litaaps

Cemburu part 2.

***

Blaise yang selesai dihukum pun menghampiri sahabat sahabat nya yang sedang kumpul di depan kelas. Kebetulan sekali, guru bahasa Indonesia yang seharusnya mengajar itu sedang cuti melahirkan, jadi mereka ada jam kosong.

“Anjing panas banget gila! Jakarta panas!” Ucap Blaise duduk disamping Pansy yang kebetulan kosong.

“Mau minum?” Tawar Pansy.

Blaise mengangguk semangat. “Mau dong, Pansy memang sahabat gue yang pengetian.”

“Ya gue mah kasian aja sih sama lo. Ntar gue ambilin.” Pansy beranjak dari duduknya dan mengambil botol minum miliknya.

“Nih.” Pansy menjulurkan tangannya memberi botol itu kepada Blaise.

Namun sebelum itu, Theo mengambil duluan botolnya dan meminum air mineral itu sampai habis.

“Bajingan! Theo anjing! Itu minum buat gue anjir!” Pekik Blaise marah.

“Haduh, haus banget gue. Jakarta emang panas banget ya Blaise. Thanks sy.” Theo memberikan kembali botol milik Pansy sambil mengedipkan matanya sebelah.

Karena kesal, Blaise menoyor kepala Theo. “Lo ada masalah apa sih sama gue hah?”

“Apaan sih lo? Gue juga haus, pengen minum kenapa sewot?”

“Ya abis lo nyebelin. Lo ninggalin gue, lo nyerobot minuman punya gue!”

“Minuman doang, gue beliin deh sebagai gantinya.”

“Yang berasa 1, dingin.” Blaise memelankan nada suaranya.

Kini giliran Theo yang menoyor kepala Blaise.

“Heuh! Masalah minuman aja digedein!” Theo berdiri hendak menuju kantin.

“Mau kemana The? Kantin?” Tanya Pansy.

Theo mengangguk. “Mau ikut?”

“Ikut!”

Theo tersenyum senang. “Ayo.”

“Heeuh sana lo berdua ke kantin! Minumannya sekalian sama gorengan ya. Kurang soalnya.” Ucap Blaise.

“Bajingan!” Umpat Theo.

Draco hanya ketawa ketawa saja melihat perilaku sahabat sahabat nya ini.

Kalian menanyakan Matt dimana? Matt sedang di area kelas 10, yappp sedang menghampiri gebetannya.


© urhufflegurl_

Bersemu

***

Draco berkutat dengan laptop dan kacamatanya, dia mulai bekerja karna sudah terlalu lama izin hingga membuat pekerjaannya banyak dan menumpuk.

Siang ini, sambil menemani Hermione dirumah sakit, Draco meeting bersama Blaise, Pansy, Theo dan juga rekan kerja lainnya. Mereka membicarakan tentang rencana pembangunan hotel di negara Eropa dan China.

Sementara Draco sibuk meeting, Hermione sibuk membaca buku yang Draco berikan kepadanya. Hermione sangat senang membaca buku, dia merasa sangat nyaman dan tidak terganggu. Namun, tiba tiba dia merasakan perutnya sedikit sakit, dia ingin ke kamar mandi.

Hermione menoleh sebentar ke arah Draco yang masih mengobrol, dia tidak ingin mengganggu Draco karena lelaki itu sedang sibuk. Jadi Hermione berusaha sendiri untuk bangun dan menggapai kursi roda di sebelahnya.

Sadar akan pergerakan Hermione, Draco segera melepas kacamatanya.

“Wait Blaise, lo handle dulu ya.” Ucap Draco berdiri dan langsung menghampiri Hermione.

“Draco?” Ucap Hermione terkejut dengan kedatangan Draco.

“Kenapa gak minta tolong hmm? Mau ke kamar mandi?” Tanya Draco.

Hermione mengangguk. “Tapi kalau kamu sibuk gapapa, aku bisa sendiri.”

“Kamu emang bisa sendiri, tapi aku gak akan ngebiarin kamu sendiri. Selama masih ada aku disini, kamu gak boleh sendiri. Harus sama aku oke?”

Entah mengapa rasanya Hermione nyaman sekali dengan ucapan dan sikap Draco. Betapa bahagianya dia andaikan dia ingat semuanya, betapa bahagianya dia diperlakukan seperti ratu oleh Draco. Mengapa? Mengapa dia lupa akan semua hal yang terjadi didalam hidupnya termasuk Draco, mengapa?

“Ayo, Hermione..”

Hermione mengangguk dan merangkul pundak Draco. Draco menggendong nya agar bisa naik ke kursi roda.

“Padahal kamu sibuk, kok mau bantu aku?” Tanya Hermione.

Draco tersenyum. “Sesibuk apapun aku, kamu adalah prioritas aku dalam segala hal, Hermione. Aku akan selalu ada di samping kamu.”

