leviaphile

author: leviaphile language: Bahasa Indonesia fandom: Obey Me pairing: Leviathan x Arciel (MC) setting: semi AU? Di sini Arciel manusia biasa. Alur cerita juga agak berbeda.


Mereka iri kepada Avatar Iri Hati.


Program pertukaran pelajar ke RAD menumbuhkan banyak kisah cinta antar ras. Namun, aturan tentang pelarangan konversi makhluk hidup mematahkan harapan sebagian besar dari mereka. Target program ini adalah harmoni ketiga dunia, bukan menggeser keseimbangan. Lagipula metode konversi sangat berbahaya.

“Kalian yakin ingin menikah?” tanya Diavolo.

Dia tahu Arciel bukan manusia biasa karena belajar sihir dan ilmu lain di RAD, tapi tetap saja siklus waktu hidup mereka jauh berbeda. Dia hanya takut kepergian Arciel membuat Leviathan kembali ke saat-saat suramnya, yang memang cepat atau lambat akan terjadi. Kemungkinan lain lebih buruk, Leviathan bisa menghancurkan dunia. Ditambah partisipasi Lotan, mereka akan sulit dihentikan. Lucifer pun tidak ingin bertarung melawan saudaranya sendiri.

Sepasang kekasih di hadapannya saling pandang dan tersenyum. Diavolo melihat tangan mereka terus bertautan. Diavolo bisa merasakan tekad mereka takkan tergoyahkan. Kepercayaan itu bisa membuat banyak orang iri.


“Henry, jangan berlarian di tangga! Nanti kamu jatuh.”

Satan menegur bocah lima tahun yang merupakan keponakan satu-satunya. Rambut putih dengan beberapa bagian keunguan, mata jingga, taring kecil, tanduk, dan ekor. Ia bisa melihat secara fenotip gen Leviathan lebih dominan. Meski begitu, kecerdasan dan karakter Henry mirip Arciel.

Lucifer kerap memuji, “Andai papa dan paman-pamanmu sepertimu saat kecil, Paman Luci tidak akan stress.” yang sontak menuai protes Mammon. Namun, semua demon bersaudara diam-diam setuju.

“Maaf, Paman Catan. Henry mau menengok Mama.” Satan tersenyum melihat kesopanan Henry.

“Sini Paman gendong.”

Satan menggendong Henry ke kamar orang tuanya. Arciel terbaring di tempat tidur dan Leviathan berjaga sambil memegang tangannya. Belakangan ini Arciel sering sakit. Kekuatan sihir membuat fisik Arciel tidak banyak berubah dari sejak masuk RAD, dan bertahan lebih dari satu abad adalah keajaiban.

Mereka berdua berbincang. Mereka saling memandang dan tersenyum. Tangan mereka bertautan. Ketika Henry bergabung, Satan bisa merasakan kasih sayang antara mereka bertiga terus tumbuh setiap detiknya. Satan tidak yakin akan bisa memberikan dan menerima hal seindah itu, kehangatan yang membuatnya iri.


Arciel meninggal. Kesedihan menggelayuti House of Lamentation. Henry belum terlalu memahami apa itu kematian, tetapi Leviathan seolah pergi bersama belahan jiwanya. Semua panik mengantisipasi sang mantan jenderal tentara surga mengamuk, tetapi ia tidak melakukan apapun selain lebih banyak mengurung diri. Ia masih berusaha menjadi ayah yang baik, bahkan memperbanyak waktu dengan Henry. Akan tetapi, orang-orang bisa merasakan kepedihan dan kesepiannya.

Asmodeus pernah mengajak Leviathan ikut party bersama para succubus, tapi ia malah dimarahi. Leviathan baru mau bicara lagi setelah Asmodeus meminta maaf dan berjanji tidak mengulanginya. Diam-diam kesetiaan Leviathan membuat Asmodeus iri.

Beelzebub terkadang melihat Leviathan memasak di dapur tengah malam. Dari kejauhan ia bisa mencium aroma makanan kesukaan Arciel. Lalu Leviathan bicara sendiri dan memakannya sambil menangis.

Belphegor sudah tidak terkejut melihat Beelzebub kembali ke kamar dengan perut berbunyi dan mata sedih. “Bantal-bantal Arci pernah hampir rusak. Levi menolak kubelikan bantal baru. Gara-gara itu aku sempat kerepotan mengajari dia sihir untuk merawat bantal,” ceritanya tanpa diminta.

“Kita semua memang merindukan Arci, tetapi ... aku bahkan tidak sanggup membayangkan rasa kehilangan yang dialami Levi,” tanggap Beelzebub.


Luke yang sudah tampak lebih dewasa datang membawa surat. Semua terkejut melihat Leviathan terang-terangan menangis saat membacanya ... tetapi, kali ini tangis bahagia.

“Dia kembali,” lirihnya.

“Mama?” Henry sudah hampir delapan tahun, ia bingung karena setahunya seseorang yang meninggal takkan bisa kembali.

“Arciel adalah sosok spesial. Jiwanya tidak terkorupsi meski tinggal dengan para demon. Ia tidak dibawa ke alam orang mati, tapi lahir kembali sebagai malaikat.” Bukan hanya Leviathan dan Henry, seisi rumah dipenuhi kebahagiaan. “Ia baru bisa menghubungi kalian karena peraturan untuk malaikat pemula ketat sekali. Bahkan, dia tidak bisa datang sendiri ke Devildom.”

Pengecualian itu tidak menyurutkan kebahagiaan semua orang. Dari semua orang, Luke bisa merasakan sukacita Leviathan paling menonjol. Luke tersenyum, “Kalian tidak bisa datang ke Celestial Realm juga, kan? Aku bisa membantu menyampaikan surat, tetapi tak bisa terlalu sering.”

“Terima kasih, Kak Luke,” jawab Henry dengan mata berbinar-binar.

Leviathan belum mengatakan apapun lagi. Ia masih mendekap surat di dada. Nyawanya seakan kembali terisi, tetapi ia juga tampak takut semua hanya mimpi. Mammon merangkul sang Adik, “Sana balas suratnya. Kami mau menulis juga nanti.”

Mammon berusaha tidak menangis, meski ia sangat terharu. Ia senang Arciel kembali hidup. Ia senang Leviathan kembali hidup. Ia tahu banyak malaikat baru melupakan atau melepaskan kehidupan lama mereka. Ia tahu betapa keras sistem di Celestial Realm. Oleh karena itu, ia senang Arciel masih mengingat mereka semua. Dia senang Leviathan tidak berhenti mencintai istrinya. Keteguhan yang membuat Mammon merasa iri.


Huru-hara terjadi di Celestial Realm. Perbedaan pendapat antara Michael dan Gabriel memuncak hingga meletuskan perang saudara. Gabriel beraliansi dengan Devildom. Mereka menilai Michael memaksakan idealisme utopisnya, dan tindakannya bertentangan dengan kebenaran.

Leviathan mengajukan diri menjadi salah satu ujung tombak. Grand Admiral Angkatan Laut Devildom kembali mengangkat trisulanya. Dia tidak terlalu peduli dengan para malaikat agung. Dia ingin memberikan kedamaian pada kekasih malaikatnya. Jika bisa, Leviathan ingin lekas melihat Arciel lagi.

Pertempuran kian sengit. Bala bantuan Devildom berusaha menahan petinggi Celestial Realm sementara Gabriel bertarung dengan Michael. Grand Admiral Leviathan berhasil menghabisi jenderal terakhir, tetapi kondisinya pun sangat buruk. Ia bisa merasakan kematian mendekat. Leviathan ambruk.

Entah berapa waktu berselang, dia mendengarkan gempita sorakan revolusi. Leviathan kini bisa menutup mata dalam damai.

Aku ingin melihatmu lagi, tapi setidaknya aku bisa memberimu kedamaian, batinnya.

Lotan, kontrak kita memang akan berakhir bersama kematianku, tapi sebagai teman ... maukah kau kelak menyampaikan pada Arciel jika—

Tidak mau. Sampaikan sendiri. Kontrak kita tidak sedangkal itu, Grand Admiral Bodoh. Lotan memotong kata-kata terakhir Leviathan lewat telepati.

Gelap. Leviathan merasa jiwanya ditarik dan dikuliti. Ia melihat cahaya. Ia sadar ia sudah mati dan harus menuju cahaya itu. Yang tidak ia mengerti, ke mana demon akan dibawa.

“Leviathan!”

Suara ini .... Leviathan berlari ke arah sebaliknya. Meski mungkin hanya tipuan, dia ingin mendengarnya lagi ... dia ingin melihatnya lagi.

“Hei, sudah lama sekali, ya.”

Perempuan malaikat itu menunggunya. Leviathan menghambur memeluk Arciel. Ia tidak mengerti kenapa Arciel bisa berada di sini, tetapi ia tahu sosok di depannya memang Arciel. Leviathan bisa merasakannya.

Pelukan mengerat. Air mata mereka membanjir. Mereka saling memanggil meski sudah dipertemukan, seolah sedang menebus rindu.

“Gabriel memberiku hadiah.” Arciel menunjukkan tiket yang ia keluarkan dari sakunya. “Aku bisa datang ke sini karena ini.”

“Apa kamu datang untuk menjemputku?” tanya Leviathan retoris. Tangan mereka masih bertautan.

