litaaps

Thank you?

***

Hermione perlahan membuka matanya, Ia merasa kepalanya sangat sakit ditambah dengan cahaya yang menusuk. Ia bangun dan terkejut ketika Ia berada di ruangan yang tak Ia kenal.

“Lo udah sadar?”

“Pansy?”

“Lo lagi di apart Draco, tadi kita gak sengaja nemuin lo di taman, pingsan sendiri. Jadi gue bawa lo kesini karena kebetulan apart Draco paling deket.”

Hermione terdiam, Ia mencoba mengingat kejadian yang menimpa dirinya.

Dan ketika Ia ingat, Ia kembali menangis.

“Eh, kenapa nangis? Jangan nangis.” Pansy memeluk Hermione.

“Gue putus sama Oliver. Dia selingkuh lebih dari 1 bulan di belakang gue, padahal gue udah kasih semua yang dia mau, tapi kenapa dia malah selingkuh dari gue Pans.. sakit..”

“Anjing. Padahal kalian pasangan yang romantis loh? Kok bisa?”

Hermione menggelengkan kepalanya. “Gak tau, dia selingkuh, dan dia ninggalin gue gitu aja. Bahkan dia bilang gak mau ketemu gue lagi. Gue kaget, sakit hati dengernya.”

“Kurang ajar! Lo harus move on! Nih ya, air mata lo ini gak pantes keluar untuk nangisin cowok brengsek kayak dia! Pokonya lo harus move on oke?”

Hermione mengangguk dan menarik nafas nya dalam dalam karena dadanya sedikit sesak.

“Udah bangun?”

Suara berat itu mengagetkan Hermione. Ia menoleh, dan ternyata itu adalah Draco.

“Udah.. Drake, kayaknya Hermione harus nginep disini dulu deh? Badannya agak anget soalnya.” Ucap Pansy kepada Draco.

“Hah? Enggak, gak usah Pans—”

“Sama gue kok, aman Hermione.”

Draco mengangguk. “Oke.”

Hermione mengerutkan keningnya melihat respons dari lelaki itu. “Oke? Cuman oke? Kok bisa cuman oke? Gak mau protes dulu atau apa gitu?”

Draco mengangkat halisnya sebelah. “Oke.”

“Ih! Cuek banget.” Gerutu Hermione.

“Nih.” Ucap Draco menyodorkan bye bye fever kepada Hermione.

“Yang bener aja? Gue bukan bayi astaga kenapa lo beliin ini?”

“Ya mana gue tau, dikasihnya ini.”

“Kan ada versi dewasanya Drake.” Ucap Pansy menahan tawa.

Draco mengangkat bahunya.

“Lo emang minta nya apa ke apotekernya?”

“Buat nurunin panas.”

“Buat?”

“Anak kecil.”

“Ih! Nyebelin! Kok anak kecil.”

“Ya abis kayak anak kecil. Disakitin, nangis, pingsan, sakit.”

Hermione membulatkan matanya sempurna. Lelaki di depannya ini benar benar menyebalkan!

Ck, awas aja lo!”

Draco tidak menjawab, Ia masuk ke dalam kamarnya. Didalam apartment Draco, ada 2 kamar. 1 kamar miliknya, 1 kamar kosong yang memang Ia sengaja kosong kan untuk orang yang mau menginap disana. Dan biasanya, orang itu Theo.

“Aduh dasar Draco Draco, sabar ya Mi, dia emang gitu orangnya.” Ucap Pansy.

“Aneh emang.”

“Hahaha yaudah lo makan dulu deh, abis itu minum obat ya?”

“Thanks ya Pans, gue gak tau kalau gak ada lo gimana.”

“Udah santai. Makan ya? Gue ke luar dulu bentar.”

Hermione hanya mengangguk.

Tak lama Pansy keluar, Hermione dikejutkan dengan Draco yang tiba tiba masuk kekamarnya.

“Kenapa?” Tanya Hermione.

“Minum obatnya, sorry kalau salah beli.”

Hermione tersenyum. “Gapapa, makasih ya!”

Draco hanya mengangguk dan kembali menutup pintu kamar Hermione.

“Kulkas dasar!”


© urhufflegurl_

Break up.

***

“JAHAT! LO JAHAT! Gue cinta sama lo tapi lo malah selingkuh! Lo anjing! Brengsek!”

“LO NGACA! GUE SELINGKUH JUGA KARNA LO!”

“Karna gue?” Wanita itu tertawa sarkas.

“Jadi salah gue lo selingkuh?”