Hermione tersenyum kecil, dia sangat bahagia. Dadanya menghangat. Terima kasih Draco, terima kasih karenamu dunia Hermione yang kosong ini menjadi tenang dan nyaman. Terima kasih.

Draco mendorong kursi roda milik Hermione. Sesampainya di kamar mandi, Draco kembali menggendong Hermione.

“Kalau udah selesai, panggil aku ya?”

Hermione mengangguk, “Terima kasih, Draco.”

“Sama sama.”

Draco menutup pintu kamar mandi dan menunggu Hermione diluar.

Sementara Hermione, dia masih tersenyum karena diperlakukan manis oleh Draco. Apa didalam amnesianya dia juga akan mencintai Draco?

Setelah selesai, sesuai dengan perintah Draco tadi, Hermione memanggilnya dan Draco kembali menggendongnya. Namun, bukannya membawa Hermione duduk, Draco malah melihat wajahnya sambil tersenyum.

Jantung Hermione rasanya tak karuan, dia tidak bisa bernafas dengan benar!

“D—draco, kenapa?” Tanya Hermione gugup, wajahnya memerah karna malu.

“Enggak, makasih karna telah kembali ya Hermione?”

Hermione meneguk salivanya yang mengering. Kembali? Apa maksudnya kembali?

“Dulu, kamu paling suka digendong kayak gini. Gak dulu, sampai sekarang pun kamu paling suka aku gendong kayak gini. Kamu itu manja, Hermione. Manja didepan aku.”

Hermione terdiam mendengarkan Draco, dia benar benar tidak ingat apapun.

“I love you.” Bisik Draco membuat jantung Hermione semakin berdebar.

“D—draco maaf tapi—”

“It's okey, maaf udah terlena akan suasana. Kita kembali ke kasur kamu ya?”

Hermione mengangguk, dia mengerutkan keningnya ketika Draco malah menggendongnya terus untuk menuju kasur.

“Kok gak pake kursi roda?” Tanya Hermione.

“Gapapa, aku suka ngegendong kamu.”

Hermione hanya memalingkan wajahnya supaya Draco tidak melihat wajahnya yang memerah karena dia benar benar salah tingkah sekarang.


© urhufflegurl_

Feeling Blue.

***

Draco melangkahkan kakinya menuju ruang VVIP itu dengan langkah yang sedikit gusar. Sudah 3 hari semenjak Hermione sadar, Draco benar benar merasa kehilangan. Sangat kehilangan. Hermione tidak ingat sama sekali kepadanya, dan Hermione tidak bisa berjalan karena mengalami kelumpuhan total.

Hari ini harusnya dia dan Hermione sedang menikmati bulan madu bersama dan bahagia bersama. Namun, kenyataan malah sebaliknya.

Draco mengintip ke arah pintu, terlihat sangat jelas disana Hermione sedang makan bersama Ginny, Harry dan Ron dengan lahap. Draco senang melihat Hermione makan dengan lahap seperti ini, agar cepat sembuh dan kembali sehat.

Draco meneteskan air matanya dan menghapusnya dengan segera. Lalu ia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Hermione.

Tanpa dia tahu, mata Hermione berbinar senang ketika melihat Draco datang.

“Hai, lagi apa hmm?” Draco mengusap lembut kepala Hermione.

“Draco mau? Ginny bawa banyak seafoodnya.” Tawar Hermione.

Draco menaruh belanjaannya di atas nakas dan menggelengkan kepalanya.

“Aku udah makan, udah kenyang.” Ucap Draco berbohong. Dia sama sekali belum makan dari pagi.

“Ah gitu, yaudah deh.” Entah mengapa Hermione rasanya sangat sedih mendapatkan penolakan dari Draco.

“Yaudah kalau gitu kalian lanjut ya, gue—”

“Mau kemana? Disini aja Drake.” Sambar Harry.

“Kalian aja. Gue keluar dulu, permisi.”

Draco pergi dari ruangan Hermione tanpa menengok lagi membuat Hermione sedih.

“Draco kenapa? Kenapa aku rasanya gak mau dia pergi?”


© urhufflegurl_

Feeling Blue.

***

Draco melangkahkan kakinya menuju ruang VIP itu dengan langkah yang sedikit gusar. Sudah 3 hari semenjak Hermione sadar, Draco benar benar merasa kehilangan. Sangat kehilangan. Hermione tidak ingat sama sekali kepadanya, dan Hermione tidak bisa berjalan karena mengalami kelumpuhan total.

Hari ini harusnya dia dan Hermione sedang menikmati bulan madu bersama dan bahagia bersama. Namun, kenyataan malah sebaliknya.

Draco mengintip ke arah pintu, terlihat sangat jelas disana Hermione sedang makan bersama Ginny, Harry dan Ron dengan lahap. Draco senang melihat Hermione makan dengan lahap seperti ini, agar cepat sembuh dan kembali sehat.

