litaaps

Life.

**

Draco terdiam ketika melihat Hermione yang begitu lemah. Walaupun detak jantungnya sudah berjalan dengan normal, namun keadaannya masih kritis dan kemungkinan sadar akan sedikit lama.

Draco meraih tangan Hermione yang sudah kembali ke suhu normal, benar apa kata Theo, disudut bibirnya ada luka bekas tamparan. Entah apa yang dirasakan oleh Draco, tapi dia merasa sangat sakit melihat Hermione terbaring padahal mereka berdua sangat tidak akur.

“Lo kenapa sih bisa kaya gini? Perasaan baru aja kemarin lo ketawa depan gue, makan spaghetti yang lo suka dan lo bilang spaghetti itu benar benar enak” bisik Draco sambil terus memegang tangan Hermione

“Lo bangun ya.. Gue mending terus dimarahin sama lo daripada harus ngeliat lo kayak gini, sumpah. Gue gak kuat kalau harus ngeliat lo kayak gini, Granger”

Seakan teringat suatu hal, Draco menyingkirkan baju Hermione yang menghalangi pergelangan tangannya.

Ternyata benar dugaannya, ditangan wanita itu terdapat banyak bekas luka sayatan. Banyak yang sudah memudar dan akan menghilang dan juga tak sedikit yang masih segar seperti luka baru.

Tangisnya semakin kencang ketika melihat luka luka itu. Dia kini tau bahwa Hermione bukanlah orang yang kuat seperti yang dia duga.

Hermione bukanlah Hermione.

Dia orang berbeda, dia punya 2 topeng yang selalu ia kenakan kemanapun dia pergi.


© urhufflegurl_

She's not herself.

**

Draco terdiam ketika melihat Hermione yang begitu lemah. Walaupun detak jantungnya sudah berjalan dengan normal, namun keadaannya masih kritis dan kemungkinan sadar akan sedikit lama.

Draco meraih tangan Hermione yang sudah kembali ke suhu normal, benar apa kata Theo, disudut bibirnya ada luka bekas tamparan.

Entah apa yang dirasakan oleh Draco, tapi dia merasa sangat sakit melihat Hermione terbaring padahal mereka berdua sangat tidak akur.

“Lo kenapa sih bisa kaya gini? Perasaan baru aja kemarin lo ketawa depan gue, makan spaghetti yang lo suka dan lo bilang spaghetti itu benar benar enak” bisik Draco sambil terus memegang tangan Hermione.

“Lo bangun ya.. Gue mending terus dimarahin sama lo daripada harus ngeliat lo kayak gini, sumpah. Gue gak kuat kalau harus ngeliat lo kayak gini, Granger”

Seakan teringat suatu hal, Draco menyingkirkan baju Hermione yang menghalangi pergelangan tangannya.

Ternyata benar dugaannya, ditangan wanita itu terdapat banyak bekas luka sayatan. Banyak yang sudah memudar dan akan menghilang dan juga tak sedikit yang masih segar seperti luka baru.

Tangisnya emakin kencang ketika melihat luka luka itu. Dia kini tau bahwa Hermione bukanlah orang yang kuat seperti yang dia duga.

Hermione bukanlah Hermione.

Dia orang berbeda, dia punya 2 topeng yang selalu ia kenakan kemanapun dia pergi.


© urhufflegurl_

Nightmare.

**

“Hermione!!”

Draco membuka matanya dengan cepat, pelipis nya berkeringat dan nafasnya tersenggal senggal. Dia mengalami mimpi buruk, mimpi buruk yang berhubungan dengan Hermione.

Dia segera meraih ponselnya dan terus menelfon Hermione. Namun seberapa banyak pun dia menelfon wanita itu, wanita itu tak akan mengangkatnya. Hermione tak akan mengangkat telfon Draco.

Akhirnya, Draco memutuskan untuk menuju dapur dan membuat coklat hangat untuknya

“Ma? Masih bangun?” tanya Draco ketika melihat Narcissa sedang duduk didapur

“Hai sayang, Mama kebangun. Papa kamu sakit perut, jadi Mama nemenin Papa kamu yang lagi dikamar mandi” ucap Narcissa sambil tertawa kecil

“Ya ampun, Papa udah tua bangkotan aja masih minta ditemenin sama Mama” ucap Draco meninggikan suaranya agar Lucius dapat mendengarnya

“Kamu ini ah. Kamu sendiri gimana? Kok bangun?” tanya Narcissa meminum coklat panas ditangannya

“Mimpi buruk Ma” lirih Draco, dia duduk disamping Narcissa dan mulai menyeruput coklat panas ditangannya

“Tentang?”