“Tentu. Lo terlalu sibuk dengan dunia lo, sampe sampe gak ada waktu buat gue!”

“Bullshit! Anjing! Brengsek mah brengsek aja!”

Lelaki itu menggenggam tangan sang wanita dengan cengkraman yang sangat kuat. “Denger ya, gue gak mau punya urusan lagi sama lo. Pergi jauh jauh dari hidup gue!”

“Gue yang harusnya bilang kayak gitu! Brengsek. Cih” bisiknya diakhiri dengan meludah tepat di wajah lelaki dihadapannya.

Ia pergi meninggalkan lelaki itu sendirian, Ia berlari sekuat tenaga walaupun tenaganya telah habis. Wajahnya sudah basah oleh air mata.

Hancur.

Ia hancur malam ini. Diselungkuhi oleh lelaki yang sangat Ia cinta menimbulkam efek yang luar biasa dan membuat Ia kehilangan dirinya sendiri.

Ia merasakan dadanya sangat sesak. Hari ini Ia sudah cukup banyak menangis sampai matanya bengkak.

Ia duduk di salah satu taman, masih dengan tangisannya yang tak kunjung reda.

Semuanya semu. Sangat abu abu.

Dan gelap.


© urhufflegurl_

With you.

***

Hari ini akan menjadi hari yang sangat bersejarah untuk dua insan yang akan mengemban cinta.

Mereka dua insan yang tidak pernah disangka akan bersatu.

Hari ini begitu cerah, semesta seolah mengizinkan mereka untuk bersama. Tidak ada kesedihan, yang ada hanya kebahagiaan.

“Sah?”

“Sah!!!!”

“Yeayyy congratulations Draco Hermione! Wohoo!”

Untuk pertama kalinya, Draco menangis dihadapan wanita selain Narcissa. Draco menangis saat dirinya telah dinyatakan resmi menjadi suami dari wanita yang Ia cintai, Hermione. Draco mencium mesra kening Hermione cukup lama.

“Hari ini, aku minta semua orang mendoakan kita dengan serius, Hermione.”

Hermione tersenyum dan mengangguk. “Kita berdoa dan meminta dengan serius untuk semua ini, Draco.”

“I love you.” Bisik Draco mengecup kening Hermione dengan mesra.

“I love you too, Draco.”

“Aku gak pernah nyangka kamu bisa menerima aku, terima kasih Hermione.”

“Aku yang gak nyangka bisa menikah dengan kamu! Bahkan, disaat aku aja gak kenal dekat dengan kamu. Pendekatan kita singkat banget. Cuman 2 bulan, tapi kamu berhasil membuktikan kalau kamu adalah yang terbaik, Drake.”

Draco tersenyum dan menggenggam tangan Hermione dengan erat.

“Aku gak akan lepasin tangan ini. Mata ku akan selalu menatap wajah ini, dan lelahku akan memudar ketika aku melihat senyum ini. Hingga tua nanti, sampai rambut kita memutih.”

“Drake— I love you.” Lirih Hermione menangis.

Dia sangat merasa dicintai jika bersama Draco. Semua yang lelaki itu lakukan berhasil membuatnya merasa dicintai.

“I love you more, and I always do, Hermione.”


© urhufflegurl_

Happy graduation.

***

Setelah Hermione mengikuti acara resmi dari rangkaian acara wisuda, kini Hermione keluar dari gedung aula kampus untuk menuju ke jurusannya.

Draco setia menunggunya diluar.

Hermione lulus dengan nilai terbaik, dia lulus dengan IPK tertinggi satu universitas dengan IPK yang hampir sempurna 3,98.

Tidak heran, Hermione memang mahasiswa berprestasi dan sangat pintar.

Saat Hermione keluar, Draco mengeluarkan satu bucket bunga yang cukup besar yang telah Ia siapkan.

“Happy graduation.” Bisik Draco mengusap lembut rambut Hermione yang terurai rapi.

“Makasih Draco, ya ampun bunga nya gede banget! Kaget!” Seru Hermione senang.

“Cuman untuk kamu. Yaudah gih kamu foto foto, temuin temen temen kamu rayain bareng mereka.”

“Iya, aku boleh nitip—”

“Hermionee! Wih wisuda juga euy!”

Hermione melotot seketika melihat siapa yang datang.

“Theo? Blaise? Pansy? Ya ampun, long time no see!” Seru Hermione memeluk Pansy.

Theo, Blaise, Pansy, Draco dan Hermione itu satu sekolah dulunya. Mereka saling mengenal namun tidak dekat.