Draco meneteskan air matanya dan menghapusnya dengan segera. Lalu ia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Hermione.

Tanpa dia tahu, mata Hermione berbinar senang ketika melihat Draco datang.

“Hai, lagi apa hmm?” Draco mengusap lembut kepala Hermione.

“Draco mau? Ginny bawa banyak seafoodnya.” Tawar Hermione.

Draco menaruh belanjaannya di atas nakas dan menggelengkan kepalanya.

“Aku udah makan, udah kenyang.” Ucap Draco berbohong. Dia sama sekali belum makan dari pagi.

“Ah gitu, yaudah deh.” Entah mengapa Hermione rasanya sangat sedih mendapatkan penolakan dari Draco.

“Yaudah kalau gitu kalian lanjut ya, gue—”

“Mau kemana? Disini aja Drake.” Sambar Harry.

“Kalian aja. Gue keluar dulu, permisi.”

Draco pergi dari ruangan Hermione tanpa menengok lagi membuat Hermione sedih.

“Draco kenapa? Kenapa aku rasanya gak mau dia pergi?”


© urhufflegurl_

Semoga Lekas Pulih

***

Aneh. Ini semua aneh. Mengapa yang dia rasakan hanya lah kekosongan dan hampa? Mengapa dia tidak ingat satupun siapa orang orang didepannya ini? Bahkan dia tidak ingat namanya, umurnya, orang tuanya, kapan dia ulang tahun, dimana dia tinggal, dan dimana dia sekolah, dia benar benar tidak ingat.

Hermione bergerak hendak mengambil minum, namun tangannya tergelincir dan gelas itu pecah.

“Hei, kenapa gak minta tolong hmm?”

Lelaki ini. Lelaki yang selalu ada di sisinya, siapa lelaki ini? Mengapa rasanya dia sangat nyaman berada disisi nya?

“Maaf..”

Draco tersenyum dan kembali mengambil gelas baru, lalu mengambil minum untuk Hermione. Setelah itu, Draco membantu Hermione untuk duduk dengan sempurna.

“Minum yang banyak, mau jus? Kamu suka jus strawberry.”

Hermione meminum air itu sampai habis. Dia benar benar haus. Mencoba mengingat semuanya membuat kepalanya benar benar sakit.

“Strawberry?” Tanya Hermione dengan tampang innocent nya.

Draco tersenyum dan mengangguk, “Iya, kamu suka strawberry, matcha, dan seafood. Mau aku bawain?”

Hermione menggelengkan kepalanya. “Makasih. Emm maaf, siapa nama kamu?”

“Draco, Draco Malfoy.”

Ah, Draco rasanya sangat merindukan Hermione. Meskipun dengan ingatannya yang hilang, Draco tetap senang akhirnya Hermione kembali kepada mereka.

“Terima kasih, Draco.”

Rasanya sangat senang ketika Hermione menyebutkan nama itu. Seperti ada perasaan bahagia yang tidak bisa di deskripsikan. Apakah Draco ini orang yang sangat berharga untuknya?

“Sama sama sayang, oh iya, kamu juga suka baca buku. Bentar ya—”

Draco membuka nakas di sampingnya dan membawa salah satu buku kesukaan Hermione.

Hermione menerima buku itu perlahan, “Aku suka buku?”

Draco mengangguk, “Suka banget. Tiap hari kerjaannya baca buku terus.”

Hermione tersenyum dan mulai membaca buku itu, dia tidak merasa bosan ketika membaca buku, malah dia sangat menyukai nya. Bahkan ketika amnesia pun, Hermione tidak berubah. Dia tetap mencintai apa yang dia cintai.

Draco menatap Hermione dengan perasaan rindu dan haru. Dia meneteskan air matanya dan menghapusnya langsung.

“Kenapa nangis?”

Draco menoleh, “Hah? Enggak.. Kelilipan..”

“Draco..”

“Ya sayang?”

Sayang. Hermione tersenyum ketika mendengar kata itu.

“Bantu aku ya? Aku gak inget apa apa.”

Draco tersenyum hangat, dia perlahan mengganggam tangannya.

“Pasti. Pasti aku bantu. Makasih Hermione, makasih.”

Draco mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

“Handphone kamu rusak waktu kecelakaan, dan gak bisa di benerin. Jadi, aku beli handphone baru. Semua datanya udah aku pindahin kesini, banyak banget foto kamu, sahabat kamu, dan foto kita di sini, aku sengaja gak hapus semua foto itu takutnya ada yang sangat berharga yang ingin kamu pertahankan. Dan juga, biar bisa jadi alat bantu kamu buat inget semuanya.” Draco memberikan satu buah ponsel berwarna rose kepada Hermione.

Hermione menerima handphone itu dengan senang. “Makasih, Draco. Boleh aku buka?”

