litaaps

Dia.

**

Suasana kota Jakarta sore ini benar benar sejuk. Bau tanah sehabis hujan membuatnya tenang. Ditambah dengan buku dan rokok ditangannya.

Sudah. Ketenangan ini sudah sangat cocok dengannya.

Ia menyeruput kopi hangat yang Ia pesan, lalu kembali membaca buku yang sedang Ia baca. Membolak balikkan halaman mencoba memahami apa yang Ia lihat.

Namun, semua fokusnya itu menghilang ketika Ia melihat taksi online yang berhenti tepat dihadapannya.

Ia memperhatikan taksi itu. Tidak, lebih tepatnya Ia memperhatikan wanita yang turun dari taksi itu.

Sontak matanya melotot ketika melihat wanita itu. Wanita dengan mata coklat hangat yang selalu menghantui fikirannya.

Ia mengucek matanya memastikan apakah yang Ia lihat itu benar dia?

Seribu kalipun Ia melihat, tidak akan menepis kenyataan bahwa wanita dihadapannya ini adalah wanita pemilik mata coklat yang Ia lihat di dalam lautan.

“HERMIONE! SINI!”

Hermione? Apa namanya Hermione?

Ia sangat ingin menghampirinya. Tapi apa bisa secara langsung seperti ini?

Sebenarnya siapa wanita itu? Mengapa Ia terus berlarian difikirannya?

“Gue samperin aja kali ya? Tapi gue nanya apa anjir?” gumamnya.

“Disamperin, nanti dia ilfeel. Gak disamperin, gue penasaran. Samperin aja kali ya? Daripada gue mati penasaran. Iya, samperin.”

Akhirnya, Draco memutuskan untuk menghampiri wanita yang bernama Hermione itu. Yang kebetulan wanita itu sedang berada dikasir.

“Mba, saya mau Hot Chocolate nya satu sama Strawberry cake nya satu ya.”

“Baik, Mba.”

Draco yang berdiri dibelakangnya sangat ingin menepuk pundaknya.

Berbicara soal pundak, Draco jadi ingat tato mutiara. Namun, wanita dihadapannya ini memakai baju panjang. Masa Ia harus menyingkirkan baju panjangnya?

Draco menggelengkan kepalanya menepis ide gila itu.

“Aw! Eh, maaf—”

“Hai.” Sapa Draco.

Draco dan Hermione saling berhadapan. Hermione tadi tidak sengaja menabrak tubuh Draco saat Ia membalikkan badan.

“Benar. Lelaki ini adalah dia.”

“Hai?” Ucap Hermione.

“Ah, sorry— gue kira tadi temen gue. Gue salah orang kayaknya.” Balas Draco menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Gapapa, it's okey..”

“Lo mirip seseorang, tapi lupa lupa inget sih.”

“Oh ya?”

Draco mengangguk.

“Lupa lupa inget atau lo gak yakin?” Tanya Hermione.

“Dua duanya.”

Hermione mengangguk senang, hujan seketika berhenti dan langit berubah menjadi cerah.

“Senang bertemu denganmu lagi.”

Draco terdiam mendengar itu. “Hei, tunggu!”

“Ya?”

“Lagi? Emang kita pernah ketemu?”

“Mungkin? Dikehidupan sebelumnya? Soalnya, gue juga kayak gak asing gitu sih liat lo.”

“Atas nama Hermione Granger. Silakan hot chocolate dan strawberry cake nya.”

“Terima kasih Mba.”

Obrolan diantara Draco dan Hermione harus terhenti karena pesanan Hermione sudah jadi dan Hermione kembali duduk di bangkunya bersama Ginny.

“Hermiome Granger.. Namanya Hermione Granger..”


© urhufflegurl_

Live.

**

Ia merasakan badannya sangat sakit, dan kepalanya sangat berat bahkan hanya untuk sekedar membuka matanya.

Namun, Ia sudah tertidur cukup lama. Dan ini waktunya untuk membuka matanya.

