liauchiha

Dalam keadaan normal, mereka pasti sudah saling mengejek satu sama lain. Melihat betapa konyolnya setelan yang mereka kenakan sekarang. Selotip, wajan, spatula tutup panci. Tapi dalam keadaan darurat seperti ini mereka tak sempat menghiraukan semua kekonyolan tersebut. Di depan gerbang sekolah, 6 serangkai tersebut membagi diri mereka masing-masing menjadi 2 tim—seperti yang direncanakan Sai tadi. Kedua tim saling bersalaman dan mulai memisahkan diri.

“Tolong, selametin Sakura.” Sasuke menepuk bahu Sai keras.

Sai hanya mengangguk tegang karena ia juga sangat khawatir dengan keadaan Ino.

Tim 2 berjalan hati-hati menuju bagian belakang sekolah. Dipimpin oleh Sai, Konohamaru lalu Naruto mereka mengendap-endap menyusuri taman belakang untuk segera mencongkel pintu UKS. Diperjalan, Sai mengubah strategi untuk 'mendobrak pintu belakang' menjadi 'mencongkel pintu belakang' karena dia rasa akan terlalu berisiko memilih opsi mendobrak pintu untuk misi penyelamatan. Sai khawatir zombie dadakan itu malah berbalik menyerang mereka.

Sampai didepan pintu, Sai mengeluarkan linggis yang ia simpan di dalam tas. Mata Naruto terbelak sempurna melihat linggis berada di tas sekolah Sai.

“Jadi selama ini lu suka bawa linggis?!” Naruto berbicara dengan nada rendah tapi menekan.

“Nggak lah anjing. Lu pikir gua Uchiha Sasuke si tukang tawuran? Ini gua ambil di taman punya tukang kebun sekolah.”

Sai tak menghiraukan jawaban Naruto setelahnya. Ia sibuk mencongkel celah kunci pintu untuk membuat kuncinya rusak. Di lain sisi, Sasuke, Lee dan Kiba yang sudah bersiap mendobrak pintu depan tiba-tiba terhenti karena mendengar cekikikan tawa dari dalam.

“Bentar.” Kiba menghalangi pintu yang akan Sasuke tendang. “Lu berdua denger kan?”

Sasuke dan Lee mengangguk.

“Wah, gua curiga ada yang nggak beres nih.” Tangan kiba beranjak dari pintu mempersilahkan Sasuke untuk menendang pintunya sekuat tenaga. “Sas, dobrak. Kalo bisa sampe itu 2 kunyuk kepental.”

“BRAAKKKK”

Pintu UKS terbuka—lebih tepatnya terlepas dari engsel kayu tempat si pintu menempel. Tak butuh waktu lama, ketiganya melihat pemandangan yang begitu menjengkelkan hingga rasanya ubun-ubun mereka mulai mendidih.

“LU BERDUA NGAPAIN ANJING?!”

Tanpa basa basi Sasuke melepas semua 'atribut penyelamat' yang dikenakannya dan mulai memukuli 2 murid yang sedang cekikikan menonton vidio mereka berdua—ber acting menjadi zombie dadakan.

5 Serangkai tukang bolos ini sedang semrawut. Pelampiasan yang mereka lakukan adalah Menggoyang-goyangkan kaki kasar bahkan sampai menggebrak meja. 'Rapat Dadakan' ini berlangsung ricuh dengan adu mulut dan sedikit adu jotos. Kalaulah di ibaratkan dalam sebuah film action, mereka semua pasti sudah mati karena buruknya kerjasama tim.

“Gua udah bilang, masuknya lewat pintu belakang.” Sasuke mengurut pelipisnya frustasi.

“Dari pintu depan. Hajar dulu zombie nya baru nyelametin yang laen.” Kiba menjawab sambil menunjuk-nunjuk denah sekolah yang di gelar di atas meja.

“Gua pikir kita harusnya lapor polisi dulu.” Lee menimpali.

Belum selesai Lee mengambil nafas setelah selesai mengucapkan kalimat terakhirnya, Sasuke dengan kasar menarik kerah baju Lee. Mbok Inem yang sedari tadi diam di dalam warung (Karena Sai memaksanya untuk tetap di dalam kalau-kalau zombie sudah meluas hingga keluar area sekolah) Tergopoh-gopoh keluar berusaha menggapai tubuh Sasuke untuk menenangkannya.

“CEWEK GUA ADA DI SANA DAN ELU DENGAN SANTAINYA BILANG LAPOR POLISI AJA?! HATI NURANI LU DIMANA ANJING!”

Sasuke tak bisa mengontrol emosinya lagi.

“POLISI DATENG SAKURA UDAH JADI MAYAT!”

Lee tak melawan. Dia tahu Sasuke sudah diambang batas. Mendengar Sakura dalam bahaya, Lee tahu Sasuke tak akan bisa tenang.

“Sas selow, sini duduk dulu. Tenang tenang.” Sai menyentuh bahu Sasuke lembut seperti Sakura yang selalu menenangkannya dalam keadaaan kacau.

“TENANG? LU LUPA APA GAK SADAR? INO JUGA ADA DISANA?!”

“GUA JUGA SADAR! GUA JUGA TAU! TAPI KALO PENYELESAIANNYA KAYAK BEGINI MEREKA SEMUA GAK AKAN SELAMAT! JADI TOLONG TENANG ATAU GUA TENDANG BOKONG LU!”

Penyelesaian yang Sai pilih cukup efektif untuk membuat Sasuke kembali duduk dan memilih melepas kasar kerah baju Lee.

“Mbok boleh ikut bicara?”

Mbok Inem memecah keheningan.

“Mbok ngapain keluar??” Sai refleks berdiri untuk menggiring Mbok Inem kembali masuk ke dalam warung.

“Mbok baik-baik saja nak, tapi kalian yang tidak baik-baik aja.” Mbok Inem menolak rangkulan Sai lembut. “Dengar, Mbok mau bicara.” Mbok Inem menarik kursi di sekitar meja seberang dan ikut duduk melingkar bersama 5 serangkai.

“Kalau kalian terus seperti ini, kalian tidak akan bisa menyelamatkan siapapun. Tidak akan bisa menyelesaikan apapun. Sakura, Ino dan Moegi tidak akan selamat dan sekolah kalian bisa saja benar-benar kiamat oleh gerombolan mayat hidup.”