“Levi, kamu akan berubah menjadi malaikat, tapi kamu belum harus mengemban takdir malaikat karena belum melewati cahaya itu,” jelas Arciel.

Leviathan tidak suka menjadi malaikat, tetapi kini Arciel adalah malaikat. Ia rasa ia bisa tahan selama mereka dapat bersama. Namun, sangat berat meninggalkan anak dan saudara-saudaranya.

“Sepertinya tidak ada pilihan lain. Namun, kalau bersamamu, aku merasa aku akan baik-baik saja, Arci.”

Arciel menggeleng lalu menatap Leviathan serius. “Bagaimana kalau kita bisa jatuh ke Devildom? Aku bosan menjadi malaikat.”

Itu adalah tujuan utama Arciel. Dia bekerja keras sejak terlahir kembali menjadi malaikat sampai bisa dianggap rekan oleh Gabriel. Dia bersusah payah mengumpulkan informasi tentang Michael. Semua demi izin untuk jatuh. Arciel bukan malaikat agung seperti Lucifer ataupun malaikat tinggi seperti Mammon dan saudara-saudaranya. Tanpa perlindungan malaikat selevel Gabriel, Arciel mungkin takkan bisa jatuh dengan selamat dan waras. Dia tidak mau mati konyol atau berubah menjadi iblis rendahan yang tidak punya akal.

Awalnya Arciel tidak ingin melibatkan Leviathan, tetapi Leviathan datang ke Celestial Realm. Gabriel memberitahu Arciel, semua mantan malaikat akan kembali menjadi malaikat ketika mereka meninggal. Kematian akan membersihkan noda-noda mereka hingga tersucikan. Arciel yang paham Leviathan tidak ingin menjadi malaikat akhirnya memikirkan solusi lain.

Leviathan mengangguk yakin setelah mendengar pemaparan Arciel. Mereka bisa menjadi makhluk yang sama dan melanjutkan kembali takdir bersama-sama.

Mereka berpelukan lagi. Leviathan membungkuk untuk mencium Arciel sekilas, lalu mempererat pelukannya.

Dalam gerakan kompak, tangan mereka merobek tiket emas. Mereka tiba-tiba jatuh dari langit yang sangat tinggi.

Takut? Pasti. Namun, mereka siap. Pelukan itu tidak pernah terlepas. Leviathan melindungi Arciel yang mungil dalam pelukannya. Arciel melingkarkan sayap untuk melindungi Leviathan semampunya.

Sakit? Pasti. Namun mereka bersama memilih jalan sendiri.

Ketika Barbatos mendatangi lokasi jatuhnya objek beraura familiar di Devildom nanti, dia akan menemukan sepasang kekasih tak sadarkan diri. Dua orang yang ia kenal berpelukan dalam kondisi penuh luka. Raut wajah mereka amat damai. Dan, saat mereka membuka mata ... Barbatos dapat melihat cinta.

Kisah Avatar Iri Hati dan kekasih manusianya membuat banyak makhluk iri. Mereka ingin mengalami perasaan yang sama:

Cinta yang teruji beragam pembeda.

Cinta yang tidak terhapus waktu.

Cinta yang senantiasa bertambah walau tidak bisa bertemu.

Cinta yang melampaui batas hidup dan mati.

”.... Karena mencintaimu adalah keabadian.”

—end

author: leviaphile language: Bahasa Indonesia fandom: Obey Me pairing: platonik Lucifer x Arciel (MC), slight romantik Leviathan x Arciel (MC)


Tentang kehilangan, yang bukan sebuah kekalahan. Tentang kehancuran, yang takkan bisa memusnahkan


Arciel sedang menggambar Zero si Mystic Hacker ketika Lucifer datang ke kamar. Raut wajah si Sulung agak muram—dapat dilihat dari kerutan di dahi dan bibir yang melengkung ke bawah.

Normalnya, Arciel akan menegur, “Lucifer, ketuk pintu dulu.” tetapi kali ini ia langsung bertanya, “Ada apa, Lucifer?”

“Aku dan Diavolo baru merapikan berkas pelajar-pelajar lama. Ketika membaca ulang berkas pelajarmu, aku baru sadar ... Ayahmu menghilang dan kembali sebagai tulang belulang yang disinyalir penuh bekas penyiksaan. Aku turut berduka cita. Dan ibumu—”

Lucifer berhenti melihat Arciel memucat. Sejenak, bahu Arciel menegang. Tiba-tiba diajak mengobrol tentang masa terkelam tidak pernah menyenangkan. Dia mengeratkan pegangan ke pensil, tidak tahu harus mengatakan apa.

“Mengira seseorang telah meninggal dan tidak tahu apa seseorang masih hidup mungkin sama sakitnya,” lanjut Lucifer.

Arciel menarik napas. Dia harus tetap tenang. Dia bukan satu-satunya yang menderita di sini. Kehilangan Lilith mungkin lebih menyakitkan bagi para demon kesayangannya, terlebih lagi kisah tersebut terjadi ribuan tahun lalu. Dan untuk Lucifer, memegang rahasia menimbulkan luka tersendiri.

Arciel tidak tahu kenapa Lucifer datang sekarang, membahas mereka yang telah hilang dari kehidupan ... tetapi kekal dalam hati.

“Sesuatu yang hilang pasti menimbulkan kerinduan. Ketika itu tidak terpenuhi, akan menjelma menjadi rasa sakit,” jawab Arciel, mencoba tenang.

Sebenarnya, ada apa denganmu, Lucifer? Arciel menahan pertanyaan tersebut di pangkal lidahnya.

“Apa kamu ingin melihat orang-orang yang berperang sekaligus berdamai dengan kehilangan?” tawar perempuan itu tiba-tiba.

Lucifer mengangguk gamang. Meski Arciel tidak mengerti kegalauan apa yang tengah dirasakan Lucifer, dia ingin sedikit membantu. Arciel bangkit dari kursi, menghubungi Leviathan via DDD bahwa kencan mereka harus ditunda sehari.


Lucifer memandang punggung Arciel yang berlari di depannya karena antusias. Setelan hitam amat kontras dengan rambut putih yang berkilau terkena sinar matahari. Baginya, Arciel mungil, ia bahkan tidak yakin tingginya mencapai lima kaki. Namun, saat ini aura yang ia pancarkan terasa begitu kuat.

Arciel melambatkan larinya dan menoleh. Lucifer dengan cepat menyusul. “Kamu bersemangat sekali. Acara apa ini?” tanyanya.

“Lucifer, banyak orang Argentina mungkin lupa perjuangan para Ibu yang menagih kabar tentang nasib anaknya. Banyak orang Indonesia mungkin lupa siapa itu Widji Thukul dan Petrus Bima Anugrah. Meski kasusnya berbeda, mungkin juga mereka sudah asing dengan nama Munir dan Marsinah. Sebagian orang di negaraku ... mungkin lupa perjuangan Ayah hingga ajalnya. Bahkan, mereka masih menempelkan stigma penyihir jahat pada Ibuku.”

Penjelasan Arciel terhenti karena mereka sudah sampai ke lokasi kerumunan. Arciel mengambil payung hitam, menyerahkannya pada Lucifer. “Karena ramai, kita berbagi payung saja, ya, Kakak?”

Panggilan “Kakak” membuat Lucifer berdehem gugup. Biasanya cuma Satan yang Arciel panggil “Kakak”. Ternyata tidak buruk juga. Lucifer tidak mengatakan apapun, tetapi langsung membuka payung mereka.

“Tapi dari sebegitu banyak penduduk negara, pasti ada yang merawat ingatan ... khususnya mereka yang terkait atau terkasih. Mereka yang datang sekarang sedang menolak lupa. Dan, mereka yang pergi, menyalakan titik-titik api untuk melanjutkan bara ... sebab perjuangan belum selesai,” ucap Arciel dalam volume pelan.

Arciel mengucapkan hal itu juga untuk diri sendiri, karena para elemental agung memilihnya untuk membantu menyembuhkan luka alam. Terkadang Arciel harus bergelut dengan hasrat untuk membenci orang-orang yang menghancurkan hidupnya, Arciel tidak ingin dikuasai emosi demikian. Meski hanya setengah manusia, bukankah nurani harus selalu utuh?

Di depan Lucifer dan Arciel, orasi-orasi mulai dibacakan. Orang-orang mengingatkan lagi terhadap apa yang hilang, hutang yang belum negara bayar, dan solidaritas terhadap kasus-kasus lain seputar Hak Asasi Manusia. Mereka yang memahami rasa sakit umumnya takkan egois, tak ingin orang lain mengalami rasa sakit yang sama.

Semua mengecam impunitas. Semua mengajak agar manusia tetap menjadi manusia. ... Atau kalau boleh diralat, agar semua makhluk senantiasa menggunakan akal dan perasaan.

“Kehilangan tidak pernah mudah, Lucifer. Bahkan ada yang bersabar menunggu nasib keluarganya yang dihilangkan paksa mereka hingga tutup usia,” cerita Arciel lagi.

Dalam beberapa hal, Lucifer merasa lebih beruntung dibanding manusia malang yang diceritakan Arciel. Seperti yang dikatakan Arciel tadi, perjuangan belum selesai.

Dan, dalam beberapa hal lain, Lucifer mengagumi mereka. Siapa sangka para manusia bisa memiliki perasaan setegar dan seagung ini.