“Draco.. Draco bangun..”

Ia mendengar suara lembut itu. Suara sang kekasih.

“Dray, bangun sayang.. Udah 5 hari kamu tidur nak..”

Perlahan, Ia membuka matanya dan kembali melihat cahaya.

“Draco!”

Astoria memeluk Draco sambil menangis dipelukannya. Ia sangat takut ketika mendengar berita kapal tenggelam itu. Dimana ada kekasihnya menaiki kapal itu.

Untung saja Draco ditemukan di pinggir pantai. Walaupun tak sadarkan diri, Draco masih hidup.

“Tori—” lirih Draco dengan suaranya yang lemas.

“Iya, ini aku.. Kamu mau minum? Haus? Atau apa?”

Draco hanya menggelengkan kepalanya. Bayangan soal wanita itu terus menyerbu fikirannya.

Sebenarnya wanita itu siapa?

Mengapa Ia selalu berkeliaran di fikiran Draco?

“Dray.. Mama bilang apa, tenggelam lagi kan. Udah ya ini terakhir ya, jangan lagi-lagi kamu ke tengah lautan. Mama mohon sayang..”

Draco hanya terdiam dan tersenyum kecil. Badannya masih sangat lemas karena Ia tertidur cukup lama dan tenaganya habis berenang didalam lautan.

“Maaf Ma..” balas Draco.

“Gapapa sayang.. Mama senang kamu selamat nak..”

Draco tersenyum.

“Kemarin gue kenapa? Kenapa rasanya gue pengen kembali ke lautan...”


© urhufflegurl_

Lautan.

**

Sore itu, Draco memandang lautan yang sangat luas dengan pandangan kagumnya. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan dunia ini sungguh indah? Sungguh sangat besar kuasa dan ciptaan-Nya.

Draco memang sangat mencintai dunia. Ia senang bertravelling kemana mana. Ia senang mendaki gunung, bermain ice skating, menikmati musim semi, musim gugur dan musim dingin diluar negeri.

Ia sangat menikmati semuanya. Walaupun baru sekarang Ia berani kembali mengunjungi lautan.

Ia sangat ingat bagaimana dulu kejadian naas menghampirinya yang bahkan menewaskan bodyguard kesayangannya, Dipsy. Ia sangat berduka akan hal itu.

Mengingat kejadian itu, Ia jadi ingat wanita yang menghampirinya. Wanita itu sebaya dengannya, tapi mengapa sudah sangat pandai berenang? Apa Ia penyelam?

Tapi Draco ingat wanita itu tidak memakai alat bantu bernafas.

Atau semuanya hanya bermimpi?

Entahlah, Ia sangat tidak ingin memikirkannya.

“Kamar aja kali ya.” gumamnya.

Ia jalan menuju kamarnya. Namun baru saja beberapa langkah, Ia kembali merasakan goyangan itu. Goyangan yang sangat membuatnya takut.

Kakinya mendadak lemas. Kapal yang Ia tumpangi kehilangan keseimbangan.

Sial. Lautan sedang tidak baik baik saja.

Entah mengapa ombak ditengah lautan ini mendadak menjadi besar sehingga menghantam awak kapal dan membuat air masuk ke dalamnya.

Kejadian dimasa lalunya terus berputar puta dikepalanya hingga membuat kepalanya pusing.

Untuk yang kedua kalinya, Ia harus kembali jatuh ke dalam air.

Namun kali ini berbeda, Ia sudah bisa berenang. Ia berusaha untuk kembali ke atas kapal yang perlahan terus tenggelam.

Semua heboh, petugas sibuk menurunkan perahu kecil untuk membantu satu persatu penumpang mereka.

Akan tetapi, berbeda dengan Draco. Lelaki itu berusaha menaiki kapal, namun tiba tiba seperti ada yang menariknya untuk kembali ke lautan. Ia merasa seperti kakinya ditarik oleh makhluk yang entah itu apa.

