litaaps

dan, selesai.

**

Theo menghentikkan mobilnya tepat di depan taman. Matanya langsung tertuju kepada wanita yang sedang duduk menunggunya. Ia menghela nafasnya berat, entah apa maksud dari Luna yang terakhir. Yang pasti, Theo tidak ingin semua ini berakhir.

Theo turun dari mobil dan menghampiri Luna yang sedang duduk disana.

Malam ini bulan sangat terang seolah olah seluruh cahaya dilangit ada karena dirinya. Luna tersenyum melihat bulan itu, bulan purnama. Bulan yang sempurna.

“Lun.”

“Udah dateng?”

Theo duduk disebelah Luna, ikut memandangi bulan.

“Maaf—” Theo mulai berbicara.

Luna terdiam, dia tahu Theo akan menjelaskan semuanya.

“Aku pengecut Lun.”

Luna menghela nafasnya berat.

“Aku sayang kamu, tapi aku nyakitin kamu. Maaf Lun.”

“Malam itu, aku melakukan kesalahan besar. Aku cium Pansy, aku udah jelasin ke kamu kenapa aku cium dia. Dan aku bener bener nyesel Lun. Nyesel karena udah ngelakuin hal itu.”

Theo terdiam sejenak membuat suasana menjadi hening.

“Ternyata banyak banget cerita yang gak pernah aku denger. Tentang Pansy, kesehatannya. Semuanya. Termasuk rasa sayang dia ke aku.”

Luna mulai sakit hati mendengar perkataan Theo.

“Maaf Lun, cuman itu yang mau aku bilang kekamu. Aku gak tau lagi harus kayak gimana, aku gak tau lagi harus bilang apa. Yang pasti, aku sayang kamu Lun. Aku mau memperbaiki semuanya tapi aku tau kamu pasti gak mau memperbaiki semuanya. Aku tau, Lun.”

Luna menghela nafasnya dan menghapus setitik air mata yang mengalir di pipinya.

“Maaf.”

“Sekarang giliran Luna yang ngomong ya Theo?”

Suara Luna begitu lembut. Suara itu, suara yang sangat Theo rindukan.

“Maaf, emang bener Luna gak mau memperbaiki semuanya. Hati aku udah hancur Theo, semuanya udah terasa hitam untuk aku. Ngeliat kamu ciuman sama cewek lain itu bener bener bikin aku runtuh. Sakit banget rasanya, The.”

Luna menunduk menahan air matanya, Ia menghela nafasnya dan menghirup udara yang terasa segar.

“Kamu— bahagia sama Pansy?”

Theo menggelengkan kepalanya. “Dia sahabat aku Lun.”

“Aku tau dia sahabat kamu, tapi apa kamu juga cinta sama dia?”

Lagi lagi Theo menggelengkan kepalanya.

“Terus kenapa kalian ciuman?”

“Maaf.” Bisik Theo.

“Kita selesai ya Theo? Tolong jangan cari aku lagi.”

“Lun—”

“Aku mau kita sembuh, Theo. Dan kita bisa sendiri sendiri.”

“Lun, aku mohon jangan pergi. Aku gak tau tempat pulang kalau gak ada kamu, you are my home, Lun.”

Luna tersenyum tipis. Rasanya sakit mendengar hal itu. Jika Ia Luna rumahnya? Kenapa Theo sendiri yang meruntuhkannya?

“Rumah untuk diri kita itu ya diri sendiri, Theo. Bukan orang lain. Jaga diri baik baik ya? Kamu udah terbiasa tanpa rokok dan alkohol, tolong jangan dibiasain lagi Luna mohon. Luna gak mau kamu sakit karena alkohol, The. Kamu anak baik, tolong jangan pergi pergi ke bar lagi. Luna kayak gini bukan mau ngekang, tapi aku cuman gak mau kamu sakit, The.”

Theo menangis. Ia tak sanggup menahan rasa sakit di hatinya. Semua perkataan Luna begitu menusuk, sungguh Ia tidak ingin semuanya selesai. Ia ingin mempertahankannya.

“Gimana aku bisa sembuh kalau obat aku itu ada di kamu, Lun?”

Luna melirik, kemudian kembali menunduk.

“Jaga diri kamu juga Lun. Jangan sampe sakit.”

Luna tersenyum. “Iya, Theo. Theo juga.”

Theo mengangguk, Ia mengerti keputusan Luna. Semua orang butuh waktu untuk mengobati diri sendiri, namun caranya pasti berbeda.

