Draco, Papa yang sempurna.
***
“Kenapa? Kok gelisah gitu?” Tanya Draco kepada Hermione.
Hermione gelisah karna membaca pesan dari Rose. Apa yang Ron katakan kepadanya hingga Rose berkata kasar seperti itu? Biar bagaimanapun, Hermione tidak ingin Rose membenci ayahnya sendiri.
“Kita pulang ya? Udah selesai kan?”
Draco mengangguk. “Udah, kenapa? Ada apa?”
“Rose, dia ketemu sama Ron. Aku gak tau apa yang Ron omongin ke dia, tapi, Rose butuh aku sekarang. Kita pulang ya Drake?”
Draco mengangguk dengan cepat, “Ayo. Ayo Hermione.”
Dengan segera mereka pergi menuju rumah Hermione. Sepanjang jalan, Hermione sangat gelisah. Pesannya tidak di balas oleh Rose, hanya di baca saja. Pikirannya sangat kalut dan berantakan.
Melihat itu, Draco menggenggam tangan Hermione dan mengusapnya perlahan agar bisa menenangkannya.
“Jangan khawatir ya.”
Hermione menghela napasnya. “Ron itu playing victim, Drake. Dia selalu berbicara hal yang gak terjadi.”
Draco terdiam mendengar Hermione berbicara.
“Dia selalu bilang kalau alasan dia selingkuh itu karna aku fokus kerja. Karna aku gak ngurus dia, karna aku gak peduli sama dia, karna aku gak bersikap sebagai seorang istri. Padahal aku selalu urus dia, siapin sarapan, kopi, kebutuhan dia, apapun itu aku siapin. Aku udah bersikap sebagai seorang istri. Dia nya aja yang selingkuh.”
Draco rasanya ingin membunuh Ron sekarang juga.
“Terus soal hak asuh anak, Ron kekeuh banget pengen ambil Rose dari aku dengan alasan katanya aku gabisa rawat Rose karna aku sibuk kerja, padahal aku bisa rawat Rose.”
Draco semakin menggenggam tangan Hermione. Dia mengeratkan genggamannya..
Hermione menunduk, rasanya sangat ingin melampiaskan semuanya dengan memukul Ron. Dia sangat ingat bagaimana Ron meminta izin untuk menikahi selingkuhannya didepan dia dan Rose, itu sangat menyakitkan untuk Hermione.
“Aku gak mau Rose benci Ron, Drake. Biar gimanapun, Ron itu papa nya Rose. Aku gak mau anak aku benci sama orang tuanya sendiri, Drake.”
Draco menghentikkan sejenak mobilnya di pinggir jalan.
“Hei, Hermione..”
Draco berbicara sangat lembut, tangannya menyibakkan sedikit rambut Hermione yang menghalangi wajahnya.
“Kamu tenang ya? Kamu udah sangat berhasil mendidik Rose, sayang. Rose tumbuh jadi anak yang hebat, pinter, dan baik. Iya kan? Ron itu banyak omong karna dia iri sama semua pencapaian kamu. Dia iri karna kamu lebih hebat dari dia, makanya dia kesana kesini berbicara seolah olah dia yang sangat hebat karna dia iri sama kamu. Udah kamu jangan pikirin semua ini ya? Cukup fokus dengan Rose aja sayang, dia butuh support dan semangat dari kamu. Tumbuh jadi anak dari keluarga yang gak utuh itu gak mudah, Hermione.”
Hermione tersenyum. Benar. Draco sangat benar. Dia hanya cukup fokus kepada Rose, gak perlu yang lain.
“Makasih ya Drake, kamu emang juaranya bikin aku tenang.”
“Iya sayang. Yaudah kita lanjut ya?”
Hermione mengangguk dan mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Sesampainya dirumah, Hermione langsung masuk ke dalam kamar Rose. Dia sedih melihat Rose menangis bahkan matanya sudah merah dan bengkak.
“Hei, sayang..” Hermione memeluk Rose dengan erat.
“Mama..” Rose menangis kencang sambil memeluk Hermione.
“Rose tadi ketemu Papa, Papa marah karna Rose block kontaknya Papa dan belum buka sampe sekarang. Papa ngata ngatain Mama, Papa jahat banget, Ma! Papa jahat!”
Hermione mengusap punggung Rose, dia menenangkan anaknya itu dengan pelukannya yang hangat.
“Sayang...” Bisik Hermione.
“Ma, Mama gak jahat kan? Papa bilang, Mama itu selalu fokus kerja dan gak bisa ngurus Rose sampe Rose jadi anak yang ngebangkang dan gak sopan. Padahal kan gak gitu! Rose benci papa! Rose benci!”
“Rose sayang..”