Mempertahankan kesadarannya, Draco berusaha mencari sosok yang menarik kakinya.

Ia sama sekali tidak melihat ikan disini.

Seolah terhipnotis, Ia malah berenang menjauhi kapal.

Tak lama kemudian, Ia berhenti berenang ketika Ia melihat sosok wanita dihadapannya.

“Mata coklat itu..”

Wanita itu tersenyum kepadanya. Mendekat kearahnya dan memegang tangannya.

Draco yang syok sekaligus kehabisan oksigen, perlahan menutup matanya karena tubuhnya benar benar lemas kehabisan tenaga untuk kembali berenang keatas.

“Aku telah bertemu dengannya. Hentikan badai ini segera.”

Perlahan, wanita itu memeluk badan Draco. Bibirnya menyentuh bibir Draco. Ia menciumnya.

“Aku bertemu kembali denganmu. Hai. Aku sangat senang.”

Jika 16 tahun lalu yang Draco ingat hanya warna mata dan pundaknya, kini Draco melihatnga dengan jelas.

Wanita itu masih sama, mempunyai mata coklat hangat, dipundaknya ada tato mutiara itu.

Dan yang pasti Ia ingat.

Wanita itu memili ekor seperti ikan.


© urhufflegurl_

Lautan.

**

Sore itu, Draco memandang lautan yang sangat luas dengan pandangan kagumnya. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan dunia ini sungguh indah? Sungguh sangat besar kuasa dan ciptaan-Nya.

Draco memang sangat mencintai dunia. Ia senang bertravelling kemana mana. Ia senang mendaki gunung, bermain ice skating, menikmati musim semi, musim gugur dan musim dingin diluar negeri.

Ia sangat menikmati semuanya. Walaupun baru sekarang Ia berani kembali mengunjungi lautan.

Ia sangat ingat bagaimana dulu kejadian naas menghampirinya yang bahkan menewaskan bodyguard kesayangannya, Dipsy. Ia sangat berduka akan hal itu.

Mengingat kejadian itu, Ia jadi ingat wanita yang menghampirinya. Wanita itu sebaya dengannya, tapi mengapa sudah sangat pandai berenang? Apa Ia penyelam?

Tapi Draco ingat wanita itu tidak memakai alat bantu bernafas.

Atau semuanya hanya bermimpi?

Entahlah, Ia sangat tidak ingin memikirkannya.

“Kamar aja kali ya.” gumamnya.

Ia jalan menuju kamarnya. Namun baru saja beberapa langkah, Ia kembali merasakan goyangan itu. Goyangan yang sangat membuatnya takut.

Kakinya mendadak lemas. Kapal yang Ia tumpangi kehilangan keseimbangan.

Sial. Lautan sedang tidak baik baik saja.

Entah mengapa ombak ditengah lautan ini mendadak menjadi besar sehingga menghantam awak kapal dan membuat air masuk ke dalamnya.

Kejadian dimasa lalunya terus berputar puta dikepalanya hingga membuat kepalanya pusing.

Untuk yang kedua kalinya, Ia harus kembali jatuh ke dalam air.

Namun kali ini berbeda, Ia sudah bisa berenang. Ia berusaha untuk kembali ke atas kapal yang perlahan terus tenggelam.

Semua heboh, petugas sibuk menurunkan perahu kecil untuk membantu satu persatu penumpang mereka.

Akan tetapi, berbeda dengan Draco. Lelaki itu berusaha menaiki kapal, namun tiba tiba seperti ada yang menariknya untuk kembali ke lautan. Ia merasa seperti kakinya ditarik oleh makhluk yang entah itu apa.

Mempertahankan kesadarannya, Draco berusaha mencari sosok yang menarik kakinya.

Ia sama sekali tidak melihat ikan disini.

Seolah terhipnotis, Ia malah berenang menjauhi kapal.

Tak lama kemudian, Ia berhenti berenang ketika Ia melihat sosok wanita dihadapannya.

“Mata coklat itu..”

