litaaps

Bittersweet.

***

Malam ini, Hermione nekat menemui Draco ke apartment nya. Ia benar benar khawatir karena lelaki itu tidak ada kabar sama sekali selama 5 hari ini. Pesannya tidak dibalas. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.

Ingin bertanya kepada Pansy, Theo, dan Blaise namun mereka ikut menghilang entah kemana.

Jadi, Hermione memutuskan untuk pergi ke apartment Draco.

Ia berdiri didepan apartment Draco, secara perlahan memencet bel. Mudah mudahan Draco ada didalam.

Tak butuh waktu lama, akhirnya Draco keluar.

“Draco lo kemana aja?” Tanya Hermione khawatir.

“Masuk.”

Draco mengizinkan Hermione untuk masuk. Lelaki itu tampak seperti kelelahan.

Hermione dan Draco berdiri saling berhadapan.

“Are you okay?” Tanya Hermione.

Draco perlahan maju, Ia menidurkan kepalanya diatas pundak Hermione.

“Kenapa Drake? Badan lo anget, lo sakit?”

Bukannya menjawab, Draco malah melingkarkan kedua tangannya dipunggung Hermione.

“Capek.” Bisik Draco.

“It's okay, gue disini ada buat lo.” Hermione membalas pelukan Draco.

“Draco lo sakit.” Lirih Hermione.

“Mau kayak gini, sebentar aja.”

Hermione tidak menjawab, Ia membiarkan Draco memeluknya.


“Minum dulu, giliran gue yang buatin coklat buat lo.” Ucap Hermione memberikan coklat hangat kepada Draco.

Draco menerimanya dan meminum nya perlahan.

“May I ask something?” Tanya Draco.

“Sure. Kenapa?”

Draco berdiri, Ia masuk ke dalam kamarnya dan berdiri tepat dipintu.

“I need something to hug. Would you?”

Hermione terdiam sejenak. Apa maksudnya? Ia menoleh ke arah jam dinding, malam sudah menunjukkan pukul 10. Apa Ia harus menginap?

“Hermione?”

Suara berat milik Draco membuyarkan lamunan Hermione.

“Sure.” Balas Hermione berdiri dan mengikutinya ke dalam kamar.


© urhufflegurl_

I miss you.

***

Katakan Draco gila, ya memang dia sudah gila.

Bukan menyusul Hermione, Draco malah memenuhi panggilan dari Daphne.

Malam ini, Draco membeli tiket menuju Amerika untuk terbang kesana bertemu seseorang yang sangat Ia rindukan.

Ia tidak menanggapi pesan dari Hermione, Ia benar benar mengabaikannya. Di otaknya hanyalah Ia ingin sampai ke Amerika cepat cepat.

Setelah menempuh 20 jam lamanya, Draco akhirnya sampai di kota ini. Ia segera berlari mencari taksi untuk menemui seseorang yang Ia rindukan.

Sesampainya disana, Draco berlari menghampirinya.

“Draco?”

Draco tidak menjawab, Ia memeluk wanita di hadapannya dengan penuh air mata.

“I miss you, I miss you so much, Tori.” Lirih Draco.

“I miss you too.”

Draco melepaskan pelukannya, Ia melihat dengan seksama badan Astoria.

“Masih lengkap kok, aman.” Ucap Astoria terkekeh pelan.

Draco tersenyum, Ia mencium lembut bibir Astoria, dan Astoria membalasnya.

“Aku mau lama sama kamu, tapi—”

“Gapapa Drake, kamu selesaikan skripsi kamu. Kita masih bisa chattingan kan?”

Draco menggelengkan kepalanya. “Jangan terlalu banyak main hp, aku gak suka.”

Astoria tersenyum. “Iya, sayang.”

Draco kembali memeluk Astoria dengan erat. “I miss you.”

“I miss you more, Drake.”


© urhufflegurl_

Sweet feelings.

***

Guess there is something, and there is nothing There is nothing in between...

And in my eyes, there is a tiny dancer Watching over me, he's singing..

She's a, she's a lady, and I am just a boy

He's singing, “She's a, she's a lady, and I am just a line without a hook”

“GILA!!! DEEP VOICE LO ANJIR BEUH MANTEP BANGET!!”

