ucap Bomin pada Doyoung yang tengah duduk dihadapannya.
” Kakak saya gak gila dok..”
” Saya tau, ini hanya untuk pencegahan. Kakak kamu depresi, dan depresi semakin lama akan semakin merusak mental seseorang.” Jelas Bomin.
Doyoung menghela nafasnya, remaja itu menundukan kepalanya. Saat ini dia benar-benar bingung, orangtuanya baru akan sampai di Indonesia esok hari. Doyoung tak tahu harus mengatakan apa untuk menjelaskan tentang sang Kakak pada orangtuanya terlebih pada sang Ayah.
Bomin tersenyum tipis, dia menepuk bahu Doyoung setelah melihat rasa cemas diraut wajah Doyoung.
” Semuanya akan baik-baik saja, saya tau Jihoon adalah orang yang kuat. Untuk itu dia pantas merasakan kebahagiaan lagi, dan kamu hanya perlu menjadi penyemangat buat Kakak kamu.”
Doyoung mendesah pelan, dia menatap Bomin. Doyoung benar-benar sangat berhutang budi pada Dokter muda itu. Bomin selalu membantunya, Bomin juga selalu memperhatikan keadaan dirinya.
” Kamu bisa kembali ke ruang rawat Kakakmu..”
Doyoung menganggukan kepalanya “ Terima kasih Dok, saya sangat berhutang budi pada Dokter.”
” Ini udah kewajiban saya sebagai seorang Dokter terhadap pasiennya. Jaga kesehatan juga jangan lupa.”
Doyoung mengangguk, dia kembali mengucapkan terima kasih pada Bomin sebelum dia beranjak pergi untuk kembali keruang rawat sang Kakak.
” Dia sayang banget sama Kakaknya, Jihoon beruntung bisa punya adik kaya dia.” Bomin tersenyum, dia kemudian membuka ponselnya miliknya. Dia belum sempat membalas pesan dari sang Ayah.
✉ : Ayah – Bomin, Jihoon sudah sembuh ? -
✉ : Me – Belum, tapi kondisinya berangsur membaik yah..-
✉ : Ayah – Ah sukurlah, untung kamu yang ngerawat Jihoon.
✉ : Me – Yah, Bomin mau tanya kenapa Jihoon jadi mahasiswa kesayangan Ayah ?-
✉ : Ayah – Dia lucu, riang, terus ramah juga dan ngingetin Ayah sama mendiang adik kamu Alaska -
✉ : Me – Alaska ? Tapi Bomin gak melihat kemiripan Jihoon sama Alaska -
✉ : Ayah – Karena kamu belum kenal Jihoon, kalo kamu kenal dia pasti kamu bakal setuju sama Ayah -
✉ : Me – Gitu ya ?-
✉ : Ayah – Ayah punya ide bagus, kamu gebet aja Jihoon. Jihoon sekarang sendirikan ? Pas banget juga kamu jomblo, dari lahir pula -
✉ : Me – Ayah 😩 -
✉ : Ayah – Hehhe selamat bekerja anakku 😛 -