Wanita itu tersenyum kepadanya. Mendekat kearahnya dan memegang tangannya.

Draco yang syok sekaligus kehabisan oksigen, perlahan menutup matanya karena tubuhnya benar benar lemas kehabisan tenaga untuk kembali berenang keatas.

“Aku telah bertemu dengannya. Hentikan badai ini segera.”

Perlahan, wanita itu memeluk badan Draco. Bibirnya menyentuh bibir Draco. Ia menciumnya.

“Aku bertemu kembali denganmu. Hai. Aku sangat senang.”

Jika 16 tahun lalu yang Draco ingat hanya warna mata dan pundaknya, kini Draco melihatnga dengan jelas.

Wanita itu masih sama, mempunyai mata coklat hangat, dipundaknya ada tato mutiara itu.

Dan yang pasti Ia ingat.

Wanita itu memili ekor seperti ikan.


© urhufflegurl_

Prolog.

**

“Ma! Draco mau naik kapal. Draco mau ke tengah laut!”

“Iya sebentar sayang, ini kita carikan perahu terbaik ya.”

Sang pemuda bernama Draco itu mengangguk, Ia sangat tak sabar menuju tengah laut. Usianya yang masih 7 tahun itu tidak melunturkan rasa takutnya untuk menuju tengah laut.

Biasanya, anak kecil ketika melihat ombak saja sudah takut. Beda dengan Draco yang berani dan malah berenang menjauh dari pantai.

Tak lama menunggu, akhirnya perahu pun datang. Draco naik bersama bodyguardnya yang telah di beri kepercayaan oleh Narcissa dan Lucius.

Mengapa tidak sama mereka saja? Ya karena Narcissa dan Lucius sedang ada meeting di salah satu restoran di sana.

“Kamu harus selalu ada di sisi Dipsy ya. Jangan ngejauh. Inget apa yang Mama bilang, Dray?”

“Iya Ma, mama tenang aja. Dray bakalan terus di sisi om Dipsy.”

“Anak pintar. Dipsy, titip Draco ya.”

“Siap, Nyonya.”

Draco pun naik ke atas perahu yang cukup besar itu. Tidak sabar, Ia langsung meloncat hingga membuat perahu itu sedikit kehilangan keseimbangannya.

Draco tertawa, di susul oleh Narcissa yang asalnya panik menjadi tertawa karena melihat tawa sang anak.

“Hati hati Dray!”

Perahu pun melaju hingga ke tengah laut. Draco yang mencintai laut benar benar bahagia, senyumnya mengembang. Matanya tak lelah melihat keindahan tengah laut dan menikmati tenangnya gelombang air.

Ditengah Ia sedang menikmati indahnya laut, tiba tiba ada satu hal yang membuat perhatiannya teralihkan.

Seolah terhiptonis, Draco berdiri dan jalan sehingga membuat perahu itu oleng.

“Den, duduk. Jangan jalan! Ini perahu bukan kapal.” Ucap Dipsy.

“Ada manusia berenang disana.” Draco menunjuk ke satu titik yang membuatnya terfokus, namun titik itu malah menghilang.

“Iya mungkin aja itu penyelam. Di kedalaman beberapa meter dibawah, memang selalu ada yang menyelam.”

Draco mengangguk mengerti apa yang Dipsy katakan. Ia pun kembali duduk.

Namun, baru saja Ia duduk, tiba tiba perahu yang Ia tumpangi kehilangan keseimbangannya.

“Om, ada apa ini?!” Teriak Draco panik.

“Den, duduk disana. Tenang.”

Bukannya tenang, perahu malah semakin kehilangan keseimbangannya. Bahkan sekarang, perahu perlahan miring yang membuat sang penumpang terjatuh ke dalam air.

Draco yang belum bisa berenang berusaha meronta ke atas untuk meminta pertolongan.

Tubuhnya dikuasai oleh air. Dipsy berusaha menolongnya, namun Ia malah semakin jauh dari jangkauan Draco karena kerasnya ombak yang menghadangnya.

