dan, selesai.
**
Theo menghentikkan mobilnya tepat di depan taman. Matanya langsung tertuju kepada wanita yang sedang duduk menunggunya. Ia menghela nafasnya berat, entah apa maksud dari Luna yang terakhir. Yang pasti, Theo tidak ingin semua ini berakhir.
Theo turun dari mobil dan menghampiri Luna yang sedang duduk disana.
Malam ini bulan sangat terang seolah olah seluruh cahaya dilangit ada karena dirinya. Luna tersenyum melihat bulan itu, bulan purnama. Bulan yang sempurna.
“Lun.”
“Udah dateng?”
Theo duduk disebelah Luna, ikut memandangi bulan.
“Maaf—” Theo mulai berbicara.
Luna terdiam, dia tahu Theo akan menjelaskan semuanya.
“Aku pengecut Lun.”
Luna menghela nafasnya berat.
“Aku sayang kamu, tapi aku nyakitin kamu. Maaf Lun.”
“Malam itu, aku melakukan kesalahan besar. Aku cium Pansy, aku udah jelasin ke kamu kenapa aku cium dia. Dan aku bener bener nyesel Lun. Nyesel karena udah ngelakuin hal itu.”
Theo terdiam sejenak membuat suasana menjadi hening.
“Ternyata banyak banget cerita yang gak pernah aku denger. Tentang Pansy, kesehatannya. Semuanya. Termasuk rasa sayang dia ke aku.”
Luna mulai sakit hati mendengar perkataan Theo.
“Maaf Lun, cuman itu yang mau aku bilang kekamu. Aku gak tau lagi harus kayak gimana, aku gak tau lagi harus bilang apa. Yang pasti, aku sayang kamu Lun. Aku mau memperbaiki semuanya tapi aku tau kamu pasti gak mau memperbaiki semuanya. Aku tau, Lun.”
Luna menghela nafasnya dan menghapus setitik air mata yang mengalir di pipinya.
“Maaf.”
“Sekarang giliran Luna yang ngomong ya Theo?”
Suara Luna begitu lembut. Suara itu, suara yang sangat Theo rindukan.
“Maaf, emang bener Luna gak mau memperbaiki semuanya. Hati aku udah hancur Theo, semuanya udah terasa hitam untuk aku. Ngeliat kamu ciuman sama cewek lain itu bener bener bikin aku runtuh. Sakit banget rasanya, The.”
Luna menunduk menahan air matanya, Ia menghela nafasnya dan menghirup udara yang terasa segar.
“Kamu— bahagia sama Pansy?”
Theo menggelengkan kepalanya. “Dia sahabat aku Lun.”
“Aku tau dia sahabat kamu, tapi apa kamu juga cinta sama dia?”
Lagi lagi Theo menggelengkan kepalanya.
“Terus kenapa kalian ciuman?”
“Maaf.” Bisik Theo.
“Kita selesai ya Theo? Tolong jangan cari aku lagi.”
“Lun—”
“Aku mau kita sembuh, Theo. Dan kita bisa sendiri sendiri.”
“Lun, aku mohon jangan pergi. Aku gak tau tempat pulang kalau gak ada kamu, you are my home, Lun.”
Luna tersenyum tipis. Rasanya sakit mendengar hal itu. Jika Ia Luna rumahnya? Kenapa Theo sendiri yang meruntuhkannya?
“Rumah untuk diri kita itu ya diri sendiri, Theo. Bukan orang lain. Jaga diri baik baik ya? Kamu udah terbiasa tanpa rokok dan alkohol, tolong jangan dibiasain lagi Luna mohon. Luna gak mau kamu sakit karena alkohol, The. Kamu anak baik, tolong jangan pergi pergi ke bar lagi. Luna kayak gini bukan mau ngekang, tapi aku cuman gak mau kamu sakit, The.”
Theo menangis. Ia tak sanggup menahan rasa sakit di hatinya. Semua perkataan Luna begitu menusuk, sungguh Ia tidak ingin semuanya selesai. Ia ingin mempertahankannya.
“Gimana aku bisa sembuh kalau obat aku itu ada di kamu, Lun?”
Luna melirik, kemudian kembali menunduk.
“Jaga diri kamu juga Lun. Jangan sampe sakit.”
Luna tersenyum. “Iya, Theo. Theo juga.”
Theo mengangguk, Ia mengerti keputusan Luna. Semua orang butuh waktu untuk mengobati diri sendiri, namun caranya pasti berbeda.
“Boleh peluk? Untuk terakhir.” Pinta Theo dengan hati hati.
Luna awalnya terdiam, namun kemudian Ia mengangguk.
Theo perlahan memeluk Luna. Seseorang yang selama ini Ia rindukan, kini Ia bisa peluk walaupun untuk terakhir kalinya.
“I miss you, Lun.”
“I miss you too, Theo.”
“I love you. Jaga diri kamu. Maaf udah bikin kamu hancur dan sakit.”
Luna menghela nafasnya dan tersenyum. Lagi lagi Ia menangis.
Luna melepaskan pelukannya lebih dulu. “Luna pamit ya Theo.”
Theo mengangguk. Apa semua ini benar benar selesai? 2 tahun ini apakah semuanya benar benar selesai?
Setelah itu, Luna pergi meninggalkan Theo sendiri. Ia menaiki taksi dan kembali menangis didalam mobil. Kini, tangisnya tidak Ia tahan, Ia menangis dengan bebas didalam mobil.
Sama seperti Theo, lelaki itu menangis dan tidak di tahan. Semua hancur karena dirinya. Semuanya menjadi berantakan karena ulahnya. Mungkin inilah situasi yang tepat untuknya dan untuk Luna. Biar mereka sama sama sembuh.
© urhufflegurl_