Awalnya Lucifer hanya ingin lebih mengenal calon adik ipar. Akan tetapi, kini nostalgia membanjiri ingatan. Meski kasusnya berbeda ..., Lilith juga menyalakan titik-titik api. Api yang awalnya menggerogoti, tapi kini bisa menyatu sejak semua saling bicara lalu mencoba memahami.

Lucifer mendongak menatap langit, diam-diam bersumpah atas nama pembangkangan dan kejatuhannya.

—bersama api dari Lilith yang takkan dipadamkan masa.

author: leviaphile language: Bahasa Indonesia fandom: Obey Me pairing: Leviathan x Arciel


Berawal dari cosplay, berakhir dengan percakapan panjang. / “Selama itu kamu ....”


Merayakan pacaran ke-sekian ratus hari terdengar seperti agenda normie, tetapi kali ini Leviathan yang berinisiatif. Dia sering melihat Arciel berkomentar positif di unggahan devilgram teman-teman dunia mayanya. Barangkali diam-diam Arciel juga menginginkannya, tetapi tidak ingin membuat Leviathan terbebani.

Setelah bertanya di forum online, Leviathan mencoba memikirkan cara merayakan-hari-normie-secara-tidak-normie. Cosplay bersama merupakan hal terbaik yang bisa Leviathan pikirkan.

Dia membuatkan kostum untuk mereka dengan sepenuh hati. Leviathan mencarikan karakter yang cocok dengan Arciel, dan dia akan menjadi sahabatnya. Mereka tetap bersahabat, meski memiliki hubungan asmara. Hal tersebut tidak bisa diganggu gugat.

“Selesai!” Arciel memasangkan jepit ke rambut Leviathan, lalu mengagumi penampilan pacarnya. “Levi manis sekali.”

“T-terima kasih. Arci juga ....” Leviathan bingung mencari kata yang tepat untuk memuji Arciel. Cantik? Indah? Manis? Imut? Leviathan menginginkan kata yang melampaui semua itu, tapi apa? Rona merah menjalar di pipi Leviathan saat mata warna-warni Arciel menatapnya ingin tahu. “Tandukmu miring. Sebentar, kurapikan.”

Sebenarnya tanduk Arciel tidak miring, Leviathan hanya ingin mengalihkan topik. Dia berpura-pura merapikan aksesori rambut Arciel. Akan tetapi, posisi ini justru membuat jarak mereka lebih dekat.

“Terima kasih, Levi.” Arciel sedikit memalingkan tatapan karena gugup. Dia lantas berlari kecil ke depan cermin.

Mereka memperhatikan pantulan diri yang tengah memerankan tokoh game. Leviathan mengerutkan dahi. Dia merasa penampilannya aneh.

“Lenganku terlalu besar,” komentar Leviathan. Badan Leviathan termasuk kekar untuk ukuran laki-laki, sedangkan tokoh yang dia perankan adalah perempuan.

“Tidak apa-apa. Levi cantik,” puji Arciel, sedikit melambungkan hati Leviathan.

“Tetap saja aneh. Sepertinya tokoh ini tidak cocok untukku.”

Arciel menggelengkan kepala. Dia tidak pernah paham mengapa Leviathan selalu memandang rendah diri sendiri, padahal memiliki banyak kelebihan. Malah, Arciel merasa Leviathan terlalu bagus untuknya. Sekarang pun, di depan cermin selisih tinggi badan mereka terlalu jauh untuk melakukan pose-pose dalam cerita canon.

“Berarti aku juga tidak cocok. Aku kurang tinggi dan dadaku terlalu rata,” timpal Arciel, memancing Leviathan untuk lekas membelanya.

“Tapi Arci cocok sekali. Di mataku, Arci selalu menjadi yang terbaik apapun penampilannya.” Nyaring, Leviathan menyuarakan isi kepalanya.

“Aku merasakan hal yang sama. Aku suka Leviathan. Semua tentang Levi. Semua sisi Levi.” Arciel sudah sangat malu sekarang. Meski begitu, jika Leviathan belum memiliki keberanian untuk mengatakan, dia tidak keberatan mengungkapkannya lebih dulu. Dia siap menepis pemikiran negatif jika itu bisa menguatkan Leviathan. “Buatku, yang terpenting adalah bersama Levi. Ayo kita bersenang-senang hari ini.”

Leviathan tahu Arciel berjuang keras untuk bisa mengatakannya. Dia menatap lekat bayangan Arciel di cermin, belum yakin sanggup menatapnya langsung. Mentalnya masih dalam proses pengisian.

“Hei, Arci, seandainya aku perempuan pun, aku akan tetap j-jatuh cinta padamu. Bagaimanapun diriku dan dirimu, aku akan selalu memilihmu.”

Leviathan memainkan ujung kunciran rambutnya—lebih tepatnya hair extensions. Dia menoleh ke Arciel. Apapun gender, ras, orientasi, agama, dan yang lain ... selama itu Arciel, Leviathan akan mengeliminasi semua pilihan selain jatuh cinta. “Karena aku seorang Arciromantic—Arcisexual.”

Kerlingan Leviathan membuat lutut Arciel lemas. Umpan balik Leviathan berbahaya bagi jantung. Efek samping lainnya adalah Arciel merasa seperti akan meleleh. “B-berarti kita cocok. Aku Leviromantic—Levisexual,” ucap Arciel, tidak mau malu sendiri.

“Pastinya.” Leviathan bergegas mengambil tripod. “Ayo kita ambil beberapa foto selagi kita masih rapi. Setelah itu ...,” Leviathan melirik ke tempat tidur, atau sesuatu di arah sana? “Uhm ... tidak apa-apa kan kalau kostumnya rusak? Aku bisa membuatkan yang sama lain kali.”

Tinggal menghitung mundur hingga perayaan non-normie Leviathan dan Arciel akan berakhir dengan kegiatan normie.

—end

author: leviaphile language: Bahasa Indonesia fandom: Obey Me pairing: Belphegor x Aki (MC) note: birthday fic buat aki >~<


Belphegor bukan pendongeng yang baik, tetapi Aki selalu bisa tertidur saat mendengarkannya.


Belphegor masih membersihkan kotoran di sudut matanya saat Aki mengetuk pintu Attic. Pesan-pesan beruntun Aki membuatnya terbangun beberapa saat lalu. Aki berkata dia tidak bisa tidur dan bertanya Belphegor di mana. Baru saja dia membalas kalau berada di Attic, Aki lekas sampai ke sini.

Sambil memeluk bantal bermotif bulu sapi favoritnya, Belphegor membukakan pintu. Muka Aki tampak kusut. Mata Aki memerah dan rambutnya semakin acak-acakan. Dari pengamatan sekilas, Belphegor mengerti Aki mencoba tidur tetapi gagal.

“Aku tidak bisa tidur,” tukas Aki, sambil naik ke tempat tidur mendahului Belphegor.

“Sudah membuat minuman hangat atau membaca sesuatu?” tanya Belphegor, memperhatikan sekeliling ruangan, barangkali ada makanan yang bisa ia tawarkan.

Aki mengangguk cepat. “Sudah. Mataku jadi lelah, tapi tidak bisa tidur,” keluhnya lagi.

Menghela napas, Belphegor menyusul Aki ke tempat tidur. Ini bukan pertama kali Aki mendatanginya saat susah tidur. Menurut Aki, berdekatan dengan Belphegor bisa membuatnya mengantuk. Entah apa karena Belphegor adalah Avatar of Sloth atau faktor personal lain.

“Mau mengobrol sesuatu?” tanya Belphegor. Nyawanya belum terkumpul karena bangun tidur.

“Um ... Belph, ada huruf yang kedinginan. Huruf apakah itu?” Ketika Aki melontarkan tebak-tebakan, di sanalah kecerdasan Belphegor teruji. Candaan Aki terkadang sulit dinalar.

“K? Karena Kelvin? Nol derajat Kelvin sangat dingin?” tebak Belphegor. Aki menggerakkan telunjuknya, pertanda jawaban Belphegor salah.

“Bukan. Huruf B. Karena berada di tengah-tengah AC. Hahaha.”

Kan, jawabannya di luar dugaan. Selera humor Aki lebih tua dari usianya. Caranya melawak juga tampak lucu. Belphegor tertawa sambil mengetuk dahi Aki.

“Sekarang ayo tidur,” ujar Belphegor. “Aku punya sebuah dongeng.”

“Dongeng apa?” sambar Aki.

“Cerita tentang seekor domba yang tersesat.”

Alkisah ada seekor domba yang tersesat di hutan gelap. Hutan tersebut sangat gelap karena jarang menerima cahaya matahari. Domba tersebut memiliki empat tanduk, dua tanduk domba, dan dua bulu yang mengeras di sisi kepala.

Domba tidak menemukan jalan pulang, sehingga dia harus hidup bersama penghuni hutan. Lalu, diam-diam domba bertemu dengan seekor sapi dari gua.

Domba membantu sapi keluar dari gua, tetapi sapi membalasnya dengan injakan di leher. Anehnya, domba tidak mati. Domba mendapatkan kekuatan ajaib dari penunggu hutan.

Pengkhianatan sapi membuat domba marah. Kemudian, sapi merasa bersalah. Tidak seharusnya sapi membalas kebaikan dengan keburukan.