Rose teringat malam ini Hermione dinner bersama Draco. Dia pasti mengacaukannya.
“Ih Mama! Mama lagi dinner ya?”
“Eh? Kok tiba tiba nanya itu?”
“Mama, maaf.. Rose gak maksud buat—”
“Hei sayang, denger Mama mau ya?”
Rose mengangguk, suasana hatinya sudah sedikit membaik, jadi dia siap untuk mendengarkan wejangan dari Hermione.
“Rose anak Mama yang baik dan pinter.. Mama gak mau Rose benci sama Papa sayang, biar gimana pun, papa itu adalah papa nya Rose. Jangan benci dia ya sayang? Mama gak akan berbicara banyak karena selama ini Mama yakin Rose melihat banyak sekali kejadian yang bisa Rose bedain, mana hal baik dan mana hal buruk. Mana yang harus Rose ambil sebagai contoh, dan mana yang harus Rose buang karena itu gak tepat. Rose udah gede, Mama bangga banget sama kamu sayang, maaf selama ini Mama selalu sibuk kerja, maaf ya?”
Rose memeluk Hermione dengan erat. Tidak, Hermione bukan Ibu yang membiarkan anaknya berkembang sendirian karena sibuk bekerja. Justru Hermione adalah ibu yang sangat hebat. Dia menyaksikan banyak sekali kejadian pertama kali didalam hidup Rose. Pertama Rose berjalan, naik sepeda, berenang, bahkan pertama kali Rose juara 1 di sekolah. Hermione menyaksikan semua itu.
“Makasih ya Ma, Mama adalah Mama terhebat untuk Rose. Mama gak salah apa apa karna nyatanya, Rose gak pernah ngerasa sekalipun kekurangan.”
“Makasih sayang.. Oh iya, om Draco ada diluar. Kamu mau ketemu?”
Rose bersemangat ketika mendengar nama Draco. “Oh iya? Ada om Draco juga?”
Hermione mengangguk. “Ada sayang. Yuk keluar.”
“Ayok Ma!”
Draco melebarkan matanya ketika melihat Hermione keluar bersama Rose. Dia segera berdiri dan menyapa Rose dengan hangat.
“Hai, Rose.” Sapa Draco. Dia ngeuh akan mata Rose yang memerah dan sedikit bengkak karena menangis, namun dia mencoba mengabaikannya. Dia tidak ingin membuat Rose sedih dengan banyak bertanya.
“Halo om Draco, apa kabar?” Tanya Rose.
“Baik, oh iya om bawain bunga mawar buat kamu! Dan ada kue strawberry kesukaan kamu juga. Nih.” Draco memberikan satu bucket bunga mawar dan kue kepada Rose yang membuat Rose sangat senang.
“Makasih banyak om, ini bagus bagus banget semuanya. Makasih om!” Ucap Rose dengan semangat.
Draco mengusap lembut kepala Rose. “Sama sama cantik. Rose, kalau boleh om Draco mau minta izin..”
Rose mengerutkan keningnya. “Minta izin apa om?”
“Om mau jaga mama kamu dan kamu, om gak mau ada lagi kesedihan di wajah cantik kamu ataupun mama kamu. Boleh?”
Rose tersenyum, dadanya menghangat ketika mendengar Draco berbicara seperti itu. Pantas saja Scorpius tumbuh menjadi lelaki yang lembut, ternyata Papa nya sangat lembut.
“Om yakin? Mama kan dulu pernah nyakitin om.”
Hermione dan Draco saling menatap satu sama lain.
“Maaf ya Om, oma Molly dulu misahin om sama mama. Tapi akhirnya, sekarang kalian ketemu lagi. Rose emang gak ngerti dengan semuanya tapi Rose yakin, semesta emang mengizinkan om untuk selalu bareng sama Mama. Dengan semua perjalanan om dan mama, Rose yakin kalian akan menjadi pasangan yang saling melengkapi nantinya. Om gak perlu minta izin ke Rose, karena emang setiap manusia itu makhluk yang saling membutuhkan. Rose juga butuh om Draco, om Draco juga butuh Rose. Iya kan?”
Draco mengangguk, dia tersenyum hangat, hampir meneteskan air matanya. Dia sangat tersentuh dengan ucapan Rose, Hermione benar benar telah berhasil merawatnya.
“Om boleh peluk kamu?”
Rose mengangguk, Draco menariknya kedalam pelukannya.
“Mama kamu gak pernah jadi manusia gagal, Rose. Kamu adalah salah satu bukti terbesar dari pernyataan itu.” Bisik Draco kepada Rose. Rose mengeratkan pelukannya kepada Draco, rasanya sangat hangat dan nyaman.
© urhufflegurl_