“Boleh peluk? Untuk terakhir.” Pinta Theo dengan hati hati.

Luna awalnya terdiam, namun kemudian Ia mengangguk.

Theo perlahan memeluk Luna. Seseorang yang selama ini Ia rindukan, kini Ia bisa peluk walaupun untuk terakhir kalinya.

“I miss you, Lun.”

“I miss you too, Theo.”

“I love you. Jaga diri kamu. Maaf udah bikin kamu hancur dan sakit.”

Luna menghela nafasnya dan tersenyum. Lagi lagi Ia menangis.

Luna melepaskan pelukannya lebih dulu. “Luna pamit ya Theo.”

Theo mengangguk. Apa semua ini benar benar selesai? 2 tahun ini apakah semuanya benar benar selesai?

Setelah itu, Luna pergi meninggalkan Theo sendiri. Ia menaiki taksi dan kembali menangis didalam mobil. Kini, tangisnya tidak Ia tahan, Ia menangis dengan bebas didalam mobil.

Sama seperti Theo, lelaki itu menangis dan tidak di tahan. Semua hancur karena dirinya. Semuanya menjadi berantakan karena ulahnya. Mungkin inilah situasi yang tepat untuknya dan untuk Luna. Biar mereka sama sama sembuh.


© urhufflegurl_

Khawatir.

**

Theo berlari memasuki bar. Ia menerobos orang orang yang berkerumun dan mengabaikan musik yang begitu keras.

“Daph? Pansy..” Theo mengambil alih Pansy dari Daphne.

“Tadi dia curhat ke gue, orang tuanya—”

“Nanti aja. Kita harus bawa dia ke rumah sakit.”

Daphne mengangguk, Ia pun berdiri membawa kan tas Pansy. Sementara Theo menggendong Pansy dan menaiki mobil.

Selama diperjalanan, Daphne terus menepuk nepuk pipi Pansy berharap sahabatnya itu sadar.

“Tadi dia muntah darah The, gue panik banget.”

Fikiran Theo semakin tak karuan mendengar itu. Ia mempercepat laju mobilnya.

“Gila! Pelan pelan anjir! Bulan depan kita UAS theo!” Teriak Daphne panik.

“Udah lo diem aja. Gue gak mau Pansy kenapa napa.”

Akhirnya Daphne terdiam. Suasana mobil menjadi sangat hening hingga mereka sampai dirumah sakit.

Theo benar benar tak bisa menyembunyikan betapa khawatirnya dia. Saat Pansy sudah ditangani pun, Ia terus mondar mandir seperti setrikaan.

Tak lama kemudian, Draco dan Blaise datang. Mereka diberitahu oleh Daphne.

“Gimana? Kenapa bisa?” Tanya Draco.

“Tadi Pansy nangis ke gue, orang tuanya resmi cerai.”

“What?” Teriak Draco dan Blaise bersamaan.

Kalau kalian lupa, Draco dan Blaise ini tidak tahu masalah keluarga Pansy. Yang tahu adalah Theo, dan sekarang bertambah dengan Daphne.

Daphne mengangguk. “Gue juga kaget, dia langsung cabut ke bar dan minum alkohol. Kalian tau dia gak boleh banyak banyak minum alkohol.”

“Bentar— tapi disini, kita gak tau Pansy ada masalah keluarga. Yang kita tau, Mama Papa nya kerja di luar negeri. Bener kan?” Tanya Blaise.

Theo melirik mereka yang sedang berbicara. “Iya. Kalian tahu hanya sekedar itu. Pansy sering cerita ke gue, orang tua nya gak akur. Papa nya selingkuh, dan Mama nya minta cerai. Papa nya mau Pansy ikut sama dia, tapi Pansy gak mau. Dia gak mau ikut siapapun diantara mereka berdua.”

“Lo sembunyiin ini dari kita?” Tanya Draco.

“Pansy yang minta.”

Draco menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyangka bahwa sahabatnya ini memiliki masalah yang cukup besar.

“Kenapa lo gak larang tadi Pansy minum Daph? Kenapa dia gak cerita ke gue soal itu?” Tanya Theo kepada Daphne.

“Dia— dia mau lo perbaiki hubungan lo sama Luna dulu The. Makanya dia gak mau chat lo.”

“Anjing.” Umpat Theo.

“Jadi sebenernya Pansy tuh baik atau jahat sih?” Tanya Draco.

