Tolong.
***
Bimbingan hari ini sangat melelahkan. Pukul 8 malam baru selesai, dan Hermione baru jalan menuju kost-annya.
Malam ini, Ia pulang sendiri. Ginny, Harry dan Ron sudah duluan.
“Beli makanan dulu kali ya, laper.” Gumam Hermione mengotak ngatik ponselnya.
Ia duduk di halte depan kampus, mengadah ke atas dan tak terasa air matanya meleleh begitu saja.
Tingkat akhir yang sangat melelahkan.
Tekanan berat dari kanan dan kiri, 2 bulan lagi Ia harus menyelesaikan semua skripsi yang sedang Ia susun. Ia harus sidang dan wisuda.
Hermione menghela nafasnya berat. Ia merindukan kedua orang tuanya yang cukup jauh. Berat sekali menjalani hidup sebagai anak rantau apalagi dikota besar seperti ini.
Awalnya, semua mudah karena Ia bertemu dan berpacaran dengan Oliver. Namun semuanya menjadi kacau ketika Oliver selingkuh.
Setelah mendapatkan notifikasi bahwa ada yang pick up orderannya, Hermione pun berdiri dan menghampiri taksi online yang Ia pesan.
Sebelum pulang kekosannya, Ia membeli makanan sejenak.
Sesampainya dikosan, langkahnya terdiam ketika melihat Oliver berdiri disana.
“Baru balik?”
Nafas Hermione mendadak memburu ketika melihat Oliver. Sekitar sini sangat sepi, tak ada satupun yang lewat padahal baru setengah 9 malam.
“Lo ngapain disini?”
Hermione termundur ke belakang, sementara Oliver menghampirinya dengan seringainya yang Hermione benci.
Dug!
Badan Hermione sudah menyentuh dinding dan tak bisa mundur lagi.
“Gue udah bilang sama lo, gue selingkuh itu semua karna lo. Tapi kenapa gue gak bisa lupa sama lo hmm?”
Oliver mencengkram lengan Hermione yang membuat Hermione semakin ketakutan.
“Kenapa?!” Teriak Oliver.
“G—gue gak tau.”
“Lo mau balik lagi kan sama gue? Ayo, sekarang aja! Ayo, cuman— lo mau kan menuhin nafsu gue?”
“Gila!”
“Lo yang gila!”
“Lo! Anjing! Mending lo selingkuh aja daripada deketin gue lagi!”
Oliver marah ketika Hermione berkata itu. Kemarahan Oliver membuat Hermione semakin mundur dan takut.
“Cuman lo yang gue mau!” Teriak Oliver.
“Oliver plis, kita udah—”
“Udah apa?! Putus?!”
“Lo mabuk ya? Lo bau alkohol!”
Oliver tertawa sarkas. “Gue bukan pemabuk. Lo tau? Gue cinta sama lo. Tapi gue gak mau sama anak ambis kayak lo. 4 tahun jadian sama lo, gue seneng tapi abis itu gue sedih karena lo gak ada waktu buat gue.”
“Oliver plis—”
“Balik sama gue ya? Plis.”
Hermione menggelengkan kepalanya.
“BALIK SAMA GUE!”
Oliver kembali mencengkram tangan Hermione. Kali ini sangat keras sampai Hermione kesakitan.
“Lepas! Oliver apa sih?!” Teriak Hermione berusaha melepaskan cengkraman Oliver namun lelaki itu malah semakin mencengkram nya.
“OLIVER LEPAS!” Teriak Hermione menangis.
“Lepas.”
Baik Oliver maupun Hermione menoleh ke arah suara.
“Draco?”
“Kalau lo cowok, jangan jadi pengecut yang beraninya cuman sama cewek.” Draco melangkah mendekati Oliver.
Draco melirik ke arah Hermione yang ketakutan.
“Lepas.”
“Lo siapa ikut campur?”
“Gue cowoknya yang sekarang. Lo bukan siapa siapa, jadi lepas. Don't you dare touch my girlfriend, bastard!”
Bug!
Draco terhuyung kebelakang akibat pukulan dari Oliver.
“Keras juga pukulan lo.” Gumam Draco mengusap darah di sudut bibirnya.
Tak mau kalah, Draco balik memukul Oliver. Mereka bertengkar dihadapan Hermione. Hermione hanya bisa menangis, Ia tidak mau melerai karena masih kaget dengan statement Draco yang mengatakan bahwa Ia kekasihnya.
Kali ini, apalagi rencana Draco?
“Anjing! Jangan jadi pengecut! Jangan pernah lo ganggu Hermione lagi. Inget itu!”
Bug!
Pukulan terakhir dari Draco membuat Oliver tak sadarkan diri.
“Lo gapapa?”
“Maksud lo apa sih? Kenapa lo bilang kalau gue cewek lo?”
“Hermione, denger—”
“Apa? Gue harus denger apa? Gue harusnya dari awal emang jangan pernah mau deket sama lo! Lo brengsek.”
“Tolong, Hermione.”
Hermione menoleh, Ia tidak mengerti maksud Draco apa.
“Tolong, jangan libatkan perasaan. Gue seneng deket sama lo, kita sebatas ini aja bisa kan?”
© urhufflegurl_