Mereka tidak bisa saling menjauh karena hidup di hutan yang sama. Butuh sedikit waktu lebih agar mereka berbaikan.

Dengkuran halus Aki membuat Belphegor mempercepat dongengnya. Dia langsung sampai ke kalimat terakhir, “Akhirnya, domba dan sapi hidup bahagia selamanya.”

Cerita berakhir dengan kalimat klasik khas buku dongeng. Kemudian, Belphegor berhenti beberapa saat. Bercerita membuat tenggorokannya kering. Kendati begitu, dia puas bisa membuat Aki yang insomnia tertidur pulas seperti bayi.

Belphegor menyentuh ujung sebelah tanduk Aki, “Domba bisa tidur di sebelah sapi dengan rasa aman, dan sapi terus memandanginya sampai ikut tertidur karena merasa nyaman,” imbuhnya.

“Selamat tidur, dombaku.”

—end

author: leviaphile language: Bahasa Indonesia fandom: Aoppella pairing: Maito Coresawa x Kirika Arashiyama (OCsona) note: Ini fic raffle untuk @jerukabang hehehe


Maito ingin berbagi pemandangan ini dengan Kirika. Tidak kurang, dan mungkin lebih.


Sabtu malam. Waktu yang dinanti oleh muda-mudi kasmaran. Mereka berjalan-jalan ke tempat yang bisa menyegarkan pikiran, menyantap hidangan, atau aktivitas lain seperti menonton film. Semua akan terasa lebih menyenangkan jika dilakukan bersama pasangan.

Maito dan Kirika merupakan salah satu dari sekian banyak pasangan yang berkencan malam ini. Beberapa foto di galeri mereka adalah buktinya. Namun, ada sesuatu yang berbeda. Usai makan malam, mereka tidak mampir ke toko kue langganan untuk membeli oleh-oleh.

“Kita langsung pulang?” tanya Kirika, ketika Maito berjalan lebih dulu ke arah lain.

“Belum. Aku ingin mengunjungi suatu tempat.”

Maito menoleh ke belakang, Kirika menatapnya penuh selidik. Mata biru Maito berkilat penuh semangat, sulit untuk ditolak. Meski tentunya Kirika berusaha menyembunyikan perasaan. Tempat apapun itu pasti menarik bagi Maito.

“Terserah. Aku cuma ingin mencari toko kue di arah sini,” tukas Kirika, berhasil menjaga ekspresi dan intonasi kata-kata.

Merasa menang, Maito bersiul-siul, sedangkan Kirika menahan penasaran.


Kirika mulai lelah. Harus seberapa jauh lagi untuk sampai? Jangan bilang Maito hanya mengerjainya.

“Sudah dekat. Tutup matamu,” ujar Maito.

“Kenapa harus ditutup?”

“Supaya seru.”

Kirika melirik jam di ponsel. Sudah semakin malam. Dia tidak ingin membuang waktu. Kirika menarik ujung lengan hoodie putih Maito, lalu memejamkan matanya. “Cepat.”

“Kubantu. Supaya kamu tidak tersandung.” Maito menggandeng Kirika. Meski jantung Kirika berdebar kencang, pikirannya lebih sibuk menebak-nebak.

Kira-kira Maito-kun akan membawaku ke mana? Tidak ada festival. Tidak ada suasana sesak dan berisik kerumunan. Tempat wisata apa yang berada di sekitar sini dan masih buka?

“Kamu bisa membuka mata.”

Pemandangan pertama yang dilihat Kirika adalah warna keunguan yang bergoyang lembut diterpa angin. Juntaian bunga wisteria. Bunga yang melambangkan keabadian dan dikenal bisa hidup lebih dari seratua tahun.

Kirika terpukau. Ini cukup mengejutkan karena belum ada berita viral bahwa wisteria di sini sedang berbunga.

“Baru mekar tadi pagi, tapi katanya tempat ini lebih indah dikunjungi saat malam. A-aku ingin memastikan rumor,” jelas Maito lagi.

Kirika masih memanjakan mata. Dia sempat melihat ke sekitar. Ada beberapa orang selain mereka, tetapi saat pandangannya menangkap sosok Maito dan wisteria, orang-orang itu seolah memburam.

Entah sadar atau tidak kalau tangan mereka masih bergandengan, Kirika mengajak Maito menuju salah satu titik di mana wisteria membentuk semacam terowongan. Bagian atas dan samping diselubungi oleh wisteria. Walau panjangnya hanya beberapa langkah, tetapi terasa seperti memasuki dunia yang berbeda. Dan, waktu melambat mengikuti teori relativitas.

Mereka seolah singgah di dunia lain. Berdua.

Selangkah lagi untuk keluar, Kirika menoleh pada Maito. Dia tersenyum. Senyuman langka yang membuat Maito salah tingkah sekaligus merasa bangga karena menjadi alasan Kirika tersenyum. Sejak awal, Maito ingin menunjukkan pemandangan ini pada Kirika. Ternyata, Kirika menanggapinya lebih hangat dari yang Maito sangka.

“Terima kasih, Maito-kun. Tempat yang sangat bagus,” ucap Kirika.

“Sama-sama. Senyummu lebih indah dari wisteria,” puji Maito spontan.

Kirika mendongak menatap langit untuk mengalihkan diri dari rasa malu. Maito turut melihat ke angkasa. Bintang-bintang tidak banyak terlihat karena tertutup awan, tetapi bulan purnama megah keperakan ... sementara wisteria masih memayungi mereka.

Perut Kirika tiba-tiba berbunyi, membuat Maito batuk untuk menyamarkan tawa. “Bagaimana kalau besok kita membeli kue lalu memakannya di sini?” tawarnya.

“Besok? Sekarang kita makan kue, besok kita ke sini lagi,” ralat Kirika.

Kemudian, Kirika baru sadar dia masih bergandengan dengan Maito. Dia melepaskan gandengan tangan mereka secara natural, sebelum mengajak Maito mencari kue.

Keberadaan pengunjung lain memang kabur, tetapi wisteria adalah saksi nyata. Ketika Kirika melirik Maito dari ujung mata. Ketika Maito tersenyum tanpa diketahui Kirika.

Wisteria menyaksikan semuanya.

—end

author: Leviaphile language: Bahasa Indonesia fandom: Obey Me pairing: Leviathan x Arciel (MC) warning: NSFW untuk tema sedikit berat, kata-kata jorok, unsur ketelanjangan, suicide, dan selfharm


Semua orang memiliki bekas luka. Sebagian bekas luka masih sakit.


Tidak perlu menjadi demon pembaca pikiran untuk mengetahui Arciel sedang tidak baik-baik saja. Leviathan tahu, tetapi dia belum berani bertindak karena bingung harus bagaimana. Dia hanya mengikuti alur kekasihnya yang masih tertawa, bersikap tenang, dan beraktivitas normal.

Leviathan membuka hingga 38 tabs internet demi mencari petunjuk cara menjadi lelaki yang bisa diandalkan. Semua tampak seperti retorika belaka. Sisi inferior demon berwujud sea serpent tersebut tergugah; Jangan-jangan dia pacar yang tidak berguna dan cuma menambah masalah.

“Pray, impart unto me the knowledge on how to fill this abyss.”

Suara yang sangat Leviathan kenal terdengar di luar pintu. Itu adalah password baru kamarnya, kutipan Lord of Shadow dari Tales of Seven Lords. Secara otomatis pintu terbuka, menampakkan sumber keresahan si Demon Ketiga dari Tujuh Bersaudara. Leviathan bergegas menghampiri Arciel.

Rambut putih yang biasanya ikal mengembang kini basah dan kuyu. Poninya nyaris menutupi mata, selain efek basah mungkin Arciel belum sempat memotongnya. Tanpa mengatakan basa-basi, Arciel memeluk Leviathan. Bagian bahu dan lengan kaosnya basah. Kulitnya dingin. Leviathan bertanya-tanya dalam hati, apa Arciel berlama-lama di kamar mandi?

“A-Arci?” panggil Leviathan terbata. Dia balas merengkuh tubuh mungil yang tenggelam dalam pelukannya.

Arciel mendongak, mata warna-warninya mengintip pedih di celah-celah poni. Bibirnya pucat, gemetar mengatakan kalimat kotor yang kali ini tak mampu membakar hasrat Levi. “I want you to rail me. Fuck me until I forgot everything but screaming your name.”

Leviathan menggeleng. Kesedihan terpancar sejelas ini. Nada putus asa itu menusuk jantungnya. Dia memang demon, tapi dia tak ingin mengambil keuntungan dari rasa sakit seseorang.

“Kamu sedang tidak memerlukan hal itu, Arc.” Leviathan menyibak poni basah Arciel ke atas, lalu merendahkan badan untuk mendaratkan sebuah kecupan di dahinya. “Biar kukeringkan rambutmu. Kamu bisa pinjam bajuku dulu. Sebentar, kuambilkan hair dryer.”

Jika berpikir logis, Arciel tentu bisa mengeringkan diri sendiri dengan kekuatan elemennya. Namun, Leviathan tahu saat ini kekasihnya sedang kalut.

Siapa yang berani membuat Arci bersedih? batin Leviathan marah, sebelum dia tersadar ... luka-luka terparah Arciel berasal dari masa lalu. Leviathan tidak bisa memberi pelajaran pada orang-orang yang tidak ia ketahui.