“Gak penting pertanyaan lo.” Ketus Daphne.

Theo mengusap wajahnya kasar. Ia mengadah melihat langit rumah sakit dengan kakinya terus bergetar. Entah apa yang ada difikirannya, Ia sangat khawatir dengan keadaan Pansy sekarang. Ia sangat takut Pansy kenapa napa.

“Yaudah, apapun itu, kita tunggu aja hasil dari dokter gimana.” Ucap Blaise membuat suasana menjadi hening.

“Pans, kenapa lo kayak gini? Lo punya gue Pans. Lo punya gue.”


© urhufflegurl_

Nyaman?

**

Theo menghela nafasnya berat. Rasanya Ia ingin sekali memecahkan kepalanya memikirkan semua permasalahan yang ada.

“Makan, lo yang bawa makanan tapi lo yang gak makan.” Ucap Pansy menaruh makanan Theo dihadapannya.

“Kenapa kita harus ngelakuin itu sih Pans?”

“Ngelakuin apa?”

“Kiss.”

Pansy tertawa kecil. “Because, I love you?”

Theo memutarkan bola matanya malas. “But, I don't love you back, Pans.”

“I know, lo gak perlu jelasin hal itu berkali kali sama gue. Atau— lo tergoda sama gue ya? Enak ya ciuman gue?” Ucap Pansy tersenyum meledek.

Ck, apaan sih Pans. Gak lucu.”

“Udah deh, ke bar aja yuk? Gue kangen Theo yang dulu deh, yang di ajak ke bar mau, minum alkohol mau—”

“Setan lo. Pembawa pengaruh buruk. Gue aneh deh, lo yang bikin semua berantakan tapi kenapa gue bisa aja deket sama lo. Aneh.”

“Ya karena lo sayang gue kali.”

Theo berdiri. “Ogah, gue pergi.”

“Heh kemana? Belum selesai makannya ih! Sini dulu.” Pansy menarik tangan Theo hingga mereka terjatuh.

Pansy membulatkan matanya. Wajah Theo terlalu dekat dengannya. Memang sudah 2 kali mereka berciuman, tapi posisi jatuh kali ini benar benar membuat suasana diantara mereka panas.

“So—sorry.” Ucap Pansy menjauh lebih dulu.

“Lagian lo kenapa tarik tarik gue sih ah?”

“Lo mau kemana? Disini dulu, makan.”

“Mau ke bar. Mau mabuk.”

“Ikut!”

Theo memegang kepala Pansy. “Pergilah setan yang ada di tubuh Pansy!”

Pansy tertawa. Ia seperti mendapatkan Theo yang dulu kembali.

“Apaan sih The! Gue serius, mau juga minum. Udah lama enggak.”

Theo mengangkat halisnya sebelah. “Sejak kapan?”

“Gue udah lama berhenti, lo gak tau karna terlalu sibuk sama Luna.”

“Maksudnya? Bukan terakhir itu lo mabuk?”

“Dikit, cuman 3 teguk abis itu perut gue sakit banget.”

“Maksudnya? Kenapa? Lo sakit?”

“Lo inget gak waktu SMA akhir tuh, pas lo lagi bucin bucinnya sama Luna, Daphne pernah telfon lo tapi gak diangkat angkat.”

“Ni untung aja si Daphne orangnya jarang telfon ya, jadi gue inget.”

Pansy tertawa. “Waktu itu kan gue di rumah sakit. Cuman gue gak mau aja ngabarin lo karena lo lagi bucin banget sama Luna. Gue cemburu, gue marah, gue minum alkohol 2 botol sekaligus. Alhasil lambung gue gak kuat dan ya— bermasalah.”

“Kok lo gak pernah cerita? Udah lama loh itu.”

“Ya gue bilangin lo sibuk sama Luna. Lo gak ada waktu buat gue lagi.”

Theo menunduk, kenapa Ia jadi merasa bersalah? Yang Ia tahu, masalah Pansy hanya ada pada kedua orang tuanya. Tidak dengan kesehatannya

“Makanya lo jangan minum alkohol lagi.” Ucap Theo.

“Kalau boleh jujur...”

Pansy menghela nafasnya dengan berat.

“Gue kehilangan lo banget The, semenjak lo pacaran sama Luna.”


© urhufflegurl_

Need hug?

**

Theo kembali ke ruangan Pansy dengan langkahnya yang gusar. Ketika Ia masuk, Ia melihat Pansy sedang diganti infusannya oleh suster.