Setelah lulus sekolah, Draco dan Blaise pergi ke Paris, sementara Theo dan Pansy tetap di Indonesia. Mereka memang berpisah, namun mereka masih dekat satu sama lain.

“Hermione oh my God! Cantik banget ya ampun. Congratulations ya, happy graduation sayang!” Seru Pansy memeluk Hermione.

“Thank you Pansy. Lo udah graduate juga kan?”

“Udah dong!” Seru Pansy.

“Lebih dulu Pansy, Theo dibanding aku, Blaise.” Balas Draco.

“Oh ya? Wah hebat!”

“Bukan hebat, emang jadwal di kampusnya begitu.” Ucap Theo membuat semua tertawa.

“Congraduation loh Mione! Gila, makin cantik aja udah 4 tahun gak ketemu.” Seru Theo.

“Thanks Theo. Kayaknya terakhir gue ketemu lo, lo beda banget sama sekarang.”

“Makin ganteng ya?” Tanya Theo menaik turunkan halisnya.

“Ge er banget!” Ucap Pansy memukul lengan Theo.

“Hermione, selamat ya. Semoga lancar nikahannya sama Draco nanti.”

“Ah, thank you ya Blaise. Makasih loh udah dateng.”

“Dipaksa sama Draco.” Bisik Blaise.

“Buka aja semua Blaise.”

“Hahaha bercanda!”

Siang itu, mereka saling mengobrol satu sama lain seperti reunian, apalagi obrolan mereka ditambah dengan Ron, Harry dan Ginny. Lengkap sudah.

“Jadi kalian udah pada punya pacar nih?” Tanya Ginny.

“Setau gue lo jomblo kan The?” Lanjutnya.

“Anjir plis lah Gin, itu dulu waktu sekolah gue jomblo. Ya sekarang mah ada cewek atuh.” Balas Theo.

“Siapa? Mana ceweknya?”

“Ada, lagi dipingit.”

“Gaya lo kaya mau nikah aja, The!”

“Hahaha ada ada, lagi di Amerika ada event gitu dari kantornya. Jadi gak bisa dateng.”

“Namanya Daphne. Dia titip salam juga buat kalian, happy graduation katanya.” Lanjut Draco.

“Makasih, bilangin Daphne.” Ucap Hermione

“Iya sayang.”

“Eh, foto yuk!” Seru Ginny menarik tangan Hermione.

“Sini sini!” Seru Ron.

Mereka menikmati waktu bersama, berfoto dan juga tertawa seolah olah mereka sangat dekat.


© urhufflegurl_

Memohon restu.

***

Sesuai dengan ucapannya, Draco benar benar dagang di minggu selanjutnya. Ia datang tidak sendiri. Ia datang bertiga bersama Mama dan Papa nya di kanan dan kirinya.

Hermione menyambut mereka dengan senang, Ia salim kepada Lucius dan Narcissa yang ternyata mereka adalah orang tua yang sangat ramah dan baik hati. Rasanya Hermione semakin senang.

Kini, dua keluarga itu duduk saling berhadapan di ruang tamu.

“Sebelumnya maaf nih Pak, saya datang kesini bawaannya gak terlalu banyak.” Ucap Lucius memulai obrolan.

Richard tertawa. “Tidak apa-apa, Lucius. Banyak sekali ini, wah apalagi kue cokelat ini kesukaan istri saya.”

“Hahaha ya ya ya syukur jika seperti itu. Kue itu Draco yang pilih dan siapkan.” Lucius menepuk pundak Draco yang membuat lelaki itu malu.

“Nak Draco ini tampan sekali ya.” Puji Richard.

“Papa ih!” Gumam Hermione yang membuat Richard hanya tertawa.

“Terima kasih, om. Semua juga berkat gen dari Mama dan Papa.” Balas Draco.

Kini, suasana pun menjadi serius. Hermione meremas gaunnya sedikit menghilangkan rasa gugup.

“Begini Richard, maksud dan tujuan kami datang kesini itu ingin mempertemukan dan menjalin tali silaturahim tentu nya. Itu yang pertama. Kedua, kami mengantarkan anak kami, Draco Malfoy yang akan mengutarakan tujuan baiknya.”

Draco tersenyum, Ia menarik nafas dulu agar lebih santai.

“Sebelumnya mohon maaf saya datang secara tiba tiba, om, tante. Saya mencintai Hermione semenjak kami sama sama duduk di bangku SMA. Saya mengaguminya karena Hermione adalah sosok wanita yang hebat. Dia pintar, dia cerdas, dia sangat bertalenta. Saya kagum akan semua penuturannya setiap kali Ia berbicara didepan publik. Saya benar benar kagum, om, tante. Terima kasih karena telah melahirkan Hermione di dunia ini.”

