author: leviaphile
language: Bahasa Indonesia
fandom: Obey Me Shall We Date
pairing: Belphegor x Aki (MC)
warning: NSFW, porn-without-plot-but-with-feelings
Belphegor dan Aki menyimpan banyak rahasia. Mereka merahasiakan status hubungan. Mereka merahasiakan aktivitas intim di bawah hidung penghuni House of Lamentation.
Aki ingin tidur.
Belphegor hobi tidur.
Mereka pun suka tidur bersama, baik secara denotatif maupun makna lain.
Pasangan yang masih merahasiakan hubungan ini menganggap tidur merupakan salah satu cara memperdekat hubungan mereka. Sedangkan, tidur-dalam-artian-yang-lebih-liar merupakan aktivitas pengantar tidur. Mereka melakukannya lebih sering dari yang bisa terbersit di benak orang-orang, walau tentu tidak setiap hari.
Semua orang tahu, Belphegor cukup sering berada di Attic walau sudah dibebaskan dari status tahanan. Mereka memaklumi absennya Belphegor dari aktivitas tidak penting seperti menonton film tengah malam atau bermain game karena si Bungsu tidur. Namun, mereka tidak tahu, jika Aki sering bersama Belphegor di saat-saat tersebut.
Mereka berdua bermain secara rapi. Jarak Attic relatif jauh dari pusat keramaian House of Lamentation, tetapi untuk berjaga-jaga Belphegor dan Aki berusaha tidak banyak bersuara atau meninggalkan bekas yang terlihat. Belum saatnya memproklamirkan bahwa mereka sudah berpacaran.
Hari ini pun Aki mencari Belphegor ke Attic. Ada pertemuan Student Council di RAD, Belphegor yang berkata akan menyusul belum jua datang. Lucifer menyuruh Aki membangunkan dan menyeret Belphegor ke RAD.
Pintu Attic setengah terbuka. Di tempat tidur, ada seragam RAD yang tampaknya baru dikeluarkan dari lemari. Belphegor tidur sambil memeluk bantal kesayangannya. Mungkin dia berpikir untuk rebahan sebentar sebelum mandi tetapi malah ketiduran.
“Belphie, ayo bangun! Lucifer menyuruhmu menyusul ke rapat Student Council.” Aki terus menggoyang-goyangkan pundak Belphegor dan memanggil namanya.
Dia tahu Belphegor sudah bangun tetapi masih malas membuka mata. Demon tersebut berguling lalu menutup telinganya dengan bantal. “Lima menit lagi,” gumam si Demon Bungsu, mengumpulkan energi untuk bangun.
Melihat Belphegor bermalas-malasan, Aki tiba-tiba ingin mencoba hal kotor. Biasanya, Belphegor tidak akan malas kalau digoda atau diajak berhubungan intim. Bagaimana jika mereka melakukan make-out atau semacamnya selama belasan menit? Dengan gerakan hati-hati karena takut Belphegor bangun sebelum dia selesai, Aki membuka lemari pakaian Belphegor. Dia memikirkan suatu ide.
Pemilik lemari hampir lupa ucapan “Lima menit lagi”nya dan nyaris ketiduran saat Aki memanggilnya.
“Belphie, lihat! Ada kejutan!”
Ada apa lagi? Setengah tertarik, Belphegor membuka mata. Aki duduk di lantai tanpa memakai pakaian apapun selain jaket biru Belphegor sebagai outer. Jas almamater, seragam, dan pakaian dalam Aki teronggok di lantai.
“Sini, Belphie,” ucap Aki.
Belphegor mengumpulkan kesadaran dalam sekejap. Aki memang mudah membuatnya ... bangun. Warna merah merambati wajahnya. Matanya tiba-tiba membelalak. Belphegor terlihat menggemaskan, setidaknya sampai seringai terbit di wajahnya.
Aki sengaja menggodanya. Belphegor tidak mengerti apa motif Aki mengajaknya bercinta di situasi seperti sekarang, tetapi dia tidak akan menahan diri karena Aki yang memulai.
Lelaki tersebut berjongkok di samping Aki, menarik dagunya agar mereka bertatapan. Belphegor bisa merasakan kegugupan Aki.
“Hehe, bajunya cocok, kan?” tanya Aki seraya sedikit menggerakkan kepala karena gelisah. Bagian rambutnya yang menyerupai tanduk ikut bergoyang.
