You okay?
**
Bandung memang selalu punya cerita indah dibalik setiap sisi sudutnya. Tak pernah sekalipun Hermione kecewa dengan setiap apapun yang ada disini. Bahagia. Hanya itu lah yang Ia rasakan. Tanpa ada yang kurang, tanpa kesedihan apapun.
Malam ini, Hermione dan Draco sedang menikmati sejuknya kota Bandung diatas rooftop. Sore tadi, mereka jalan jalan ke museum dan Hermione sangat menyukainya. Wanita itu selalu kagum dengan apapun berbau seni.
“Seneng?” Tanya Draco menoleh ke arah Hermione.
“Banget lah. Makasih ya drake, gue bener bener seneng bangetttt hari ini. Enggak deng, dari kemarin juga gue seneng bangeett.”
Draco tersenyum, “Gue seneng kalau lo seneng, Hermione.”
Hermione tidak menanggapinya. Ia terlalu lemah jika harus berhadapan dengan Draco yang selalu membuatnya merasakan kupu-kupu.
Rasanya Hermione sudah jatuh cinta sekarang. Secepat itu kah? Ya, merasakan cinta memang cukup cepat. Apalagi kepada lelaki modelan Draco.
Berbeda dengan Hermione yang sedang merasakan kebahagiaan, Draco justru kebalikan.
Ia merasakan sakit di kepalanya. Hari ini cukup berat untuknya. Semalam Ia tidak bisa tidur karna terus memikirkan perasaannya terhadap Hermione.
Walaupun kata Ginny jalani saja, namun tetap berat untuknya.
Draco memejamkan matanya, tangannya mencengkram dengan kuat pembatas yang ada didepannya.
Hermione menoleh, Ia merasa ada yang tidak beres dengan Draco.
“Drake, lo gapapa?”
Draco mengangguk. “Pusing dikit.”
Mendengar itu, Hermione panik. “Serius? Lo sakit? Astaga, muka lo pucet banget. Pulang yuk? Gue yang nyetir. Gue bisa kok nyetir mobil.”
Draco tersenyum, Ia mencoba membuka matanya walau sakit. “Gapapa kok, gak usah.”
“Gak usah gimana! Ini muka lo pucet. Dan— astaga! Idung lo berdarah Drake. Lo mimisan. Sini sini.”
Draco tak kalah terkejutnya dengan Hermione, Ia segera menghilangkan darah itu dengan jaketnya.
“Ih jorok! Sini, gue bawa tisu.” Hermione menuntun Draco untuk duduk.
Hermione membersihkan darah yang terus mengalir dari hidung Draco.
Draco terdiam, wanita yang ada didepannya benar benar cantik.
Rasanya sangat sakit. Semakin Ia merasakan bahwa Ia jatuh cinta, semakin sakit yang Ia rasakan.
“Kalau lo sakit, jangan maksain. Sekarang pulang ya? Gue anterin lo.”
Draco menggelengkan kepalanya. Baru Ia akan berbicara, Hermione kembali bicara duluan.
“Udah diem. Lo nurut aja sama gue, oke?”
Draco terdiam. Ia tidak punya tenaga untuk melawan Hermione.
Akhirnya, Hermione yang mengantarkan Draco pulang. Dan rencananya, Ia kembali ke hotel nya menaiki taksi.
“Hermione.”
Hermione menoleh. Mereka masih didalam mobil, namun sudah sampai didepan rumah Draco.
“Ya?”
“Draco— lo pucet banget. Badan lo juga anget banget. Ke rumah sakit ya?” Ucap Hermione panik.
Draco menggelengkan kepalanya. “Gue bisa kok.”
“Enggak, pokoknya ke rumah sakit. Oke?”
“Gak perlu.”
“Ih lo keras kepala banget sih!”
Draco tersenyum. “Gak usah, anter gue sampe kamar aja. Boleh?”
Hermione mengangguk. Ia melepaskan seat belt Draco lalu membantunya untuk masuk kekamarnya.
Jujur, ini baru pertama kali Hermione ke rumah Draco. Dan rumahnya benar benar mewah. Selama 4 tahun apakah Draco tinggal disini sendiri?
Sesampainya dikamar, Hermione menidurkan Draco diatas kasurnya. Ia melepaskan sepatu, kaus kaki, dan menyelimuti Draco.
Hermione khawatir karna wajah Draco benar benar pucat. Badannya sangat panas.
“Lo yakin gak mau ke rumah sakit?”
Perlahan Draco mengangguk.
“Gak mau ke rumah sakit?”
Draco menggelengkan kepalanya.
“Sakit.” Bisik Draco.
“Iya makanya ke rumah sakit ya?”
Draco lagi lagi menggelengkan kepalanya.
“Draco ih..” lirih Hermione sedih.
Setelah itu, tak ada tanggapan dari Draco, lelaki itu memejamkan matanya dan menikmati rasa sakitnya.
“Jangan sakit, Draco. Cepet sembuh.” Bisik Hermione mengusap kepala Draco.
© urhufflegurl_