“Saya mencintai Hermione dan tidak berani untuk mendekatinya, saya takut jika saya akan mengecewakan dan membuat Hermione sakit hati jika saya mengajaknya berpacaran. Lagipula, saat itu saya hanya anak biasa yang suka bertengkar dan masuk ruang BK. Sangat jauh dengan Hermione, murid teladan.”

“Selama ini saya membenah diri, mencintai diri saya sendiri supaya saya bisa senantiasa mencintai Hermione dengan benar tanpa menyakitinya. Hingga akhirnya, saya menyampaikan niat dan maksud saya yang selama ini saya siapkan.”

Hermione menggigit bibir bawahnya menahan rasa terharu ingin menangis.

“Saya bermaksud untuk melamar Hermione, om, tante. Dan saya berniat untuk mengajaknya menikah.”

Draco menggenggam tangannya dengan sangat erat. Ia sudah siap atas semua jawaban dari Hermione hari ini.

“Tidak mau berpacaran dulu?” Dari sekian banyak pertanyaan, entah mengapa Richard menanyakan hal itu.

“Tidak, om. Saya ingin berpacaran setelah menikah karena rasanya begitu dahsyat dan indah.” Balas Draco.

Richard tersenyum. “Apa kamu bisa menjamin anak saya akan bahagia dengan kamu?”

“Dengan sekuat tenaga dan usaha saya, saya akan berusaha membuat Hermione bahagia setiap hari nya, om. Jika suatu hari nanti ada pertikaian yang membuat Hermione menangis dan sakit hati, saya akan meminta maaf dan berusaha menjadi lebih baik, om.”

Jawaban dari Draco benar benar berhasil membuat Hermione menangis.

“Hermione, ada pertanyaan untuk Draco?”

Hermione menoleh, matanya bertemu dengan mata Draco.

“Draco, aku bukan wanita yang sempurna. Aku wanita manja dan sering menangis. Aku sensitif dan sering mudah marah. Kamu siap menerima semua kekurangan aku?”

“Aku mencintaimu dan semua kekurangan serta kelebihan kamu, Hermione. Aku terima semua manja, cengeng, dan sensitifnya kamu. Aku terima semua apapun yang menjadi sifat kamu.”

Hermione tersenyum dan menunduk sebentar.

“Terus, apa kamu bisa menjamin surga untuk aku setelah kita menikah?”

“Kita bisa mencapai dan membuat surga itu bersama sama, Hermione. Aku bukan lelaki sempurna. Maka dari itu, aku butuh kamu untuk menyempurkan hidupku.”

Hermione tersenyum senang mendengar jawaban Draco. Memang benar, Draco lah jawabannya.

“Jadi bagaimana Hermione?” Tanya Richard.

“Papa dulu, apa Papa terima lamaran Draco?”

“Tentu. Papa menerima nya, dan sekarang Papa serahin kekamu sayang.”

Hermione tersenyum, Ia menarik nafas dalam dalam.

“Dengan izin Allah dan restu Mama Papa, aku menerima lamaran kamu sebagai calon suami aku, Draco.”

Pagi itu, adalah pagi yang sangat indah untuk mereka berdua. Dua insan yang tidak diduga akan bersama. Dua insan yang akan menjalin kasih selamanya.

“Terima kasih, Hermione. Terima kasih.” Draco menunduk menghapus air matanya.


© urhufflegurl_

Restu.

***

Hermione meminta Helena dan Richard untuk duduk bersama di ruang tamu. Ia membuatkan minuman untuk kedua orang tuanya, kemudian duduk bersama dengan mereka.

“Kenapa sayang? Ada apa?” Tanya Richard.

Hermione menarik nafas nya untuk membuat dirinya lebih rileks.

“Pa, Ma.. Ada yang mau aku omongin, serius.”

“Soal apa Mi?” Tanya Helena.

“Draco ma..”

“Ah..”

“Pa, sebelumnya maaf Hermione belum cerita ke Papa, Hermione baru cerita ke Mama.”

Richard melirik Helena, dan mereka saling bertatapan sebentar.

“Sebulan yang lalu, ada temen Hermione yang ngajak serius, Pa.”

Richard duduk tegak saat itu juga. “Maksud kamu?”