Draco terkejut mendengar suara Hermione yang tiba tiba. Tidak, tidak tiba tiba, memang dari tadi Hermione ada diluar mendengar Draco memainkan gitarnya dan bernyanyi.

“Sejak kapan lo ada disitu?”

Hermione nyengir. “Daritadi!”

Draco menaruh gitarnya dan membawa tasnya hendak pergi dari lab.

“Eh mau kemana? Tunggu dong Malfoy! Aw—”

Hermione tak sengaja menendang salah satu kursi disana. Ia kehilangan keseimbangan badannya dan terjatuh kedepan.

Namun bukan ke lantai. Melainkan ke dalam pelukan Draco.

Dalam beberapa waktu, mata mereka bertemu. Draco mengeratkan cengkramannya pada badan Hermione dan melirik bibir manis Hermione.

Hermione yang sadar akan hal itu segera melepaskan pelukan Draco.

“Sorry, tadi gak sengaja nendang kursi.” Ucap Hermione gugup.

Draco mengangguk. “Keluar.”

Draco keluar lebih dulu, disusul oleh Hermione dibelakangnya.

“Gue udah rekam lagi suara lo! Yeayyy ada 2 deh. Tapi lagunya itu lagi itu lagi. Kenapa sih? Mantan lo suka sama lagu ini ya?”

Draco melirik. “Enggak. Kan gue udah bilang, enak lagunya.”

“Bohong! Lo disakitin sama siapa sih Drake sampe sebegininya? Aneh deh.”

“Gak ada.”

“Bohong!”

“Terserah.”

Hermione memasang wajah sebal karena jawaban Draco yang singkat singkat.

“Eh, gue suka denger suara lo tau. Enak! Banget!” Puji Hermione.

Draco tersenyum. “Ayo ke kelas ah, udah mau masuk jam matkul.”

Draco pergi meninggalkan Hermione sendirian disana.

“Dasar Draco si es! Tapi di pikir pikir, Draco itu kayak salju. Dingin, putih, beku, bahaya tapi indah. Tapi kalau lo genggam dia, dia akan mencair.”

He's like snow. It's cold and cruel to begin with, but it's somehow beautiful, and you miss it when it's not there. And if you hold it in your hands close enough and long enough, it changes. It melts.


© urhufflegurl_

Sweet feeling.

***

Guess there is something, and there is nothing There is nothing in between...

And in my eyes, there is a tiny dancer Watching over me, he's singing..

She's a, she's a lady, and I am just a boy

He's singing, “She's a, she's a lady, and I am just a line without a hook”

“GILA!!! DEEP VOICE LO ANJIR BEUH MANTEP BANGET!!”

Draco terkejut mendengar suara Hermione yang tiba tiba. Tidak, tidak tiba tiba, memang dari tadi Hermione ada diluar mendengar Draco memainkan gitarnya dan bernyanyi.

“Sejak kapan lo ada disitu?”

Hermione nyengir. “Daritadi!”

Draco menaruh gitarnya dan membawa tasnya hendak pergi dari lab.

“Eh mau kemana? Tunggu dong Malfoy! Aw—”

Hermione tak sengaja menendang salah satu kursi disana. Ia kehilangan keseimbangan badannya dan terjatuh didepan.

Udah bukan ke lantai. Melainkan ke dalam pelukan Draco.

Dalam beberapa waktu, mata mereka bertemu. Draco mengeratkan cengkramannya pada badan Hermione dan melirik bibir manis Hermione.

Hermione yang sadar akan hal itu segera melepaskan pelukan Draco.

“Sorry, tadi gak sengaja nendang kursi.” Ucap Hermione gugup.

Draco mengangguk. “Keluar.”

Draco keluar lebih dulu, disusul oleh Hermione dibelakangnya.

“Gue udah rekam lagi suara lo! Yeayyy ada 2 deh. Tapi lagunya itu lagi itu lagi. Kenapa sih? Mantan lo suka sama lagu ini ya?”

Draco melirik. “Enggak. Kan gue udah bilang, enak lagunya.”

“Bohong! Lo disakitin sama siapa sih Drake sampe sebegininya? Aneh deh.”

“Gak ada.”

“Bohong!”

“Terserah.”

Hermione memasang wajah sebal karena jawaban Draco yang singkat singkat.

“Eh, gue suka denger suara lo tau. Enak! Banget!” Puji Hermione.

