litaaps

Siapa dia?

***

Draco pergi menuju rumah Hermione walaupun kepalanya sedikit sakit. Sakitnya tidak kunjung sembuh, malah Draco merasa makin sini semakin sakit, dan dia semakin sering sakit kepala serta sesak nafas.

Draco mengabaikan itu semua, dia berusaha berpikir bahwa suatu saat nanti, asal itu dengan Hermione, dia pasti sembuh.

Malam ini, Draco tidak masuk ke dalam rumah Hermione. Entahlah, tapi dia sengaja diam di depan komplek perumahan dimana Hermione tinggal. Dia menunggu disana.

Draco merebahkan kepalanya yang semakin sakit, sesekali dia memukul kepalanya agar sakitnya berkurang, tapi malah semakin menjadi.

“Penyakit sialan.” Gumam Draco meminum obat miliknya.

Sudah 1 jam Draco menunggu, belum ada tanda tanda Hermione pulang. Bahkan ini sudah pukul 10 malam. Draco terus memberi Hermione pesan, namun tetap saja ponsel wanita nya itu mati. Dan whatsapp nya ceklis.

Setelah 1 jam 30 menit dia menunggu, tepat pada pukul 10.30 malam, mobil yang sudah Draco lihat 3 kali untuk menjemput Hermione masuk ke dalam komplek, dan berhenti disana.

Draco melihat Hermione turun bersama seorang lelaki yang entah itu siapa, lelaki itu memakai jaket yang ada topinya. Jadi Draco tidak dapat melihat jelas siapa lelaki yang mengantar Hermione itu.

Dengan seksama, Draco memperhatikan mereka.

Draco memperhatikan bagaimana lelaki itu mengusap lembut kepala Hermione dan Hermione tersenyum hangat kepadanya.

Hanya ada satu orang. Apa itu Harry? Atau Ron? Atau siapa?

Setelah itu, lelaki yang mengantar Hermione kembali ke mobil, dan sialnya, Draco tidak dapat melihatnya dengan jelas.

Draco mencatat plat nomor mobil dan menyimpannya.

Baru saja Draco akan menginjak gas ingin ke rumah Hermione, kepalanya mendadak sangat sakit seperti di peras secara kasar. Dia menunduk dan memegang kepalanya.

“Plis, jangan plis. Draco, plis.” Gumamnya.

Draco berusaha menetralkan nafasnya yang mulai sesak, dia berusaha meraih obat obatnya dan menelan semuanya sekaligus, meminum air hingga air nya habis.

Draco berusaha tenang, dia malam ini harus bertemu Hermione. Dia sangat ingin bertanya siapa yang mengantarnya.

“Plis, Draco. Plis. Lo harus ketemu Hermione, jangan kayak gini oke.”

Akhirnya, rasa sakitnya mulai berkurang, mungkin karena obat yang dia minum sekaligus itu padahal dia sama sekali belum menyentuh makanan dari pagi.

Dengan segera dia pun pergi ke rumah Hermione.


“Draco?”

Hermione sudah berpakaian santai saat Draco sampai disana.

“Hai, kemana aja? Kok ceklis wa nya?” Tanya Draco berusaha tenang.

Hermione menghampiri Draco dan memeluknya, “maaf sayang.. Tadi aku ketemu Harry dan Ron. Jadi, aku gak sempet ngabarin kamu.”

“Ginny gak ikut?”

Hermione menggelengkan kepalanya, “Dia ada acara katanya.”

Draco semakin pusing memikirkan ini semua. Ginny bilang dia gak tau apa-apa soal ini, tapi mengapa Hermione bilang dia ada acara sehingga tidak bisa ikut? Itu artinya, harusnya Ginny tau namun tidak bisa ikut kan?

Draco harus percaya kepada siapa sekarang?

“Drake? Kenapa bengong?”

“Hah? Enggak sayang, tadi diantar siapa?”

“Itu Harry. Kamu liat dia?”

Draco mengangguk, lalu menggeleng.

“Jadi yang bener yang mana? Liat atau enggak?”

“Liat mobilnya cuman gak liat Harry nya.”

Hermione memperhatikan wajah Draco dengan seksama, “Kamu sakit? Kamu kok pucet?”

“Hah? Enggak, aku gak sakit. Yaudah aku pulang dulu ya sayang? Udah malem juga. Aku cuman mau mastiin kamu aman sampai rumah.” Draco mengecup lembut kening Hermione.

“Iya, hati-hati Draco.”

Draco hanya tersenyum dan kembali ke dalam mobilnya.

Draco terdiam sebentar. Harry? Lelaki tadi Harry? Apa Harry juga orang yang selama ini menjemput Hermione?

Jika iya, mengapa Hermione tidak memberitahunya?


© urhufflegurl_

Baik-baik aja, katanya.

***

Theo segera menghampiri Draco. Dia ngebut membawa mobilnya.