Perlahan, tubuh Draco semakin masuk ke dalam air.

Matanya berusaha untuk tetap terbuka walaupun tenaganya telah habis.

Dengan mata silvernya yang indah, Ia melihat sosok wanita menghampirinya.

Namun, belum sempat Ia melihatnya lebih jelas, Ia sudah kehilangan kesadarannya.

Yang pasti yang Ia ingat, wanita itu tidak memakai baju. Bahkan belahan dadanya terlihat. Wanita itu seusia dengan Draco, masih kecil.

Dan satu yang sangat Draco ingat, di pundak wanita itu terdapat tato mutiara dengan kilauan yang sangat indah.

Dan matanya coklat hangat.


© urhufflegurl_

Pamit.

**

Hermione sudah menunggu 10 menit disini. Ia melihat bulan diatas langit, begitu terang dan indah.

“Untuk orang yang cinta bulan, aku cinta banget sama kamu, Drake.”

“Aku juga cinta banget sama kamu, Hermione.”

Hermione menoleh dengan segera, Ia tersenyum ketika melihat Draco berdiri disana.

“Hai.”

“Kangen.” Lirih Hermione.

Draco tersenyum, Ia memeluk Hermione dan mencium lama puncak kepalanya.

“Aku mau pamit.”

Draco mematung saat itu juga.

“Kemana?”

“Cari horcrux.”

“Tapi kalian gak tau dimana lokasinya kan?”

Hermione mengangguk. “Makanya mau cari. Kita gak akan ketemu lagi, Draco.”

Draco mengeratkan pelukannya. “Mau udahan?”

Hermione menggelengkan kepalanya. “Hubungan kita masih menjadi sepasang kekasih. Aku mohon, Drake.”

“Gak akan ganggu kamu?”

Hermione menggelengkan kepalanya. “Gak sama sekali.”

“Tetap hubungi aku ya? Aku akan kasih informasi apapun soal horcrux ke kamu.”

“Makasih, Draco..”

“Aku yakin kalian pasti bisa ngalahin dark lord. Aku yakin.”

Hermione mengangguk. “Kamu jaga diri kamu baik baik. Aku sayang kamu, Drake..”

“Aku juga sayang kamu, Hermione. Terus hubungi aku ya? Lewat patronus kamu kalau gak ada sinyal.”

“Iya.. Pasti.”

Draco memeluk Hermione dengan erat. Mereka tidak akan bertemu untuk kedepannya. Entah kapan lagi mereka akan bertemu. Entah dalam kesempatan apa lagi.

Setiap orang tidak akan siap dengan yang namanya perpisahan.

Begitupun mereka.

Namun, perpisahan adalah salah satu jalan yang harus mereka lewati.


© urhufflegurl_

Lekas sembuh, Draco.

**

Hermione malam ini tidak bisa tidur. Ia benar benar memikirkan bagaimana keadaan kekasihnya, Draco.

Karena tidak kunjung tenang, Ia pun nekat untuk keluar dari kamarnya dan diam diam mengunjungi Draco yang berada di hospital wing.

Sesampainya disana, Hermione diam diam masuk dan menghampiri ranjang Draco.

Ia menangis ketika melihat sang kekasih masih tidak sadarkan diri. Mantra itu pasti sangat menyiksanya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana terlukanya Draco saat itu.

Ia tidak sanggup.

Membayangkannya saja rasa nya sangat sakit.

“Drake..” Hermione duduk disamping Draco dan menggenggam tangannya.

Ia menangis.

“Maaf. Maaf karna Harry udah bikin kamu kayak gini, maaf..”

“Her—mione.”

Hermione terkejut mendengar suara Draco yang tiba tiba.

Draco membuka matanya dan tersenyum lemah.

“Draco..” Hermione memeluk Draco dan menangis dipelukannya.

“Jangan nangis. Aku gapapa.” lirih Draco dengan suaranya yang lemah.

“Jangan sakit. Aku mohon.”