Draco menoleh ke arah Narcissa dan berdeham kecil, “Hermione. Mama masih inget Hermione Granger?”

“Oh iyaa inget. Itu orang yang berani nonjok kamu kan?” tanya Narcissa yang mengundang gelak tawa Draco

“Iya Ma, cuma dia loh Ma satu satunya cewe yang gak mau sama Draco”

“Emang semua cewe harus mau sama kamu?”

Seakan tertampar oleh realita, kini Draco hanya bisa diam seribu bahasa. Narcissa tertawa melihat reaksi Draco.

“Bercanda sayang. Kamu ini ah baperan jadi anak”

“Mama ini”

Narcissa menatap Draco dengan lembut. Dia dapat merasakan anaknya ini sedang ada fikiran.

“Ada apa Dray? Ada yang kamu fikirin?”

Draco mendongkak, entah mengapa perasaannya benar benar tak enak, rasanya Ia sangat ingin menuju rumah Hermione dan memeluknya, entah mengapa dia merasa bahwa ada yang tak beres dengan wanita itu.

“Engga kok Ma” ucap Draco tersenyum dan menyeruput coklat panas ditangannya.

“Terus kenapa Hermione? Ada apa dengan dia? Nonjok kamu lagi?”

“Enggak Ma, dia— dia ternyata lemah Ma, dia menyimpan banyak rahasia dibelakang pundaknya, yang entah itu apa tapi Draco sangat yakin bahwa dia itu lemah. Dia butuh perlindungan, dan dia butuh orang yang selalu ada disamping dia”

Narcissa menatap Draco hangat, “Mungkin itu perasaan kamu aja Dray”

Draco tersenyum dan mengangguk, “Mudah mudahan Ma..”

“Ohiya, Hermione juga yang jadi partner Olimpiade Draco loh” ucap Draco semangat.

“Ohya? Oh Mama inget. Ya pantas saja dia yang menjadi partner kamu, emang dia itu juara umum disekolah. Iya kan?”

Draco mengangguk, “Iya Ma”

“Kamu suka sama dia Dray?” tanya Narcissa yang membuat Draco tersedak.

Uhuk uhuk.. Mama apaan sih”

“Ya ampun, sampe tersedak gitu” ucap Narcissa tertawa.

“Lagi ngomongin apa sih hm?” Tanya Lucius tiba tiba keluar dari kamar mandi sambil memegangi perutnya.

“Sakit perut Pa? Salah makan?” Tanya Draco.

“Tadi makan siang Papa kepedesan. Jadi Papa mencret mencret” ucap Lucius yang mengundang gelak tawa Draco.

“Makanya Pa, udah tua jangan macem macem” ucap Draco berdiri dan mencuci gelasnya yang sudah kosong.

“Gak macem macem, satu macem aja. Mama kamu aja udah cukup” ucap Lucius mencium lembut Narcissa.

Draco bergidik merinding melihat keromantisan kedua orang tuanya ini.

“Udah ah Draco mau tidur. Good night Ma, Pa” ucap Draco kembali kekamarnya.

“Night sayang” ucap Narcissa dengan lembut.


© urhufflegurl_

I'm so sick of myself.

**

Tw // Daddy Issues // Violence


Malam ini, Hermione bahagia karena Draco. Terima kasih Draco karena telah memberi kebahagiaan walaupun hanya sesaat.

Setelah sampai dirumah, Hermione masuk kedalam rumahnya dengan cara mengendap ngendap, dia membuka dan menutup pintu rumahnya secara perlahan. Rumahnya sudah gelap. Apa Mama dan Papanya sudah tertidur? Atau mereka berdua belum pulang?

Hermione menghela nafasnya lega dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Dipertengahan langkahnya, tiba tiba lampu rumahnya menyala. Dia meneguk salivanya yang kering dan mencoba untuk mengatur nafasnya

“Pulang malem malem kayak gini diajarin siapa?” tanya Richard dingin dan datar

Baru saja Hermione membalikkan badannya, tiba tiba—

PLAKK!!