Kenangan buruk menjadi hantu dalam hati. Bergentayangan dan menyerang saat seseorang melemah, atau merasa sepi, atau berhenti mendistraksi diri, atau lelah berlari.

Leviathan mengerti.


Leviathan menggigit lidah tepat sebelum ia berteriak gugup bercampur malu melihat Arciel duduk telanjang di tempat tidur dan mendekap bantal Azuki-tan. Ia nyaris menjatuhkan hair dryer gara-gara itu. Meski tidak bisa mengendalikan warna wajahnya, ia bisa menjaga tindakannya. Leviahan membungkus Arciel dengan selimut Ruri-chan.

“N-nanti kamu masuk angin,” ucapnya. Arciel menoleh sebentar, mengangguk, dan mengucapkan terima kasih dengan pelan. “Rambutmu kukeringkan dulu, ya?” Kelanjutan pertanyaan Leviathan hanya dijawab dengan anggukan.

“Sudah. Arci mau kubuatkan cokelat panas? Atau jus buah kesukaanmu?” tanyanya lagi, Arciel menggeleng.

“Kalau kamu mau bercerita, aku di sini. Kalau tidak pun, jangan dipaksa. Aku selalu di sini.” Leviathan mendekap Arciel dari belakang. Gerakannya begitu pelan, seolah takut melukai Arciel.

“Lukaku sakit.” Satu kalimat itu membuat Leviathan membalik badan Arciel dan memeriksa tangannya. Leviathan takut Arciel melukai dirinya secara harfiah, beruntung tidak ada luka atau bekas luka baru.

“Hanya kiasan kok. Maaf membuatmu cemas, Lev.” Arciel mengusap pipinya. Dia memaksakan seulas senyum.

Arciel tahu dia sedang bertingkah konyol, tetapi sulit sekali menepis beban di hatinya. Tragedi-tragedi lama membayang di pelupuk mata.

Ketika ibunya dibakar hidup-hidup oleh massa karena dituduh menjadi penyihir jahat karena bisa memulihkan sungai tercemar. Padahal ibunya adalah anak angkat para elemental, entitas terdekat sang Ibu Alam, yang diminta menolong manusia.

Jua ketika ayahnya, seorang pengacara publik, dihilangkan paksa oleh kaki tangan oligark kotor karena aktif membela rakyat dan menyuarakan kebenaran. Arciel masih seusia siswa sekolah menengah saat ayahnya berjanji akan pulang cepat, tetapi ternyata tidak pernah pulang. Setidaknya sampai beberapa tahun kemudian, dalam bentuk belulang. Sahabat yang sudah seperti saudaranya sendiri, Noir, ikut menghilang dalam sebuah demonstrasi.

Arciel merasa sendirian, sampai di taraf ingin meninggalkan dunia. Bahkan keinginan itu terlalu muluk untuk dikabulkan. Kekuatan terpendamnya terbangkitkan. Tiba-tiba dia memiliki wujud lain yang bersayap. Ketika Arciel membuka mata kembali, dia sudah berwujud manusia, tetapi di tempat yang sangat asing. Devildom.

Arciel mencoba memulai hidup baru. Dia menemukan kebahagiaan-kebahagiaan kecil. Meski ada saat di mana trauma menghantuinya, seperti sekarang. Terkadang Arciel bertanya-tanya, bolehkah dia berbahagia?

“Jangan meminta maaf!”

Leviathan meraih tangan kiri Arciel, mencium bekas luka sayatan di pergelangan tangannya. Luka yang hampir membunuh Arciel seandainya dia bukan keturunan pilihan para elemental. Bekas luka yang membuat Leviathan berjanji pada diri sendiri untuk terus menjaga seseorang yang sangat dia cintai. Dia tidak ingin hal buruk terjadi. Dia tidak mau bekas luka itu bertambah.

Rona mulai kembali ke wajah pucat Arciel. Kehangatan Levi merasuk ke jiwanya, bahkan mencapai waktu-waktu yang hilang. Dia menggigit bibir, berdebat dengan diri sendiri mengapa datang ke kamar Leviathan .... Mengapa dia ingin bercerita, tapi sekaligus enggan melakukannya? Mengapa melihat Leviathan memberinya kekuatan bahwa semua akan baik-baik saja, bahkan tanpa satu pun kata?

“Bolehkah aku melihat bekas lukamu?”

Arciel menanyakan itu sebagai gantinya. Leviathan membuka baju, terdapat beberapa bekas luka sisa perang dan jatuh. Arciel menelusurinya dengan jari dan mengecup bekas luka yang letaknya tertinggi, di sekitar selangka.

Jenderal perang malaikat yang hanya mengenal pertarungan tiba-tiba kehilangan keluarga. Jatuh ke tempat yang pernah dia lawan, menjadi ras yang pernah dia acungi senjata. Kehilangan alasan hidup, tetapi dikutuk untuk tetap hidup.

Arciel menangisi luka Leviathan, yang sedang membelai rambutnya penuh kasih, walau dengan tangan bergetar menahan kesedihan.

Mereka belum bertemu ketika semua itu terjadi, mereka hanya berbagi cerita. Mereka tahu mengapa luka-luka tersebut ada, tetapi mereka hanya bisa mencegah agar tak ada luka baru.

Kulit mereka bertemu dalam sebuah pelukan. Kehangatan tersalur. Air mata membanjir. Kata-kata meluncur lamat-lamat ibarat gerimis, sebagian bernostalgia, selebihnya berbagi momen yang baru terjadi.

Dua orang dengan bekas luka berbeda, baik yang kasat dan tidak oleh mata ... saling memeluk hingga pagi tiba.

—end

Aku untuk kamu. Kamu untuk aku. Namun semua apa mungkin ... iman kita yang berbeda?

Tuhan memang satu. Kita yang tak sama. Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi? (Marcel – Peri Cintaku)


Dua sejoli menghadiri pesta pernikahan teman mereka. Yang laki-laki berambut biru keunguan bernama Leviathan. Arciel, pasangannya masih kelihatan mungil meski memakai sepatu berhak tinggi.

“Kapan kalian menyusul?” tanya mempelai pria basa-basi saat Leviathan dan Arciel menyalami mereka. Mempelai wanita langsung menyikut suaminya.

“Doakan saja. Hehe,” jawab Arciel ramah, sedangkan Leviathan memaksakan seulas senyuman.

Usai foto bersama dengan mempelai dan beberapa teman kuliah, mereka lekas menyantap hidangan. Teman-teman lain masih berkumpul untuk mengobrol. Tampak di jari manis tangan kanan mereka mengenakan cincin yang sama. Akan tetapi, itu hanya cincin couple, bukan cincin pertunangan.

Cinta mereka tak direstui, khususnya oleh Ayah Leviathan. Meski mereka sama-sama sudah dewasa, pernikahan bukanlah hal yang bisa diputuskan sendiri.

“Lev, ayo kita cepat pulang. Kamu belum sholat, kan?” tanya Arciel, menyibakkan rambut putih ke belakang bahu. Kalungnya sedikit bersinar memantulkan cahaya lampu.

“Yuk. Di sini semakin ramai,” timpal Leviathan. Arciel mengangguk setuju.

“Oh iya, Arci, besok pagi boleh kuantar ke gereja, kan?” sambungnya. Jika diamati lebih jelas, yang melingkar di leher Arciel adalah kalung salib.

Leviathan sering mengantar dan menunggu di luar saat Arciel beribadah. Namun belakangan ini Arcallus, kakak Arciel, selalu mengajak Arciel berangkat bersama.

“Uhm ... ayo, tapi datanglah lebih pagi. Kita berangkat saat Kakak masih mandi,” jawab Arciel.


“Levi, ada anak teman Ayah yang lulusan pondok pesantren ternama. Apa kamu mau mengajukan taaruf?”

Ayah selalu menyuruhnya mencari perempuan lain. “Maaf, Ayah. Saya sudah punya Arciel.”

“Apa dia mau menjadi mualaf?” tanya Ayahnya lagi.

“Tidak, tapi—”

“Tidak ada tapi-tapian, Levi. Kalian harus cepat putus. Masing-masing dari kalian harus mencari yang serius! Kepala Ayah sampai pusing memikirkanmu. Kenapa kamu tidak bisa seperti kakakmu, Lucifer?”

Leviathan kembali ke kamar dengan hati dongkol. Apa yang salah dengan jatuh cinta? Allah menciptakan perbedaan supaya kita saling mengenal dan mengasihi. Kenapa semua cinta beda agama harus digiring pada narasi ujian atau pengorbanan? Dia menyibakkan poninya ke atas lalu ber-istighfar. Jeda beberapa saat sebelum Leviathan berbisik, “Yaa Allah, hamba sungguh mencintainya.”


Sejak hari itu, semakin jelas upaya kedua keluarga bersekongkol memisahkan Leviathan dan Arciel. Mulai dari mengenalkan deretan nama, menawarkan melanjutkan kuliah di luar negeri, menjanjikan pekerjaan di luar daerah, sampai terang-terangan menyuruh mereka putus. Kedua keluarga sama-sama memiliki kekuasaan yang cukup tinggi, apalagi Ayah Leviathan.

Leviathan dan Arciel lelah dengan pacaran rasa buronan. Mereka sampai sepakat untuk kabur ke luar negeri. Percuma, di sini tidak ada yang mau mengerti mereka. Mereka ingin pindah ke luar negeri, menggunakan tabungan untuk merintis usaha dan menyewa rumah kecil-kecilan. Katanya, di luar negeri proses pernikahan akan dipermudah.