Sesampainya disana, Draco sedang menahan rasa sesaknya dan menahan darahnya agar tidak terus keluar dari hidungnya.

“Drake?”

“The, please. Sakit banget, anjing.”

“Sini sini kita ke rumah sakit.”

Draco menggelengkan kepalanya. “Kalau kita ke rs, semua orang curiga.”

“Persetan dengan semua orang. Kondisi lo gawat begini. Kita harus ke rumah sakit.”

“Obat gue ketinggalan di mobil, The. Dengan itu pasti ilang, tolong.”

Theo sangat ingin mengutuk Draco rasanya. Sahabatnya itu sangat keras kepala. Sudah tau sakit, tapi dia selalu menolak jika Theo membawanya ke rumah sakit.

Theo segera berlari membawa obat yang cukup banyak milik Draco. Dan dia langsung memberikannya.

“Gimana bisa kambuh begini?” Tanya Theo di tengah Draco sedang menetralkan rasa sesaknya yang mulai berkurang.

Draco nyengir membuat Theo ingin sekali memukulnya.

“Jawab anjing, bukan nyengir kuda begitu.” Kesal Theo.

“Gak tau, tadi gue mau jemput Hermione tapi tiba tiba sesek napas begini.”

“Masih marah dia?”

Draco mengangguk, “Gue sore mau ke rumahnya.”

“Besok lagi aja napa Drake? Muka lo pucet kayak mayat sumpah.”

“Gak bisa, The. Gue mau sekarang.”

“Bisa peduliin dikit diri lo gak sih? Dari dulu, yang lo prioritasin itu bukan diri lo sendiri. Selalu orang lain.”

“Orang lain? Hermione bukan orang lain buat gue. Justru dia alasan gue bertahan sampe sejauh ini. Dia alasan gue buat sembuh.”

Theo menghela napasnya kasar. Kalimat andalan Draco adalah ini, katanya, tidak apa-apa dia tidak memprioritaskan dirinya sendiri, asal Hermione nya selalu baik-baik saja dan bahagia.

“Kalau Hermione tau gimana Drake?”

Draco menggelengkan kepalanya, “Jangan, The. Jangan dulu. Gue gak siap.”

“Sampe kapan? Bahkan lo udah nutupin ini 8 bulan anjir, hampir mau setahun.”

“Gue bisa nutupin ini seterusnya. Gue bisa sembuh, The.”

“Gue baik-baik aja.” Lanjutnya.

“Yaudah gimana lo, udah makan belum?”

Draco menggeleng, Theo benar benar naik darah sekarang.

“Makan bareng gue atau lo mati sekarang juga?”

Draco hanya tertawa dan berdiri menepuk pundak Theo.


© urhufflegurl_

Baikan.

***

Sore ini, Draco sudah benar benar baik baik saja, dia sudah merasa sehat walaupun masih sedikit sakit kepala, tapi sangat sedikit. Jadi, dia siap untuk menjemput Hermione nya, membicarakan ini semua.

Masalah mereka 2 hari lalu belum selesai karena Hermione masih membutuhkan waktu. Sore ini mereka ingin menyelesaikannya.

Draco membawa Hermione ke tempat makan yang biasa mereka kunjungi. Mereka duduk di lantai atas, dengan pemandangan kota yang sangat indah.

“Maaf aku egois, aku cuman mikirin diri aku tanpa mikirin diri kamu, Hermione.”

Hermione menunduk, dia merasa sedih dan gagal.

“Aku gak akan ngelakuin hal yang sama. Nanti, kalau aku mau ngelamar kamu lagi, aku izin dulu kekamu.”

Hermione menoleh dan menatap Draco dengan hangat. “Makasih Drake. Makasih udah banyak banget ngertiin aku.”

Draco tersenyum hangat, “So, kamu maafin aku?”

Hermione mengangguk, dia menyandarkan kepalanya di bahu Draco. “I love you, Drake.”

“I love you more, Hermione.”


© urhufflegurl_

Harusnya dia senang.

***

Malam ini, Hermione berdandan sangat cantik. Dia tidak sabar untuk pergi dinner bersama Draco.

Draco ini, lelaki yang sangat Hermione butuhkan. Lelaki itu sangat menyayangi Hermione, dan selalu memberikan apa yang Hermione butuhkan bahkan sebelum Hermione meminta nya.

Dan, Draco ini penuh kejutan. Love language nya sudah pasti adalah receiving gifts, dan physical touch. Dia tidak pernah bosan memberi Hermione apapun yang Hermione suka, dan tidak pernah bosan memeluk serta memegang tangan Hermione.

Malam ini, Draco sangat tampan dengan kemeja yang membalut badannya. Dia sangat tampan dengan rambut yang ia tata sangat rapi. Hermione berpikir, pasti apa yang akan Draco bicarakan ini benar-benar serius.