Draco tersenyum. “Ayo ke kelas ah, udah mau masuk jam matkul.”

Draco pergi meninggalkan Hermione sendirian disana.

“Dasar Draco si es! Tapi di pikir pikir, Draco itu kayak salju. Dingin, putih, beku, bahaya tapi indah. Tapi kalau lo genggam dia, dia akan mencair.”

He's like snow. It's cold and cruel to begin with, but it's somehow beautiful, and you miss it when it's not there. And if you hold it in your hands close enough and long enough, it changes. It melts.


© urhufflegurl_

Sweet feeling.

***

Guess there is something, and there is nothing There is nothing in between...

“*And in my eyes, there is a tiny dancer Watching over me, he's singing..”

She's a, she's a lady, and I am just a boy

He's singing, “She's a, she's a lady, and I am just a line without a hook”

“GILA!!! DEEP VOICE LO ANJIR BEUH MANTEP BANGET!!”

Draco terkejut mendengar suara Hermione yang tiba tiba. Tidak, tidak tiba tiba, memang dari tadi Hermione ada diluar mendengar Draco memainkan gitarnya dan bernyanyi.

“Sejak kapan lo ada disitu?”

Hermione nyengir. “Daritadi!”

Draco menaruh gitarnya dan membawa tasnya hendak pergi dari lab.

“Eh mau kemana? Tunggu dong Malfoy! Aw—”

Hermione tak sengaja menendang salah satu kursi disana. Ia kehilangan keseimbangan badannya dan terjatuh didepan.

Udah bukan ke lantai. Melainkan ke dalam pelukan Draco.

Dalam beberapa waktu, mata mereka bertemu. Draco mengeratkan cengkramannya pada badan Hermione dan melirik bibir manis Hermione.

Hermione yang sadar akan hal itu segera melepaskan pelukan Draco.

“Sorry, tadi gak sengaja nendang kursi.” Ucap Hermione gugup.

Draco mengangguk. “Keluar.”

Draco keluar lebih dulu, disusul oleh Hermione dibelakangnya.

“Gue udah rekam lagi suara lo! Yeayyy ada 2 deh. Tapi lagunya itu lagi itu lagi. Kenapa sih? Mantan lo suka sama lagu ini ya?”

Draco melirik. “Enggak. Kan gue udah bilang, enak lagunya.”

“Bohong! Lo disakitin sama siapa sih Drake sampe sebegininya? Aneh deh.”

“Gak ada.”

“Bohong!”

“Terserah.”

Hermione memasang wajah sebal karena jawaban Draco yang singkat singkat.

“Eh, gue suka denger suara lo tau. Enak! Banget!” Puji Hermione.

Draco tersenyum. “Ayo ke kelas ah, udah mau masuk jam matkul.”

Draco pergi meninggalkan Hermione sendirian disana.

“Dasar Draco si es! Tapi di pikir pikir, Draco itu kayak salju. Dingin, putih, beku, bahaya tapi indah. Tapi kalau lo genggam dia, dia akan mencair.”

He's like snow. It's cold and cruel to begin with, but it's somehow beautiful, and you miss it when it's not there. And if you hold it in your hands close enough and long enough, it changes. It melts.


© urhufflegurl_

Tolong.

***

Bimbingan hari ini sangat melelahkan. Pukul 8 malam baru selesai, dan Hermione baru jalan menuju kost-annya.

Malam ini, Ia pulang sendiri. Ginny, Harry dan Ron sudah duluan.

“Beli makanan dulu kali ya, laper.” Gumam Hermione mengotak ngatik ponselnya.

Ia duduk di halte depan kampus, mengadah ke atas dan tak terasa air matanya meleleh begitu saja.

Tingkat akhir yang sangat melelahkan.

Tekanan berat dari kanan dan kiri, 2 bulan lagi Ia harus menyelesaikan semua skripsi yang sedang Ia susun. Ia harus sidang dan wisuda.

Hermione menghela nafasnya berat. Ia merindukan kedua orang tuanya yang cukup jauh. Berat sekali menjalani hidup sebagai anak rantau apalagi dikota besar seperti ini.

Awalnya, semua mudah karena Ia bertemu dan berpacaran dengan Oliver. Namun semuanya menjadi kacau ketika Oliver selingkuh.