“Prioritas yang harus kalian utamakan adalah teman-teman yang terjebak di UKS. Sakura sudah sangat bijaksana untuk memilih mengunci UKS dari dalam agar mayat hidup itu tidak keluar dan mengacak-acak sekolah kalian. Sakura, Ino dan Moegi rela bertaruh nyawa untuk Sekolah agar tetap aman dan terkendali.”

“Kawan-kawan yang lain juga begitu percaya pada kalian. Untuk bisa menyelamatkan mereka dan berharap keadaan jauh lebih baik. Jadi Mbok harap pikirkan semua ini dengan kepala dingin. Jangan membuat situasi semakin rumit hanya karena ego masing-masing.”

Hening. Mereka bergelut dengan pikiran masing-masing. Berharap bisa memiliki waktu lebih untuk mencerna, tapi keadaan tak bisa membiarkan mereka tetap bersenandung dengan buah pikir masing-masing.

“Makasih banyak, Mbok.” Naruto menjawab semua petuah Mbok Inem. Mbok Inem tersenyum lembut. Menyiratkan ketenangan yang ia bagi untuk yang lainnya.

“Oke gua ada ide. Jadi 5 Orang ini kita bagi jadi 2 tim. Tim 1 Sasuke, Lee, Kiba dobrak pintu depan buat nahan zombie nya. Tim 2 Gua sama Naruto dobrak pintu belakang buat bawa Sakura, Ino sama Moegi ketempat yang lebih aman. Gua bakal bawa mereka ke kelas sekalian evakuasi anak-anak yang lain. Nanti di kelas, gua bakal nyuruh sebagian anak-anak lapor aparatur sebagian lagi lapor polisi. Udah gitu gua, kiba sama sisa anak-anak yang laen nyusul lu bertiga ke UKS buat nahan semaksimal mungkin zombie nya biar gak keluar sambil ngulur waktu nunggu polisi dateng.

“Encer juga otak lu” Kiba menimpali lansung.

“Yee baru tau aja lu” Sai menjawab sinis.

“Gua mau masuk tim 2.” Sasuke bersikukuh.

Lee mengehela nafas panjang untuk menjawab ego Sasuke.

“Sas, gua ngerti lu khawatir dan gua juga minta maaf atas kelancangan gua tadi. Tapi dari kita semua yang ada disini, bahkan dari semua anak-anak di sekolah, elu yang paling bisa diandalkan buat bertarung. Percaya sama gua, Sakura bakal baik-baik aja.”

Sasuke mengehela nafas tanda setuju.

“Oke, jadi kita butuh alat-alat pendukung buat mukulin zombie kira-kira apa ya... bentar.” Lee berjalan kedalam warung mengambil beberapa spatula, wajan dan tutup panci.”

“Kita juga butuh selotip. Di film-film, penyelamat zombie biasanya suka pake selotip biar nggak kegigit.” Naruto menghampiri Lee mengambil selotip di dalam laci warung dan mulai melilitkan di tangan dan kakinya.”

Ketika semua sedang bersiap-siap memakai kostum pelindung masing-masing, Konohamaru datang—berteriak dengan nafas yang masih terengah-engah karena berlari.

“GUE PENGEN IKUT JUGA!”

“Lu ngapain ada disini? Udah balik ke kelas maen epep sono.” Naruto yang sedang menyesuaikan tutup panci digenggaman tangannya menghampiri Konohamaru.

“GAK. GUA JUGA MAU IKUT! BANG PLIS MOEGI ADA DISANA JUGA.”

Sasuke, Sai, Kiba dan Lee yang sedang bergantian melilitkan selotip ditangan dan kaki mereka berpandangan satu sama lain. Tanpa banyak bicara mereka semua mengangguk meyakinkan Naruto untuk mengajak Konohamaru bergabung.

“Yaudah Lu masuk tim 2 bareng gua. Tapi denger. Lu harus hati-hati. Gua gak mau kena semprot kakek lu nanti.” Naruto memberikan selotip dan spatula kepada Konohamaru.

“SIAP BOS!” Konohamaru melakukan sikap tegap sempurna.

Semua persiapan sudah selesai. Bermodal atribut penyelamat sewaan dengan jaminan “Mbok, wajan, spatula sama tutup pancinya nanti diganti sama permerintah atas sanjungan korban zombie” Yang Sai katakan pada Mbok Inem, 6 serangkai tukang bolos tersebut berangkat dengan segenap yakin untuk menyelamatkan kawan-kawan dan sekolah—yang sebenernya mereka cintai itu.

“Gua kira lu gajadi cabut.” Kiba menggeser teko berisi teh hangat kepada Sai yang baru saja tiba setelah menyelesaikan aksi melarikan dirinya tadi. Sai menyambut teko tersebut dengan tangan bergetar karena masih kepayahan mengatur nafas setelah memanjat dan berlari dalam satu waktu tanpa pemanasan terlebih dahulu.

“Mana bisa gua melewatkan rapat paripurna yang maha penting ini.” Mbok Inem menggelengkan kepalanya pelan melihat Sai yang masih kepayahan.

“Jadi intinya lu tetep ketauan?” Neji membuka obrolan.

“Iya. Makanya gua tetep nekat karena hasilnya bakal sama aja. Tetep dipanggil ke Ruang BK.”

“Lah berarti kita juga dong?” Naruto bergabung kedalam obrolan setelah mendengar kata 'Ruang BK.'

“Sahabat sejati mana bisa tidak sehati.” Sai santai menimpali.

“Lain kali hati-hati, Sai. Kamu udah berapa kali dipanggil ke Ruang BK bulan ini?” Mbok Inem menyodorkan satu nampan gorengan hangat kepada Sai.

“Iya Mbok maaf, hehe. Lain kali bakal lebih hati-hati. Janji!” Sai merubah air mukanya serius untuk meyakinkan Mbok Inem.

“Oh iya Mbok, mau pop ice duren satu.” Sai memanggil Mbok Inem yang sudah kembali kedalam warung.

“Pop ice durennya udah habis sama Sasuke. Mau Mbok bikinin yang rasa lain?” Mbok Inem menimpali.

“Lho kok bisa habis? Si jamet beli berapa bungkus emang Mbok?” Sai mulai mengerutkan dahinya sembari melihat Sasuke yang sedang santai meminum Pop Ice rasa kesukaannya.

“Mbok belum sempet ke pasar minggu ini, sisa pop ice duren tinggal 5 sama Sasuke dibeli semuanya.” Mbok Inem masih belum memperhatikan air muka Sai yang mulai berubah.