Satu tahun bersama Draco Malfoy adalah waktu yang sangat membuatnya menjadi seseorang yang spesial.


Draco membawa Hermione ke restoran yang sangat mewah. Restorannya sangat sepi, entah lah apa yang lelaki ini lakukan hingga restoran sangat sepi, dan cukup gelap.

Dengan genggaman tangan, Draco menuntun Hermione memasuki cafe itu.

Saat memasuki cafe, alunan musik romantis tiba tiba menguasai indra pendengaran mereka. Hiasan yang sangat indah sangat memanjakan mata mereka. Rasanya Hermione sangat terharu dengan ini semua.

Tanpa di duga, Draco berdiri di depannya dan mengajaknya berdansa.

Tidak ada siapa siapa disana, hanya ada mereka berdua.

Mereka sangat menikmati alunan musik, dan bersatu dengannya. Bersatu dengan setiap gerakan yang sangat romantis, dan indah.

Setelah itu, Draco berlutut di depan Hermione.

Dan saat itu lah satu persatu lampu cafe dinyalakan. Betapa terkejutnya Hermione ketika disana ternyata dia tidak hanya berdua dengan Draco, ada juga keluarga Draco, keluarganya, Theo, Blaise, Pansy, dan Ginny. Mereka semua ada disana.

“Draco, maksudnya apa ini?” Tanya Hermione melirik mereka satu persatu.

“Hermione, aku tau mungkin ini terlalu cepat, tapi, I don't want to waste time. I want tonight, you're all mine, love. I love you Hermione, and...”

Draco mengambil sesuatu yang ada di kantong jas nya.

Sebuah kotak yang sangat indah, berbentuk hati dengan warna merah elegan. Draco membukanya dan ada cincin dengan berlian yang sangat indah disana.

“Di depan semua orang yang kita sayang, di depan keluarga aku, dan keluarga kamu, didepan sahabat aku, dan sahabat kamu, will you marry me, Hermione?”

Hermione terdiam. Dia tidak menyangka malam ini Draco akan melamarnya. Sungguh, bayangan menikah dengan Draco itu sangat jauh terbayang di dalam otaknya, bahkan tidak ada setitik bayanganpun tentang itu.

Draco memang pacar yang hebat, dia sangat hebat. Tapi, untuk menikah dengan Draco, Hermione belum siap.

“Drake— aku—”

“Kita gak harus nikah secepatnya, Hermione. Aku tau kamu gak siap nikah muda. Aku hanya ingin mengikat hubungan ini lebih terikat lagi, Hermione.”

Hermione kembali melirik satu persatu orang orang disana yang sedang senyum kepada mereka, dan tatapannya berhenti disatu titik yang dia tatap cukup lama.

Orang itu hanya diam memperhatikan Hermione. Lalu memalingkan wajahnya.

“Hermione, will you? Will you be with me, forever?”

“Sorry Drake..”

Hermione pergi dari sana.

Entah pikiran gila apa yang merasukinya, tapi dia pergi meninggalkan Draco yang masih berlutut kaku disana.

Setelah sadar, Draco segera mengejarnya.

“Hermione hei, kenapa? Sayang? Hei?”

Draco menahan Hermione dengan menggenggam tangannya.

Hermione marah. Wajahnya memerah, bahkan dia mendorong Draco cukup keras.

“Kamu kenapa ngelamar aku didepan semua orang itu, Drake? Kamu tau kan aku gak suka keramaian?”

Draco yang kebingungan mencoba untuk bangun. “Tapi ini keluarga dan sahabat kita, Hermione. Apa maksudnya keramaian? Kamu mau aku lamar berdua aja?”

“Aku gak suka, Drake. Dari awal aku bilang kalau hubungan ini aku pengen private aja. Gak ada siapapun yang tahu. Tapi kamu malah ajak sahabat sahabat kamu?”

“Hermione, mereka sahabat aku..”

“Aku tau, Drake. Tapi—”

Draco sangat bingung dengan sikap Hermione malam ini.

“Hermione? Ada apa? Kenapa?”

“Aku belum siap, Drake. Maaf, aku belum siap.”

Draco mencoba memegang tangan Hermione, namun Hermione menepisnya.

“Maaf, Drake.”

Kebetulan taksi lewat, dan Hermione langsung masuk ke dalam membuat Draco langsung mengejarnya.

Malam itu, harusnya dia senang, harusnya mereka bahagia.

Draco hanya mengajak orang yang mereka sayang karena dia memang sangat serius dengan Hermione.

Tapi mengapa Hermione sangat marah?


© urhufflegurl_

Cafe.

***

Pagi ini, Draco pergi ke Cafe milik kekasihnya dengan ketiga sahabatnya.