Sayangnya, mereka ketahuan di tempat perjanjian sebelum ke bandara. Adegan yang pernah mereka baca di novel ternyata sangat perih ketika dialami langsung. Beberapa orang suruhan keluarga mereka menyeret mereka untuk saling menjauh. Leviathan dan Arciel melawan sekuat tenaga, tetapi mereka tidak bisa mengalahkan tenaga profesional. Kemudian para Ayah datang memarahi dan mengancam mereka.

Baik Leviathan dan Arciel tahu keseriusan para ayah saat berkata akan membatasi pergerakan mereka. Keduanya paham sebesar apa kekuasaan orang tua mereka. Kalau mereka berkata takkan membiarkan Leviathan dan Arciel bertemu lagi, bahkan untuk sekadar bertukar salam, maka itulah yang akan terjadi.

Leviathan tertunduk menyesal. Dia adalah orang yang mengusulkan ide kawin lari pada Arciel. Sekarang, mereka sungguh tidak akan bisa bertemu lagi.

“LEVIATHAN, KAMU HARUS BAHAGIA!” Teriakan Arciel membuat Leviathan menoleh, meski dua orang memegangi lengannya. Sementara itu, Arciel dipanggul oleh ayahnya ke arah berlawanan. Tangan Arciel meronta memukuli punggung ayahnya.

“LANJUTKAN HIDUPMU, ARCIEL!” Hanya itu yang bisa dia balas. Dia tidak sanggup melihat Arciel menangis. Leviathan merasa tidak berguna karena tidak bisa menghapus air mata itu. Hingga pipi yang basah menyadarkan Leviathan kalau dirinya sendiri juga tengah menangis.

Dua kata terakhir hanya bisa mereka teriakkan melalui tatapan mata dan gerak bibir: Aku mencintaimu.

Kendati tidak rela, kisah mereka harus berakhir.


Puluhan tahun berlalu dalam kedipan mata. Leviathan kini tinggal di sebuah panti jompo. Dia tidak pernah menikah dan tidak ingin menumpang tinggal di rumah keponakan-keponakannya. Perkembangan teknologi membuat Leviathan kerap berandai-andai, bagaimana cara mencari tahu kabar Arciel.

Mungkin saat ini Arciel sedang bermain dengan cucu-cucunya yang menggemaskan, batin Leviathan.

Tidak sedikitpun dia melupakan mantan kekasihnya—yang harus kandas karena dunia tidak mengizinkan mereka bersama. Leviathan beberapa kali mencoba berpindah hati, dia tidak pernah berhasil. Kemudian, Leviathan memilih untuk tetap setia, meski mungkin Arciel telah memulai kisah baru tanpanya.

Sebuah mobil berhenti di tempat parkir. Seorang pria berambut putih mengantar wanita tua. Leviathan mengucek mata lalu memasang kacamata yang dia ambil dari saku. Mata pelangi wanita itu masih berbinar indah, mengembalikan Leviathan puluhan tahun ke belakang. Ketika mereka bertatapan mata, Arciel tersenyum.

Sementara pria yang mengantar Arciel mengurus administrasi, Leviathan menghampiri manusia yang paling dia rindukan. Arciel cukup sehat dan masih cantik—selalu paling cantik di mata Leviathan.

“Arci, sudah lama, ya.” Leviathan membuka percakapan. Suaranya bergetar menahan haru.

“Iya. Aku senang kita bertemu di sini, Levi,” ucap Arciel.

“Anakmu ... tampan,” puji Leviathan. Dia sudah terlalu tua untuk bersikap cemburu. Bisa bertemu lagi saja merupakan keajaiban.

Arciel tampak kaget beberapa detik. “Terima kasih. Itu anak bungsu Kakak. Aku ... tidak menikah.”

Ganti Leviathan yang kaget. “O-oh, begitu.”

“Santai saja. Selama ini aku bahagia dan kuat kok hidup sendiri. Ngomong-ngomong, apa istrimu di sini juga?” tanya Arciel, memperluas topik.

Leviathan menggeleng. “Aku juga ... tidak menikah.”

Tidak ada satupun dari mereka yang menikah. Meski terpisah begitu lama tanpa pernah sekalipun bertukar kata. Mereka sudah pasrah dan pesimis takkan bisa bersatu, tetapi mereka memilih bertahan mencintai seorang diri. Merindukan dalam sunyi.

Takdir berbaik hati menghadiahkan pertemuan kembali, walau mereka merasa terlalu tua untuk mengumbar kata romansa. Tanpa banyak nostalgia, mereka bisa saling mengerti.

Duduk bersisian, dua manusia renta dengan hati yang tidak pernah berubah.

Sampai sekarang pun, mereka masih mengenakan cincin yang sama.


“Jika Tuhan tidak mengizinkanku bersamamu, maka setidaknya ... aku yakin Dia akan membiarkanku mencintaimu. Seumur hidupku.”

—end

author: leviaphile language: English fandom: Obey Me (mention of Hypnosis Mic and Mystic Messenger) pairing: Leviathan x Arciel (MC), hints of Sasara x Akira (OC), and Jihyun x Tamy (MC) as cameo setting: Alternate Universe. merman!Leviathan x fairy!Arciel note: tmi I've posted mermaid x fairy oneshot long ago (on Wattpad, now I can't access that account. I created a new account but still empty.)


It's impossible for Leviathan to exchange his tail with legs. Arciel can't ignore her duty and cut her wings.

It's impossible, but— “So, when can I kiss you?”


Once upon a time, there lived an introverted merman who only befriended legendary sea monsters. Leviathan, a merman, grumbled at losing a bet with Lotan, his friend. He who never gets out of the water must be in direct sunlight for an hour.

Leviathan deliberately chose an uninhabited island. He was on the edge of the ground, his head on the surface of the water. His hands occasionally touched the moss and sand nearby. The scenery outside the water is very beautiful. The air is warmer. However, Leviathan's skin was not used to contact the sunlight. The scales on his neck itch.

Leviathan saw the shadow of something approaching. A fairy swooped down, landed on the surface of the water, then ran to land. Her innocent laugh sounded sweet to Leviathan's ears.

This was not the first time he had seen a girl. This was not the first time he had seen a fairy. However, this was the first time he had been captivated by a real person, then approached unconsciously.

The fairy noticed his presence. Even though she was surprised, she smiled softly at Leviathan. Her colorful eyes trapped his mind. Her white hair reminded Leviathan of foam waves.

“Hello, are you living underwater?” She asked politely. Leviathan got embarrassed.

“Y-yes, and you are living in Skytopia, right?”

Instead of went home, Leviathan sat on the ground. Some part of his tail was underwater. Arciel instantly averted her gaze. She knew merfolk doesn't wear many clothes, but she has never seen a man's body before. “Can you wear some clothes?”

“Next time?” Leviathan answered. His cheeks burn up realizing he said normie stuff. “I will show you my collection too. You ... you can be my friend!”

The fairy didn't say anything, only stared at him, making Leviathan flustered. This merman thought the conversation went worse, but his soldier instinct took control, “No, you have to! I don't accept any refuse!”

Arciel had finished her analysis of this situation. She reached out her hand. “My pleasure. I am Arciel, Mr. Merman.”


Leviathan visited the mainland more regularly, even outside of his promise with Arciel. This beach was visited by a pair of humans. Leviathan hastily hid under a large coral.

From a distance, he saw a male human whose eyes were often closed as if he was smiling. The female human who came with him looked like she was reprimanding him about something. Then, they look more relaxed. Leviathan continued to observe them.

He was envious of humans. Humans have legs. They live on land. They can run together hand in hand. They can dance while laughing happily. They can hug tightly. They can ... kiss.

Why don't I have legs? Why did Arciel have to have wings? How can we kiss?

Leviathan imagined him supine in the water very close to the surface. Arciel flew very close to the surface of the water, prone in the air. They almost touched. It just takes a little effort for their lips and hands—

Leviathan shook his head to clear his dirty thoughts. His face suddenly turned red. He quickly dived into his house, not wanting to peek at the humans anymore.


Arciel was in charge of spreading the magical powder that helps plants flower. She used magic to keep her from being seen by humans.

She explored the nearest village. Sometimes she was jealous of humans who seem so free to enjoy life. Since getting to know Leviathan, her jealousy has only increased. Wouldn't it be better if they were normal humans? Try lots of food, come to festivals, go to school, and more.

In Skytopia she could do all of the above, but there was no Leviathan. And, she can't stay in the water for too long.

However, Arciel understood that they were impossible to become humans. Arciel takes on the task of being a flower fairy—which was a very small population. Despite claiming to have no friends other than Arciel and Lotan, Leviathan had a high position in the military.

They can't be selfish. They haven't found a less selfish way.

While flying aimlessly, Arciel saw a mint-haired boy kissing a brown-haired girl. Near them was a half-finished painting of that woman.

“Lev....”

Arciel touched her own lips. Her face heated up to her ears. She quickly flew home, not wanting to peek at the humans any further.


Arciel's job this time feels super extra, because she has to strengthen the rest of the trees after the forest fire. A flower fairy job is not instant, and the job description is not just one. Arciel flew as fast as she could to see Leviathan.