“Enggak, gak sakit. Aku pantes dapetin ini.”

Hermione menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Enggak, kamu gak pantes. Harry gak sengaja. Aku minta maaf soal itu, Draco. Maaf.”

“Gapapa, aku ngerti. Makasih udah kesini.”

Hermione merapikan rambut Draco yang sedikit berantakan. Muka lelaki itu benar benar pucat, kantung matanya tebal dan badannya hangat.

“Cepet sembuh ya.. Cepet sehat.”

Draco tersenyum dan mengangguk. “Hermione..”

“Ya?”

“Can I kiss you?”

Hermione mengangguk.

Draco perlahan bangun dan mendekatkan mulutnya dengan mulut Hermione.

Mereka saling berciuman malam itu.

Draco memeluk Hermione sangat erat, seolah olah itu adalah hari terakhir untuk mereka.

Tidak, memang itu adalah malam terakhir baginya bisa memeluk Hermione.

Karna malam ini, ada misi yang harus segera Ia selesaikan.

Ia tidak sanggup menerima siksaan lebih banyak lagi.

Benar benar tidak sanggup.


© urhufflegurl_

Sectumsempra.

**

Draco melihat pantulan dirinya didepan cermin. Kantung matanya cukup tebal karena Ia tidak bisa tidur nyenyak satu minggu ini.

“Membunuh dumbledore saja tidak becus. Kamu tidak berguna. Sama kayak ayah kamu.”

Draco memejamkan matanya meneteskan air matanya.

“Gue gak nyangka, jago juga lo nutupin semua dari semua orang.”

Draco spontan membalikkan badannya mendengar suara itu.

“Sejak kapan lo disini?”

“Masih pacaran sama Hermione?”

“Bukan urusan lo.”

“Urusan gue, karna Hermione sahabat gue. Sahabat terbaik gue. Dan gue harap lo bener bener jauhin dia.”

Draco mengeraskan rahangnya karena kesal dan tidak terima atas omongan Harry.

“Lo pengecut, Malfoy. Lo tau itu kan? Lo orang paling pengecut yang pernah gue kenal. Lo jadi salah satu diantara mereka, tapi bisa bisa nya lo masih bertahan sama hubungan lo dan Hermione? Apa yang lo cari? Lo sengaja bertahan sama dia biar bisa nyakitin dia kan? Gue juga tau lo ada misi buat bunuh Prof. Dumbledore.”

Draco melirik Harry dengan tatapan tajam.

“Atau lo mau dapet informasi dari Hermione supaya tuan lo itu menang?”

“Jangan sembarangan lo kalau ngomong.”

“Ayah lo gagal kemarin, dan lo juga selalu gagal kan ngejalanin misi misi yang tuan lo kasih? Terus selanjutnya apa? Lo ngorbanin Hermione?”

“Gak ada sekalipun fikiran gue ngorbanin Hermione.”

“Terus untuk apa lo mertahanin hubungan lo sama dia? Biar bisa manfaatin dia kan? Setelah itu, lo nyakitin dia. Iya kan?”

“Bacot! Stupefy!”

Serangan yang tiba-tiba dari Draco itu membuat Harry terkejut. Tak mau kalah, Ia kembali memberikan serangan mantra kepada Draco.

Mereka saling menyerang satu sama lain hingga akhirnya Harry terfikirkan satu mantra yang Ia baca namun Ia belum tau apa artinya.

Tanpa basa basi, Harry segera melayangkan mantra itu.

“Sectumsempra!”

Suasana menjadi hening seketika. Harry kaget ketika melihat begitu banyak darah di kamar mandi ini.

Ia mematung ketika Ia melihat Draco Malfoy terbaring lemah dengan tubuh berlumuran darah. Tubuhnya banyak sayatan, seperti sayatan pisau. Bahkan lebih besar dari pisau.

Mantra itu telah menyakiti Draco. Mantra yang Ia tidak tahu, dan asal Ia keluarkan telah menyakiti orang yang sangat berharga bagi sahabatnya.