Belphegor memegangi dagu Aki lebih erat, lalu tersenyum manis dengan aura iblis, “Cocok sekali. Kamu boleh tetap memakainya.”
Lantas, Belphegor mencium Aki sebelum pacarnya bisa mengatakan apa-apa lagi. Aki memejamkan mata dan mengalungkan tangannya ke leher Belphegor.
Padahal Belphie baru bangun tidur, tetapi ciumannya masih menyegarkan. Jangan-jangan Avatar of Sloth memiliki perawatan khusus untuk gigi dan mulut sehingga hobi tidur tidak mengganggu— Pikiran random Aki terhenti tatkala ciuman Belphegor semakin liar. Aki berusaha menandingi tetapi sudah kalah sedari awal. Tangan Belphegor mengelus-elus tengkuknya, membuat Aki agak merinding.
Ketika ciuman berhenti, Aki melihat Belphegor sudah menyamankan posisi menjadi duduk. Dia menyuruh Aki untuk naik ke pangkuannya. Seolah terhipnotis, Aki mematuhi tanpa berpikir dua kali.
Belphegor menyibakkan rambut Aki ke samping. Leher merupakan titik lemah Aki. Bagian kesukaan Belphegor. Dia mulai menciumi leher dan tengkuk Aki. Yang dicium memejamkan mata sambil menggigit pelan bibirnya, sebisa mungkin menahan suara yang keluar.
“Tidak apa-apa. Tidak ada orang di sini.” Belphegor menepis kekhawatiran Aki, lalu mencium lehernya lagi.
Mereka jarang bisa bercinta tanpa perlu khawatir ketahuan demon brothers yang lain. Keduanya pun lebih menyukai tempat privat serta malas menginap di luar. Kendati kerap menyegel ruangan agar kedap suara, mereka tetap berhati-hati terhadap segala kemungkinan. Alhasil, kesempatan seperti sekarang sayang untuk dilewatkan.
Bibir Belphegor sedikit bergeser ke tengkuk saat tangannya menyusuri badan Aki. Dari usapan ringan di bahu, lalu selangka, singgah agak lama di buah dada. Lenguhan Aki bertambah keras mengiringi remasan Belphegor. Tangan Belphegor lantas sedikit menyibakkan baju yang Aki pakai di bagian pundak. Mulut Belphegor pindah ke tempat baru untuk dieksplorasi. Aki spontan mencengkeram salah satu lengan Belphegor saat pundaknya digigit.
Kemudian, si Demon Bungsu melanjutkan penjelajahannya. Dia melahap buah dada Aki yang ranum. Hisapan bergantian diselingi beberapa gigitan di sejumlah titik, jua Belphegor sempat mendengarkan bunyi detak jantung Aki yang kencang. Sebelah tangannya menggeranyangi semakin ke bawah, sedangkan satu tangan lagi menahan punggung Aki. Belphegor hafal Aki akan lebih menggila tatkala Belphegor menyentuh pangkal pahanya.
“Basah,” komentar Belphegor setengah menggoda.
Wajah Aki lagi-lagi memerah, rambut tanduknya bergerak naik. Aki ingin membantah, tetapi tidak bisa karena itu adalah fakta.
Belphegor mengusap bagian permukaannya seksama. Gesekan pelan tetapi menyiksa. Terkadang Belphegor memainkan jarinya di pintu masuk, lalu mengeluarkan lagi. Erangan kecewa Aki terdengar menggemaskan. Aki menjambak Belphegor entah secara sadar atau tidak, baru pacarnya memasukkan jari.
Satu jari. Dua jari. Kehangatan yang familiar memanjakan jari Belphegor. Dia mulai menjalankan misi untuk mempersiapkan milik Aki supaya bisa lekas beradaptasi dengan organ kebanggaannya. Maju mundur, ke samping, zig zag, jari Belphegor sudah sangat terampil. Yang berbeda adalah kali ini dia tidak mencium Aki atau memasukkan jarinya ke mulut Aki.
Mereka tidak perlu menahan diri. Mulut Belphegor masih betah bermain di sekitar leher dan dada. Desahan-desahan Aki memompa semangatnya. Lalu, Belphegor memeluk Aki lebih erat sambil menggerakkan jarinya lebih cepat. Aki membenamkan kepala ke ceruk leher Belphegor, tangannya balas memeluk kuat-kuat.
