He keeps his promises.
***
Astoria mengerutkan keningnya ketika melihat motor Theo berhenti tepat di depannya. Dia terkejut karena dia pikir, Theo akan datang bersama Hermione, namun ternyata tidak. Theo datang sendiri.
“Tor, nunggu Draco?” Bahkan untuk menyebut namanya saja, amarah Theo rasanya memuncak.
“Iya, lo mau jemput Hermione? Gue kira lo bareng Hermione.”
Theo menggelengkan kepalanya, “Ayo balik bareng gue.”
Astoria kebingungan saat Theo menyodorkan helm yang dia bawa.
“Tapi gue lagi nunggu Draco. Dia katanya ada urusan bentar, sebentar lagi juga dateng pasti.”
“Urusan?”
Astoria mengangguk, “Tuh Draco.”
Theo melirik lelaki berambut pirang itu dengan penuh amarah. Ingin sekali rasanya dia memukul Draco saat ini juga.
“Lo ngapain disini?” Tanya Draco kepada Theo.
“Jemput Astoria.”
Draco terkekeh pelan, “Astoria udah janji sama gue. Dan gue juga yang akan anter dia pulang. Lo bukannya lagi deketin Hermione? Lo harusnya bukan disini kan?”
Karena tidak tahan, dan daripada memukul Draco didepan Astoria, Theo menarik tangan Astoria.
“Balik bareng gue Tor, jangan bareng bajingan ini.”
Draco tidak terima dipanggil bajingan oleh Theo, dia juga menarik tangan Astoria yang satunya. “Bajingan? Lo yang bajingan. Lo mainin Hermione atau gimana? Kenapa lo malah jemput Astoria dan maksa dia balik bareng lo?”
“Anjing.”
“Theo!”
Theo menarik kerah baju Draco hingga lelaki berambut pirang itu menatap tajam ke arahnya.
“Theo apa apaan sih? Kenapa? Kalian lagi ada masalah?” Tanya Astoria panik.
“The, lepasin. Malu diliatin orang lain The. Kalau ada masalah, kita omongin baik-baik.” Ucap Astoria semakin panik karena Theo dan Draco hanya saling diam menatap tajam satu sama lain dengan nafas mereka yang terengah-engah.
Theo melepaskan cengkramannya dari kerah Draco, namun dengan cara mendorongnya sehingga membuat Draco hampir terjatuh.
“Maksud lo apa sih? Mau ribut sama gue? Ayo.” Draco mendorong balik tubuh Theo.
“Lo bajingan anjing. Lo bangsat!”
“Siapa lo ngatain gue begitu hah?!”
“Kenyataan.”
“Stop! Apa apaan sih kalian. Nanti pak satpam liat, misahin kalian. Lo mau dipanggil dosen Drake? Enggak kan? Cukup!” Astoria mencoba memisahkan mereka berdua.
“Ayo balik sama gue Tor.” Ucap Theo memaksa dengan menarik tangan Astoria.
“Lepas, bangsat.” Ucap Draco marah, melepas genggaman tangan Theo ditangan Astoria.
“Lo yang bangsat!”
“Anjing!”
“STOP! KALIAN KENAPA SIH?! KALIAN BERANTEM KARNA APA? KENAP— aww.”
Baik Theo maupun Draco sama sama panik ketika melihat Astoria kesakitan sambil memegang dada bagian kirinya. Astoria hampir terjatuh, untung saja ada Theo yang menahannya.
“You okey? Sakit ya?” Tanya Theo, Astoria menatap mata Theo dan mengangguk, lalu kembali menunduk menahan rasa sakit.
“Hei Tori, kita ke rumah sakit ya?” Tanya Draco lembut.
Astoria menggelengkan kepalanya, “Pulang aja.”
“Yaudah ayo kita pulang ya. Gue rasa Astoria lebih aman balik bareng gue. Dia bisa tidur di mobil.” Kini Theo menyerahkan Astoria kepada Draco tanpa ada perlawanan lagi.
Draco dengan lembut merangkul Astoria dan menuntunnya masuk ke dalam mobil. Setelah itu, sebelum dia juga masuk, Theo menahannya.
“Gue udah liat lo sama Hermione tadi.”
Tubuh Draco menjadi tegang seketika. Matanya kembali melirik Theo, lebih tajam dari sebelumnya.
“Gue cuman mau ngingetin.. Lo akan kehilangan Astoria lebih sakit dibanding lo kehilangan Hermione.”
Kedua tangan Draco mengepal, namun dia berusaha menahan emosinya untuk tidak membuat keributan, karena takut keadaan Astoria semakin memburuk.
Theo berjalan menuju motornya. “Lo anterin Astoria sampe rumah. Jangan sampe Daphne denger soal ini.”
Itu peringatan terakhir yang Theo ucapkan kepada Draco.
© urhufflegurl_