She was very late. The sky was dark. Even so, Arciel hoped that Leviathan was still waiting for her.

From here, Arciel could see the dolphins jumping into the air for a few seconds. Then, she saw Leviathan imitating the action of that dolphin. Definitely, his jump was much higher, though still very low compared to Arciel who was flying down.

Leviathan's indigo hair moved in rhythm with his jump. Arciel could see water droplets glistening in the moonlight. His forehead skin is slightly exposed. Every time Leviathan's orange eyes looked at her, flowers bloomed in Arciel's heart.

Leviathan fell into the sea again. There was a thud and splash of water.

The merman couldn't describe how he feels. He wanted to be able to reach Arciel. In the end, it was just a dream. Their world is different. It might be true, that the light of the moon and stars enhances a sense of melancholy.

Leviathan jumped again. Even though he knew it was impossible, he did it anyway. Arciel was getting closer, but still unreachable. Suddenly Arciel plopped down onto Leviathan. Maybe she used magic to speed ... because before Leviathan descended from the peak, the fairy was already very close.

Leviathan caught her. Arciel hugged him. They fell into the sea together. The sound as they fell was louder but made their heart beat fast in a good way.

Nobody knew when and who started it, but as the water foam disappeared, Leviathan and Arciel were kissing passionately.

They are different, but they fall in love with each other. They love each other. It was ... that simple.

—end

author: leviaphile language: English fandom: Obey Me pairing: Leviathan x Arciel (MC) setting: Another Universe note: I recommend you to read this while listening to Evanescence – Hello


Has no one told you (s)he's not breathing? / If I smile and don't believe, soon I know I'll wake from this dream. Don't try to fix me I'm not broken. / Hello, I'm the lie ... living for you so you can hide. Don't cry. (Evanescence – Hello)


(I)

Leviathan's PoV:

“Levi, she's gone! Arci is dead long ago.”

I rushed to enter my room right after Lucifer scolded me for not coming to Lord Diavolo's party. My reason was I wanted to watch anime with you, Arci.

They said you were dead.

I came to your funeral. I visit your grave often. But I know you didn't die. You just went away for a while before coming back with your different form.

However, why did you take so long?

This longing is slowly killing me.

A stranger offered to turn your body into undead. Another stranger gave me an idea to make an android of you. Some advice was to trap your soul and then put it into a random non-living object.

They're very presumptuous, weren't they? How could they expect me to do creepy stuff? To you?

I'm sinful. I'm evil. I'm a demon. I possess you. I ever made you cry. But I won't purposely hurt you that way. Those all weren't you, never become you, and some of them can cause you harm.

My Arciel never deserves such worst treatment.

If I have anything to curse, it's myself. If anyone has to be broken, it's just me.

Hello, Arci. I promise if you reincarnate, I'll make your life forever. I don't want to see you suffer. I will protect you from anything bad. I will grant you everything you want. I will be your ideal man.

Please, just stay with me. Till the very end.

Hello, Arciel, the love of my life, I miss you. Do you miss me too?


(II) Arciel's PoV:

How long have I been self-isolating here? Maybe since your brothers died following you. You all are my favorite human.

Lev, everyone said you were dead. I knew.

I came to your funeral. Mother Earth told me when the angel took your soul to the next realm. Thus, slowly your body became one with nature.

I visit your grave often. But I believe you will come back at a different time. It was just a short farewell.

However, why did you take so long?

This world feels so cold. I need you.

Mother Earth said they will inform me when they could sense your presence. They also told me old stories, that all mortal creatures will be reincarnated. But not all can remember their past lives.

I'm waiting, Levi. I'm still waiting, even if there is only a 0.0001% probability for us to be together.

You taught me how to love romantically. A strange feeling I thought I never experienced. A strong desire to spend time together, and if possible want it lasts forever.

I'm not sure I have a heart, but you will always live in my everything; my name, my memories, my emotion.

Hello, Levi. I promise if you reincarnate, I'll love you much better. I have learned more about humans because of you. I want to be your best partner. And, we can get married like what you ever talked about.

I don't mind how long I have to wait. I don't mind if I have to watch you reincarnate your life over and over again, being with me for a moment and then forgetting me when reborn.

Since loving you, I can't stop.

Please, just stay with me. Till the very end.

Hello, Leviathan, the love of my life, I miss you. Do you miss me too?


In every universe, I was born to love you.

Being with you is my lifetime dream. I would do anything to find you. I would wait forever if it's you.

I truly hope, there is an unknown universe Where we are eternally meant to be.


(III) In another universe ....

There were only two people upon this hill. Sea-serpent demon and elemental spirit that looked like a fairy. They were quite contrasted when standing next to each other; their height, size, color, and appearance. As usual, Leviathan helped Arciel do her duty. Arciel could do it alone, but Leviathan doesn't want her to force herself.

“Thank you for today, Lev.”

“Don't mention it. Let's go home. We must claim fridge mission in Mononoke Land.”

They turned to their human form.

Their identical rings sparkled under the sunlight.

—end

author: leviaphile language: Bahasa Indonesia fandom: Obey Me pairing: Asmodeus x Dylos (OC), slight Leviathan x Arciel (MC) note: happy birthday, Asmo-chan 🧡 collab dadakan sama ikan, ikan bikin doodlenya


Asmodeus menginginkan kesempurnaan pada hari ulang tahunnya. Semua wajib serba indah. Tidak boleh ada kekacauan apapun. Akan tetapi, dia memulai hari dengan sebuah keluhan, “Mammooooonnn!!!”


Baby, you ... want my love~

Asmodeus bersenandung merdu saat menyisir rambut di depan cermin. Hari ini adalah ulang tahunnya. Sejak semalam dia mempersiapkan penampilan yang sempurna: perawatan kulit spesial, cat kuku baru, parfum pesanan pribadi, sampai pakaian hits yang bahkan belum rilis secara luas di pasaran.

Dia merencanakan ulang tahunnya secara matang. Segala hal harus indah, sampai ke detail-detail terkecil. Jadwal sudah dia susun, lengkap dengan siapa saja yang akan dia temui.

Pagi ini, waktunya sarapan bersama di House of Lamentation. Dia memesan menu khusus. Kemudian, dia akan mengajak orang-orang ke Majolish fitting baju untuk kostum pesta. Setelah itu, tibalah saat Open House untuk teman-teman RAD. Pesta untuk umum dimulai pada malam hari. Jangan lupa bahwa setiap kegiatan perlu didokumentasikan di Devilgram. Asmodeus memiliki banyak followers yang ingin melihat perayaan ulang tahunnya.

Akan tetapi, pemandangan yang dia lihat di ruang makan menghancurkan ekspektasi Asmodeus. Tidak ada menu devilgrammable, bahkan tidak ada buket bunga yang kemarin malam dia rangkai. Saudara-saudara berpenampilan normal, malah sepertinya Leviathan dan Belphegor belum mandi.

“Apa-apaan ini? Mana bunga kemarin? Mana menu yang kita sepakati? Kenapa kalian tidak pakai dresscode-nya? Pink. Pakai warna pink!” protes Asmodeus sebelum makan. Wajahnya masam.

“Belum kusetrika. Nanti dulu ya, Asmo, aku dan Dylos harus pergi,” celetuk Mammon tanpa rasa bersalah.

“Ke mana?” tanya Asmodeus pada Dylos.

“Mammon ada pekerjaan model. Aku diminta ikut,” jawab Dylos sambil meletakkan kado di meja. “Mungkin kami akan terlambat. Oh iya, ini kado ulang tahun untukmu.”

“Mammooonn!” geram Asmodeus. Mammon hanya mengangkat kedua bahu, mengoceh tentang pekerjaan, lalu mengajak Dylos pergi.

Suasana di ruang makan House of Lamentation seketika terasa lebih berat.

“Tidak apa-apa, Asmo, kita masih bisa berpesta,” hibur Beelzebub.


Gagal sudah rencana Asmodeus. Di Majolish, orang-orang memilih pakaian sembarangan. Absennya Mammon dan Dylos membuat dia kehilangan suara pendukung untuk menjelaskan perihal fashion yang berkelas. Walau semua pakaian di Majolish berkualitas tinggi, kalau tidak bisa memadupadankan dan mencari yang cocok, maka akan percuma saja.

“Jaket yang keren. Kalau aku memakainya begini, aku seperti punya tiga tangan.” Satan menunjukkan jaket yang sebelah lengannya tidak dia pakai.

“Ah ini mirip sekali dengan pakaian Dragon Hero di anime The Ranker Comes Back. Arci, apa aku cocok memakainya?” Leviathan memakai jubah lalu meminta pramuniaga mencarikan eyepatch.

“Mereka berisik sekali.” Lucifer tampak lebih normal, tetapi dia mengenakan pakaian super tertutup dan berwarna gelap seperti hendak menghadiri pemakaman.

Asmodeus ingin mengelus dada. Dia mencoba menghubungi Dylos untuk curhat tetapi tidak kunjung dibalas. Mammon pun tidak membalas pesannya.

Barangkali saat Open House akan lebih menyenangkan? harap Asmodeus.


Ternyata tidak. Asmodeus mengunggah foto ke Devilgram. Dia tetap tersenyum dan menawan walau suasana hati semakin memburuk.