Badan Hermione terhuyung kelantai dan dia merasakan darah mengalir disudut bibirnya.

“Pa..” lirih Hermione seraya mengusap darah

“Saya gak pernah ngajarin kamu pulang malem kayak gini!! Mau jadi apa kamu? Mau jadi wanita gampangan?!” teriak Richard seperti kesetanan

“Maaf Pa” lirih Hermione kembali berdiri dan menunduk

“Saya harus hukum kamu! Biar kamu itu sadar diri! Sadar kalau kamu itu cuma beban buat keluarga ini!!” teriak Richard yang kemudian menjambak rambut Hermione dengan keras

Hermione meringis kesakitan, dia meronta ronta dan menangis

“Pa, Hermione pulang malam karna Hermione ikut olimpiade pa” ucap Hermione sambil menangis

“Papa pliss” ucap Hermione yang semakin terisak

Tanpa menghiraukan perkataan Hermione, Richard membawanya ke kamar mandi dan melempar Hermione dengan kasar hingga kepala wanita itu terbentur ke tembok

“Kamu emang harus dihukum!! Gara gara kamu semuanya jadi berantakan! Kamu anak yang tak berguna! Beban keluarga!” teriak Richard meraih air dengan gayungnya.

“Pa.. Hermione ikut olimpiade yah. Maafin Hermione yah, Hermione gak kemana mana, Hermione langsung pulang kok pa setelah itu” lirih Hermione yang kemudian dia terdiam ketika merasakan air membasahi seluruh badannya.

Richard terus mengguyur Hermione hingga seluruh badan Hermione benar benar basah kuyup dari ujung kepala hingga sepatunya.

Tangisan Hermione semakin keras, kini dia merasakan dingin yang luar biasa dan dadanya yang sesak

“Pa stop!!” Teriak Hermione berdiri

“Aku tau aku salah! Aku tau aku yang bikin semuanya kacau! Tapi aku masih anak papa! Aku masih anak Mama dan Papa. Aku— aku masih bernyawa pa, aku bukan boneka yang bisa diperlakukan dengan berbagai cara. Bahkan boneka aja bisa rusak kapan aja pa. Apalagi aku!!” teriak Hermione dengan nafad tersenggal senggal dan tangis yang semakin deras.

PLAKK!!

Lagi lagi Richard menampar Hermione hingga bibirnya kini benar benar robek dan mengeluarkan darah yang cukup banyak.

“Berani kamu ngelawan saya? Berani beraninya kamu ngelawan saya?!” teriak Richard.

Richard keluar dari kamar mandi dan mengunci Hermione didalam. Hermione terus meronta ronta meminta keluar, dia terus memukul pintu kamar mandi dengan keras.

“Papa plis.. Hermione kedinginan yah” teriak Hermione didalam tangisnya

“Pa.. Hermione mohon, Hermione minta maaf pa. Hermione janji Hermione gak akan ngelakuin apa apa lagi. Hermione akan nurut sama Mama dan Papa, Hermione minta maaf yah” lirih Hermione terus memukul mukul pintu kamar mandinya dengan keras.

“Mama!! Papa!!” teriak Hermione.

Kini semuanya percuma, apa yang dia lakukan tak akan membuahkan hasil apa apa. Richard akan mengurung Hermione didalam kamar mandi semalaman penuh, dan Helena tak bisa berbuat apa apa karna Ia juga takut kepada Richard.

Seakan kehabisan tenaga, Hermione merasakan tubuhnya jatuh. Dadanya semakin sesak dan kepalanya semakin pusing. Kini dia hanya bisa memeluk dirinya sendiri. Memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya lalu menangis sangat kencang hingga dadanya benar benar sesak.

“Gue gak mau mati.. Gue gak— gak —” lirih Hermione. Dia tak sanggup menyelesaikan kata katanya.

Tangannya terus meremas dadanya yang semakin sesak. Dia kali ini benar benar tak bisa bernafas dengan benar dan teratur. Rasa dingin, kecemasan, dan juga bayangan yang menyedihkan terus menyerangnya.

Ini kesalahannya. Semua karena dirinya terlalu memikirkan Ron jadi Ia mencari ketenangan diluar sana.

Semua karena kesalahannya.

“Kak.. Sakit.” lirih Hermione. Kini dia tertidur dilantai yang sangat dingin. Tangannya terus meremas dadannya. Dia benar benar kehabisan nafanya dan pandangannya semakin buyar.