Setelah mendapatkan notifikasi bahwa ada yang pick up orderannya, Hermione pun berdiri dan menghampiri taksi online yang Ia pesan.

Sebelum pulang kekosannya, Ia membeli makanan sejenak.

Sesampainya dikosan, langkahnya terdiam ketika melihat Oliver berdiri disana.

“Baru balik?”

Nafas Hermione mendadak memburu ketika melihat Oliver. Sekitar sini sangat sepi, tak ada satupun yang lewat padahal baru setengah 9 malam.

“Lo ngapain disini?”

Hermione termundur ke belakang, sementara Oliver menghampirinya dengan seringainya yang Hermione benci.

Dug!

Badan Hermione sudah menyentuh dinding dan tak bisa mundur lagi.

“Gue udah bilang sama lo, gue selingkuh itu semua karna lo. Tapi kenapa gue gak bisa lupa sama lo hmm?”

Oliver mencengkram lengan Hermione yang membuat Hermione semakin ketakutan.

“Kenapa?!” Teriak Oliver.

“G—gue gak tau.”

“Lo mau balik lagi kan sama gue? Ayo, sekarang aja! Ayo, cuman— lo mau kan menuhin nafsu gue?”

“Gila!”

“Lo yang gila!”

“Lo! Anjing! Mending lo selingkuh aja daripada deketin gue lagi!”

Oliver marah ketika Hermione berkata itu. Kemarahan Oliver membuat Hermione semakin mundur dan takut.

“Cuman lo yang gue mau!” Teriak Oliver.

“Oliver plis, kita udah—”

“Udah apa?! Putus?!”

“Lo mabuk ya? Lo bau alkohol!”

Oliver tertawa sarkas. “Gue bukan pemabuk. Lo tau? Gue cinta sama lo. Tapi gue gak mau sama anak ambis kayak lo. 4 tahun jadian sama lo, gue seneng tapi abis itu gue sedih karena lo gak ada waktu buat gue.”

“Oliver plis—”

“Balik sama gue ya? Plis.”

Hermione menggelengkan kepalanya.

“BALIK SAMA GUE!”

Oliver kembali mencengkram tangan Hermione. Kali ini sangat keras sampai Hermione kesakitan.

“Lepas! Oliver apa sih?!” Teriak Hermione berusaha melepaskan cengkraman Oliver namun lelaki itu malah semakin mencengkram nya.

“OLIVER LEPAS!” Teriak Hermione menangis.

“Lepas.”

Baik Oliver maupun Hermione menoleh ke arah suara.

“Draco?”

“Kalau lo cowok, jangan jadi pengecut yang beraninya cuman sama cewek.” Draco melangkah mendekati Oliver.

Draco melirik ke arah Hermione yang ketakutan.

“Lepas.”

“Lo siapa ikut campur?”

“Gue cowoknya yang sekarang. Lo bukan siapa siapa, jadi lepas. Don't you dare touch my girlfriend, bastard!”

Bug!

Draco terhuyung kebelakang akibat pukulan dari Oliver.

“Keras juga pukulan lo.” Gumam Draco mengusap darah di sudut bibirnya.

Tak mau kalah, Draco balik memukul Oliver. Mereka bertengkar dihadapan Hermione. Hermione hanya bisa menangis, Ia tidak mau melerai karena masih kaget dengan statement Draco yang mengatakan bahwa Ia kekasihnya.

Kali ini, apalagi rencana Draco?

“Anjing! Jangan jadi pengecut! Jangan pernah lo ganggu Hermione lagi. Inget itu!”

Bug!

Pukulan terakhir dari Draco membuat Oliver tak sadarkan diri.

“Lo gapapa?”

“Maksud lo apa sih? Kenapa lo bilang kalau gue cewek lo?”

“Hermione, denger—”

“Apa? Gue harus denger apa? Gue harusnya dari awal emang jangan pernah mau deket sama lo! Lo brengsek.”

“Tolong, Hermione.”

Hermione menoleh, Ia tidak mengerti maksud Draco apa.

“Tolong, jangan libatkan perasaan. Gue seneng deket sama lo, kita sebatas ini aja bisa kan?”


© urhufflegurl_

Jangan libatkan perasaan.

