author: leviaphile
language: Bahasa Indonesia
fandom: Obey Me SWD
pairing: Belphegor x Estelle (MC)
note: mungkin OOC, ada banyak narasi
Belphegor dan Estelle sulit menemukan waktu berkencan tanpa gangguan. Ketika momen langka tersebut terjadi, seorang anak kecil berlari ke arah Belphegor dan memanggilnya “Papa”.
Tidak pernah ada hari yang tenang di House of Lamentation. Belphegor menutup telinganya dengan bantal saat suara teriakan Leviathan terdengar. “AAAAAAAAAAA 200 PULL SIALAN!”
Belphegor membuka mata lalu malas-malasan berjalan keluar. Attic terlalu jauh, sepertinya tidur di sofa dekat perapian tidak buruk juga. Avatar of Sloth baru menutup mata ketika Mammon, Satan, dan Asmodeus datang. Mammon dan Asmodeus mengumumkan bahwa mereka berdua akan mengikuti Majolish Camp.
“Satan, Satan, aku pasti terpilih menjadi ikon Majolish of the Year. Pasti aku,” tukas Asmodeus riang.
“Jangan senang dulu, Asmo! The Great Mammon pasti mendapatkan Grimm hadiah itu,” timpal Mammon sambil memakai kacamatanya.
“Selamat bersenang-senang di akhir pekan,” tanggap Satan.
Bagian “akhir pekan” membuat Belphegor membuka matanya sebentar. Lebih jauh, Asmodeus menceritakan mereka akan berangkat Jumat malam dan pulang pada hari Minggu sore.
Informasi penting telah didapatkan. Ketika Mammon dan Asmodeus bertengkar lagi, Belphegor tidak tahan untuk bangun. “Kalian berisik,” gerutu Belphegor sambil berjalan menjauh.
Demon yang identik dengan sapi tersebut menengok ke belakang saat jaraknya sudah dirasa jauh. Saudara-saudaranya tidak terlihat lagi. Belphegor langsung menghubungi Estelle via DDD, “Estelle, Mammon dan Asmo akan ikut Majolish Camp di akhir pekan. Bagaimana kalau kita berjalan-jalan?”
Mammon dan Asmodeus kerap mengusik momen mereka berdua, jadi kesempatan seperti ini sayang untuk dilewatkan. Belphegor ingin menghabiskan akhir pekan dengan damai bersama Estelle. Ada beberapa tempat kencan yang terlintas di benak Belphegor.
“Mau. Ayo kita jalan-jalan.” Jawaban Estelle membuat Belphegor berjalan ke Attic dengan senyum di wajahnya.
Hari Minggu adalah puncak rencana kencan Belphegor dan Estelle, setelah dua hari sebelumnya diisi dengan bermalas-malasan di rumah. Jumat malam, bermalas-malasan di Attic bersama Estelle. Sabtu, mengurung diri di planetarium bersama Estelle. Mereka belajar bersama, tidur siang, lalu mengamati bintang-bintang. Sekarang saatnya kencan keluar.
Belphegor dan Estelle pergi ke Amusement Park. Mereka menukarkan tiket yang dibeli secara online dengan gelang karcis terusan untuk semua wahana. Beberapa bulan lalu, mereka pernah bermain ke sini bersama sepulang sekolah. Akan tetapi, saat itu mereka beramai-ramai. Sekarang adalah pertama kalinya mereka datang berdua.
Wahana-wahana terdekat dengan pintu masuk bukanlah jenis yang menantang. Rata-rata merupakan wahana edukasi, seperti museum sejarah dan bangunan berisi fenomena sains. Estelle tidak tahan untuk mengambil beberapa foto aneh Belphegor atau sekadar benda-benda di sana. Estelle memang suka mengambil foto hal-hal yang menurutnya unik. Belphegor sampai meminjamkan DDD, karena kameranya lebih jernih.
Cermin yang membuat wajah mereka terlihat zigzag adalah fenomena sains terakhir di wahana ini. Mereka meneruskan berjalan ke wahana selanjutnya.
“Rumah hantu sedang ramai.” Belphegor kecewa melihat antrean panjang di salah satu wahana kesukaan Estelle.
“Mau ke bioskop tiga dimensi dulu?” tawar Estelle.
“Boleh.”
Tiba-tiba seorang anak kecil berlari memeluk kaki Belphegor. “Huhuhu, Papaaa,” isaknya di sela-sela tangisan.
Perempatan imajiner muncul di dahi Belphegor. Mereka bahkan belum masuk 15 menit, tetapi sudah ada yang mengganggu kencan mereka. Belphegor kian terusik melihat dia mengelap ingus di celananya. Usia anak kecil itu di kisaran sembilan sampai sepuluh tahun.