“Namanya Draco Pa, dia temen SMA Hermione, Hermione kenal tapi gak kenal deket Pa. Hermione juga kaget tiba tiba dapet chat dari dia, dia ngajak Hermione untuk menjalin hubungan yang serius Pa, yaitu pernikahan.”

Hermione menarik nafas sebentar. Ia benar benar gugup membicarakan ini.

“Awalnya Hermione juga kaget Pa, Hermione bingung. Hermione sholat tahajud dan sholat istikhara setiap malam selama satu bulan ini. Hermione minta petunjuk sama Allah, dan malam tadi Hermione dikasih jawaban Pa, jawaban yang Allah kasih itu adalah Draco, Pa, Ma.”

Helena tersenyum terharu mendengar penuturan Hermione. Ia tahu betul bagaimana anaknya ini sholat 5 waktu, sholat sunah, dan sholat di sepertiga malam untuk mencari jawaban dan kegundahannya.

“Hermione mantap dan yakin bahwa itu adalah jawaban dari kegundahan Hermione selama ini Pa, Ma.”

“Ya Allah...” Lirih Richard tersenyum terharu.

“Papa benar benar terkejut, Mi.”

“Maaf Pa..”

Richard duduk di sebelah Hermione dan merangkulnya. “Kalau Draco benar benar serius, suruh dia dateng kesini bawa keluarganya.”

Hermione tersenyum senang. “Papa restuin Hermione?”

“Kalau dia serius, Papa restuin sayang.”

“Makasih Pa, makasih.” Hermione memeluk Richard dan menangis dipelukannya.

“Anak Papa udah tau gimana caranya meminta petunjuk sampai mendapatkan jawaban. Hebat anak Papa.”


© urhufflegurl_

a dream.

***

Sudah 1 bulan dari Draco mengajak Hermione untuk menjalin hubungan serius. Selama 1 bulan ini juga mereka sudah saling mengenal satu sama lain.

Seharusnya tidak ada kata ragu, namun Hermione masih merasa ragu untuk mengambil keputusan.

Setiap hari Ia terus berdoa dan meminta agar diberi kan petunjuk. Melalui media apapun, Ia ingin diberi kan jawaban perihal cara nya untuk mengambil keputusan.

Malam ini, Hermione bangun di sepertiga malam, Ia kembali berdoa dan meminta dengan hati yang tulus. Ia tidak ingin lama lama menggantung perasaan Draco. Ia juga ingin Draco mendatanginya, mendatangi kedua orang tuanya.

Setelah selesai berdoa, Hermione tertidur.

Hermione berdiri di salah taman yang indah dan cantik. Ia memakai gaun berwarna putih bersih yang benar benar indah.

Banyak sekali jalan disana menuju sungai, namun entah Hermione melangkahkan kakinya menuju jalan di sebelah kanannya. Ia berjalan sambil menikmati pemandangan yang ada di sisi kanan dan kirinya. Ia benar benar senang dan kagum dengan pemandangan yang ada disini!

Setelah menyusuri jalanan, akhirnya Ia sampai di sungai. Namun, Ia mengerutkan keningnya ketika melihat ada lelaki berdiri disana. Lelaki itu juga memakai pakaian serba putih bersih.

Hermione hanya terdiam, tidak berkata apa-apa. Kemudian, lelaki itu membalikkan badannya dan membuat Hermione terkejut.

“Draco?”

Lelaki yang Ia temui itu Draco. Lelaki itu berdiri tersenyum sambil mengangguk kepada Hermione yang membuat Hermione menangis terharu.

Hermione terbangun. Masih pukul 4 pagi. Ia mengusap air matanya yang ternyata Ia menangis secara nyata.

“Draco? Ya Tuhan, apa ini jawaban dari Mu?”


© urhufflegurl_

Butterflies.

***

Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di kampus. Draco memakirkan mobilnya, kemudian meminta Hermione untuk tetap didalam mobil, biar dia yang membukakan pintu untuknya.

Bagaimana Hermione tidak baper.

“Yuk.” Ajak Hermione.

Draco mengangguk. Ia mengikuti Hermione berjalan.

“Rame banget ya.” Ucap Draco.

“Kampus gue kalau setiap ada event itu selalu rame, Drake.”

Draco tidak menjawab, Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kampus. Benar benar ramai. Banyak stand jajanan, tak sedikit pula stand buku buku yang dijual.

“Eh, gue mau ke stand novel dulu ya.”

“Mau beli novel?”

“Iya, lagi sale soalnya!” Seru Hermione langsung berjalan, diikuti Draco tentu.