Hubungan Draco dan Hermione memang di rahasiakan, tapi, sahabat sahabat Draco dan Hermione tidak termasuk dalam rahasia tersebut. Mereka hanya sepakat merahasiakan hubungan mereka kepada public, atau teman teman mereka yang hanya sekedar teman, bukan sababat.

Dan, di luar prediksi Draco, ternyata yang datang ke acara grand opening cafe milik Hermione ini bukan hanya dari kalangan sahabat atau keluarga, tapi juga teman teman Hermione yang Hermione kenal.

Sial sekali. Draco jadi tidak bisa menemani Hermione memotong pita.

Hermione sudah disana satu jam sebelum Draco sampai. Hermione lah yang meminta Draco datang selayaknya tamu yang di undang, bukan sebagai kekasihnya, jadi, Draco tidak perlu membantunya menyiapkan semua keperluannya karena sudah ada Ginny yang membantunya.

“Cantik banget ya cewek gue?” Bisik Draco kepada Blaise.

Blaise hanya tersenyum dan mengangguk. Draco puas dengan jawaban sahabatnya itu. Merasa bangga.

Hermione berdiri disana, dengan kedua orang tuanya yang menemaninya. Acara grand opening ini di pimpin oleh sang ayah, Richard Granger.

Acara grand opening pun telah dilaksanakan, cafe resmi di buka!

Hari ini, mungkin hingga satu minggu ke depan, Hermione langsung yang akab menghandle, sebelum dia merekrut karyawan. Jadi sepertinya, Hermione akan sedikit sibuk.

Draco setia di sana hingga cafe tutup. Dia memesan banyak sekali menu yang membuat Hermione kewalahan.

“Drake, kamu ngerjain aku atau gimana? Pesen banyak banget.” Hermione baru bisa bernapas lega setelah seharian melayani pelanggan yang cukup ramai.

Draco terkekeh pelan, “Kamu belum makan kan? Makan dulu gih, aku beliin makanan.”

Draco mengeluarkan paper bag miliknya dan Hermione tersenyum senang saat melihat makanan kesukaannya.

Cafe sudah tutup, dan disana hanya tersisa mereka berdua.

Hermione mulai membuka makanan yang dibawa Draco dan memakannya dengan lahap.

Draco gemas sendiri melihat Hermione selahap ini. Dia mengusap lembut rambut Hermione.

“Makan yang banyak. Kamu udah hebat banget hari ini, Hermione.”

Hermione tersenyum dan tersipu malu, “Thank you, Drake.”

“Anything, love.”


© urhufflegurl_

That Night, is ours.

***

Malam ini, adalah malam yang indah bagi semua mahasiswa University of Hogwarts. Karena di malam ini, mereka sedang melangsungkan acara prom untuk merayakan hari kelulusan mereka dari fase kuliah.

Tidak ada yang bahagia, disini, semua bahagia.

Tema dari acara ini adalah Disney Party. Semua mahasiswa dan mahasiswi wajib menggunakan dress code bertema disney. Mereka bebas menjadi Princess atau Prince manapun.

Draco sudah tau Hermione akan menjadi Belle malam ini. Dan dengan ide gila nya, dia menjadi Beast.

Malam itu, disaat semua sedang merayakan hari mereka, Draco dan Hermione juga begitu.

Draco menarik Hermione dari kerumunan dan membuka kostum Beast yang begitu menggerahkan.

Hermione tertawa melihat Draco disana.

“Kenapa ketawa?” Tanya Draco.

“Ya abisnya, maksud lo apa pake jadi Beast segala?”

“I am Beast. And you are my beauty.” Bisik Draco menggenggam tangan Hermione.

Hermione merasa atmosfir di sekitar menjadi berubah.

Baru saja Hermione akan beranjak sebelum Draco mendorongnya ke ujung hingga tubuh Hermione bersentuhan dengan tembok. Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari baju nya.

“Rose?” Bisik Hermione.

“I want you tonight, Hermione. Gue mau lo jadi cewek gue. Be my girlfriend, will you?”

Hermione tersipu malu, dia terkekeh pelan dan menerima bunga mawar itu. Lalu dia menyeka keringat Draco yang membasahi dahinya.

Tanpa di duga, Hermione yang membuat gerakan lebih dulu. Dia melirik bibir Draco dan mengangguk, lalu di berbisik, “I'm yours, tonight, tomorrow, and forever, Draco.”

Draco menyeringai dan mengecup bibir Hermione. Hermione membalasanya, bahkan lebih dari apa yang Draco lakukan.


© urhufflegurl_

Terbongkar.

***

Draco masih menemani Hermione yang sedang tidur di atas ranjang di hospital wing. Sebenarnya ada teman teman Hermione yang lain disini, tapi Draco melarang mereka mendekati Hermione karena Hermione butuh istirahat.

Hermione membuka matanya, 1 jam lalu dia diberi ramuan yang membuatnya mengantuk. Rasa sesak dan sakit kepalanya sudah hilang, dia sudah seperti sehat kembali.