Sai mendengus pelan. Ia menghampiri Sasuke yang masih acuh sembari tetap menikmati pop ice duren dengan santai.

“Sejak kapan lu suka pop ice rasa duren?” Sai mengintimidasi.

“Sejak tadi.” Sasuke menjawab singkat.

“Sejak tadi?” Sai mengulang kalimat yang Sasuke ucapkan dengan nada kesal.

“Sejak lu nyumpahin orang yang ngehabisin pop ice duren di grup tadi.” Sasuke menjawab dengan nada mengejek.

Sai menarik kerah seragam Sasuke kasar. Perbuatannya tersebut membuat kursi yang Sasuke duduki bergesekan kasar dengan meja hingga gelas dan mangkok yang berada diatasnya berjatuhan.

Suara pecahan mangkok gelas tersebut membuyarkan obrolan anak-anak yang lain. Bahkan Mbok Inem yang sedari tadi sedang menggoreng didalam tergopoh-gopoh keluar melihat kegaduhan apa yang sedang terjadi.

“Jangan narik kerah baju gua.” Sasuke ikut menarik kerah seragam Sai kasar. Membuat jarak mereka semakin dekat.

“Ada apa ini?” Mbok Inem bertanya kepada Naruto. Naruto hanya menggeleng tanda bingung.

“Kalo gua bilang gak mau gimana?” Sai mengejek Sasuke dengan nada bicaranya.

“Brengsek.”

'Buggg'

Tanpa aba-aba Sasuke menonjok rahang kiri Sai sekuat tenaga.

Sai yang sedari tadi ikut tersulut emosi langsung menyergap tubuh Sasuke hingga limbung terjatuh. Sai melayangkan beberapa pukulan sampai Sasuke beringas bangkit dan membalas pukulan Sai.

Keadaan semakin kacau. Mbok Inem berusaha melerai keduanya namun tak berhasil. Neji menarik tubuh kecil Mbok Inem karena Neji tahu, akan sangat berbahaya jika tetap membiarkan Mbok Inem mendekat.

Bel istirahat berbunyi. Tak berselang lama anak anak kelas lain berhamburan keluar menuju kantin. Banyak murid-murid yang berniat jajan di warung Mbok Inem.

Namun niat tersebut sepertinya berubah setelah mereka melihat 'pertempuran' Sai dan Sasuke di depan warung Mbok Inem. Alih-alih melerai mereka malah mengacungkan handphone—merekam pertengkaran tersebut sambil berteriak-teriak menyemangati.

Melihat keadaan semakin chaos Kiba dan Naruto menarik Sai dan Sasuke secara paksa. Beberapa kali Naruto dan Kiba terpental namun keduanya tetap berusaha melerai.

Pada akhirnya setelah wajah keduanya mulai membiru karena luka lebam dan riuh rendah teriakan penonton dadakan semakin ricuh, Sai dan Sasuke berhasil dipisahkan.

Masih dengan deru nafas tak beraturan Sasuke melirik tajam ke arah Sai yang ternyata sedari tadi sedang melakukan hal yang sama kepadanya. Memandang dengan penuh rasa benci.

“Maaf, pangeran. Wajah best seller lu jadi bonyok. Gua doain yang terbaik semoga para selir lu tetep mengenali wajah tampan lu setelah ini.” Sai mengompori Sasuke setelah melihat kerumunan yang mereka hasilkan dari pertengkaran sepele ini.

“Anjing!.” Sasuke beringas melawan kiba yang sedari tadi berusaha keras untuk menahan tubuh Sasuke agar tidak lepas. “Lepasin gua kib.” Sasuke berusaha melawan.

“Kagak ada. Gila ya lupada. Liat brengsek sebanyak apa 'penonton' yang lu berdua hasilkan hanya karena rebutan pop ice duren?!” Kiba menunjuk kerumunan—yang kebanyakan adalah murid perempuan.

“Salah timing doang. Mepet waktu istirahat.” Sasuke membalas santai.

Semua anak kelas 11 yang berada disana hanya menggeleng pelan tak habis pikir.

Kerumunan tersebut akhirnya dibubarkan paksa oleh Pak Genma yang baru saja tiba di lokasi kejadian. Pak Genma melihat biang kerok kerusuhan dadakan ini dengan wajah murka. Tanpa banyak basa-basi Pak Genma menyeret kerah baju Sasuke dan Sai membelah kerumunan kaum hawa yang sedang berbisik-bisik bahwa katanya;

'Sasuke dan Sai bertengkar karena rebutan cewek.'

“Kalian ikut saya ke Ruang BK.” Pak Genma berkata mutlak.

#Pop Ice Duren

“Gua kira lu gajadi cabut.” Kiba menggeser teko berisi teh hangat kepada Sai yang baru saja tiba setelah menyelesaikan aksi melarikan dirinya tadi. Sai menyambut teko tersebut dengan tangan bergetar karena masih kepayahan mengatur nafas setelah memanjat dan berlari dalam satu waktu tanpa pemanasan terlebih dahulu.

“Mana bisa gua melewatkan rapat paripurna yang maha penting ini.” Mbok Inem menggelengkan kepalanya pelan melihat Sai yang masih kepayahan.

“Jadi intinya lu tetep ketauan?” Neji membuka obrolan.

“Iya. Makanya gua tetep nekat karena hasilnya bakal sama aja. Tetep dipanggil ke Ruang BK.”

“Lah berarti kita juga dong?” Naruto bergabung kedalam obrolan setelah mendengar kata 'Ruang BK.'

“Sahabat sejati mana bisa tidak sehati.” Sai santai menimpali.

“Lain kali hati-hati, Sai. Kamu udah berapa kali dipanggil ke Ruang BK bulan ini?” Mbok Inem menyodorkan satu nampan gorengan hangat kepada Sai.

“Iya Mbok maaf, hehe. Lain kali bakal lebih hati-hati. Janji!” Sai merubah air mukanya serius untuk meyakinkan Mbok Inem.

“Oh iya Mbok, mau pop ice duren satu.” Sai memanggil Mbok Inem yang sudah kembali kedalam warung.

“Pop ice durennya udah habis sama Sasuke. Mau Mbok bikinin yang rasa lain?” Mbok Inem menimpali.

“Lho kok bisa habis? Si jamet beli berapa bungkus emang Mbok?” Sai mulai mengerutkan dahinya sembari melihat Sasuke yang sedang santai meminum Pop Ice rasa kesukaannya.