“A-aku keluar, Belph,” ujar Aki di antara desahannya. Tidak lama kemudian, Belphegor bisa merasakan gelombang orgasme mengenai jari-jarinya. Belphegor menarik jarinya keluar, mempersilakan cairan klimaks Aki menerobos keluar, bahkan mengenai celananya.
Manik mata Belphegor kembali memperhatikan wajah Aki, lalu melihatnya dari atas ke bawah. Indah. Celana Belphegor makin sesak. Belphegor menyuruh Aki mengubah posisi menjadi setengah berdiri, berpegangan pada dirinya sebentar. Dia butuh sedikit waktu untuk menurunkan celana sampai ke lutut dan meregangkan kaki sedikit. Lalu, Belphegor kembali menarik Aki ke pangkuannya.
Kulit bertemu kulit. Bagian bawah Aki terasa lebih basah serta hangat. Dia mencengkeram paha lalu menggesekkan ereksi ke klitoris Aki, merangsang salah satu titik tersensitif perempuan. Desahan Aki bercampur racauan tidak jelas. Sebenarnya, Belphegor bisa menangkap maksudnya, tetapi dia berpura-pura tidak tahu. Belphegor sengaja tidak melepaskan pakaiannya dari tubuh Aki. Entah kenapa melihat Aki dalam kondisi sekarang menghadirkan sensasi tersendiri.
“B-Belphie, just fuck me already,” pinta Aki blak-blakan sambil menggerakkan pinggul. Jika Belphegor masih berpura-pura tidak dengar, Aki sudah berencana untuk menggigit.
“Kamu sangat menginginkanku, huh?” Belphegor menyeringai, masih meneruskan aksinya, “Beg, Little Sheep.“
Walau kesal, Aki memohon juga. Dia tidak tahan. “Please ....“
Aki meremas pelan bagian belakang kepala Belphegor. Lantas, dia mendekatkan kepalanya ke telinga sang Avatar of Sloth. “Please ... I want you inside me.“
Belphegor meledak di dalam hati walau ekspresinya tidak menunjukkan perubahan berarti. “As you wish, My Human,” respons Belphegor sambil mendaratkan kecupan singkat di dahi Aki.
Kemudian, Belphegor perlahan memasukkan kejantanannya. Liang sempit tersebut menyambut bersahabat. Bagian dalam Aki menjepitnya, mengundangnya masuk lebih dalam, memanggilnya untuk bermain. Tentu Belphegor menyanggupi dengan senang hati.
Tarikan dan dorongan. Tusukan demi tusukan. Gesekan kulit bertemu kulit. Belphegor tenggelam dalam kegiatannya. Sementara itu, Aki memejamkan mata. Mulutnya tidak berhenti melantangkan nama sang Kekasih. Tangan Aki memeluk erat-erat leher Belphegor. Dia masih beradaptasi dengan sensasi yang menggoyahkan kewarasan.
Begitu Aki mendapatkan sebagian kontrol dirinya, dia ikut bergerak seirama dengan Belphegor. Menumpu tangan di bahu Belphegor, Aki bergerak naik turun. Membantu Belphegor mencapai bagian yang lebih dalam.
Ekspresi Aki terlalu menarik untuk dilewatkan. Belphegor menatap Aki lurus sambil menggeranyangi badannya, membuat Aki merasa sedikit terintimidasi serta diserbu rasa malu. Akan tetapi, tubuh biologisnya tidak bisa dibohongi. Aki tidak bisa berhenti dan tidak mau menyuruh Belphegor berhenti.
“Biar kubantu.” Aki belum menjawab karena sibuk mengatur napas, tetapi Belphegor sudah memegangi kedua pahanya, menggerakkan Aki naik dan turun.
“BELPHIE!” teriak Aki, buru-buru memeluk leher Belphegor, mencari pegangan.
Belphegor lantas menawan bibirnya dalam ciuman yang memabukkan. Tangan Aki bergeser ke kedua sisi kepala Belphegor, meremas bahkan terkadang menjambak helaian rambut biru gelap-putih tersebut.
Desahan dan teriakan mereka saling bersahutan. Gerakan yang semakin lama semakin liar. Ketika dinding vagina Aki menjepitnya lebih kuat, Belphegor bisa memprediksi Aki akan orgasme dalam waktu dekat. Dia pun rasanya hampir di ujung. Mereka masih bergerak.
Jambakan di rambut Belphegor semakin kencang. Badan Aki seolah kaku sesaat sebelum terdengar teriakan panjang. Aki telah mencapai klimaks lebih dahulu.