“Lemes banget, marah ya?” Tanya Pansy.

“Ini semua salah gue.”

“Jangan terlalu digenggam The, selama ini lo udah terlalu banyak dikekang sama dia. Lo berhenti ngerokok, lo berhenti minum, itu semua karena dia kan? Padahal gue tau lo diem diem masih suka ngelakuin hal itu.”

Theo melirik Pansy. “Ya kan itu—”

“Bukan kesehatan lo? The, The.. Bucin bikin lo bego ya?”

“Gue mau balik.”

“Tunggu The..”

Pansy jalan mendekati Theo.

“Need a hug?” Tanya Pansy membuat air mata Theo meleleh seketika.

“Bukan tanpa alasan gue mau rebut lo, The. Gue cinta sama lo.”

“Tapi gue mau Luna, Pans. Gue sayang banget sama dia.”

Pansy memeluk Theo lebih dulu dan Theo membalas pelukannya.

“I know. Rasa cinta lama lama akan pudar kok The.”

Theo menggelengkan kepalanya. “Enggak, gue cinta dia Pans. Gue mau sama dia, gue gak mau jauh sama dia. Gue cinta sama dia Pans.”

“Fuck you Luna. Gue gak akan biarin lo lama lama sama Theo.”

Pansy memeluk Theo dengan erat membuat lelaki itu sedikit nyaman dengan pelukannya.

Tunggu, nyaman?


© urhufflegurl_

Disappointed.

**

“Luna?”

Luna tersenyum dengan air mata mengalir di pipinya.

Theo melepaskan pelukannya dan menghampiri Luna.

Plak

Pansy mengerutkan keningnya ketika melihat Luna menampar Theo.

“Aku kecewa sama kamu.” Bisik Luna dengan suaranya yang tercekat.

Luna melirik ke arah Pansy, Ia sangat ingin menanyakan kenapa Pansy bisa masuk rumah sakit. Namun, hatinya terlalu sakit untuk berbicara banyak. Ia pun pergi dari ruangan itu dan disusul oleh Theo.

“Baru liat gue sama Theo pelukan aja nangis, apalagi ciuman?” Ucap Pansy terkekeh dan menggeleng.


“Lun, dengerin aku dulu. Aku bisa jelasin, Luna!” Theo mengejar Luna, dan Ia menggapai tangan Luna ketika telah dekat.

Luna terisak, Ia tidak bisa berbicara ketika menangis.

“Maaf— maaf, tadi Pansy chat aku, dia kecelakaan semalem. Dia minta aku untuk kesini, aku asalnya mau ngajak yang lain tapi Pansy minta aku datang sendiri karena ada hal penting yang dia mau omongin, dan yang lain gak tau.” Jelas Theo.

“Maaf sayang..” Theo menggenggam tangan Luna dan menarik badan mungil wanita itu ke dalam pelukannya.

“Maaf, plis jangan nangis lagi. Aku minta maaf.”

Luna memeluk Theo dengan erat. Namun saat Theo hendak memeluknya balik, Luna melepaskan pelukannya.

“Theo ada apa sama Pansy?” Tanya Luna.

“Aku sama dia cuman sahabat—”

“Tapi Luna ngerasanya beda. Beda The. Sikap kalian dan sikap antara kamu sama Daphne itu beda. Bener bener beda, The.”

“Lun—”

“Luna perempuan, Luna tau mana yang tertarik dengan lawan jenis dan mana yang enggak, Theo. Dan Luna yakin, Pansy tertarik sama kamu.”

“Sayang—”

“Kamu tau, aku gak mau sama laki laki yang suka bohong kan, The?”

Theo menunduk, Ia tidak berbicara lagi. Ia terus menggenggam tangan Luna.

“Kemarin Blaise tiba tiba baik dan kirim kue ke aku, kamu fikir aku gak curiga? Kalian udah ngelakuin apa sampe sampe Blaise ngirim makanan ke aku, The?”

Theo menggelengkan kepalanya. “Aku gak tau soal itu.” Ucap Theo dengan suaranya yang serak.

“Bohong kan. Theo bohong lagi.”

“Lun..”

“Aku butuh waktu sendiri. Jangan kejar aku, The. Aku mohon, aku butuh waktu sendiri.”

“Aku antar kamu pulang ya?”

Luna menggeleng. “Aku bilang aku butuh waktu sendiri.”