“Mbok belum sempet ke pasar minggu ini, sisa pop ice duren tinggal 5 sama Sasuke dibeli semuanya.” Mbok Inem masih belum memperhatikan air muka Sai yang mulai berubah.

Sai mendengus pelan. Ia menghampiri Sasuke yang masih acuh sembari tetap menikmati pop ice duren dengan santai.

“Sejak kapan lu suka pop ice rasa duren?” Sai mengintimidasi.

“Sejak tadi.” Sasuke menjawab singkat.

“Sejak tadi?” Sai mengulang kalimat yang Sasuke ucapkan dengan nada kesal.

“Sejak lu nyumpahin orang yang ngehabisin pop ice duren di grup tadi.” Sasuke menjawab dengan nada mengejek.

Sai menarik kerah seragam Sasuke kasar. Perbuatannya tersebut membuat kursi yang Sasuke duduki bergesekan kasar dengan meja hingga gelas dan mangkok yang berada diatasnya berjatuhan.

Suara pecahan mangkok gelas tersebut membuyarkan obrolan anak-anak yang lain. Bahkan Mbok Inem yang sedari tadi sedang menggoreng didalam tergopoh-gopoh keluar melihat kegaduhan apa yang sedang terjadi.

“Jangan narik kerah baju gua.” Sasuke ikut menarik kerah seragam Sai kasar. Membuat jarak mereka semakin dekat.

“Ada apa ini?” Mbok Inem bertanya kepada Naruto. Naruto hanya menggeleng tanda bingung.

“Kalo gua bilang gak mau gimana?” Sai mengejek Sasuke dengan nada bicaranya.

“Brengsek.”

'Buggg'

Tanpa aba-aba Sasuke menonjok rahang kiri Sai sekuat tenaga.

Sai yang sedari tadi ikut tersulut emosi langsung menyergap tubuh Sasuke hingga limbung terjatuh. Sai melayangkan beberapa pukulan sampai Sasuke beringas bangkit dan membalas pukulan Sai.

Keadaan semakin kacau. Mbok Inem berusaha melerai keduanya namun tak berhasil. Neji menarik tubuh kecil Mbok Inem karena Neji tahu, akan sangat berbahaya jika tetap membiarkan Mbok Inem mendekat.

Bel istirahat berbunyi. Tak berselang lama anak anak kelas lain berhamburan keluar menuju kantin. Banyak murid-murid yang berniat jajan di warung Mbok Inem.

Namun niat tersebut sepertinya berubah setelah mereka melihat 'pertempuran' Sai dan Sasuke di depan warung Mbok Inem. Alih-alih melerai mereka malah mengacungkan handphone—merekam pertengkaran tersebut sambil berteriak-teriak menyemangati.

Melihat keadaan semakin chaos Kiba dan Naruto menarik Sai dan Sasuke secara paksa. Beberapa kali Naruto dan Kiba terpental namun keduanya tetap berusaha melerai.

Pada akhirnya setelah wajah keduanya mulai membiru karena luka lebam dan riuh rendah teriakan penonton dadakan semakin ricuh, Sai dan Sasuke berhasil dipisahkan.

Masih dengan deru nafas tak beraturan Sasuke melirik tajam ke arah Sai yang ternyata sedari tadi sedang melakukan hal yang sama kepadanya. Memandang dengan penuh rasa benci.

“Maaf, pangeran. Wajah best seller lu jadi bonyok. Gua doain yang terbaik semoga para selir lu tetep mengenali wajah tampan lu setelah ini.” Sai mengompori Sasuke setelah melihat kerumunan yang mereka hasilkan dari pertengkaran sepele ini.

“Anjing!.” Sasuke beringas melawan kiba yang sedari tadi berusaha keras untuk menahan tubuh Sasuke agar tidak lepas. “Lepasin gua kib.” Sasuke berusaha melawan.

“Kagak ada. Gila ya lupada. Liat brengsek sebanyak apa 'penonton' yang lu berdua hasilkan hanya karena rebutan pop ice duren?!” Kiba menunjuk kerumunan—yang kebanyakan adalah murid perempuan.

“Salah timing doang. Mepet waktu istirahat.” Sasuke membalas santai.

Semua anak kelas 11 yang berada disana hanya menggeleng pelan tak habis pikir.

Kerumunan tersebut akhirnya dibubarkan paksa oleh Pak Genma yang baru saja tiba di lokasi kejadian. Pak Genma melihat biang kerok kerusuhan dadakan ini dengan wajah murka. Tanpa banyak basa-basi Pak Genma menyeret kerah baju Sasuke dan Sai membelah kerumunan kaum hawa yang sedang berbisik-bisik bahwa katanya;

'Sasuke dan Sai bertengkar karena rebutan cewek.'

“Kalian ikut saya ke Ruang BK.” Pak Genma berkata mutlak.

“Gua kira lu gajadi cabut.” Kiba menggeser teko berisi teh hangat kepada Sai yang baru saja tiba setelah menyelesaikan aksi melarikan dirinya tadi. Sai menyambut teko tersebut dengan tangan bergetar karena masih kepayahan mengatur nafas setelah memanjat dan berlari dalam satu waktu tanpa pemanasan terlebih dahulu.

“Mana bisa gua melewatkan rapat paripurna yang maha penting ini.” Mbok Inem menggelengkan kepalanya pelan melihat Sai yang masih kepayahan.

“Jadi intinya lu tetep ketauan?” Neji membuka obrolan.

“Iya. Makanya gua tetep nekat karena hasilnya bakal sama aja. Tetep dipanggil ke Ruang BK.”

“Lah berarti kita juga dong?” Naruto bergabung kedalam obrolan setelah mendengar kata 'Ruang BK.'

“Sahabat sejati mana bisa tidak sehati.” Sai santai menimpali.

“Lain kali hati-hati, Sai. Kamu udah berapa kali dipanggil ke Ruang BK bulan ini?” Mbok Inem menyodorkan satu nampan gorengan hangat kepada Sai.

“Iya Mbok maaf hehe. Lain kali bakal lebih hati-hati. Janji!” Sai merubah air mukanya serius untuk meyakinkan Mbok Inem.

“Oh iya Mbok, mau pop ice duren satu.” Sai memanggil Mbok Inem yang sudah kembali kedalam warung.

“Pop ice durennya udah habis sama Sasuke. Mau Mbok bikinin yang rasa lain?” Mbok Inem menimpali.