“Aku bukan Papamu,” tukasnya menahan kesal.
Demon kecil tersebut mendongak. Matanya masih berlinangan air mata. “Oh iya, bukan. Huhuhu, Papa di mana?” Suaranya melengking di kalimat kedua.
“Adik kecil, jangan menangis lagi, ya! Ayo kita cari Papa bersama.” Estelle berjongkok menghibur anak kecil itu.
“Tinggalkan saja. Nanti pasti ada yang menolong. Petugas Amusement Park pun rajin patroli,” gumam Belphegor dengan suara rendah. Dia tidak rela membuang waktu karena energi sosialnya terbatas.
Estelle memberi tatapan seolah menasehati. “Lebih baik kita antar ke pusat informasi dulu.”
Belphegor membuang napas berat. Harap diperhatikan, pusat informasi berada di tengah-tengah Amusement Park, sedangkan mereka lebih dekat dengan pintu masuk. Estelle tidak akan mau kalah untuk urusan ini. Berdebat justru menghabiskan banyak energi dan merusak atmosfer kencan mereka. Dia memilih untuk mengalah.
“Baiklah.” Belphegor masih menekuk wajahnya.
Dia ingin bocah demon ini cepat menemukan wali sehingga tidak mengganggu mereka lagi. Estelle menggandeng bocah tersebut, “Adik, siapa namamu?”
“Huhuhu, kata Papa tidak boleh banyak bicara dengan orang asing,” jawabnya polos. Estelle merespons secara positif dan tidak menanyakan lebih jauh.
Tapi kamu sedang bicara, bahkan mengikuti orang asing. Dasar anak demon! gerutu Belphegor dalam hati.
Mereka bertiga berjalan bersama menuju Pusat Informasi. Demon kecil menggandeng tangan Estelle, sedangkan Belphegor memasang wajah malas seperti biasa. Energinya surut saat melakukan aktivitas tidak penting. Bocah tersebut sesekali mengajak mereka mengobrol, hanya Estelle yang aktif menanggapi.
“Hari ini tempatnya agak ramai ya, Belph?” tanya Estelle, akhirnya memperhatikan Belphegor.
“Ya. Katanya ada street concert.”
Semakin lama mereka berjalan, Amusement Park menjadi semakin ramai, bahkan ada yang berdesakan. Mereka sempat mencari jalan memutar, tetapi masih ramai. Stamina mereka bertiga tidak bisa diajak kompromi. Mau tidak mau mereka harus menembus keramaian. Belphegor merelakan diri untuk menggendong anak kecil di punggung supaya tidak menghambat mereka.
Mereka tidak sempat mengobrol karena lautan keramaian ini lebih padat dari yang diduga. Lantunan lagu menuai sorakan penonton, Belphegor tidak mengenali siapa artisnya. Orang-orang mulai menari. Panggung terlihat kecil di pusat keramaian.
Sekeluarnya dari sana, Belphegor menarik napas. Dia benci keramaian. Untung saja mereka bisa keluar.
“Akhirnya kita keluar, Este—”
Belphegor sadar Estelle tidak ikut keluar bersamanya. Andai tadi dia bisa menggandeng tangan Estelle, tetapi kedua tangannya penuh. Dia ingin menghubungi Estelle, tetapi DDD-nya masih terbawa. Terakhir melihat Estelle, dia tampak sehat. Tidak ada tanda-tanda sesak, hanya lelah dan kepanasan, tetapi Belphegor masih khawatir.
“Papa, aku haus. Huhuhu telingaku juga sakit,” rengek bocah demon sambil menjambak rambut Belphegor.
Kembali ke sana hanya membuang waktu dan energi, sulit mencari orang di tempat sesesak itu. Estelle pasti bisa keluar dan baik-baik saja. Lebih baik aku membawa bocah ini dulu, batin Belphegor.
“HUWAAAAA, PAPAAA! AKU HAUS!” Demon kecil menjambak rambut Belphegor lebih keras. Suaranya membuat telinga Belphegor berdengung.
Kesabaran Avatar of Sloth diuji.
Belphegor merasa bertambah tua seratus tahun hanya kurang dari dua jam. Demon kecil sudah turun dari punggungnya, tetapi mendatangkan banyak beban baru. Dia mengajak Belphegor bermain wahana-wahana yang menguras tenaga. Belphegor mencoba membuat anak tersebut diam dengan mengajaknya makan serta membelikan beberapa camilan, tetapi gagal. Setelahnya, Belphegor masih diajak ke sana kemari.
“Papa, ayo main itu!” ajaknya.