Draco mengangguk, lalu memperhatikan wajah Hermione yang tetap cantik.

“Semoga lekas pulih dan semuanya kembali menjadi semula, Hermione.”


© urhufflegurl_

Will you?

***

Setelah lelah bermain di Dufan dan Aquarium, mereka diam santai menikmati deburan ombak dan angin menyejukkan di pantai.

Terakhir kali Hermione kesini adalah saat Ron ketahuan selingkuh darinya, dia menumpahkan seluruh rasa sedih dan tangisnya di pantai ini. Menurutnya, pantai adalah tempat ternyaman dan paling tenang untuknya.

Hermione senang membiarkan kakinya mengapung diudara diatas air, Hermione senang menikmati deburan ombak yang saling berkejaran, Hermione senang menikmati ombak datang dan membasahi kakinya. Hermione sangat senang.

Sekarang, Hermione sedang duduk di dermaga, membiarkan kakinya mengapung di udara. Draco, Rose dan Scorpius sedang membeli makanan.

Kembali dengan Draco Malfoy adalah hal yang tidak pernah ia bayangkan, jangankan untuk membayangkan, berani saja tidak. Hermione sama sekali tidak berani membayangkan bagaimana jika suatu saat dia kembali dengan Draco. Sama sekali tidak.

Bahkan, Hermione sangat berharap tidak dipertemukan kembali dengan lelaki itu. Karena dia sangat tau bagaimana rasa sakit yang diderita oleh Draco. Dia tidak ingin kembali membuka luka itu.

Namun ternyata, Hermione salah. Rasa takut akan bertemu kembali kini benar benar hilang dan pergi. Digantikan oleh rasa bahagia karena kembali dengannya. Dengan lelaki yang sangat dia cintai.

Saat Hermione sedang menikmati indahnya lautan, tiba tiba seseorang menutup matanya.

“Ih, siapa ini? Lepas!” Hermione meraba tangan seseorang yang menutup matanya.

“Rose ya? Ini Rose? Kenapa mata Mama ditutup sayang?” Tanya Hermione. Dia mengenali tangan Rose.

“Ikut Rose Ma.”

Rose menuntun Hermione untuk menjauh dari dermaga, menuju pantai.

“Mau kemana sih sayang?” Tanya Hermione.

“Ikut aja, Ma.”

Hermione senyum senyum sendiri. Apakah ia akan diberi surprise?

“Mama siap? Buka mata Mama dalam hitungan ketiga ya....!” Ucap Rose.

“Iya sayang.”

Rose melepaskan kedua tangannya.

“1....2...3....!”

“SURPRISE!!”

Hermione membuka matanya perlahan dan menutup mulutnya karena terkejut akan apa yang ia lihat.

Draco berdiri disana, memegang bucket bunga. Didepannya ada 1 meja dengan 4 kursi yang dihias sangat cantik. Penuh dengan bunga mawar berwarna merah. Bunga kesukaan Hermione dan Rose. Dan tentu saja, dengan makanan yang sangat mereka suka.

“I—ini apa?” Tanya Hermione tak percaya.

Draco tersenyum hangat kepadanya, dia berlutut didepan Hermione, tangannya mengambil sesuatu yang ada didalam sakunya.

1 kotak yang berisi cincin yang sangat indah. Hermione dibuat melayang akan semua ini. Dia benar benar bahagia.

“Drake— Draco?” Hermione mulai berkaca kaca sekarang.

“Hermione, mungkin terlalu cepat untuk mengungkapkan semua ini, tapi— i love you so much, Hermione. Terima kasih karena telah kembali hadir sebagai penerang. Terima kasih karena telah kembali hadir sebagai apa yang aku inginkan dan apa yang aku harapkan. Terima kasih, Hermione. I love you, will you marry me?”

Hermione menangis terharu. Apa memang ini takdirnya? Selama 20 tahun ini ia menderita bersama Ron, namun Tuhan mengirim kembali seseorang yang dapat menyembuhkan lukanya.

Hermione mengangguk. “I will, Drake.”

Draco ikut meneteskan air matanya setelah mendengar 2 kata yang terucap mulut Hermione. Dia berdiri dan memakaikan cincin di jari manis Hermione lalu memeluknya.

Scorpius berdiri di sebelah Rose, dia tersenyum. Dia tidak meneteskan air matanya, dia menahannya.

“Ma, Mama liat Papa bahagia kan? Scorpie juga bahagia Ma. Akhirnya, Scorpie punya Mama lagi. Mama harus bahagia ya di surga?”

Rose menoleh ke arah Scorpius, perlahan dia memegang tangannya dan menggenggamnya.

“Hai, abang.”

Ternyata Scorpius tidak bisa menahannya. Dia benar benar menangis kali ini.


© urhufflegurl_

Will you?