“Lho kok bisa habis? Si jamet beli berapa bungkus emang Mbok?” Sai mulai mengerutkan dahinya sembari melihat Sasuke yang sedang santai meminum Pop Ice rasa kesukaannya.

“Mbok belum sempet ke pasar minggu ini, sisa pop ice duren tinggal 5 sama Sasuke dibeli semuanya.” Mbok Inem masih belum memperhatikan air muka Sai yang mulai berubah.

Sai mendengus pelan. Ia menghampiri Sasuke yang masih acuh sembari tetap menikmati pop ice duren dengan santai.

“Sejak kapan lu suka pop ice rasa duren?” Sai mengintimidasi.

“Sejak tadi.” Sasuke menjawab singkat.

“Sejak tadi?” Sai mengulang kalimat yang Sasuke ucapkan dengan nada kesal.

“Sejak lu nyumpahin orang yang ngehabisin pop ice duren di grup tadi.” Sasuke menjawab dengan nada mengejek.

Sai menarik kerah seragam Sasuke kasar. Perbuatannya tersebut membuat kursi yang Sasuke duduki bergesekan kasar dengan meja hingga gelas dan mangkok yang berada diatasnya berjatuhan.

Suara pecahan mangkok gelas tersebut membuyarkan obrolan anak-anak yang lain. Bahkan Mbok Inem yang sedari tadi sedang menggoreng didalam tergopoh-gopoh keluar melihat kegaduhan apa yang sedang terjadi.

“Jangan narik kerah baju gua.” Sasuke ikut menarik kerah seragam Sai kasar. Membuat jarak mereka semakin dekat.

“Ada apa ini?” Mbok Inem bertanya kepada Naruto. Naruto hanya menggeleng tanda bingung.

“Kalo gua bilang gak mau gimana?” Sai mengejek Sasuke dengan nada bicaranya.

“Brengsek.”

'Buggg'

Tanpa aba-aba Sasuke menonjok rahang kiri Sai sekuat tenaga.

Sai yang sedari tadi ikut tersulut emosi langsung menyergap tubuh Sasuke hingga limbung terjatuh. Sai melayangkan beberapa pukulan sampai Sasuke beringas bangkit dan membalas pukulan Sai.

Keadaan semakin kacau. Mbok Inem berusaha melerai keduanya namun tak berhasil. Neji menarik tubuh kecil Mbok Inem karena Neji tahu, akan sangat berbahaya jika tetap membiarkan Mbok Inem mendekat.

Bel istirahat berbunyi. Tak berselang lama anak anak kelas lain berhamburan keluar menuju kantin. Banyak murid-murid yang berniat jajan di warung Mbok Inem.

Namun niat tersebut sepertinya berubah setelah mereka melihat 'pertempuran' Sai dan Sasuke di depan warung Mbok Inem. Alih-alih melerai mereka malah mengacungkan handphone—merekam pertengkaran tersebut sambil berteriak-teriak menyemangati.

Melihat keadaan semakin chaos Kiba dan Naruto menarik Sai dan Sasuke secara paksa. Beberapa kali Naruto dan Kiba terpental namun keduanya tetap berusaha melerai.

Pada akhirnya setelah wajah keduanya mulai membiru karena luka lebam dan riuh rendah teriakan penonton dadakan semakin ricuh, Sai dan Sasuke berhasil dipisahkan.

Masih dengan deru nafas tak beraturan Sasuke melirik tajam ke arah Sai yang ternyata sedari tadi sedang melakukan hal yang sama kepadanya. Memandang dengan penuh rasa benci.

“Maaf, pangeran. Wajah best seller lu jadi bonyok. Gua doain yang terbaik semoga para selir lu tetep mengenali wajah tampan lu setelah ini.” Sai mengompori Sasuke setelah melihat kerumunan yang mereka hasilkan dari pertengkaran sepele ini.

“Anjing.” Sasuke beringas melawan kiba yang sedari tadi berusaha keras untuk menahan tubuh Sasuke agar tidak lepas. “Lepasin gua kib.” Sasuke berusaha melawan.

“Kagak ada. Gila ya lupada. Liat brengsek sebanyak apa 'penonton' yang lu berdua hasilkan hanya karena rebutan pop ice duren?!” Kiba menunjuk kerumunan—yang kebanyakan adalah murid perempuan.

“Salah timing doang. Mepet waktu istirahat.” Sasuke membalas santai.

Semua anak kelas 11 yang berada disana hanya menggeleng pelan tak habis pikir.

Kerumunan tersebut akhirnya dibubarkan paksa oleh Pak Genma yang baru saja tiba di lokasi kejadian. Pak Genma melihat biang kerok kerusuhan dadakan ini dengan wajah murka. Tanpa banyak basa-basi Pak Genma menyeret kerah baju Sasuke dan Sai membelah kerumunan kaum hawa yang sedang berbisik-bisik bahwa katanya;

'Sasuke dan Sai bertengkar karena rebutan cewek.'

“Kalian ikut saya ke Ruang BK.” Pak Genma berkata mutlak.

“Gua kira lu gajadi cabut.” Kiba menggeser teko berisi teh hangat kepada Sai yang baru saja tiba setelah menyelesaikan aksi melarikan dirinya tadi. Sai menyambut teko tersebut dengan tangan bergetar karena masih kepayahan mengatur nafas setelah memanjat dan berlari dalam satu waktu tanpa pemanasan terlebih dahulu.

“Mana bisa gua melewatkan rapat paripurna yang maha penting ini.” Mbok Inem menggelengkan kepalanya pelan melihat Sai yang masih kepayahan.

“Jadi intinya lu tetep ketauan?” Neji membuka obrolan.

“Iya. Makanya gua tetep nekat karena hasilnya bakal sama aja. Tetep dipanggil ke Ruang BK.”

“Lah berarti kita juga dong?” Naruto bergabung kedalam obrolan setelah mendengar kata 'Ruang BK.'

“Sahabat sejati mana bisa tidak sehati.” Sai santai menimpali.

“Lain kali hati-hati, Sai. Kamu udah berapa kali dipanggil ke Ruang BK bulan ini?” Mbok Inem menyodorkan satu nampan gorengan hangat kepada Sai.

“Iya Mbok maaf hehe. Lain kali bakal lebih hati-hati. Janji!” Sai merubah air mukanya serius untuk meyakinkan Mbok Inem.