“Dra—co”


© urhufflegurl_

Aneh.

**

Permasalahannya dengan Ron benar benar membuat dirinya pusing. Ia hanya ingin didukung , apa salahnya?

Ia sangat lelah dengan semua ini. Benar benar lelah.

Hermione masuk kedalam ruangan olimpiade sedikit terlambat, urusan dengan Ron benar benar membuatnya pusing dan sesak hingga dia harus membuatnya mengontrol dirinya terlebih dahulu.

Sekali lagi, Hermione menarik nafasnya dan mengelap keringat di pelipisnya lalu duduk dihadapan Draco.

Draco memperhatikan Hermione, wanita itu tampak pucat dan berkeringat. Nafasnya tampak tersenggal senggal dan sesekali wanita itu menarik nafas melalui mulutnya.

“Lo gapapa?” Tanya Draco memberanikan diri.

“Hah? Ah enggak. Sampe mana? Sorry gue telat.” Tanya Hermione dengan cepat

“Lanjutin yang kemarin aja. Bentar lagi Prof. Slughron dateng dan kita revisi essay buatan kita”

Hermione mengangguk dan mengeluarkan kertasnya. Nafasnya masih agak sesak, bahkan kini dia mulai mengeluarkan air matanya namun buru buru dia menghapusnya. Ah sial. Hari ini masih panjang. Namun, badannya sudah tak bisa dikendalikan

“Lo gapapa?” Tanya Draco sekali lagi.

“Gue ke wc dulu”

Hermione segera berjalan cepat menuju kamar mandi, disana dia menyalakan air keran dan menangis dalam diam.

Dia menggigit kemeja seragamnya agar tangisannya ini tidak mengeluarkan suara. Dia mengeluarkan semua kegelisahan dan kecemasan yang ada dihatinya. Tangannya mengepal kuat kuat dan menjambak rambutnya frustasi.

Draco merasakan ada yang tidak beres dengan wanita itu, dengan segera dia meraih ponselnya dan memberi pesan kepada seseorang.

“Gue mau lo awasin Weasley. Tanya dia, apa yang udah dia lakuin ke Granger. Laporan gue tunggu nanti malem, gue ke markas”

Setelah memberikan pesan, Draco pun segera menutup kembali ponselnya.


© urhufflegurl_

Aneh.

**

Permasalahannya dengan Ron benar benar membuat dirinya pusing. Ia hanya ingin didukung , apa salahnya?

Ia sangat lelah dengan semua ini. Benar benar lelah.

Hermione masuk kedalam ruangan olimpiade sedikit terlambat, urusan dengan Ron benar benar membuatnya pusing dan sesak hingga dia harus membuatnya mengontrol dirinya terlebih dahulu.

Sekali lagi, Hermione menarik nafasnya dan mengelap keringat di pelipisnya lalu duduk dihadapan Draco.

Draco memperhatikan Hermione, wanita itu tampak pucat dan berkeringat. Nafasnya tampak tersenggal senggal dan sesekali wanita itu menarik nafas melalui mulutnya.

“Lo gapapa?” Tanya Draco memberanikan diri.

“Hah? Ah enggak. Sampe mana? Sorry gue telat.” Tanya Hermione dengan cepat

“Lanjutin yang kemarin aja. Bentar lagi Prof. Slughron dateng dan kita revisi essay buatan kita”

Hermione mengangguk dan mengeluarkan kertasnya. Nafasnya masih agak sesak, bahkan kini dia mulai mengeluarkan air matanya namun buru buru dia menghapusnya. Ah sial. Hari ini masih panjang. Namun, badannya sudah tak bisa dikendalikan

“Lo gapapa?” Tanya Draco sekali lagi.

“Gue ke wc dulu”

Hermione segera berjalan cepat menuju kamar mandi, disana dia menyalakan air keran dan menangis dalam diam.

Dia menggigit kemeja seragamnya agar tangisannya ini tidak mengeluarkan suara. Dia mengeluarkan semua kegelisahan dan kecemasan yang ada dihatinya. Tangannya mengepal kuat kuat dan menjambak rambutnya frustasi.

Draco merasakan ada yang tidak beres dengan wanita itu, dengan segera dia meraih ponselnya dan menelfon seseorang

“Gue mau lo awasin Weasley. Tanya dia, apa yang udah dia lakuin ke Granger. Laporan gue tunggu nanti malem, gue ke markas”

Setelah memberikan pesan, Draco pun segera menutup kembali ponselnya.