© urhufflegurl_

Kekacauan.

**

Malam ini, acara pesta yang diadakan oleh Prof. Slughron pun dimulai.

Dimulai dari acara makan makan, hingga pesta dansa.

Hermione benar benar menyesal telah menerima tawaran Cormac. Dia sangat merindukan Draco.

Andai saja dia datang bersama Draco, dia pasti akan sangat bahagia. Draco pasti akan sangat tampan.

“Beneran sama Cormac lo? Gokil.” Ucap Harry menggoda Hermione.

Hermione memutarkan bola matanya. “Diem deh, jangan ngeledek.”

Harry hanya tertawa. “Soal misi kita.”

“Kenapa?”

“Gue udah tau soal horcrux.”

Hermione diam menyimak.

“Ada 7. Gue harus hancurin semuanya kalau mau ngalahin dia.”

“Kita. Kita yang akan hancurin semuanya, Harry.”

Harry menghela nafasnya dan mengangguk.

“Lo tenang aja. Gue sama Ron gak akan pernah ninggalin lo.”

“Makasih. Kalian emang sahabat terbaik gue.”

“Pasti.”

Harry hanya tertawa, Ia menoleh ke arah kirinya, Blaise sedang mengawasinya. Apa lelaki itu di suruh oleh Draco untuk mengawasi Hermione? Entahlah, tak perlu Ia fikirkan, tidak penting juga.

“Gue mau ke wc deh ry.”

“Ah yaudah, hati hati.”

Hermione hanya tersenyum dan jalan menuju luar ruangan.

Cormac yang melihat hal itu, mengambil kesempatan untuk mengikuti Hermione keluar.

“Cantik.”

Tanpa aba-aba, Cormac langsung merangkul Hermione yang membuat Hermione terkejut bukan main.

“Astaga, Cormac! Bikin kaget aja!”

“Cantik banget sih lo. Pantes aja cowok cowok pada suka sama lo.”

Cormac menoleh ke bawah, lebih tepatnya ke belahan dada Hermione yang cukup terbuka.

“Jadi cewek gue ya?”

“Kurang ajar!” Hermione mendorong keras tubuh Cormac.

“Kenapa sih? Jadi cewek gue ayo, gue pasti bisa bahagiain lo.”

Cormac merangkul paksa Hermione dan mendekatkan dirinya dengan tubuh Hermione, Ia ingin mencium Hermione, namun Hermione memberontak.

“Lepas! Cormac lepas!”

“Anjing!”

bug!

Cormac tersungkur ke bawah karena pukulan keras dari Draco.

“Bangsat! Berani berani nya lo sentuh Hermione, anjing!”

Draco terus memukul Cormac hingga lelaki itu terbatuk batuk.

“Draco cukup, Draco!” Hermione menarik tubuh Draco.

“Lo cowok anjing! Lo kurang ajar udah paksa Hermione dan sentuh sentuh dia. Jangan harap lo hidup tenang setelah ini.”

Draco melepas jas hitam miliknya dan memakaikannya di tubuh Hermione. Lalu Ia menarik Hermione untuk pergi menjauh dari sana.

“Draco—”

“Kamu gapapa? Kamu di apain sama dia? Gak ada yang luka kan? Gapapa kan? Udah aku bilang dia itu brengsek, Hermione. Maka nya aku gak suka kamu terima tawaran dia untuk dateng ke acara itu.”

Hermione menunduk menyesal. “Maaf..”

Draco memeluk Hermione dan menenangkannya. “Pasti kaget ya? Gapapa gapapa, ada aku disini.”

“Kamu gapapa kan? Tadi kamu berantem sama dia.”

“Aku yang mukul dia. Dia gak berani mukul aku. Jadi aku gapapa, sayang.”

Hermione terdiam dan menghapus air matanya.

“Lain kali dengerin aku ya?”

Hermione mengangguk dan kembali memeluk Draco.