Setitik kewarasan Belphegor yang tersisa mengingatkan bahwa mereka lupa memakai kondom. Walau berat hati, Belphegor mengeluarkan penisnya. Aki meminjamkan tangannya untuk membantu Belphegor sampai orgasme. Cairan sperma Belphegor mengenai panggul Aki.
Ini masih belum selesai.
Belphegor menggendong Aki ke ranjang yang untungnya dekat. Dia melepaskan celana yang mengganggu. Dia memposisikan diri di atas manusia kesayangannya.
Gerah, Belphegor juga melepas pakaiannya, melempar asal ke lantai. Wajah Aki bertambah merah melihat Belphegor telanjang. Mulutnya menganga selama beberapa detik. Badan Belphegor tidak terlalu kekar, tetapi cukup berbentuk dan kokoh. Badan mereka terlihat serasi. Kulit mereka yang berkeringat sedikit lengket saat bersentuhan.
Organ vital yang belum lama terpisah kembali bertemu. Namun, mereka belum bergerak. Mungkin untuk mengumpulkan energi, atau sekadar ingin menikmati sensasi ini lebih jelas. Dituntun oleh naluri, Aki mencium rahang Belphegor, saat lelaki tersebut membelai pipinya.
“Kupikir aku meninggalkan bekas terlalu banyak. Semoga berhasil menutupinya ya,” tukas Belphegor tiba-tiba. Aki melotot sebagai bentuk protes, tetapi dia tidak menggubris.
“Tanggung jawab. Bantu aku menutu—ah, lupakan. Kamu tidak akan bisa.” Aki menghela napas. Pasrah dengan segala perbuatan Belphegor atas dirinya.
“Hahaha, semangat!”
Belphegor mulai bergerak. Aki mengalungkan kedua kaki ke pinggangnya, memberikan akses penuh. Mereka saling memandang. Kedua tangan Aki ikut melingkari punggung Belphegor, mencakar saat Belphegor terlalu ganas.
Erangan Belphegor membuat telinga Aki ikut memerah karena tersipu. Aki tidak kuasa memandang Belphegor sehingga memejamkan mata. Akan tetapi, batin Aki senang mendengar Belphegor mendesahkan namanya.
Di pihak lain, Belphegor sedang dalam semangat penuh. Desahan Aki lebih lantang dari biasanya. Teriakan Aki terdengar langka di telinga Belphegor. Dia ingin mendengarnya lagi. Dia tidak tahu kapan bisa mendengarnya lagi di waktu mendatang. Sekarang, dia harus mendengarnya lagi ... sebanyak mungkin.
Lebih cepat.
Lebih keras.
Lebih dalam.
Sedikit lagi ... sebentar lagi.
Momen pelepasan membuat mereka melayang. Secara refleks, Belphegor dan Aki memejamkan mata untuk lebih menghayati kenikmatan. Kemudian, mereka membuka mata sayu, ingin memandang seseorang tercinta seakan berbagi momen surgawi tersebut.
Aki mengusap pipi Belphegor yang berkeringat. Belphegor menyisir rambut berantakan Aki dengan jarinya. Lantas, mereka saling menempelkan hidung, menutup sesi dengan kecupan kilat di bibir. Setelah itu, Belphegor berguling tiduran di samping Aki.
Belphegor dan Aki menyukai percakapan santai setelah bercinta. Sudah keharusan untuk menanyakan apakah ada yang sakit atau tidak nyaman. Kemudian, percakapan berlangsung tanpa arah. Mereka bisa membicarakan apa saja sambil melakukan kontak fisik seperti berpelukan dan memegang tangan.
Mereka sedang berduaan di tempat tidur saat Aki tiba-tiba melotot dan bangun dengan panik. Tujuan awalnya adalah mengajak Belphegor datang rapat. Bisa-bisanya dia sangat terbawa suasana. Sudah berapa lama waktu berlalu?
“Lucifer pasti marah!” Aki mengguncangkan pundak Belphegor, “Um ... cepat bersiap,” suruh Aki.
“Dia sudah biasa marah-marah,” balas Belphegor bodo amat.
“Iya, iya.”
Daripada membuang lebih banyak waktu untuk membujuk Belphegor, lebih baik Aki bersiap dulu. Usai meminum potion penambah tenaga, Aki buru-buru ke kamar mandi untuk mengguyur badan seadanya ... sedangkan Belphegor malas-malasan seperti biasa. Setelahnya, Aki menyeret Belphegor ke kamar mandi.