“Hei, gimana? Masih sesek gak? Masih sakit?” Tanya Draco.

Hermione tersenyum, “Enggak kok, aku udah baik-baik aja, Draco.”

“Bener? Jujur, Hermione.”

“Bener. Udah gak sesek dan udah gak sakit kepala. Draco, kita lagi backstreet kamu gak sadar kah?”

Draco sadar, tapi dia tidak peduli dengan itu. Yang Draco pedulikan hanya Hermione. Dia tidak ingin Hermione nya kenapa-napa.

“Aku gak peduli apapun itu, Hermione. Yang aku peduliin sekarang itu cuman kamu. Aku mau kamu sehat, aku gak mau kamu kenapa-napa.”

Hermione tersenyum hangat mendengar jawaban Draco, lalu dia menoleh ke arah pintu dimana ada Ron dan Harry berdiri disana, menatap Hermione dan Draco dengan tatapan tajam seolah meminta penjelasan.

Tanpa basa basi, Ron menerobos masuk, dan mendorong Draco agar menjauh sedikit dari Hermione.

“Maksud lo apa? Kok aku kamu? Sejak kapan lo perhatian ke Hermione?” Tanya Ron.

“Sejak kapan kalian deket?” Tambah Harry.

“Dan kenapa lo peduli banget sama Hermione hah?” Lanjut Ron.

“Kenapa sih? Emang salah gue peduli ke cewek gue sendiri?” Jawab Draco yang membuat mereka melotot.

“Cewek?!” Teriak Harry dan Ron bersamaan.

Mereka melirik ke Hermione yang sedang memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

“Maksudnya apa cewek?” Tanya Ron.

Mengabaikan pertanyaan Ron, Draco menggenggam tangan Hermione. “Kamu disini dulu gapapa kan? Ditemenin Harry sama Ron, aku mau ke Slytherin dulu.”

Hermione mengangguk. “Tapi jangan apa-apain Theo ya? Dia pasti gak sengaja.”

“Gak tau, liat nanti.”

“Draco.”

“Dia udah bikin kamu sakit kayak gini masa iya gak aku apa-apain? Adrian aja aku bikin koma.”

Mendengar itu Hermione langsung duduk dan menahan tangan Draco.

“Jangan, plis. Theo sahabat kamu, dia gak salah, dia gak sengaja.”

Jika kalian bertanya Harry dan Ron sedang apa, mereka hanya menonton.

“Iya, aku gak akan macem-macem.”

“Bener?”

Draco mengangguk dan mengusap lembut kepala Hermione. “Iya. Yaudah aku kesana dulu ya?”

Hermione akhirnya melepaskan tangannya dan membiarkan Draco pergi.

Selepas Draco pergi, Hermione menjelaskan semuanya kepada Ron, Harry dan Ginny yang bergabung dengan mereka.


Sesampainya di ruang rekreasi Slytherin, Draco segera menghampiri Theo dan mencengkram kerah bajunya.

“Eh eh eh, santai Drake.” Pansy berdiri berusaha menahan Draco, dia tau lelaki itu sedang marah.

“Maksud lo apa anjing? Kayak anak kecil lo berantem adu mantra di halaman sekolah.” Ucap Draco marah.

“Gue gak sengaja sumpah, gue gak sengaja lempar mantra ke Hermione, gue gak sengaja Drake.”

“Oke soal itu gak masalah. Tapi lo sadar kan apa yang lo lakuin itu salah? Kalau mau berantem di tengah hujan anjing!” Draco mendorong Theo dengan keras hingga lelaki itu terjatuh diatas sofa.

“Lo khawatir banget sama Hermione, ada apa sebenernya?” Tanya Pansy kepada Draco.

“Menurut lo? Sengaja kan kalian lakuin ini buat mancing gue?” Kepintaran Draco tidak usah diragukan lagi.

“Puas sekarang? Kayak anak kecil anjing cara kalian. Iya gue jadian sama Hermione, gue pacaran sama dia, gue suka sama dia, gue cinta sama dia! Selama ini emang gue nyebelin, gue ngeselin itu karena gue pengen selalu deket sama dia. Puas kalian? Dan tadi tuh anjir The, gue tau lo gak akan mungkin lempar mantra yang aneh aneh ke Hermione dengan sengaja, tapi Hermione lagi kurang sehat badannya makanya reaksi dia tadi langsung sesek dan sakit kepala.”

Theo merasa sangat bersalah saat itu juga.

Dan soal pengakuan Draco, dia mengaku didepan banyak orang sehingga dia menjadi pusat perhatian sekarang.

“Gue gak tau Drake, sorry..” lirih Theo merasa bersalah.

“Minta maaf ke orang nya langsung. Selama ini iya emang gue denial sama perasaan gue. Tapi gue akhirnya sadar kalau apa yang dibilang Pansy itu bener.”