“Yaudah.” Theo menghela nafasnya dengan berat.

Luna menghapus air matanya dan pergi meninggalkan Theo sendiri.

“Bangsat! Theo bego anjing!” Umpat Theo memukul kepalanya sendiri.


© urhufflegurl_

Blue.

**

Theo masuk ke dalam ruangan Pansy, Ia terkejut ketika melihat Pansy terluka di bagian kaki dan tangannya.

Sebagaimana pun Theo membenci Pansy, tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa lelaki itu menyayanginya. Sayang sebagai sahabat.

“Theo.” Lirih Pansy menangis.

“Hei, kenapa bisa gini? Kok bisa?” Tanya Theo duduk di sebelah ranjang Pansy.

“Mama—”

Entah ada dorongan apa, Theo memeluk Pansy. Lelaki itu mengelus lembut rambut Pansy.

“Mama mau cerai sama Papa, sidang nya minggu depan The.”

Pantas saja Pansy tidak ingin Theo memberitahu yang lain, ternyata ini tentang permasalahan kedua orang tua nya. Ya, masalah ini hanya Theo yang tahu. Yang lain tidak.

Tak ada yang berbicara setelah itu, Theo dan Pansy sama sama menikmati waktu yang berjalan dengan berpelukan.

Pansy nyaman bersama Theo. Pansy mencintai Theo sebelum Theo bertemu Luna dan akhirnya Theo jatuh cinta kepada Luna. Katakanlan Pansy brengsek, Ia melakukan ini karena Ia menyesal dulu menyembunyikan perasaannya kepada Theo.

Di tengah nikmatnya mereka berpelukan, tiba tiba pintu kamar Pansy terbuka.

Baik Pansy maupun Theo sama sama terkejut melihat wanita berambut pirang berdiri disana dengan matanya yang berkaca-kaca.

“Luna?”


“Pa, Luna udah siap, ayo!” Teriak Luna menunggu sang Papa di ruang tamu.

“Semangat banget anak Papa.”

“Hehehe, udah lama Papa gak kontrol soalnya kan?”

“Iya sayang, yaudah yuk.”

Luna dan sang Papa pergi menuju rumah sakit untuk melakukan kontrol yang rutin dilakukan sebulan sekali. Namun, sudah 4 bulan ini Papa Luna baru kontrol kembali.

Setelah selesai kontrol, Luna melihat sosok lelaki yang Ia kenal.

“Theo?” Gumam Luna menyipitkan matanya.

“Pa?”

“Iya sayang?”

“Papa kayaknya duluan deh, Luna mau ke sana dulu bentar. Ada temen Luna, Luna baru inget. Dia dirawat disini, Papa duluan ya? Gapapa kan?”

“Oh, siapa sayang?”

“Emm— Katie, iya Katie!”

“Yasudah, Papa duluan. Kamu hati hati pulang nya ya?”

Luna mengangguk. “Siap Pa!”

Setelah itu, Luna pamit dan mengikuti Theo yang tertangkap basah olehnya sedang berada di rumah sakit ini.

Luna mengirimkan Theo pesan untuk memastikan apakah lelaki itu benar Theo atau bukan, tapi Theo tidak menjawab nya.

Luna menyipitkan matanya ketika melihat Theo masuk ke dalam salah satu ruangan di VIP.

Luna melihat dari balik pintu yang tidak di tutup rapat oleh Theo .

“Pansy?”

Luna menutup rapat mulutnya, matanya berkaca kaca ketika Ia melihat Theo memeluk Pansy.

”“Aku boleh minta sesuatu sama kamu?”

“Boleh, sayang.”

“Jauhin Pansy, bisa?”

Theo mengangguk saat itu. Ia sudah meminta Theo menjauhi Pansy, tapi Ia malah melihat Theo memeluk Pansy. Luna mendengar sedikit percakapan mereka.

Karena tak tahan dengan rasa sakit yang Ia rasakan, Luna memberanikan diri untuk membuka pintu ruangan Pansy.

“Luna?”


© urhufflegurl_

Jangan pergi.

**

Theo menghampiri Luna yang masih didalam kelas. Dari 10 menit lalu, kelas Luna sudah selesai, namun wanita itu masih ada didalam kelas, menangis sendirian.

“Luna, hei..” Theo menghampiri Luna. Ia duduk di sebelahnya dan memeluk Luna.

“Sakit banget Theo.” Luna menangis dipelukan Theo.