“Hermione! Eh? Draco?”

Draco tersenyum. “Ginny Weasley. Apa kabar?”

“Baik, oh my Gosh. Lo apa kabar? Kapan balik dari Paris?” Tanya Ginny.

“Baik kok, baru mungkin sekitar sebulan lalu.”

“Ah ya ampun, makin ganteng aja.” Ucap Ginny yang mendapat lirikan galak dari Hermione.

“Thanks.” Balas Draco.

Kembali ke Hermione, wanita itu menarik Ginny untuk masuk lebih dalam ke dalam stand.

“Ngapain lo muji dia ganteng?” Bisik Hermione.

“Ih emang ganteng! Liat, cewek cewek matanya fokus ke dia cuy. Gila, terakhir waktu lulus sma dia gak seganteng ini perasaan. Kok sekarang makin ganteng? Kayaknya gue harus tinggal di Paris deh biar makin cantik juga.”

Plak!

“Aw! Sakit anjir!” Ginny mengusap lengannya yang menjadi korban kekerasan dari Hermione.

“Udah ssutt diem. Lo jangan ngomong aneh aneh, awas aja lo!”

Hermione kembali ke luar setelah mendapatkan kurang lebih 4 novel di tangannya.

“Udah?” Tanya Draco.

“Udah, tinggal bayar.”

“Sini, satuin aja sama punya gue.”

“Eh, lo juga beli?”

“Kebetulan ada novel yang gue incer nih, sini.” Draco mengambil novel yang ada ditangan Hermione.

“Yaudah gue nitip bayar ya, ini uang—”

“Gak usah. Biar sama gue aja. Bentar gue bayar dulu, eh atau masih ada lagi yang mau lo beli?”

“Gak ada. Ih biar gue bayar aja, gue gak enak kalau harus lo yang bayar.”

Draco tersenyum. “Anggap aja traktiran dari gue karna lo udah mau ngajakin gue kesini, oke?”

“Ih tapi—”

Hermione tidak menyelesaikan perkataannya karna Draco secara tiba tiba mengusap kepalanya dengan lembut.

“Gapapa.”

Hermione terdiam kaku. Ia merasakan perutnya bergejolak tak enak.

Setelah itu, Draco membayar novel mereka dan kembali ke Hermione.

Mereka berkeliling sebentar, melihat lihat apa aja yang ada disana. Ternyata cukup banyak buku yang mereka jual disana, membuat Draco menjadi kalap dan membeli cukup banyak buku.

“Lo suka baca buku?” Tanya Hermione.

“Suka, apalagi buku sejarah kayak gini.”

“Woah, hebat loh! Jarang ada cowok suka baca buku.”

“Lo suka baca buku juga kan?”

“Of course! Gue suka bangett baca buku, apalagi buku fantasy gitu. Keren!”

Draco mengangguk. “Selera lo keren.”

“Bisa aja!”

Bertemu laki laki tampan itu sudah biasa. Tapi bertemu laki laki yang menyukai buku itu luar biasa menurut Hermione. Dan Ia semakin kagum kepada Draco.


Setelah berkeliling, mereka merasa lelah dan lapar. Draco mengajak Hermione ke salah satu stand jajanan disana.

“Mau beli apa?” Tanya Draco.

“Gue aja deh yang pesen.”

“Ngantri, lo duduk disini aja. Nanti gue yang pesenin.”

Keadaan disana memang ngantri, dan rasanya Hermione malas mengantri.

“Draco, jangan baik sama gue ih! Lo lagi ambil hati gue ya?”

Draco terkekeh pelan mendengar itu, “You are special for me, Hermione. So, I must treat you with a special ways, too.”

“Ah! Udah sana antri! Gue mau bakso aja.” Ucap Hermione tak tahan dengan kupu-kupu di perutnya.

“Yaudah, tunggu disini ya.”

“Iya.”

Hermione melihat Draco mengantri, lelaki itu terus melirik ke arah Hermione memastikan bahwa Hermione aman menunggu disana. Dan setiap Draco melirik, mereka bertatapan lalu tersenyum.

Rasanya Hermione ingin tenggelam dan berteriak. Draco Malfoy hari ini benar benar berhasil membuatnya salah tingkah.

“Si Draco ini ada cewek yang suka ke dia gak ya? Kalau ada, wah patah hati pasti karna pilihan dia itu ke gue.” Gumam Hermione salah tingkah sendiri.

Setelah 20 menit mengantri, akhirnya Draco mendapatkan bakso itu. Ia kembali duduk bersama Hermione.