Suasana menjadi hening seketika. Pengakuan Draco ini cukup mengejutkan.

“Gue cinta sama Hermione. Gue sayang sama dia, gue gak mau dia jadi milik orang lain. Dan diem-diem gue punya hubungan sama dia. Udah cukup aksi gila kalian ini.”

“Gitu dong. Masa harus dipancing dulu baru mau ngaku?” Tanya Pansy.

Draco menggelengkan kepalanya, “Udah anjir jangan dibahas. Dapet detensi gak kalian?”

Blaise dan Theo sama sama mengangguk.

“Ini ide siapa sih?” Tanya Draco.

“Si Theo lah anjing. Mana ada gue ngasih ide gila begini. Harga diri gue terinjak injak rasanya waktu berantem tadi.” Jawab Blaise.

“Demi Draco mengakui bro, apa salahnya?”

“Heh masih untung juga lo gak ditonjok.” Pansy menoyor kepala Theo.

“Hehe. Thanks Drake.” Theo nyengir.

Draco benar-benar tak habis pikir dengan sababat sahabatnya ini. Sebenarnya, dia sudah menduga bahwa bertengkarnya Theo dan Blaise ini hanya tipuan, karena Draco pernah mendengar obrolan mereka tentang ini walaupun tidak jelas.

Dan ya, karena pengakuan ini, Draco jadi tidak perlu menyembunyikan hubungannya dengan Hermione.

Semua orang sudah tau bahwa Draco mencintai Hermione, begitupun sebaliknya.


© urhufflegurl_

Aksi gila Theodore.

***

Pansy sangat ingat saat itu, sore hari dan semua sedang berkumpul di koridor selepas makan sore di Great Hall.

Sampai saat ini, belum ada aksi gila dari Theo yang Theo maksud. Tapi, sepertinya, aksi gila itu akan segera Theo lakukan karena lelaku itu tidak ada disini.

Pansy hanya bersama Draco dan teman-teman Slytherin lainnya.

Awalnya semua baik baik saja, koridor dipenuhi oleh murid ajaran tahun akhir yang sedang santai dan sedikit merayakan ujian mereka yang sudah selesai 3 hari lalu.

Namun, tiba tiba, Theo dan Blaise datang dengan aksi mereka saling melempar mantra.

Ya, mereka bertengkar.

Sontak teman-teman Slytherin lainnya terkejut dan berusaha memisahkan mereka, namun, mereka tidak bisa dihentikan.

Theo melemparkan mantra kepada Blaise yang membuatnya terjatuh, lalu Blaise juga melemparkan mantranya kepada Theo, terus saja begitu.

Dan kebetulan, mereka bertengkar dekat dengan perkumpulan Gryffindor.

Entah bagaimana ceritanya, semua berjalan dengan begitu cepat ketika Theo tak sengaja melemparkan mantra dan tepat mengenai Hermione, membuat Hermione terjatuh dan merasakan dadanya sesak.

Semua yang melihat itu pun sontak ricuh memarahi Theo dan Blaise yang kini terdiam.

Bukan hanya perkumpulan Gryffindor saja yang memerahi Theo dan Blaise, namun juga para asrama lain.

Dan Draco, lelaki itu tentu tak diam saja. Dia langsung berlari menghampiri Hermione menerobos kerumunan yang memenuhinya.

“Kamu gapapa? Apa yang sakit? Hei, Hermione, kamu denger aku kan?”

Saking paniknya Draco, dia tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang disekitarnya.

Begitu juga Hermione, dia menangis karena dadanya sesak dan kepalanya sedikit sakit.

“Lo apa apaan anjing kamu kamu?!” Pekik Ron tak terima.

“Gue gak ada urusan sama lo!” Ucap Draco marah.

Kembali ke Hermione, Draco dengan segera menggendong Hermione dan membawanya ke Hospital Wing.

“Ini ada apa? Kok Draco bawa Hermione sih? Mereka ada apa?” Tanya Ginny kepada Ron dan Harry, sedangkan mereka hanya menggeleng tak percaya.

Sang pembuat onar justru malah tersenyum puas.

“Lo gila ya?! Kalau Hermione kenapa napa gimana anjir?!” Tanya Pansy marah. Dia memukul Theo dan Blaise bergantian.

“Ide si Theo anjir!” Ucap Blaise marah.

Theo menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Abisnya, susah bener tinggal jujur aja tu anak. Tapi kalian liat kan gimana paniknya si Draco tadi? Dia yang bawa Hermione ke hospital wing, itu artinya, mereka emang ada apa apa!”

“Mantra yang lo kasih ke Hermione apa Theo?” Tanya Pansy.

“Cuman stupefy sumpah.”

“Semoga dia gapapa deh.” Lirih Pansy.


© urhufflegurl_

Percakapan Malam hari.