***

Hujan semakin deras mengguyur Ibu Kota. Hermione mengeratkan jaketnya dan menghela nafasnya sekali lagi.

Nasi goreng yang dipesan Draco sudah jadi, namun lelaki itu masih belum terlihat.

Tak lama kemudian, Hermione mengerutkan keningnya ketika melihat mobil dihadapannya.

Dan ternyata mobil itu milik Draco, lelaki itu keluar dari mobil dengan payungnya.

“Udah?” Suara Draco terdengar balapan dengan suara derasnya air hujan.

“Udah!” Teriak Hermione.”

“Ayo masuk.”

Tanpa aba aba, Draco merangkul Hermione untuk masuk ke dalam mobil. Ia memayungi Hermione 80% menutupi badan Hermione, dan hanya 20% saja gang menutupi badan nya.

Setelah memastikan Hermione duduk, kini giliran Draco yang masuk ke dalam mobil.

“Dingin.” Ucap Draco menggosokkam kedua tangannya.

“Drake—”

Draco menoleh. “Kenapa?”

Hermione terdiam sejenak. Apa harus Ia menanyakan tentang sebenarnya mereka ini apa? Tapi, apa tidak berlebihan?

“Gak jadi.” Balas Hermione dengan lirih.

“Lo belum makan nasi goreng lo kan?”

Hermione memggelengkan kepalanya.

“Sip. Makan sama mpus dikosan lo.”

Hermione melotot seketika mendengar itu. “HEH?! Kosan gue berantakan Drake? Ini juga udah malem, astaga! Kenapa lo gak bilang mau makan di kosan?!”

“Emang di kosan lo gak ada ruang tamu?”

“Ada sih, tapi kan—”

“Yaudah diruang tamu.”

Hermione melebarkan matanya sekali lagi. “Hmm.” Gumamnya pasrah.


“Hei, mpus! Meow!” Draco tersenyum lebar ketika melihat anak kucing didepannya.

“Aduh! Makin wangi aja ya.” Draco menggendong kucing itu dan menggosok gosokan hidungnya dengan badan kucing.

“Nih, piring lo.” Ucap Hermione menaruh piring didepan Draco.

“Thanks.”

Hermione menuangkan nasi goreng diatas piring miliknya dan piring Draco. Sementara Draco bermain dengan kucing.

Hermione tersenyum ketika melihat betapa sayangnya Draco kepada hewan.

Begitu sempurna lelaki dihadapannya. Namun, apalah arti kesempurnaan jika akhirnya tidak menjadi takdirnya?

Hermione menggelengkan kepalanya menepis semua pikirannya.

“Kenapa tiba tiba mau nyusulin gue? Khawatir ya?” Tanya Hermiome kepada Draco.

“Kangen mpus.” Balas Draco yang masih fokus dengan kucing dipelukannya.

“Huuu! Khawatir berkedok kangen!”

Draco tidak menjawab. Lelaki itu lantas menaruh mpus di pangkuannya dan Ia mulai memakan nasi goreng.

“Drake, mau nanya deh.”

“Hmm?”

“Menurut lo, cowok bisa deket sama cewek itu karna apa?”

“Maksudnya?”

“Cewek kalau suka sama cowok itu biasanya bisa deket sama cowok itu. Kalau cowok gimana?”

Draco berhenti mengunyah. “Hmm, gak tau ya, kayaknya gak bisa deket.”

“Ah.. gitu..”

“Soalnya yang gua rasain gitu.”

Hermione terdiam. Mengapa rasanya cukup sakit mendengar jawaban yang sudah Ia tahu jawabannya apa

Cukup Hermione. Cukup hanya dengan dekat dengannya dan bahagia saja.

Jangan melibatkan apapun yang berlebihan dan bisa membuatmu sakit.

Jangan libatkan perasaan.


© urhufflegurl_

I don't know.

***

Malam ini, Hermione dan Ginny sedang bersama di kosan Hermione untuk mengerjakan tugas kelompok.

Mereka satu kelompok dengan Harry dan Ron juga, namun Harry dan Ron sedang ada acara diluar yang menyebabkan mereka terlambat.

Hermione yang sedang fokus mengetik tugasnya, menoleh ketika Ginny mendeham.

“Kenapa?”

“Lo deket sama Malfoy? Sejak kapan?”

Hermione mengangkat halisnya. “Kok lo tau? Gue kan belum cerita?”