“Oh iya Mbok, mau pop ice duren satu.” Sai memanggil Mbok Inem yang sudah kembali kedalam warung.

“Pop ice durennya udah habis sama Sasuke. Mau Mbok bikinin yang rasa lain?” Mbok Inem menimpali.

“Lho kok bisa habis? Si jamet beli berapa bungkus emang Mbok?” Sai mulai mengerutkan dahinya sembari melihat Sasuke yang sedang santai meminum Pop Ice rasa kesukaannya.

“Mbok belum sempet ke pasar minggu ini, sisa pop ice duren tinggal 5 sama Sasuke dibeli semuanya.” Mbok Inem masih belum memperhatikan air muka Sai yang mulai berubah.

Sai mendengus pelan. Ia menghampiri Sasuke yang masih acuh sembari tetap menikmati pop ice duren dengan santai.

“Sejak kapan lu suka pop ice rasa duren?” Sai mengintimidasi.

“Sejak tadi.” Sasuke menjawab singkat.

“Sejak tadi?” Sai mengulang kalimat yang Sasuke ucapkan dengan nada kesal.

“Sejak lu nyumpahin orang yang ngehabisin pop ice duren di grup tadi.” Sasuke menjawab dengan nada mengejek.

Sai menarik kerah seragam Sasuke kasar. Perbuatannya tersebut membuat kursi yang Sasuke duduki bergesekan kasar dengan meja hingga gelas dan mangkok yang berada diatasnya berjatuhan.

Suara pecahan mangkok gelas tersebut membuyarkan obrolan anak-anak yang lain. Bahkan Mbok Inem yang sedari tadi sedang menggoreng didalam tergopoh-gopoh keluar melihat kegaduhan apa yang sedang terjadi.

“Jangan narik kerah baju gua.” Sasuke ikut menarik kerah seragam Sai kasar. Membuat jarak mereka semakin dekat.

“Ada apa ini?” Mbok Inem bertanya kepada Naruto. Naruto hanya menggeleng tanda bingung.

“Kalo gua bilang gak mau gimana?” Sai mengejek Sasuke dengan nada bicaranya.

“Brengsek.”

'Buggg'

Tanpa aba-aba Sasuke menonjok rahang kiri Sai sekuat tenaga.

Sai yang sedari tadi ikut tersulut emosi langsung menyergap tubuh Sasuke hingga limbung terjatuh. Sai melayangkan beberapa pukulan sampai Sasuke beringas bangkit dan membalas pukulan Sai.

Keadaan semakin kacau. Mbok Inem berusaha melerai keduanya namun tak berhasil. Neji menarik tubuh kecil Mbok Inem karena Neji tahu, akan sangat berbahaya jika tetap membiarkan Mbok Inem mendekat.

Bel istirahat berbunyi. Tak berselang lama anak anak kelas lain berhamburan keluar menuju kantin. Banyak murid-murid yang berniat jajan di warung Mbok Inem.

Namun niat tersebut sepertinya berubah setelah mereka melihat 'pertempuran' Sai dan Sasuke di depan warung Mbok Inem. Alih-alih melerai mereka malah mengacungkan handphone—merekam pertengkaran tersebut sambil berteriak-teriak menyemangati.

Melihat keadaan semakin chaos Kiba dan Naruto menarik Sai dan Sasuke secara paksa. Beberapa kali Naruto dan Kiba terpental namun keduanya tetap berusaha melerai.

Pada akhirnya setelah wajah keduanya mulai membiru karena luka lebam dan riuh rendah teriakan penonton dadakan semakin ricuh, Sai dan Sasuke berhasil dipisahkan.

Masih dengan deru nafas tak beraturan Sasuke melirik tajam ke arah Sai yang ternyata sedari tadi sedang melakukan hal yang sama kepadanya. Memandang dengan penuh rasa benci.

“Maaf, pangeran. Wajah best seller lu jadi bonyok. Gua doain yang terbaik semoga para selir lu tetep mengenali wajah tampan lu setelah ini.” Sai mengompori Sasuke setelah melihat kerumunan yang mereka hasilkan dari pertengkaran sepele ini.

“Anjing.” Sasuke beringas melawan kiba yang sedari tadi berusaha keras untuk menahan tubuh Sasuke agar tidak lepas. “Lepasin gua kib.” Sasuke berusaha melawan.

“Kagak ada. Gila ya lupada. Liat brengsek sebanyak apa 'penonton' yang lu berdua hasilkan hanya karena rebutan pop ice duren?!” Kiba menunjuk kerumunan—yang kebanyakan adalah murid perempuan.

“Salah timing doang. Mepet waktu istirahat.” Sasuke membalas santai.

Semua anak kelas 11 yang berada disana hanya menggeleng pelan tak habis pikir.

Kerumunan tersebut akhirnya dibubarkan paksa oleh Pak Genma yang baru saja tiba di lokasi kejadian. Pak Genma melihat biang kerok kerusuhan dadakan ini dengan wajah murka. Tanpa banyak basa-basi Pak Genma menyeret kerah baju Sasuke dan Sai membelah kerumunan kaum hawa yang sedang berbisik-bisik bahwa katanya;

'Sasuke dan Sai bertengkar karena rebutan cewek.'

“Kalian ikut saya ke Ruang BK.” Pak Genma berkata mutlak.

“Ada salam dari Pak Ibiki.”

Shikamaru memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti Ruang BK. Biasanya setiap murid yang masuk ke Ruang BK akan beradu mulut dengan Pak Ibiki untuk membela diri agar terlepas dari hukuman. Namun tentu saja Pak Ibiki tak akan tertipu oleh taktik kecil seperti itu.

Setiap murid yang masuk ke Ruang BK akan berakhir dengan hukuman yang memalukan.

Pengecualian untuk hari ini. Sungguh sebuah keberuntungan bagi Sasuke dan Sai yang membuat keributan dan menjadi buah bibir pembicaraan satu sekolah dengan tanpa Pak Ibiki di Ruang BK. Bahkan Pak Ibiki sendiri amat teramat gemas karena tak dapat mengadili dua preman sekolah ini.

Shikamaru sebagai ketua OSIS mempunyai wewenang untuk menggantikan Pak Ibiki. Hal ini jelas menguntungkan bagi Sasuke dan Sai karena mereka akan lolos hukuman jalur orang dalam.

“Jadi, seliweran gosip lu berdua berantem gara-gara rebutan cewek tuh salah?”