***

Hermione diam diam keluar dari asrama, menggunakan jubah tersayangnya dan melesat pergi ke menara astronomi yang dimaksud oleh Draco.

Cukup melelahkan untuk menuju kesini, terlebih, Hermione tidak bisa dan tidak mau menggunakan sapu terbang karena dia membenci pelajaran itu, jadi dia tidak benar-benar belajar tentang sapu terbang.

Tapi, rasa lelah itu terbayarkan saat dia melihat wajah tampan Draco diantara malam yang dingin dan sunyi.

Saat melihat Draco tersenyum rasanya seperti ada sengatan kehangatan didalam hati Hermione.

Draco merentangkan tangannya. Hermione yang mengerti maksudnya pun segera menghampirinya dan memeluknya dengan erat.

“Maaf ya kelas mantra tadi.” Ucap Draco.

“Maaf kenapa? Gue gapapa kok. Lo juga gapapa kan? Sakit gak pantatnya?”

Draco terkekeh pelan, “Ngeledek nih?”

“Ih, enggak! Gue beneran nanya. Sakit gak pantatnya tadi jatoh?”

Draco menggelengkan kepalanya dan memeluk Hermione dengan erat. “Enggak.”

“Lo sengaja ya?” Tanya Hermione mendongkak untuk melihat wajah Draco.

Draco menunduk menatap Hermione, “Sengaja apa?”

“Tadi. Lo ngalah kan?”

Draco tersenyum lalu mengangguk. “Gue mau lo menang.”

“Ish! Kenapa? Curang tau!”

“Gapapa dong, kan lebih hebat juga kalau lo yang menang.”

“Tapi kenapa sih kok lo bisa bertahan kayak gitu? Belajar darimana?”

“Lo lupa gue siapa?”

Hermione memajukan bibirnya, “Mulai.”

Draco tertawa dan mengacak ngacak rambut Hermione karena gemas. “Gue belajar dari bokap gue. Semua mantra, pertahanan, ramuan, bokap gue yang ngajarin langsung. Ya, gitu-gitu, bokap gue penyihir yang hebat.”

“Gitu-gitu? Emang Om Lucius kenapa? Kok gitu-gitu?”

“Galak maksudnya.”

“Oh..”

Hermione dan Draco tertawa bersama. Lalu, Draco mengajak Hermione untuk ke tepi menara. Disana, mereka bisa melihat langsung langit malam dengan bulan dan bintang yang bertaburan, membuat malam semakin nikmat.

“Lo— suka kayak gini ya?”

Draco menoleh. “Suka apa?”

“Diem disini. Liat bintang, bulan.”

Draco mengangguk.

“Gak dingin?”

“Kan kalau dingin bisa meluk lo.”

Wajah Hermione memerah seketika. “Gombal aja terus.”

“Enggak, gue tiap hari tidur di asrama yang letaknya itu di bawah, Hermione. Mana bisa gue kedinginan.”

Hermione hanya mengangguk saja. Dia merasa kedinginan, mungkin karena dia juga belum terlalu sehat.

Melihat Hermione kedinginan, Draco melepas jubahnya dan memakaikannya ke badan Hermione.

“Eh?”

“Biar gak dingin.”

Hermione hanya tersenyum dan memegang jubah milik Draco. Diam-diam, dia terkagum dengan wangi Draco yang semerbak. Dia salah tingkah sendiri walaupun hanya mencium aromanya lewat jubah miliknya.

“Kalau misalnya, gue jadi cowok lo.. gimana?”

“Hah?”

“Gue jadi cowok lo. Gimana?”

“Hah?”

“Lo jadi cewek gue, gimana?”

“Ini lo nanya atau nawarin?”

“Enggak, itu pernyataan.”

“Maksudnya?”

“Lo jadi cewek gue. Malem ini.”

“Hah?”

Draco terkekeh pelan, dia menggenggam tangan Hermione dan menatap mata hazel itu dengan hangat. “You know I love you. I want to hold this hand forever, Hermione. I want to look into these eyes warmly every day, and I want to always be the reason for you to smile. I'm not a good guy, I know. But, let me be the best for you, Hermione. I love you, I want to be with you, today, tomorrow and forever.”

Draco diam sejenak, lalu dia pun tersenyum dan menggenggam tangan Hermione dengan erat. “I didn't ask, because I knew you would too.”

Saat itu, Hermione terkekeh pelan dan mengangguk. “Iya, I would too.”

Draco memeluk Hermione dengan erat. Akhirnya, akhirnya perempuan ini menjadi miliknya.


© urhufflegurl_

Kecurigaan Ronald Weasley.

***

Siang ini, Gryffindor dan Slytherin kembali di pertemukan di pelajaran mantra. Biasanya, pelajaran mantra akan berlangsung di ruangan dekat koridor lantai 3. Dan biasanya, kelas mantra ini dilakukan dengan praktikum, duel antar lawan yang ditunjuk oleh Professor atau mengajukan diri.