“Gue pernah liat lo gandengan sama Malfoy di kampus.”

“Ah—”

“Gue denger Malfoy udah punya pacar?”

“Masa?”

“Gak tau juga sih masih atau enggak, cuman— gue pernah denger kalau Malfoy itu punya pacar. Lagian kok lo gak kapok sih deket sama cowok? Kemarin lo baru aja di selingkuhin sama Oliver. Kok bisa sekarang deket sama Malfoy?”

“Waktu malem dimana gue berantem dan putus sama Oliver, gue pingsan di taman dan ditemuin sama Malfoy, gue dibawa ke apartment dia dan mulai dari situ deket deh.”

Hermione menghela nafasnya dan meminum minuman miliknya yang ada diatas meja belajarnya.

“Lagipula, apa sih arti cinta sebenernya? Kalau deket sama Draco bisa bikin gue seneng, terus kenapa enggak? Gue nyaman sama Draco, tapi gue gak tau perasaan ini bisa di bilang cinta atau bukan, gue gak ngerti juga Gin.”

“Lo— cinta sama dia?” Tanya Ginny.

Hermione terdiam sejenak memikirkan perasaannya. Belum genap sebulan Hermione putus dengan Oliver, luka yang ada didalam hatinya pun belum sembuh bahkan entah apakah luka itu akan sembuh atau tidak.

Dan, dekat dengan Draco membuatnya senang.

Apa hal itu bisa dikatakan cinta?

Atau hanya sekedar pelampiasan perasaan?

Hermione menggelengkan kepalanya. “Gue gak tau, Gin.”

“Setiap gue deket dia, gue seneng. Gue gak tau perasaan ini bisa dibilang cinta atau bukan, tapi— gue nyaman setiap berada didekat dia.”

Ginny duduk disebelah Hermione dan merangkul lengannya.

“Istirahat Mi. Jangan biarin hati lo luka untuk kesekian kali.”


© urhufflegurl_

What?

***

Pagi ini, badan Hermione rasanya semakin sakit. Untung saja rasa sakit dikepala dan panasnya sudah reda.

Hermione bangun pukul 6 pagi, Pansy masih tertidur disampingnya. Ia bangun dan pergi ke kamar mandi.

Saat Ia baru keluar dari kamarnya, Ia mendengar suara yang cukup gaduh di dapur dan wangi yang sangat nikmat.

Hermione melangkah perlahan menuju dapur. Ia melihat Draco sedang lihai memasak. Lelaki itu sedang memotong bawang daun, tomat, bawang bombai dan juga cabe. Hermione tersenyum, ternyata Draco pandai memasak.

Hermione, Draco, Pansy, Theo dan Blaise itu satu kampus. Dengan Oliver juga. Namun mereka tidak cukup dekat karena berbeda jurusan.

“Hai.” Sapa Hermione membuat Draco menengok ke arahnya.

“Masak apa? Mau dibantuin gak?” Tanya Hermione.

“Gak usah.” Balas Draco kembali fokus memasak.

Heuh. Lelaki didepannya benar benar dingin sedingin es.

“Ih, gue bantu ya? Kalau masak sendiri, berat!”

Draco tidak menjawab, Ia fokus memasak. Memasukkan bawang bawangan, lalu menumisnya.

“Masak apa?” Tanya Hermione sekali lagi.

Draco melirik ke arah kanannya yang membuat Hermione ikut melirik.

“Ohh nasi goreng.”

Draco tidak menjawab.

“Buat lo?”

“Ada Theo sama Blaise mau kesini.”

“Ah, buat mereka.”

Draco hanya mengangguk samar. “Ke kamar mandi gih, bau.”

“Ih enak aja! Eh, lo udah mandi?”

“Udah.”

“What? Gila! Beneran udah mandi? Kok bisa? Harusnya cowok itu mandinya nanti siang bukan pagi! Ini masih jam 6 dan lo udah mandi, udah masak? Gila gila!”

“Lebay.”

Hermione terdiam seketika. Ia menggerutu kesal didalam hatinya, rasa kesalnya sangat terlihat dengan cara bagaimana Ia menarik nafas.

Karena kesal, Hermione berjalan menuju kamar mandi.

Setelah selesai membersihkan dirinya, Hermione kembali keluar kamar mandi.