Beberapa kali, Belphegor menolak dan mengabaikan si Bocah. Dia memegang tangannya lalu berjalan ke arah pusat informasi. Akan tetapi, anak kecil tersebut rewel. Dia mudah menangis hingga pengunjung lain memperhatikan mereka, bahkan ada yang terang-terangan menegur Belphegor.
Sejak tadi Pusat Informasi mengumumkan beberapa wali yang kehilangan anak kecil, tetapi demon kecil tersebut tidak bereaksi.
Berarti nama-nama yang disebutkan bukan milik anak ini? Ke mana papanya? Jangan bilang keasyikan menonton konser sampai tidak sadar anaknya hilang. Belphegor lantas melontarkan sumpah serapah dalam hati.
Si Demon Kecil sekarang mengajaknya bermain bomb bomb car. Anak di bawah 12 tahun wajib didampingi oleh orang tua atau wali. Belphegor membiarkan anak itu memegang kemudi. Dia hanya akan mengambil alih saat diperlukan.
Mobil-mobil saling bertabrakan. Bocah demon tertawa kencang.
Dasar bocah demon banyak maunya, padahal seingatku aku masih anak yang manis saat seusianya.
Secara tidak sengaja, Belphegor mengingat masa kecilnya di Celestial Realm. Walau hidup di sana berakhir buruk, Belphegor masih menyimpan banyak kenangan indah.
Saat seusia bocah di sampingnya, Belphegor belajar di sekolah. Lucifer menjadi sosok idolanya. Mammon selalu mengajak ribut kalau ada yang mengganggu Belphegor, dan Leviathan ikut mengepalkan tinju. Asmodeus sering menyisir rambut yang menutupi sebelah mata Belphegor. Beelzebub dan Lilith sering bermain dengannya.
Celestial Realm memang cenderung ketat dan membosankan, tetapi setidaknya mereka bertujuh tumbuh dengan saling menyayangi. Kekuatan mereka semua diakui. Mereka memperoleh posisi yang stabil usai lulus pendidikan. Belphegor pun suka berkunjung ke dunia manusia, lalu bercerita sepulangnya ke rumah.
Kemudian, hari-hari bahagia berakhir dengan bencana beruntun. Dia kehilangan saudari tersayang. Semua orang trauma karena perang. Mereka berenam jatuh dan menjadi demon—satu-satunya hal baik di sini adalah bertemu Satan, saudara baru. Mereka semua sempat terpuruk karena jatuh. Puncak lembaran sedih Belphegor adalah saat dia dikecewakan Lucifer, sampai kakak yang pernah dia favoritkan tersebut mengurungnya di Attic.
Keadaan memang berangsur membaik. Akan tetapi, setiap melakukan kilas balik Belphegor akan teringat waktu sudah lama berlalu. Sangat lama.
Padahal rasanya baru kemarin. Mendadak Belphegor merindukan Estelle.
Manusia yang membantunya, bahkan membantu satu keluarga. Manusia yang pernah dia lukai. Manusia yang membuat kasih sayangnya pada manusia kembali, setelah semua kesalahpahaman diatasi. Manusia yang sangat dia cintai.
Sampai sekarang, terkadang Belphegor merasa ini semua terasa seperti mimpi yang panjang ... yang jika Belphegor bangun, dia akan kembali ke masa kecilnya. Beelzebub akan membangunkannya untuk berangkat sekolah. Pada beberapa waktu tertentu, Belphegor ingin hidup di dalam mimpi. Akan tetapi, dia ingin menambahkan Satan dan Estelle ikut menyambut saat dia bangun.
Itu hanyalah sebuah khayalan. Toh Belphegor telah belajar menerima kenyataan. Suara petugas yang membukakan sabuk pengaman mengembalikan Belphegor ke masa kini.
Demon bungsu melirik demon kecil yang menggandeng tangannya keluar dari wahana ini. “Mau main Merry Go Round?” tawarnya.
Demon Kecil kaget karena ajakan Belphegor yang tiba-tiba. Sejak tadi hanya dia yang mengajak Belphegor bermain. Dia mengangguk penuh semangat, “Mau, Papa.”
Akhirnya mereka sampai di Pusat Informasi. Wajah Belphegor berseri-seri melihat Estelle. Demon kecil berlari ke arah bapak-bapak yang duduk di sebelah Estelle. Kalau mengamati kotak kue dan minuman yang berkurang lebih dari setengah, tampaknya mereka sudah cukup lama berada di sana.
“Papa!” Dia melompat ke pangkuan papanya. Dilihat-lihat, pakaian papa si Demon Kecil mirip dengan Belphegor.