“Selera gua lebih tinggi dari si tepung kanji.” Sasuke sinis berkata sambil menatap Sai penuh permusuhan.

“Ngomong sekali lagi anjing?!” Sai menarik kerah seragam Sasuke lagi. Sasuke menatap sinis tak mau kalah dengan menarik balik kerah seragam Sai. Shikamaru menghela nafas lelah melihat kelakuan kedua teman baiknya tersebut.

“Lu berdua bikin gonjang-ganjing satu sekolah cuman karena rebutan pop ice duren.” Shikamaru menulis judul berita acara dengan singgungan nada ironi.

Shikamaru memandang kedua kawannya suntuk. Dalam surat berita acara tertulis Sasuke dan Sai menjalani hukuman membersihkan area kamar mandi wanita selama satu minggu. Hukuman tersebut adalah hukuman yang biasa Pak Ibiki berikan kepada biang kerok tukang buat onar di sekolah.

“Lu berdua di hukum bantuin gua ngurus kepanitiaan ospek bulan depan.”

Baik Sasuke maupun Sai tak banyak berkomentar.

Keduanya tahu bahwa privilege jalur orang dalam mereka telah bekerja.

“Gua kira lu gajadi cabut.” Kiba menggeser teko berisi teh hangat kepada Sai yang baru saja tiba setelah menyelesaikan aksi melarikan dirinya tadi. Sai menyambut teko tersebut dengan tangan bergetar karena masih kepayahan mengatur nafas setelah memanjat dan berlari dalam satu waktu tanpa pemanasan terlebih dahulu.

“Mana bisa gua melewatkan rapat paripurna yang maha penting ini.” Mbok Inem menggelengkan kepalanya pelan melihat Sai yang masih kepayahan.

“Jadi intinya lu tetep ketauan?” Neji membuka obrolan.

“Iya. Makanya gua tetep nekat karena hasilnya bakal sama aja. Tetep dipanggil ke Ruang BK.”

“Lah berarti kita juga dong?” Naruto bergabung kedalam obrolan setelah mendengar kata 'Ruang BK.'

“Sahabat sejati mana bisa tidak sehati.” Sai santai menimpali.

“Lain kali hati-hati, Sai. Kamu udah berapa kali dipanggil ke Ruang BK bulan ini?” Mbok Inem menyodorkan satu nampan gorengan hangat kepada Sai.

“Iya Mbok maaf hehe. Lain kali bakal lebih hati-hati. Janji!” Sai merubah air mukanya serius untuk meyakinkan Mbok Inem.

“Oh iya Mbok, mau pop ice duren satu.” Sai memanggil Mbok Inem yang sudah kembali kedalam warung.

“Pop ice durennya udah habis sama Sasuke. Mau Mbok bikinin yang rasa lain?” Mbok Inem menimpali.

“Lho kok bisa habis? Si jamet beli berapa bungkus emang Mbok?” Sai mulai mengerutkan dahinya sembari melihat Sasuke yang sedang santai meminum Pop Ice rasa kesukaannya.

“Mbok belum sempet ke pasar minggu ini, sisa pop ice duren tinggal 5 sama Sasuke dibeli semuanya.” Mbok Inem masih belum memperhatikan air muka Sai yang mulai berubah.

Sai mendengus pelan. Ia menghampiri Sasuke yang masih acuh sembari tetap menikmati pop ice duren dengan santai.

“Sejak kapan lu suka pop ice rasa duren?” Sai mengintimidasi.

“Sejak tadi.” Sasuke menjawab singkat.

“Sejak tadi?” Sai mengulang kalimat yang Sasuke ucapkan dengan nada kesal.

“Sejak lu nyumpahin orang yang ngehabisin pop ice duren di grup tadi.” Sasuke menjawab dengan nada mengejek.

Sai menarik kerah seragam Sasuke kasar. Perbuatannya tersebut membuat kursi yang Sasuke duduki bergesekan kasar dengan meja hingga gelas dan mangkok yang berada diatasnya berjatuhan.

Suara pecahan mangkok gelas tersebut membuyarkan obrolan anak-anak yang lain. Bahkan Mbok Inem yang sedari tadi sedang menggoreng didalam tergopoh-gopoh keluar melihat kegaduhan apa yang sedang terjadi.

“Jangan narik kerah baju gua.” Sasuke ikut menarik kerah seragam Sai kasar. Membuat jarak mereka semakin dekat.

“Ada apa ini?” Mbok Inem bertanya kepada Naruto. Naruto hanya menggeleng tanda bingung.

“Kalo gua bilang gak mau gimana?” Sai mengejek Sasuke dengan nada bicaranya.

“Brengsek.”

'Buggg'

Tanpa aba-aba Sasuke menonjok rahang kiri Sai sekuat tenaga.

Sai yang sedari tadi ikut tersulut emosi langsung menyergap tubuh Sasuke hingga limbung terjatuh. Sai melayangkan beberapa pukulan sampai Sasuke beringas bangkit dan membalas pukulan Sai.

Keadaan semakin kacau. Mbok Inem berusaha melerai keduanya namun tak berhasil. Neji menarik tubuh kecil Mbok Inem karena Neji tahu, akan sangat berbahaya jika tetap membiarkan Mbok Inem mendekat.

Bel istirahat berbunyi. Tak berselang lama anak anak kelas lain berhamburan keluar menuju kantin. Banyak murid-murid yang berniat jajan di warung Mbok Inem.

Namun niat tersebut sepertinya berubah setelah mereka melihat 'pertempuran' Sai dan Sasuke di depan warung Mbok Inem. Alih-alih melerai mereka malah mengacungkan handphone—merekam pertengkaran tersebut sambil berteriak-teriak menyemangati.

Melihat keadaan semakin chaos Kiba dan Naruto menarik Sai dan Sasuke secara paksa. Beberapa kali Naruto dan Kiba terpental namun keduanya tetap berusaha melerai.

Pada akhirnya setelah wajah keduanya mulai membiru karena luka lebam dan riuh rendah teriakan penonton dadakan semakin ricuh, Sai dan Sasuke berhasil dipisahkan.

Masih dengan deru nafas tak beraturan Sasuke melirik tajam ke arah Sai yang ternyata sedari tadi sedang melakukan hal yang sama kepadanya. Memandang dengan penuh rasa benci.

“Maaf, pangeran. Wajah best seller lu jadi bonyok. Gua doain yang terbaik semoga para selir lu tetep mengenali wajah tampan lu setelah ini.” Sai mengompori Sasuke setelah melihat kerumunan yang mereka hasilkan dari pertengkaran sepele ini.