***

Setelah lelah bermain di Dufan dan Aquarium, mereka diam santai menikmati deburan ombak dan angin menyejukkan di pantai.

Terakhir kali Hermione kesini adalah saat Ron ketahuan selingkuh darinya, dia menumpahkan seluruh rasa sedih dan tangisnya di pantai ini. Menurutnya, pantai adalah tempat ternyaman dan paling tenang untuknya.

Hermione senang membiarkan kakinya mengapung diudara diatas air, Hermione senang menikmati deburan ombak yang saling berkejaran, Hermione senang menikmati ombak datang dan membasahi kakinya. Hermione sangat senang.

Sekarang, Hermione sedang duduk di dermaga, membiarkan kakinya mengapung di udara. Draco, Rose dan Scorpius sedang membeli makanan.

Kembali dengan Draco Malfoy adalah hal yang tidak pernah ia bayangkan, jangankan untuk membayangkan, berani saja tidak. Hermione sama sekali tidak berani membayangkan bagaimana jika suatu saat dia kembali dengan Draco. Sama sekali tidak.

Bahkan, Hermione sangat berharap tidak dipertemukan kembali dengan lelaki itu. Karena dia sangat tau bagaimana rasa sakit yang diderita oleh Draco. Dia tidak ingin kembali membuka luka itu.

Namun ternyata, Hermione salah. Rasa takut akan bertemu kembali kini benar benar hilang dan pergi. Digantikan oleh rasa bahagia karena kembali dengannya. Dengan lelaki yang sangat dia cintai.

Saat Hermione sedang menikmati indahnya lautan, tiba tiba seseorang menutup matanya.

“Ih, siapa ini? Lepas!” Hermione meraba tangan seseorang yang menutup matanya.

“Rose ya? Ini Rose? Kenapa mata Mama ditutup sayang?” Tanya Hermione. Dia mengenali tangan Rose.

“Ikut Rose Ma.”

Rose menuntun Hermione untuk menjauh dari dermaga, menuju pantai.

“Mau kemana sih sayang?” Tanya Hermione.

“Ikut aja, Ma.”

Hermione senyum senyum sendiri. Apakah ia akan diberi surprise?

“Mama siap? Buka mata Mama dalam hitungan ketiga ya....!” Ucap Rose.

“Iya sayang.”

Rose melepaskan kedua tangannya.

“1....2...3....!”

“SURPRISE!!”

Hermione membuka matanya perlahan dan menutup mulutnya karena terkejut akan apa yang ia lihat.

Draco berdiri disana, memegang bucket bunga. Didepannya ada 1 meja dengan 4 kursi yang dihias sangat cantik. Penuh dengan bunga mawar berwarna merah. Bunga kesukaan Hermione dan Rose. Dan tentu saja, dengan makanan yang sangat mereka suka.

“I—ini apa?” Tanya Hermione tak percaya.

Draco tersenyum hangat kepadanya, dia berlutut didepan Hermione, tangannya mengambil sesuatu yang ada didalam sakunya.

1 kotak yang berisi cincin yang sangat indah. Hermione dibuat melayang akan semua ini. Dia benar benar bahagia.

“Drake— Draco?” Hermione mulai berkaca kaca sekarang.

“Hermione, mungkin terlalu cepat untuk mengungkapkan semua ini, tapi— i love you so much, Hermione. Terima kasih karena telah kembali hadir sebagai penerang. Terima kasih karena telah kembali hadir sebagai apa yang aku inginkan dan apa yang aku harapkan. Terima kasih, Hermione. I love you, will you marry me?”

Hermione menangis terharu. Apa memang ini takdirnya? Selama 20 tahun ini ia menderita bersama Ron, namun Tuhan mengirim kembali seseorang yang dapat menyembuhkan lukanya.

Hermione mengangguk. “I will, Drake.”

Draco ikut meneteskan air matanya setelah mendengar 2 kata yang terucap mulut Hermione. Dia berdiri dan memakaikan cincin di jari manis Hermione lalu memeluknya.

Scorpius berdiri di sebelah Rose, dia tersenyum. Dia tidak meneteskan air matanya, dia menahannya.

“Ma, Mama liat Papa bahagia kan? Scorpie juga bahagia Ma. Akhirnya, Scorpie punya Mama lagi. Mama harus bahagia ya di surga?”

Rose menoleh ke arah Scorpius, perlahan dia memegang tangannya dan menggenggamnya.

“Hai, abang.”

Ternyata Scorpius tidak bisa menahannya. Dia benar benar menangis kali ini.


© urhufflegurl_

One Fine Day.

***

Pagi ini, sesuai dengan rencana mereka, Draco dan Scorpius menjemput Hermione dan Rose ke rumahnya. Mereka sudah siap membawa segala perlengkapan untuk hari ini.

Sesampainya di rumah Hermione, mereka langsung berangkat.

Draco menyetir, Hermione disampingnya, Rose dibelakang bersama Scorpius.