“Belum pada dateng Theo sama Blaise nya ya?”

“Belum.”

Draco menuangkan 1 porsi nasi goreng diatas piring dan menaruhnya di atas meja. Setelah itu, lelaki itu membuat coklat panas dan menaruhnya juga diatas meja.

“Waah pasti enak nih nasi goreng buatan lo! Gue gak nyangka lo jago masak?”

“Cobain.”

“Hah? Ini buat gue?” Tanya Hermione tak percaya.

“Coklatnya abisin, biar badan lo enakan.”

Dengan semangat, Hermione langsung meminum coklat itu tanpa ditiup.

“Ah! Panas!” Pekik Hermione kepanasan.

Draco tertawa kecil.

“Tiup dulu.” Ucapnya dengan lembut.

“Sini.” Draco merebut coklat hangat ditangan Hermione, Ia meniupnya kemudian memberikannya kepada Hermione.

“Cobain, gak usah ditiup.”

Hermione meminumnya perlahan. Dan benar saja, coklat itu tidak sepanas yang awal.

“Enak!” Seru Hermione.

“Abisin.”

Hermione tersenyum senang dan duduk di kursi, lalu Ia memakan nasi gorengnya.

“Enak banget!” Pekik Hermione seakan melayang terbang ke angkasa.

“Abisin.” Balas Draco tersenyum melihat Hermione senang.


© urhufflegurl_

Line without a hook.

***

Wanita itu benar benar ada di atas rooftop. Ia berdiri menghadap ke arah barat tanpa pelindung apapun didepannya.

“Kalau lo loncat sekarang, sayang banget. Belum wisuda.”

Hermione terkejut mendengar suara itu. Ia menghapus air matanya dan turun dari atas.

“Beneran bawa gitar?”

Draco hanya mengangkat halisnya. “Katanya mau nyanyi.”

Hermione tersenyum senang dan menghampiri Draco. Entah ada apa dengan wanita itu, namun ketika Ia melihat wajah Draco, tiba tiba moodnya berubah menjadi bagus.

Oh, baby, I am a wreck when I'm without you I need you here to stay..

Draco terdiam mendengar suara merdu Hermione yang mulai bernyanyi.

“Lo tadi di lab nyanyi lagu ini kan?” Tanya Hermione.

Draco mengangguk.

“Ayo lanjutin. Biar gue yang nyanyi!”

Draco mulai memetik satu persatu senar gitar di tangannya.

Oh, baby, I am a wreck when I'm without you I need you here to stay..

Hermione menghapus air matanya.

I broke all my bones that day I found you Crying at the lake..

Draco sedikit tersenyum, ternyata benar suara Hermione benar benar bagus. Suaranya sangat masuk dengan petikan gitar yang sedang Ia mainkan.

Was it something I said to make you feel like you're a burden?

Oh, and if I could take it all back I swear that I would pull you from the tide...

“Kenapa nyanyi lagi itu?” Tanya Draco.

Hermione mengangkat bahunya. “Gue denger lo metik gitar lagu itu soalnya.”

“Lo suka lagunya?” Tanya Hermione kepada Draco.

“Lumayan.”

“Gue suka banget! Enak!”

Draco hanya mengangguk. “Balik ke kelas.”

“Ih, masih mau disini. Disini dulu aja sih.”

“Tadi Oliver ngomong apa?”

Hermione memajukan bibirnya manyun. “Gue bego, gue minta maaf, dia gak mau. Dia mau gue jauh jauh dari dia. Bego banget gak sih gue drake? Gue cinta sama dia, tapi dia udah gak cinta sama gue.”

“Iya, bego.”

“Banget.” Lirih Hermione menunduk.

“Jangan bego lagi.”

“Gue cinta sama dia, Drake.”

“Move on.”

Hermione menghela nafasnya berat. “Iya.”

Tanpa aba aba, Draco mengusap lembut kepala Hermione yang membuat wanita itu mendongkak.”

“Ih, tumben?!” Teriak Hermione tak menyangka.

“Ayo ke kelas.”

Draco berdiri dan jalan lebih dulu.

“Ih tunggu!! Draco ih!”

Hermione menyusul Draco dan merangkul tangannya. Lalu mereka jalan kembali ke kelas masing masing.


© urhufflegurl_