Malam itu, Hermione dan Draco berpelukan mesra tanpa mereka sadari ada seseorang yang memperhatikan mereka dari tadi.


© urhufflegurl_

Bulan dan rasa perih.

**

Plak!

Baru saja Draco datang, Ia sudah mendapatkan tamparan keras dari sang kekasih.

“Kamu jahat! Kamu jahat! Kamu orang paling jahat yang pernah aku kenal, Draco. Kamu jahat!” Teriak Hermione memukul mukul keras dada Draco sambil menangis.

“Hei hei.” bisik Draco menghentikkan aksi Hermione.

“Jahat! Aku kecewa sama kamu!”

Draco terdiam. Perih rasanya. Ia membuat wanita yang sangat Ia sayangi menangis.

Ia mengadahkan kepalanya menahan air matanya yang ingin menetes. Tak sengaja Ia melihat bulan sangat indah malam ini.

Biasanya, jika bulan sangat indah, Draco mencium dan memeluk Hermione.

Namun kali ini, mereka malah bertengkar.

“3 hari kemarin kamu kemana?” tanya Hermione.

“Ada.”

“Ada dimana? Disetiap kelas kamu gak ada, di aula kamu gak ada. Dimana mana gak ada.”

“Di manor.”

“Kenapa? Ada apa lagi?”

“Kemarin aku gagal, kalung itu malah sama Katie, padahal kalung itu mau aku buang.”

“Maksud kamu?”

“Kamu bener, Hermione. Asalnya emang mau aku kasih ke Dumbledore. Tapi, bodohnya aku gak tega. Aku gak berani. Aku buang kalung itu ke kamar mandi. Malah di temuin sama Katie.”

Hermione menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit. Jadi Draco berniat untuk membuang kalung itu? Ia sudah salah paham akan hal itu.

“Kenapa gak cerita?”

Draco memicingkan senyumnya. “Kamu sibuk, aku gak mau ganggu.”

“Draco—”

“Hermione, kedepannya mungkin kita gak akan ketemu. Kamu fokus dengan tugas kamu. Aku fokus dengan tugas aku. Kita udahan ya?”

Hermione menggelengkan kepalanya. “Enggak, kenapa? Kenapa udahan?”

“Aku terlalu gelap untuk kamu. Dari awal emang harusnya aku gak ngungkapin perasaan aku. Aku salah, Hermione. Aku gak baik untuk kamu.”

“Aku cinta kamu, Draco.”

“Aku tau, tapi kita salah.”

“Aku gak mau pisah sama kamu. Aku gak mau.”

“Hermione—”

Hermione memeluk Draco dengan erat. Dan menangis disana. “Maaf, maaf kemarin aku salah. Aku salah karna aku gak dengerin kamu dulu. Maaf.. Maaf aku udah kasar sama kamu, Draco. Maaf..”

Draco memeluk kembali Hermione dan mengusap rambutnya. “It's okey.. Gapapa, aku ngerti.”

“Jangan udahan ya? Aku mohon, Draco.”

Draco menghela nafasnya dan mencium puncak kepala Hermione.

“Liat bulannya, bagus.” bisik Draco.

Hermione menghentikkan tangisannya dan melirik bulan di atas langit sana.

Mereka berada di astronomy tower, disana bulan terlihat sangat jelas.

“Bagus.” ucap Hermione.

“Banget.”

“Kamu suka banget bulan, Draco.”

“Selalu, Hermione.”

“Kalau aku liat bulan, pasti inget kamu.”

“Oh ya?”

Hermione mengangguk dan menghapus air matanya. “Maaf..”

“Gapapa sayang.. Udah ya? Jangan nangis.”

“Jangan minta udahan lagi, aku gak suka.”

Draco sedikit tertawa. “Maaf, Hermione.”

“Aku sayang kamu, aku sakit kalau gak ada kamu. Dunia akan semakin menyeramkan tanpa genggaman dan pelukan kamu, Hermione.”


© urhufflegurl_