Dan hari ini, seperti biasanya, Professor akan menunjuk 2 orang random untuk berduel.

Awalnya, Neville dan Dean yang berduel. Mereka saling melempar mantra hingga akhirnya Neville melemparkan mantra Stupefy nya hingga Dean terjatuh.

Lalu, Harry berduel dengan Blaise. Awalnya, Blaise menang karena dia mengeluarkan mantra yang membuat Harry tersungkur, namun Harry kembali berdiri dan menghabisi Blaise hingga lelaki itu terjatuh dan terbatuk.

Selanjutnya, Ron dengan Theo. Ini duel yang cukup kocak karena isinya hanya tawa Theo dan Ron saja. Mereka ini otaknya seperti sudah terhubung, yang jika hanya saling menatap saja sudah ingin tertawa. Mereka berduel, hingga akhirnya Theo menang karena dia mengeluarkan mantra Expelliarmusnya yang membuat Ron kehilangan tongkatnya, lalu Theo memantrai Ron dengan mantra Stupefy nya.

Dan, sampai lah di tahap menegangkan dimana Professor menunjuk Draco dan Hermione untuk berduel.

Saat mereka ditunjuk, kelas yang awalnya ricuh karena duel Ron dan Theo menjadi hening seketika.

Draco dan Hermione pun maju dengan perasaan yang sama sama gugup.

Melihat wajah Hermione yang gugup, Draco menyeringai.

“Ayo, kalahin gue kalau bisa.” Ucap Draco dengan sombongnya.

Melihat kesombongan Draco, Hermione ikut menyeringai. “Ayo.”

Mereka pun mulai berduel diawali dengan Hermione yang tiba tiba menyerang Draco dengan mantra Stupefy, untung Draco dapat menghindar. Lalu, Draco balas melemparkan mantra Stupefy kepada Hermione, dan sialnya, Hermione lengah dan tersungkur.

“Hermione ayo lo bisa!!!” Teriak Ron semangat.

“Semangat banget lo? Santai aja kali, ini kan cuman kelas.” Ucap Harry yang berdiri disamping Ron.

“Hidup dan mati nih.” Balas Ron.

“Hidup dan mati siapa anjir?”

“Gue. Udah diem lo.”

Harry hanya mengerutkan keningnya tidak mengerti.

Duel pun dilanjut, Hermione kembali berdiri dan melemparkan mantra kepada Draco, lagi lagi lelaki itu bisa menghindar dan menghalau mantra yang dilemparkan oleh Hermione. Pertahanan Draco memang tidak diragukan lagi.

Diam-diam, Draco tertawa geli sendiri melihat wajah kesal Hermione karena dia berhasil menghalau mantranya. Dia gemas sendiri melihat Hermione memerah karena kesal.

“Ih kenapa sih lo? Kok bisa banget ngehindar?!” Tanya Hermione kesal.

Draco tertawa, “Ayo, coba lagi.”

Hermione menghela napasnya, dan melemparkan mantra nya kembali kepada Draco, entah sengaja atau tidak, Draco tidak menghindar dan tidak menghalau, Draco tersungkur dan Hermione menang dengan puas.

Hermione menjulurkan lidahnya melihat Draco yang masih di posisi terjatuh.

Sedangkan Draco, dia terkekeh pelan melihat Hermione menggemaskan seperti ini.

“Lo liat kan? Si Malfoy malah ketawa ketawa anjir dikalahin sama Hermione. Harusnya kan marah?” Tanya Ron kepada Harry.

“Yaudah sih, ngurusin amat lo.”

“Gue curiga deh..”

“Curiga kenapa?” Harry menoleh melihat Ron yang sedang memasang wajah sangat serius. Lebih serius dibanding dia memperhatikan pelajaran.

“Muka lo kenapa anjir? Serius amat.” Tanya Harry.

Ron menggelengkan kepalanya. “Aneh aja.”

“Eh, firebolt lo yang dari Draco gimana?”

“Ah elah pake dibahas. Ya itu dia masalahnya.”

“Masalah apaan?”

“Firebolt.”

“Kenapa firebolt?”

“Gapapa sih.”

Harry mengerutkan keningnya. “Dih, gak jelas lo. Pake aja udah nanti di latihan. Lumayankan, kapan lagi lo main Quidditch pake sapu mahal.”

“Sialan lo. Tapi— ah udahlah.” Ron menyerah.

“Kenapa sih lo? Gak jelas banget jadi orang.” Ucap Harry sambil membetulkan kacamatanya yang sebenarnya tidak miring.

“Ya emang, lo mau aja temenan sama gue.”

“Ya karena gue juga gak jelas, makanya mau temenan sama lo.”

“Anjing.”

Mereka pun tertawa bersama menertawakan diri mereka sendiri.


© urhufflegurl_