“Syukurlah kalian baik-baik saja. Papa juga sudah mencarimu dari tadi.” Estelle menepuk kepala demon kecil sebentar, lalu memberi Belphegor kue.
Ternyata papa demon kecil sudah mengumumkan di Pusat Informasi, tetapi tampaknya anak itu tidak mendengar—atau dengar tetapi ingin bersantai dulu? Ketika beliau panik, Estelle sampai ke sana. Estelle mengira Belphegor dan demon kecil sudah ke sini lebih dulu. Mereka berdua memutuskan untuk menunggu di Pusat Informasi.
“Terima kasih sudah mengantar Shiki,” ucap Papa sambil membungkuk. Nama demon kecil tersebut adalah Zashiki Warashi.
“Tidak masalah,” jawab Belphegor.
Mereka mengobrol selama beberapa saat, kemudian Papa dan Zashiki berpamitan.
“Senang bermain dengan kalian, hehehe,” kata Zashiki. Kedua tangan kecil Zashiki masing-masing memegang tangan Estelle dan Belphegor.
“Jangan sampai tersesat lagi, Bocah Nakal,” dengkus Belphegor. Zashiki hanya tertawa.
“Jaga diri kalian,” ujar Estelle. Papa Zashiki membalas dengan ucapan serupa.
Sepeninggal mereka, Belphegor menyandarkan kepala di bahu Estelle. “Hari yang melelahkan.”
Belphegor menguap lalu mulai memejamkan mata. Estelle mengusap rambutnya. Tidur selama belasan menit akan mengisi tenaga Belphegor. “Belphie hebat,” puji Estelle, Belphegor belum tertidur sehingga masih bisa mendengarnya.
“Kamu juga hebat,” lirih Belphegor dengan suara berat khas mengantuk. Kemudian, Belphegor merangkul pinggang Estelle.
Destinasi terakhir Belphegor dan Estelle di Amusement Park adalah bianglala. Mereka melanjutkan kencan setelah cukup istirahat dan makan. Dari ketinggian, seluruh Amusement Park terlihat. Mereka jadi teringat Zashiki.
“Apa Shiki dan papanya sudah pulang?” gumam Belphegor.
“Mungkin. Bagaimana jalan-jalanmu dan Shiki tadi?” Estelle balik bertanya.
Belphegor diam sejenak untuk memikirkan jawaban yang pas. Bohong jika dia melakukannya dengan hati lapang, tetapi ternyata tidak seburuk dugaan. Ditambah lagi, Zashiki sedikit mengingatkannya pada diri sendiri di masa kecil.
“Hm? Merepotkan, tapi lumayan juga,” ungkap Belphegor.
Mereka berdua berpegangan tangan sambil melihat ke kaca. Jarak pandang mereka melebar dan semua objek mengecil seiring kabin bianglala bergerak naik. Kabin bianglala mereka berada di titik tertinggi saat Belphegor mengangkat topik yang mengejutkan,
“Mengurus anak kecil memang merepotkan, tetapi kurasa aku tidak keberatan kalau mengurusnya denganmu.”
Wajah Estelle memanas. Dia tidak tahu persis anak kecil mana yang dimaksud Belphegor, apakah itu Zashiki atau anak mereka? Akan tetapi, keduanya sama-sama menyiratkan bahwa Belphegor percaya pada Estelle untuk menjaga kehidupan orang lain bersama-sama.
Di sisi lain, Belphegor membayangkan hari-hari merepotkan yang akan dilalui berdua, terutama jika kehidupan baru telah hadir di antara mereka. Energinya pasti banyak terkuras setiap hari, tetapi senyuman bahagia orang-orang yang ia sayangi akan mengobati.
“Pasti akan menyenangkan dan melelahkan. Mohon bantuannya, Belphie.” Estelle menoleh untuk menatap Belphegor.
“Tentu. Aku mengandalkanmu, Estelle.” Belphegor balas menatap Estelle lembut.
Dalam saat yang singkat, ada banyak hal terceritakan walau mereka tidak banyak bicara. Mereka ingin tetap bersama di masa yang akan datang. Mereka siap untuk berbagi beberapa impian masa depan. Oleh karenanya, mereka ingin memanfaatkan masa kini sebaik mungkin. Mereka akan menciptakan masa depan terbaik yang bisa mereka capai.
Kabin bianglala mereka bergerak turun. Semua yang tadi lebar kini menyempit. Yang tadi kecil kini membesar. Kemudian, petugas membukakan pintu bianglala ketika mereka sampai ke dasar. Genggaman tangan Belphegor dan Estelle tidak terlepas.
Dan, jalan mereka berdua masih panjang.
—end