“Maaf, maaf sayang. Semalem aku gak tidur sama Pansy. Aku tidur sama Draco dan Blaise di sofa. Terus Daphne nyuruh aku pindah ke kasur karena dia dan Pansy udah selesai tidurnya. Aku gak tau kalau Pansy foto aku lagi tidur, aku gak tau.”

“Theo jangan bohong. Pansy bilang, kamu yang nyuruh dia bales chat aku.” Mata Luna berkaca kaca membuat Theo sakit.

Theo menggelengkan kepalanya. “Enggak, aku gak nyuruh apapun. Aku tidur Lun. Bahkan aku aja gak tau kamu chatan sama dia, chat nya di hapus sama dia. Maaf sayang, maaf.”

Luna kembali menangis terisak dipelukan Theo. Luna sangat menyayangi Theo. Ia tidak ingin lelaki itu pergi.

“Aku sayang banget sama kamu Lun, maaf udah bikin kamu nangis, maaf.” Bisik Theo mencium puncak kepala Luna.

“Jangan jahat jahat, Theo. Theo yang Luna kenal itu seru, baik, dan selalu jujur. Tapi sekarang Theo banyak bohong nya.”

“Maaf.”

“Mama Luna udah gak ada. Papa juga sering dinas ke luar kota. Luna cuman punya Theo, Luna gak punya siapa siapa The.”

Theo mengeratkan pelukannya, Ia benar benar merasa bersalah dan menyesel telah melakukan kesalahan besar bersama Pansy.

“Gak akan, aku gak akan nyakitin kamu, Lun. Maaf, maaf soal semalem.”

Luna melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya. “Aku boleh minta sesuatu sama kamu?”

“Boleh, sayang.”

“Jauhin Pansy, bisa?”

Theo mengangguk dan kembali memeluk Luna.

“Makasih, Theo..”

“Iya, sayang.”


© urhufflegurl_

Big Mistake.

**

Tw // 18+


Malam ini, mereka berlima kumpul di apartment Theo, bukan di Draco lagi.

Malam ini, tidak ada alkohol disana karena Theo tidak ingin kamarnya tercemar oleh alkohol. Luna benci alkohol, dan Theo nurut untuk tidak menyentuh alkohol lagi.

Mulanya, semua berjalan dengan semestinya, mereka tertawa bersama, membicarakan banyak hal random, dan bermain kartu, yang kalah dapat coretan banyak di wajahnya.

Dan sialnya, Theo mendapatkan coretan yang cukup banyak karena kalah terus.

Dewa kesialan seperti nya sedang berpihak ke Theo.

“Dah ah gue ke wc dulu. Muka gue udah kayak gembel.” Ucap Theo mengundang gelak tawa yang lainnya.

“Yaudah sana.” Balas Daphne.

Theo jalan menuju kamar mandi, dan Pansy menyusulnya.

“Pans, kemana?” Tanya Daphne.

“Ke wc juga, mau pipis gak kuat.”

Daphne hanya mengangguk dan kembali memainkan ponselnya.

Pansy menyusul Theo dan membuat Theo sedikit terkejut.

“Ngapain?” Tanya Theo jutek.

Pansy menutup pintu kamar mandi.

“Pans, kenapa ditutup sih anjing?”

Pansy mendekati Theo. “I love you, you know that, right?”

Theo berhenti cuci muka saat itu juga. Ia mengambil handuk dan hendak keluar, namun Pansy menahannya.

“I love you, The.”

Theo menghela nafasnya berat. “Kita udah pernah ngomongin ini sebelumnya. Dari awal, gue cuman cinta sama Luna, gak ada yang lain. Gue cuman nganggap lo temen.”

“Gue gak peduli. Yang gue peduliin sekarang adalah, gue cinta sama lo, Theodore Nott.”

Pansy melirik bibir Theo dan tersenyum. Sialnya, Theo malah ikut melirik bibir Pansy.

“Pans—”

“Just kiss me. Lakuin hal yang gak bisa lo lakuin sa Luna, The.”

Mata Theo menatap Pansy dengan tajam. Nafasnya berburu, dadanya naik turun tak karuan. Semantara Pansy hanya tersenyum dan mengangkat halisnya.

“Lo gak mau rusak Luna kan? Lo gak bisa cium dia, dan having sex. Iya kan?”

“Shit.” Umpat Theo.