Bagian yang paling menyebalkan bagi Aki adalah after-aftercare. Belphegor yang agresif, Aki yang kerepotan menutupi bekasnya. Sembari menggerutu, Aki mengoleskan kosmetik di bekas-bekas yang ditinggalkan Belphegor. Kemudian, Aki mengecek cermin berulang kali, memastikan semuanya aman.
Dia ingin memakai syal, tetapi takut dicurigai. Aki sekarang berpikir untuk menggerai rambutnya. Tak lupa, Belphegor memasukkan seprei ke tempat laundry dan Aki mengepel lantai.
Di perjalanan menuju RAD, Aki panik takut dimarahi Lucifer, tetapi Belphegor justru santai. Kata Belphegor, selama mereka tidak bersikap mencurigakan, tidak akan ada yang marah. Lagipula semua orang sudah hafal bahwa umumnya butuh waktu lama untuk membangunkan Belphegor.
Jadilah mereka berdua sengaja berlama-lama sebelum menyusul rapat. Singgah untuk membeli camilan di jalan. Berhenti untuk menonton iklan di layar besar pertokoan. Saling menceritakan lelucon konyol—setidaknya konyol menurut Aki. Melakukan pembicaraan random berdasarkan setiap topik yang terlintas, mulai dari kakek-kakek demon mirip Lucifer sampai cara Satan menamai kucing jalanan.
Belphegor dan Aki berupaya menghilangkan sisa nafsu mereka. Mereka berubah dari pasangan kelebihan hormon menjadi seperti dua remaja absurd yang baru berpacaran. Mereka melakukannya supaya Asmodeus, Avatar of Lust, tidak bisa mendeteksi hawa nafsu. Mereka perlu menghilangkan jejak sebersih mungkin.
Semakin dekat dengan RAD, mereka pun berubah menjadi seperti teman biasa. Tidak ada tanda sedikit pun bahwa mereka baru saja bercinta.
Lagi-lagi Aki datang ke Attic. Dia tidak bisa tidur. Belphegor sengaja tidak mengunci pintu, berjaga-jaga kalau Aki tiba-tiba datang. Daripada dia harus mengatur volume DDD ke maksimum supaya bisa bangun saat Aki menelepon, lebih baik begini, kan?
Setelah mengunci pintu, Aki berjalan sepelan mungkin, tetapi Belphegor bangun saat Aki mendekatinya. Perempuan itu menaikkan alisnya heran. “Tumben. Kupikir kamu sudah tidur.”
“Tadi iya,” jawab Belphegor pendek. Dia seakan-akan sudah menanti kedatangan Aki, “Mau berciuman?”
“HEH?” Aki refleks menggerakkan tangan karena kaget, tetapi setelah beberapa detik salah tingkah, dia mengangguk malu, “Mau.”
Mereka duduk di tempat tidur lalu berciuman. Tangan Belphegor memeluk pinggang Aki, dan tangan Aki memegangi pundaknya. Berawal dari ciuman yang menenangkan seperti gelombang ringan di pinggir pantai, kemudian bergelora layaknya didera ombak besar.
Mencari. Belphegor menekan bagian belakang kepala Aki untuk memperdalam ciuman. Lidah mereka saling menjelajahi mulut masing-masing. Saling menjilat, membelit, melumat, hingga berakhir menjadi dominasi sepihak karena Belphegor berhasil menaklukkan Aki.
Lagi. Satu ciuman tidak akan cukup. Sensasi yang menggelitik, memanggil, menunggu. Kemudian terus terulang. Satu, dua, tiga, lagi. Mendamba. Seperti meminum air laut yang hanya akan membuat semakin haus. Aki mendorong wajah Belphegor mundur di tengah-tengah ciuman keempat. Paru-parunya sudah merindukan oksigen.
“Belphie ...,” panggil Aki.
“Aki ....”
Tidak ada lagi yang berbicara secara lisan. Tatapan mereka seolah berbicara. Belphegor menarik Aki mendekat. Saling menyentuh. Menandai. Mengenali setiap inchi. Berkomunikasi dengan bahasa sentuhan.
Kelembutan membuai mereka untuk mengecap sesuatu yang lebih. Mereka sering berbagi ranjang. Di satu sisi terasa lumrah dan benar, terutama karena mereka berada di Devildom. Di lain sisi, bercinta menjadi semacam candu. Perpaduan beragam emosi, kontradiksi, dan hasrat menjelma warna baru dalam hubungan.