Yang sering bercanda disini Rose dan Scorpius, Draco fokus menyetir sementara Hermione sibuk nimbrung bersama Rose dan Scorpius. Sesekali Draco menengok ke arah Hermione dan tersenyum, dia sangat senang karena kembali bertemu dengan Hermione, bahkan bisa kembali bersama dengannya. Dia sangat senang.

Setelah 1 jam perjalanan, akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan. Jakarta hari ini cukup panas, namun tidak terik, sedikit sejuk dengan angin yang menerpa.

“Yeaay Dufan!!! Wohoo!!” Teriak Scorpius berlari masuk menuju gerbang dufan meninggalkan Draco, Hermione dan Rose.

“Dih, kayak gak pernah main aja, norak.” Ucap Rose.

“Hus! Gak boleh gitu!” Balas Hermione menyenggol lengan Draco.

Draco sedikit tertawa, “Emang gak pernah main. Papanya sibuk.”

“Ih om Draco, maaf ya, maaf gak maksud nyindir, om.” Ucap Rose sedih.

Draco mengusap lembut rambut Rose. “Enggak sayang, kamu gak nyindir om kok. Emang fakta. Jadi, sekarang kita puas puasin main oke?”

Rose mengangguk semangat.

“WOY KADAL!! CEPETAANN!!” Teriak Scorpius dari jauh membuat Hermione dan Draco tertawa

“Ih nyebelin!” Umpat Rose berjalan menyusul Scorpius.

Sepeninggal Rose dan Scorpius, Hermione menatap Draco sejenak.

“Kenapa?” Tanya Draco.

“I love you.” Bisik Hermione merangkul pinggang Draco.

Draco terkekeh pelan dan mengecup lembut kepala Hermione. “I love you more, love.”


“ONTANG ANTING DULU!”

“ICE AGE DULU!”

“IH INI LEBIH DEKET!”

“ICE AGE DULU! ONTANG ANTING GAK ADA APA APANYA!”

“IH LO MAH! NGALAH KEK!”

“LO YANG NGALAH! AYO ONTANG ANTING CEPET!”

Baru juga masuk, Rose dan Scorpius sudah berebut wahana mana yang ingin mereka naiki.

“Yaudah yaudah, mending ontang anting dulu gimana? Lebih deket, nih depan mata.” Ucap Hermione menengahi mereka berdua.

“Ih Mama mah! Kok malah belain dia?”

Scorpius puas sekali meledek Rose yang sedang cemberut. Dia tertawa puas.

“Bukan belain, ini lebih deket sayang, ayo?”

“Iya deh.”

Mereka menaiki wahana yang pertama, yaitu ontang anting. Meskipun awalnya Rose menolak, namun ternyata dia yang paling menikmati wahana ini.

Setelah itu, mereka menaiki satu persatu wahana yang esktrim. Hanya Hermione yang tidak naik karna dia benar benar takut. Alhasil, Hermione jadi penjaga tas saja dan memotret kebahagiaan Draco, Scorpius dan Rose.

“Tante Hermione harus naik yang satu ini, kora-kora! Ayo tan!” Ajak Scorpius menarik tangan Hermione.

“Tante takut, Scorp..”

“Gak usah takut, kan ada Papa hehehe.”

“Scorpie ah!” Ucap Hermione malu malu.

Draco tersenyum melihat interaksi antara Hermione dan Scorpius.

“Ayo, Hermione. Kan ada aku.” Ucap Draco membuat Rose dan Scorpius kesemsem sendiri.

“Ayoo Ma!!” Ucap Rose menarik tangan Hermione.

Akhirnya, Hermione mengiakan ajakan Scorpius. Dia menaiki kora kora dan duduk disamping Draco. Sementara Rose dan Scorpie, duduk di paling belakang. Memang mereka ini sangat suka wahana yang ekstrim.

Selama permainan jalan, Hermione hanya berlindung di dada Draco. Dia sangat takut melihat kedepan.

“Aduh, pusing banget kepala aku. Jantung aku kayaknya ketinggalan diatas deh Drake!” Keluh Hermione memegang dadanya yang berdebar kencang.

Draco terkekeh pelan, “Minum dulu, duduk, tenangin ya?”

Hermione mengangguk, dia duduk disalah satu bangku disana dan meminum minuman yang segar.

“Gimana Ma? Seru kan?” Tanya Rose duduk disamping Hermione.

“Seru banget sampe sampe Mama gak mau naik lagi!”

“Hahahaha tante, muka tante sampe merah gitu.” Ucap Scorpius.

“Pucet langsung tau Ma.” Lanjut Rose.

“Masa iya?”

“Iya!” Seru Rose.

“Aduh, udah deh Mama istirahat dulu aja. Kalian aja yang main.”

“Okee deh!”