“Gue beliin air mineral. Minum dulu, takutnya lo haus.”

“Thank you, Draco.” Hermione sudah bersiap untuk mengeluarkan seluruh tenaganya membuka air mineral itu, dan Ia terkejut karna air mineral itu sangat mudah dibuka.

“Eh? Hehehe.” Ucap Hermione salah tingkah sendiri dan minum dengan pipinya merah.


© urhufflegurl_

Gantengnya.

***

Sekali lagi, Hermione menghela nafasnya dan merapikan rambutnya. Sudah ke 50 kali mungkin Ia melakukan itu. Dan ini masih jam 9 pagi. Tapi Ia sudah siap untuk pergi. Tentu Draco belum datang menjemputnya.

“Sayang, kamu udah seratus kali loh nata rambut.” Ucap Helena, Mama Hermione.

“Duh Ma, gimana dong. Aku tuh emang sengaja sih hari ini biar ketemu dia, tapi malah jadi deg degan banget. Mama bayangin nih ya, 4 tahun gak ketemu, lost contact bener bener kayak wus ilang gitu kita pisah terus tiba tiba dia ngajakin nikah. Ini nikah loh ma, bukan pacaran kan kayak— plis ma, aku gak tau harus gimana.”

Helena tertawa kecil. Dari kemarin curhatan dan kegelisahan Hermione memang tentang hal ini.

“Sayang, kan Mama udah bilang untuk kamu berdoa dan minta sama Tuhan. Gimana? Udah dilakuin belum?”

“Udah ma, udah seminggu ini Hermione berdoa dan minta petunjuk. Tapi masih belum ada petunjuk ma.”

Helena tersenyum. “Berdoa terus sayang. Draco gak neken kamu untuk jawab cepet kan?”

Hermione menggelengkan kepalanya.

“Yasudah, take your time. Pikirin baik baik karena ini untuk masa depan kamu.”

Sekali lagi Hermione menghela nafasnya dengan berat.


Sudah pukul 9.30. Hermione sedang menonton televisi. Ditengah aktivitasnya, tiba tiba Ia mendengar suara mobil diluar rumahnya. Ia pun melotot dan berdiri. Sudah pasti itu Draco! Siapa lagi kalau bukan lelaki itu?

Tok tok tok.

“Permisi?”

Hermione merinding mendengar suara berat itu. Ia pun merapikan lagi rambutnya dan jalan menuju pintu.

“I—iya. Hai.” Sapa Hermione dengan gugup.

Draco menatapnya. Dan Hermione langsung lemas seketika.

Draco yang Ia lihat terakhir kali atau 4 tahun lalu itu sudah tampan. Namun Draco yang sekarang, benar benar diluar dugaan! Draco sangat tampan melebihi ekspektasinya selama ini.

“Hai, udah siap?” Tanya Draco tersenyum.

Hermione masih terkejut akan ketampanan lelaki yang ada dihadapannya.

“Hermione, siapa sayang?” Suara Helena berhasil membuyarkan lamunan Hermione.

“Ya ampun, sorry sorry. Ayo masuk, Draco.”

Draco lagi lagi tersenyum. “Thanks. Nyokap lo, ada?”

“Ada, mama ada didalem.”

“Kebetulan, gue bawa kue buat nyokap lo. Mudah mudahan suka.”

“Hah? Ya ampun repot repot. Yaudah ayo masuk.”

Setelah dipersilakan masuk, Draco pun masuk ke dalam rumah Hermione. Baru pertama kali Ia menginjak kaki dirumah ini, dan mudah mudahan akan seterusnya.

Semantara Draco duduk di sofa, Hermione langsung lari ke dapur membawa kue yang di bawa Draco.

“Kue dari Draco.” Bisik Hermione kepada Helena.

“Wah, kue cokelat! Kesukaan mama ini! Mana anaknya? Didepan ya?”

“Ih mama sssuttt. Jangan berisik. Mama udah disini aja jangan ketemu dulu ya?”

“Hak mama dong mau ketemu calon mantu.”

Hermione melotot mendengar itu. “Ih mama!”

Helena sedikit tertawa. “Takut banget! Yaudah sana kamu pergi, bilang aja mama lagi di kamar mandi dan bilangin makasih kue nya.”

“Iya siap! Yaudah aku pergi ma, bye.” Ucap Hermione mencium pipi Helena dan pergi dari dapur kembali ke ruang tamu.

“Sorry lama. Oh iya, nyokap gue lagi di kamar mandi jadi gak bisa ketemu lo gapapa kan?” Tanya Hermione.