“Anjing.” Sasuke beringas melawan kiba yang sedari tadi berusaha keras untuk menahan tubuh Sasuke agar tidak lepas. “Lepasin gua kib.” Sasuke berusaha melawan.

“Kagak ada. Gila ya lupada. Liat brengsek sebanyak apa 'penonton' yang lu berdua hasilkan hanya karena rebutan pop ice duren?!” Kiba menunjuk kerumunan—yang kebanyakan adalah murid perempuan.

“Salah timing doang. Mepet waktu istirahat.” Sasuke membalas santai.

Semua anak kelas 11 yang berada disana hanya menggeleng pelan tak habis pikir.

Kerumunan tersebut akhirnya dibubarkan paksa oleh Pak Genma yang baru saja tiba di lokasi kejadian. Pak Genma melihat biang kerok kerusuhan dadakan ini dengan wajah murka. Tanpa banyak basa-basi Pak Genma menyeret kerah baju Sasuke dan Sai membelah kerumunan kaum hawa yang sedang berbisik-bisik bahwa katanya;

'Sasuke dan Sai bertengkar karena rebutan cewek.'

“Kalian ikut saya ke Ruang BK.” Pak Genma berkata mutlak.

Sai menjadi orang yang paling terakhir bergabung di acara bolos dadakan ini. Ia terpisah dari 'komplotan' karena panggilan alam yang terus bergemuruh di dalam perutnya. Mau tak mau ia harus menyelesaikan urusan perutnya agar dapat kembali bergabung dengan yang lainnya.

Selesai dengan panggilan alamnya, Sai kembali diuji dengan 'komplotan' kubu musuh yang ternyata sedang berpatroli disekitar gerbang utama. Pak Genma dan pasukannya sedang menyusuri area gerbang utama. Dari mulai pintu-pintu kecil, jendela lab dan mengamankan beberapa tangga lipat yang sudah bertengger di tembok belakang sekolah.

Takut-takut akan ada murid yang berhasil lolos melarikan diri akhirnya Pak Genma mengambil inisiatif tersebut. Dan benar saja, satu komplotan tukang bolos telah lolos.

Warung Mbok Inem—tempat biasa anak-anak kelas 11 bolos berada di luar area sekolah. Bukan tanpa alasan mereka memilih warung Mbok Inem sebagai markas utama. Lokasi strategis, karena berada di luar zona razia, jajanan yang enak ramah untuk dompet dan solidaritas tinggi Mbok Inem kepada anak-anak yang selalu melindungi mereka jika guru-guru mulai mengendus komplotan tukang bolos tersebut.

Mbok Inem menyayangi mereka layaknya seorang ibu kepada anaknya. Mbok Inem bahkan hafal betul karakter dan tabiat mereka.

Setiap kali membolos mereka selalu membantu Mbok Inem menggoreng pesanan, mencuci piring atau sekedar bercerita bagaimana hari mereka di sekolah. Mbok Inem merasa senang dan tersentuh akan semua kasih sayang mereka karena hingga akhir hayat suaminya. Ia masih belum dikaruniai seorang anak.

Kembali kepada Sai yang masih bersembunyi dari komplotan patroli.

Sai memutar otak. Walaupun sedikit kesal ia tetap harus berpikir agar bisa lolos tanpa harus diseret ke Ruang BK. Ia mengamati keadaan dengan seksama.

“Kalo gua nekat lewat gerbang utama udah pasti gaakan selamat. Lewat pintu pintu kecil yang biasa dipake cabut juga kayaknya gaakan aman. Hanya ada satu jalan; lewat belakang.”

Sai berjinjit memelankan langkah kakinya menuju gudang belakang sekolah. Dengan hati-hati ia menarik tangga lipat yang sudah Pak Genma amankan tadi, perlahan namun pasti tangga lipat tersebut sudah tertarik hampir setengahnya.

Belum selesai Sai menarik tangga lipatnya, tiba-tiba Pak Genma dan komplotannya membuka jendela gudang dan mengejutkan Sai dengan sekali sentakan.

“KETEMU KAU! MAU KEMANA HAH BAWA TANGGA LIPAT SEGALA! MAU KABUR YA?!”

Tanpa ba bi bu Sai langsung meloncat lewat jendela gudang seberang karena ia tahu, jika melarikan diri lewat pintu masuk—di depan sana pasti sudah ada pasukan lain yang siap menghadang.

Tak mau kalah, Pak Genma mengambil jalan memutar dan memblokir jalan kabur Sai. Sai cukup kebingungan. Keadaan ini jelas tidak menguntungkannya. Pak Genma tersenyum puas karena berhasil menangkap tikus kecil nakal yang sudah menjadi incarannya sejak lama.

Keadaan sudah sangat mendesak.

“Kabur atau nggak kabur gua pasti diseret ke Ruang BK, daripada merugi sebelum bertindak lebih baik gua nekat.”

Sai merogoh saku seragamnnya—mengambil tali Pramuka yang biasa anak Pramuka gunakan untuk latihan tali temali ketika kumpulan. Dengan cepat Sai membuat simpul tali jangkar dan melemparnya ke atas jeruji tembok belakang.

“Nice shoot.” Sai tersenyum puas.

Dengan bermodalkan tali Pramuka Sai memanjat tembok belakang sekolah untuk kabur menuju warung Mbok Inem. Sepersekian detik Pak Genma hanya melongo melihat kelakuan Sai yang sudah sangat jauh dari kata wajar. Tak lama kemudian Pak Genma berusaha menyusul Sai sambil melemparinya dengan sepatu yang ia gunakan.

Namun terlambat. Baru setengah jalan Pak Genma menyusul, Sai sudah mengambil finish di ujung tembok dan melambai-lambaikan tangannya tanda kemenangan. Tak lupa diakhir perpisahan Sai melepaskan ujung ikatan tali temali yang ia sematkan disalah satu jeruji besi tembok yang membuat Pak Genma jatuh tersungkur ke bawah dengan sekali hempasan.

“Terimakasih Pak atas latihannya. Saya akan ajukan ke Pak Guy agar bapak di alih tugaskan menjadi coach olahraga karena Bapak jago memanjat seperti atlet ninja warrior.

Sai melambaikan tangannya sekali lagi. Tanda perpisahan dan kemenangannya di duel kali ini.