Siang itu, mereka sangat menikmati waktu bersama dengan menaiki semua wahana yang ada disana. Tidak lupa, mereka juga mengabadikan moment bahagia bersama.

Bahagia, seperti keluarga yang utuh.


Tempat kedua, yaitu aquarium. Tempat yang sangat Draco suka. Draco sangat suka ikan, laut, pantai, dan segala isinya. Jika disuruh memilih antara gunung atau laut, Draco pasti akan lebih memilih laut.

“Our first date. Do you remember?” Tanya Draco lembut.

Hermione tersenyum, “I do. I remember everything about us, Draco.”

Draco merangkul pinggang Hermione. “Setelah 20 tahun, akhirnya kita kembali kesini. Banyak banget perkembangannya.”

“Ya iya, 20 tahun! Makin bagus dan makin banyak ikannya.”

“Makin cantik.”

Ketika Hermione menoleh, Draco sedang menatapnya.

“Siapa yang makin cantik?”

“Kamu.”

“Draco ah!”

“Ma, Om, diem disitu. Kita foto!” Ucap Rose mengeluarkan kamernya.

“1...2...3...!”


© urhufflegurl_

It hurts.

***

1 pertanyaan dari mulut Hermione berhasil membuat dada Draco terasa sangat sakit luar biasa.

Bagaimana bisa Hermione melupakannya? Bagaimana bisa Hermione melupakan semua kenangannya? 7 tahun lamanya, namun Hermione melupakannya dalam 1 malam.

“Hermione mengalami amnesia, namun ingatannya bisa kembali pulih secara perlahan jika dibantu oleh orang terdekatnya. Tapi saya mohon jangan terlalu di paksa karena takutnya hal ini membuat keadaannya memburuk.”

“Bisa sembuh kan dok? Dia bisa ingat semuanya kan?” Tanya Helena menangis.

Dokter mengangguk. “Dengan waktu yang cepat atau lambat, ingatan Hermione pasti kembali asal terus didukung dan dibantu.”

“Soal kaki nya? Kakinya bagaimana dok?” Tanya Helena.

Saat Hermione bangun tadi, Hermione menangis karena merasa kakinya mati rasa.

“Seperti yang saya bilang, Hermione mengalami kelumpuhan.”

“Bisa sembuh kan dok? Hermione bisa jalan lagi kan?” Kini Richard yang bertanya.

Dokter menghela napasnya. “Mohon maaf pak, kecelakaan yang dialami Hermione sangat fatal. Hermione mengalami kelumpuhan total.”

“ARRGGHHHH!!!”

Draco berteriak kencang.

“KENAPA?? KENAPA SEMUA INI TERJADI KENAPA TUHAN?? KENAPA HARUS DIA? KENAPAA???! KENAPA GAK SAYA AJA TUHAN? KENAPA?! KENAPA HARUS HERMIONE?! TOLONG TUHAN, TOLONG KEMBALIKAN KAKI HERMIONE TOLONG, TOLONG!!”

Draco kini berada di atas rooftop rumah sakit, dia benar benar hancur dan kalut. Kabar soal amnesia dan kelumpuhan Hermione membuatnya hancur.

Soal amnesia nya Hermione, Draco sangat yakin dia bisa membantu Hermione untuk mengingatnya, namun soal kelumpuhannya, Draco sangat benci akan hal itu. Draco benci suatu hal dimana Hermione pasti akan merasa tidak berguna dan membenci dirinya sendiri. Draco benci itu.

Di pukul 3 dini hari ini, Draco memeluk diri nya sendiri, sendirian, dengan angin yang menusuk langsung ke dalam tubuhnya. Dia menangis sejadi jadinya disana, mengucapkan semua pertanyaannya untuk Tuhan. Mengapa mengapa dan mengapa, hanya itu yang Draco pertanyakan. Tidak kurang, dan tidak lebih.

Kini Draco merasa angin yang menusuk itu benar benar membuat kepalanya sakit, ditambah dia tidak makan dengan benar selama 1 minggu ini, badannya benar benar lemas dan kepalanya sangat sakit seperti ditimpa besi yang sangat berat.

Perlahan, Draco memejamkan matanya, tubuhnya terjatuh dan semuanya menjadi gelap.


“Draco? Sayang? Kamu gapapa? Kamu udah sadar nak? Hei.”

Draco perlahan membuka matanya, kepalanya sangat sakit, benar benar sakit.

“Her—mio—ne—” lirih Draco.

“Hermione ada sayang, Hermione ada. Kamu kenapa bisa pingsan di atas rooftop hmm? Kenapa?” Narcissa menggenggam tangannya.

Badan Draco sangat panas, bahkan Draco sangat lemas hanya untuk sekedar bangun dan duduk, benar benar lemas.

“Her—mio—ne—”

Narcissa mengusap lembut rambut Draco. “Hermione ada nak, Hermione ada. Kamu sembuh dulu ya? Baru ketemu Hermione, ya nak?”