Melihat ada Hermione didepannya, Draco langsung berdiri. “Oh gapapa kok. Mau langsung berangkat?”

Hermione mengangguk gugup. “Iya, ayo.”

Hermione keluar duluan disusul oleh Draco dibelakangnya.

Belum selesai terkejut dengan wajahnya, kini Hermione terkejut dengan mobil yang dibawa oleh Draco.

Hermione ini kena shock berkepanjangan agaknya.

“Yuk.” Ucap Draco membukakan pintu mobilnya untuk Hermione.

“Makasih.” Hermione menaiki mobil Draco.

Tangan Draco menutupi bagian atas mobil dengan tujuan agar kepala Hermione tidak terpentok.

Oke, act of service nya berhasil membuat Hermione merasakan kupu-kupu.

Setelah itu, Draco masuk dan mulai menyalakan mobilnya.

“Pake seat belt nya, Hermione.” Ucap Draco.

“I—iya. Duh canggung banget jujur, Drake. Udah 4 tahun gak ketemu, jadi kayak canggung banget. Sorry.”

Draco tersenyum, “Canggung itu pasti. Gue juga canggung ini sebenernya. Cuman biasain aja oke? Enjoy.”

Hermione menarik nafasnya. “Iya, enjoy. Yaudah ayo jalan.”

“Let's go.”

Hermione memalingkan wajahnya, Draco benar benar tampan, wangi, sopan dan juga bertutur kata lembut.

Tidak, ini baru pertama ketemu. Jangan sampe tertipu. Pikir Hermione padahal dia sudah terbang tinggi menuju langit.


© urhufflegurl_

Rindu tak bersuara.

**

Theo menghampiri Luna dengan membaw payung yang hanya ada satu.

“Lun, pulang bareng ya? Gue anterin ya?” Teriak Theo ditengah berisik derasnya hujan.

Luna menggelengkan kepalanya. “Aku naik taksi.”

“Taksi gak akan lewat. Bareng gue ya? Plis, sekali aja. Gue gak mau lo kenapa napa.”

Karena sudah malam dan hujan juga, akhirnya Luna menurut. Ia mengangguk dan Theo tersenyum senang.

“Ayo.”

Theo memayungi Luna yang 90% melindungi badan Luna, dan 10% memayungi dirinya sendiri.

“Theo, baju kamu basah banget.”

Theo tersenyum. “Gapapa, masih banyak baju dirumah.”

Luna tidak menjawab, Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru mobil. Ia sangat merindukan mobil ini, di mobil ini Theo selalu melemparkan candaan yang selalu membuatnya tertawa.

Selama perjalanan, hanya suara hujan yang terdengar. Baik Luna ataupun Theo tidak sama sama berbicara.

Theo sesekali melirik ke arah Luna, sementara wanita itu terus memandangi jendela.

“Lun.”

Luna menoleh.

“Rolf itu— siapa?”

“Temen.”

“Ah, bukan mahasiswa di kampus ya?”

“Bukan.”

Theo mengangguk. Ia sangat ingin melemparkan banyak pertanyaan, namun tidak berani. Suasana dengan Luna menjadi sangat canggung.

Suasana canggung diantara mereka terus terjadi hingga akhirnya mobil Theo sampai didepan rumah Luna.

“Makasih udah anter.” Ucap Luna dengan senyum kecilnya.

“Pake payungnya ya.”

“Gak usah, deket kok.”

“Pake Lun. Gak usah dibalikin gapapa.”

Luna terdiam, Theo sangat tahu alasan Luna menolak. Bukan karena dekat, tapi karena Luna tidak mau membalikkan payung itu yang artinya dia harus bertemu Theo lagi.

“Pake ya?”

“Makasih, Theo.”

Luna keluar dari mobil Theo dan berlari menuju rumahnya hingga dirinya menghilang dari pandangan Theo.

Theo tidak langsung pergi, Ia kembali menangis. Setelah satu tahun, perasaannya tetap sama. Theo tetap mencintai Luna. Entah sampai kapan rasa itu akan bertahan, yang pasti rasa itu tidak akan pernah hilang.

Sementara itu, Luna mengintip Theo dari balik jendela rumahnya. Dia pun sama menangis. Rasa sakit karena kecewa didalam hatinya kini berubah menjadi rasa sakit karena rindu.

Mereka sama sama rindu. Mereka sama sama masih mencintai satu sama lain.

Tapi rasa sakit diantara mereka terlalu besar untuk mengalah.


© urhufflegurl_