Nyaris sunyi, cuma ada suara-suara lirih; napas yang terengah-engah, desahan pelan, serta erangan tertahan. Namun, suasananya tetap menggebu-gebu. Serasa hanya ada mereka berdua di dunia ini. Toh memang ada momen yang cukup disimpan sendiri. Dunia di balik pintu Attic tidak perlu tahu.
Belphegor bangun sejenak untuk mengambil kondom di laci meja. Selagi ingat, dia turut melemparkan pakaiannya dari lantai ke bak laundry, lalu memindahkan pakaian Aki ke meja. Daripada nanti harus menunda tidur untuk beres-beres, lebih baik sekarang, kan? Jika bisa menghemat energi, maka Belphegor tidak mau menyia-nyiakan waktu sampai terlambat bermalas-malasan.
Belphegor mengusap pipi Aki saat dia perlahan memasukinya di bawah sana. Aki mencengkeram lengannya untuk menahan sensasi yang dia rasakan. Mereka kembali berciuman, salah satunya untuk mengurangi desahan selama penyatuan. Gabungan saliva mereka terkadang menetes dari sudut bibir. Sesekali mereka pun meredam dengan menggigit bagian tubuh partnernya.
Tempo gerakan naik perlahan, kemudian ritmenya menjadi tidak beraturan. Spontan, Aki mencakar lengan Belphegor. Dia berusaha bergerak seirama dengan Belphegor yang memegang kendali. Enggan mencakar lagi, Aki memeluk erat-erat punggung Belphegor. Yang dipeluk mengecup dahi berkeringat Aki.
Ketika mereka bersama mencapai puncak, seluruh dunia memutih. Tepat di samping telinga, nama pasangan menjadi satu-satunya melodi.
Usai membereskan kondom bekas, Belphegor kembali ke tempat tidur. Tidak ada ronde kedua malam ini. Mereka sekadar ingin berbagi keintiman sebelum tidur. Berikutnya, mereka mengobrol sembari mengumpulkan rasa kantuk. Tidak ada topik yang jelas, tetapi tetap bermakna.
Walau tidak sepanas bara api, di antara mereka masih terasa pijar. Sebuah kehangatan yang terasa kekal, dan mereka ingin menjaganya sekekal mungkin.
Aki meringis melihat luka cakar di lengan atas Belphegor. “Belphie, rahasiakan ya kalau itu bekas cakaranku,” ujar Aki setengah berbisik.
Belphegor tersenyum kecil. Dia tidak keberatan, bahkan cukup senang karena Aki juga meninggalkan bekas padanya. “Iya, ini rahasia kita berdua.”
Kelingking mereka bertautan. Aki lantas mengangguk puas. Belphegor memainkan tanduk rambut Aki sekilas dengan tangannya yang bebas.
Telanjang di bawah selimut, mereka mencari kehangatan dengan merapat ke pasangannya. Belphegor dan Aki saling menatap sebelum memejamkan mata. Menjemput mimpi indah, untuk kemudian bangun menjalani kenyataan yang lebih indah.
Sampai pagi, Belphegor dan Aki tidur berpelukan.
Mereka tidak bisa melihat benang merah yang menghubungkan keduanya, membelit secara tak kasat mata.
Iblis dan manusia pun dapat ditakdirkan untuk jatuh cinta.
—end
Bonus:
“Seberapa sering kalian melakukannya? Dari skala satu sampai sepuluh.” Kazuko tiba-tiba membuka topik, kemudian dia yang menjawab pertama kali, “Kalau aku dan Beel antara lima ke enam.”
Arciel terbatuk pelan. “Dua sampai empat ... uhm, t-tapi sekali melakukannya—” Dia tidak melanjutkan jawaban dan menutup sebagian wajah dengan bantal pemberian Leviathan.
Sekarang tinggal Aki. Melihat dua temannya menatap penuh tanya, Aki hanya tertawa canggung. Tanduk rambut Aki berayun saat dia salah tingkah. “Uhm ... berapa ya?”
Kemudian Aki buru-buru ke luar. “Maaf, hari ini giliranku menjaga kulkas.”
Arciel dan Kazuko sekilas melihat wajahnya memerah. Asap seolah keluar dari telinga Aki.
Ini rahasia kami berdua, kata Aki dalam hati.