Draco melirik sang Mama dan mulai menangis, Narcissa yang mengerti akan hal itu langsung menyerbu ke pelukannya dan memeluk Draco dengan erat. Sungguh sangat menyakitkan melihat anak semata wayangnya hancur seperti ini. Tuhan, tolong sembuhkan Hermione. Hermione sangat berarti untuk Draco. Tolong.

“Hermione Ma, Hermione gak inget Draco, Hermione lumpuh... Hermione ma..”


© urhufflegurl_

It hurts.

***

1 pertanyaan dari mulut Hermione berhasil membuat dada Draco terasa sangat sakit luar biasa.

Bagaimana bisa Hermione melupakannya? Bagaimana bisa Hermione melupakan semua kenangannya? 7 tahun lamanya, namun Hermione melupakannya dalam 1 malam.

“Hermione mengalami amnesia, namun ingatannya bisa kembali pulih secara perlahan jika dibantu oleh orang terdekatnya. Tapi saya mohon jangan terlalu di paksa karena takutnya hal ini membuat keadaannya memburuk.”

“Bisa sembuh kan dok? Dia bisa ingat semuanya kan?” Tanya Helena menangis.

Dokter mengangguk. “Dengan waktu yang cepat atau lambat, ingatan Hermione pasti kembali asal terus didukung dan dibantu.”

“Soal kaki nya? Kakinya bagaimana dok?” Tanya Helena.

Saat Hermione bangun tadi, Hermione menangis karena merasa kakinya mati rasa.

“Seperti yang saya bilang, Hermione mengalami kelumpuhan.”

*“Bisa sembuh kan dok? Hermione bisa jalan lagi kan?” Kini Richard yang bertanya.

Dokter menghela napasnya. “Mohon maaf pak, kecelakaan yang dialami Hermione sangat fatal. Hermione mengalami kelumpuhan total.”*

“ARRGGHHHH!!!”

Draco berteriak kencang.

“KENAPA?? KENAPA SEMUA INI TERJADI KENAPA TUHAN?? KENAPA HARUS DIA? KENAPAA???! KENAPA GAK SAYA AJA TUHAN? KENAPA?! KENAPA HARUS HERMIONE?! TOLONG TUHAN, TOLONG KEMBALIKAN KAKI HERMIONE TOLONG, TOLONG!!”

Draco kini berada di atas rooftop rumah sakit, dia benar benar hancur dan kalut. Kabar soal amnesia dan kelumpuhan Hermione membuatnya hancur.

Soal amnesia nya Hermione, Draco sangat yakin dia bisa membantu Hermione untuk mengingatnya, namun soal kelumpuhannya, Draco sangat benci akan hal itu. Draco benci suatu hal dimana Hermione pasti akan merasa tidak berguna dan membenci dirinya sendiri. Draco benci itu.

Di pukul 3 dini hari ini, Draco memeluk diri nya sendiri, sendirian, dengan angin yang menusuk langsung ke dalam tubuhnya. Dia menangis sejadi jadinya disana, mengucapkan semua pertanyaannya untuk Tuhan. Mengapa mengapa dan mengapa, hanya itu yang Draco pertanyakan. Tidak kurang, dan tidak lebih.

Kini Draco merasa angin yang menusuk itu benar benar membuat kepalanya sakit, ditambah dia tidak makan dengan benar selama 1 minggu ini, badannya benar benar lemas dan kepalanya sangat sakit seperti ditimpa besi yang sangat berat.

Perlahan, Draco memejamkan matanya, tubuhnya terjatuh dan semuanya menjadi gelap.


“Draco? Sayang? Kamu gapapa? Kamu udah sadar nak? Hei.”

Draco perlahan membuka matanya, kepalanya sangat sakit, benar benar sakit.

“Her—mio—ne—” lirih Draco.

“Hermione ada sayang, Hermione ada. Kamu kenapa bisa pingsan di atas rooftop hmm? Kenapa?” Narcissa menggenggam tangannya.

Badan Draco sangat panas, bahkan Draco sangat lemas hanya untuk sekedar bangun dan duduk, benar benar lemas.

“Her—mio—ne—”

Narcissa mengusap lembut rambut Draco. “Hermione ada nak, Hermione ada. Kamu sembuh dulu ya? Baru ketemu Hermione, ya nak?”

Draco melirik sang Mama dan mulai menangis, Narcissa yang mengerti akan hal itu langsung menyerbu ke pelukannya dan memeluk Draco dengan erat. Sungguh sangat menyakitkan melihat anak semata wayangnya hancur seperti ini. Tuhan, tolong sembuhkan Hermione. Hermione sangat berarti untuk Draco. Tolong.

“Hermione Ma, Hermione gak inget Draco, Hermione lumpuh... Hermione ma..”


© urhufflegurl_