“Gue tau Theo, laki laki sebaik apapun, dia pasti punya nafsu.” Pansy lagi lagi melirik bibir Theo mengundang perhatian lelaki itu.

Pansy mengeratkan pelukannya di pinggang Theo, perlahan Pansy mendekatkan wajahnya dengan wajah Theo.

Secara mengejutkan, Theo mencium bibir Pansy lebih dulu, dan Pansy membalasnya. Theo melumat bibir Pansy dan dia menikmatinya.

“I love you, The.” Bisik Pansy.

Theo tidak menjawab, lelaki itu terus mencium bibir Pansy dengan penuh gairah.


© urhufflegurl_

I want you.

**

Tw // 18+


Theo merasa jadi pacar yang brengsek sekarang. Ia bilang ke Luna kalau Ia akan ke apartment milik Draco, tapi nyatanya, Ia ke bar untuk menyusul Pansy.

Namun, pada awalnya niat Theo memang ingin ke apart Draco, hanya saja Ia tidak tahu bahwa Pansy tidak ada disana.

Sesampainya di bar, Theo segera menghampiri Pansy yang sudah setengah mabuk.

“Pans, jangan kayak gini lah. Gue kan udah bilang, apapun masalahnya jangan mabuk!” Teriak Theo ditengah ramainya suara musik.

Pansy tersenyum lebar melihat Theo ada di hadapannya. “Gimana bucinnya? Udah? Anjing lo The. Gue butuh lo tapi lo gak ada! Lo sendiri yang bilang kalau lo akan selalu ada disisi gue. Tapi mana buktinya?”

“Gue gak bisa selalu ada disisi lo karena—”

“Karena ada Luna? Karna lo udah pacaran sama cewek sok polos dan sok anggun itu?”

“Dia emang polos dan anggun, Pans.”

Pansy tertawa sarkas mendengar perkataan Theo. “Cewek lo itu gak penting The. Mending sama gue. Gue yang lebih butuh lo. Gue butuh lo, Theo.”

“Mabok lo ya, gak jelas. Udah ayo balik.”

Theo merangkul pundak Pansy untuk membawanya keluar.

Awalnya semuanya aman, namun secara tiba tiba Pansy mencium bibir Theo dengan paksa.

Theo ingin menghindar, namun Pansy menahannya.

“Gue sayang lo, Theo. Lo tau itu.”

“Pans.”

“Gue sayang lo, gue mau lo.”

Pansy kembali mencium bibir Theo. Namun bukan secara paksa, Theo mencium bibir Pansy juga dan menikmatinya.


© urhufflegurl_

Cemas.

**

Luna dan Theo sekarang berada di appartment Theo. Setelah mereka kuliah, Theo mengajak Luna untuk ke appartmentnya, dia hanya merindukan moment berdua seperti ini bersama Luna.

“The, udah bangun?” Tanya Luna mengusap lembut kepala Theo.

Theo hanya bergumam dan memeluk kaki Badan Luna semakin erat.

Posisinya, Luna duduk dan Theo tidur.

“Udah mau 2 jam hayoh kamu tidur. Capek ya?” Tanya Luna, Theo pun mengangguk.

“Yaudah, tapi boleh gak lepas dulu? Luna mau masak, Theo mau mie gak? Luna bikinin.”

“Mau.” Jawab Theo tersenyum dan berpindah tempat.

Luna berdiri dan mulai memasak mie untuk mereka berdua.

Setelah selesai memasak, Luna membangunkan Theo.

“Mie untuk Luna dan Theo!” Seru Luna membawa mie untuk mereka.

Theo bangun dan bengong sebentar. Nyawa nya belum terkumpul semua.

“Emm The..”

“Ya, sayang?”

“Tadi ada chat dari Pansy.”

“Oh ya? Apa katanya? Kamu bales?”

Luna mengangguk. “Katanya dia butuh kamu dan nanya kamu dimana.”

“Ah.. Mungkin dia cuman mau curhat.”

Luna terdiam sejenak, otak nya terus berfikir positif walaupun berlawanan dengan hatinya yang cemas.

Theo duduk disebelah Luna dan menyender di bahunya.

“Sering sering dateng kesini deh. Aku seneng.”

“Dasar! Theo gak mau bales chat Pansy? Siapa tau penting?”

Theo menggeleng. “Nanti aja.”

Luna hanya mengangguk. Itu artinya Pansy tidak penting kan ya? Ya, mudah mudahan seperti itu.


© urhufflegurl_