Teman-teman Purgatory Hall tidak bisa hadir karena keracunan masakan Solomon. Diavolo dan Barbatos datang, tetapi mereka berbincang serius dengan Lucifer. Sementara itu, yang lain asyik berkaraoke. Setelah Leviathan menyanyikan tujuh lagu anime—dua di antaranya duet dengan Arciel, sekarang Belphegor memegang mikrofon.

WHEN I WAS A YOUNG BOY MY BROTHER TOOK ME INTO THE ATTIC

Suara Belphegor melengking, membuat Lucifer menoleh dengan tatapan horror. Diavolo tertawa sambil menepuk bahu Lucifer. Beelzebub bertepuk tangan menyemangati si kembaran. Asmodeus ingin marah, tetapi takut merusak penampilan ekstranya.

“Arci,” rengek Asmodeus, memanggil Arciel yang terlihat paling tenang di sini.

“Iya, Asmo?” tanggap Arciel.

“Tidak apa-apa. Aku agak lelah. Padahal kupikir minimal setahun sekali aku akan bisa menikmati hari tanpa gangguan,” cerita Asmodeus sembari memijit tengkuknya yang pegal.

“Kita bisa istirahat dulu sebelum pesta nanti malam. Mammon dan Dylos pasti sudah pulang.”

Perkataan Arciel menaikkan semangat Asmodeus. Benar, masih ada satu agenda terbesar. Tidak mungkin momen puncak akan kacau. Meski idiot, saudara-saudaranya adalah demon terkenal. Mereka akan menjaga image di acara publik.

Asmodeus akan membiarkan orang-orang menggila untuk saat ini supaya nanti malam mereka kehabisan energi. Dia mengecek DDD lagi, belum ada jawaban dari Dylos.

Dia rindu.

“Sambil menunggu nanti malam, apa tidak lebih baik kita refreshing sebentar?” usul Diavolo. Masih ada beberapa jam sebelum pesta.

“Lord Diavolo, Anda memang paling pengertian.” Asmodeus bangkit. Dia bisa mengarahkan semuanya ke tempat yang bagus.

“Kalian ingin ke mana?” lanjut Diavolo.

Lucifer menyahut sebelum Asmodeus sempat membuka mulut, “Factory tour. Yang singkat saja. Semacam kunjungan dan mendengarkan presentasi perusahaan. Ada perusahaan dekat sini, kan?”

“Lebih baik kita ke cat cafe. Ada banyak kucing lucu yang bisa diajak bermain,” tukas Satan sengit.

Kalau dugaan Asmodeus tepat, setelah ini yang lain akan ribut akan urusan masing-masing.

“Aku mau ke kamar, waktunya fridge mission. Ayo kita co-op, Arc.”

“Boleh. Bantu aku mengerjakan quest, Lev.”

“Aku mengantuk. Beel, tolong bangunkan aku nanti.”

“Aku mau memesan makanan.”

Benar, kan? Kelakuan mereka sangat mudah ditebak. Asmodeus menggeleng-gelengkan kepala.

Musik keras khas aliran metal mendadak mengagetkan semua orang, padahal perlengkapan karaoke baru saja dimatikan. Ternyata pelakunya Barbatos.

“Maaf, saya pikir speaker besarnya sudah tidak terhubung,” jawab Barbatos kalem.

“Tidak apa-apa, Barb. Tolong kencangkan volumenya,” pinta Diavolo.

Asmodeus memutuskan untuk tidur siang. Energinya bisa habis jika terus meladeni mereka. Ketika mengecek DDD, Dylos belum membalas pesan. Asmodeus jadi ingin menyumpahi Mammon. Kapan mereka akan pulang?

Kemudian, usai beberapa tahap perawatan kulit, Asmodeus tidur dengan DDD di sisi kepala.


“Asmo, bangun,” ujar Satan sambil mengetuk pintu kamar.

“Yaaa, sebentar lagi.”

Wajah Satan kusut saat Asmodeus membuka pintu. Akan tetapi, pakaiannya sudah lebih baik—jika mengesampingkan dasi bermotif unik. “Mammon minta kita menjemputnya. Jangan bilang-bilang Lucifer,” ujarnya pelan.

“Mammon kenapa? Dylos baik-baik saja, kan?”

“Kata Dylos, Mammon sedang berjudi dengan model lain dan kalah terus. Kita harus menyeretnya pulang sebelum mereka membuat taruhan aneh-aneh.”

Mammon kalah taruhan lalu membuat seisi House of Lamentation yang menanggung akibatnya sudah sering terjadi. Asmodeus tidak bisa membiarkan hari ulang tahunnya semakin hancur. Dan, jika Lucifer yang menemukan Mammon lebih dulu, Mammon pasti digantung ... alias merusak suasana pesta.

“Ayo, Satan! Kita harus cepat bergerak!”

Mammon dan Dylos sedang melaksanakan pekerjaan dari mitra baru Majolish. Mereka mengadakan pemotretan outdoor di dunia manusia.

Begitu Asmodeus dan Satan sampai ke lokasi yang dimaksud, ternyata itu pemotretan fiktif. Tidak ada kru dan perlengkapan, melainkan ... pesta. Kapasitas pestanya kecil, tetapi megah. Kombinasi dari detail-detail yang Asmodeus rencanakan dengan pernak-pernik senada khas dunia manusia.

“Selamat datang, Asmo.” Dylos memberinya buket bunga. “Kami sudah menyiapkan banyak kado.”

“Setengahnya kado-kado dari Dylos,” seru Mammon saat menunjuk setumpuk tinggi kado.

“Maaf ya kalau kami tadi mengacau,” ucap Arciel.

“Jangan minta maaf, Arc, namanya juga kejutan,” pungkas Satan, menepuk punggung Asmodeus supaya bergerak maju.

“Kami menyiapkan banyak kue enak, Asmo.” Simeon melambai dari jarak belasan meter. Di sampingnya Luke mengangguk-angguk.

“Aku sudah mengamankan wilayah sekitar dari jangkauan manusia. Kita bisa bersenang-senang,” sambung Solomon.

Diavolo dan Barbatos menembakkan confetti ke arah Asmodeus. Kemudian, semuanya kompak berkata, “Selamat ulang tahun, Asmo!”

“Kalian ... ini mengejutkan sekali.” Asmodeus mengusap setitik air di ujung mata, “Terima kasih banyak. Saatnya pesta!”

Asmodeus banyak tersenyum hari ini sampai lupa mengunggah apapun ke Devilgram. Akan tetapi, Diavolo mengambil beberapa dokumentasi. Kekesalan Asmodeus hilang tak berbekas. Energinya kembali terisi maksimal. Dia menikmati berinteraksi dengan orang-orang terdekat.

Kemudian Dylos mengajak Asmodeus duduk. Mereka pergi ke meja untuk dua orang. Dylos menarikkan kursi untuk Asmodeus. Meja tersebut paling kecil dan berada di tengah. Asmodeus mengenali rangkaian bunganya kemarin berada di meja tersebut.

“Kejutan yang keren. Pasti kamu salah satu inisiatornya,” tuduh Asmodeus.

Dylos tertawa kecil, “Tebak saja.”

“Terima kasih. Sungguh pesta yang sempurna,” puji Asmodeus sebelum mengeluarkan cermin kecil dari saku celana untuk memeriksa penampilannya, “Tahu begini, tadi aku touch up make up dulu,” keluh Asmodeus pelan.

“Tidak perlu. Kamu selalu menjadi makhluk paling indah bahkan tanpa harus melakukan apapun. Asmo adalah makhluk paling menawan di tiga dunia.”

Entah apa ini hanya perasaan Asmodeus, tetapi wajah Dylos tampak lebih tampan ketika mengatakannya. Mungkin karena mendapat efek filter langit senja.

“Aku tahu. Terima kasih telah mengatakan fakta.” Asmodeus menyimpan kembali cerminnya dan memperhatikan sekitar.

Luke tengah menceritakan sesuatu dan Mammon menepuk kepalanya. Simeon yang duduk bersama mereka juga tampak bangga. Satan dan Solomon bermain dengan kucing yang entah datang dari mana.

Leviathan berulang kali menengok ke kiri dan kanan saat Arciel mengajak selfie. Kemudian, Arciel yang salah tingkah ketika Leviathan tiba-tiba merangkulnya.

Beelzebub memakan kue dengan ekspresi gembira. Dia tidak lupa menaruh beberapa ke piring Belphegor. Kembarannya menghela napas, tetapi tersenyum ke arah Beelzebub lalu mulai memakan kue.

Barbatos meminum teh sambil tetap menjadi butler siaga. Seperti ketika makanan utama Diavolo habis, dia menanyakan makanan penutup apa yang diinginkan. Dua sahabat, Diavolo dan Lucifer membicarakan entah apa, tetapi raut wajah Lucifer terlihat lebih rileks.

Pemandangan-pemandangan sederhana yang mampu membuat hati Asmodeus menghangat. Mereka semua pasti bekerja keras untuk pesta kejutan ini. Mereka semua pasti sangat peduli padanya. Lantas, Asmodeus kembali memperhatikan Dylos.

“Iya, kami semua sangat menyayangimu.” Dylos seolah bisa membaca pikiran Asmodeus.

“Hehehe. Aku adalah Asmodeus favorit semua orang.” Asmodeus mengibaskan pelan poni sampingnya, lalu mengerling ke arah Dylos, “dan Dylos adalah favoritku.”

—end