© urhufflegurl_

Draco dan keanehannya.

**

Hermione mengernyit kesakitan ketika melihat luka sayat ditangannya memerah.

“Emang ya nyakitin diri sendiri itu menyiksa tapi candu” gumam Hermione memperhatikan beberapa bekas luka sayatan ditangannya.

Setelah merapikan seragamnya, Hermione pun keluar dari kamar mandi dan menyusul Ron dan Harry yang sudah lebih dulu berada di kantin.

“Hai. Maaf lama” ucap Hermione duduk disamping Ron.

“Gapapa, kamu mau pesen apa? Biar aku pesenin” balas Ron dengan segera.

“Eh gak usah. Aku aja yang pesen. Sebentar ya” ucap Hermione berdiri.

Dia memesan mie kuah dan air mineral dingin satu. Dia menoleh sebentar ke arah perkumpulan gengnya Draco dan bergidik merinding melihat para lelaki itu. Draco yang menyadari Hermione menoleh kearahnya pun ikut melirik ke arah Hermione dan menyeringai.

Hermione kembali dengan bakso dan air mineral ditangannya. Baru saja dia membuka dan hendak meminum air mineral miliknya, tangannya terhenti oleh genggaman Draco yang tiba tiba. Lelaki itu dengan segera merebut air mineral ditangan Hermione dan menggantinya dengan air mineral yang tak dingin.

“Lo itu lagi sakit haid, menurut buku yang gue baca, perempuan yang lagi haid apalagi kesakitan kayak kemarin itu gak boleh minum minuman dingin kayak gini walaupun ini air mineral” ucap Draco merendahkan posisi badannya membungkuk ke arah Hermione yang membuat jarak diantara mereka cukup dekat.

“A—apaan sih lo, siniin gak? Kata siapa cewe lagi haid itu gak boleh minum air dingin? So tau banget. Siniin gak?” Ketus Hermione mencoba merebut air mineral ditangan Draco

Namun bukan Draco namanya jika tidak pintar. Lelaki itu segera melempar air mineral ke arah teman temannya dan Blaise dangan sigap menangkapnya. Hermione meringis melihat air mineralnya semakin jauh dari pandangannya

“Heh! Maksud lo apa sih? Gue gak ada cari masalah ya sama lo. Ngapain sih ganggu hidup gue? Oh atau jangan jangan, lo suka ya sama gue? Lo ngefans sama gue? Ya ampun bilang dong dari tadi. Mana sini kertas sama pulpennya?”

Draco tertawa didepan Hermione diikuti oleh teman temannya yang lain yang ikut tertawa dibangkunya. Ron, Harry dan Ginny yang menyaksikan hanya terdiam dan saling pandang.

“Buat apa kertas sama pulpen hm?” Tanya Draco semakin mendekatkan jarak diantara mereka

Hermione tersentak dan secara spontan dia memundurkan posisi kepalanya

“B—buat tanda tangan lah! Lo kan ngefans ke gue. Jadi, sini gue tanda tangan kertas lo. Oh atau jangan jangan lo juga punya banyak foto gue ya? Yaampun Malfoy ini”

Tanpa diduga, Draco menepuk pundak Hermione kemudian mengambil sambal dan saus yang ada dimeja.

“Mau ngapain lo?” tanya Hermione dengan cepat

“Mau ngejauhin 2 benda ini dari lo”

“Maksud lo?”

“Granger, gue gak tega liat wajah sakit lo kemarin. Apalagi besok kita udah harus nyusun essay buat Olimpoade. Jadi, lo gak boleh macem macem atau lo bakal sakit lagi kayak kemarin. Inget ya gue gak mau gendong lo dan jalan jauh ke UKS kalau lo sakit” ucap Draco kembali ke tempat duduknya dengan sambal dan saus ditangannya

“Heh tapi itu—”

“Udah makan baksonya gak usah pake apa apa biar sehat” ucap Draco mengangkat halisnya sebelah.

Hermione menghentakkan kakinya dan kembali duduk dengan perasaan yang marah. Marah sekaligus malu. Malu kepada kenyataan bahwa jantungnya sedang berdetak tak karuan.

“Maksud dia apa? Kamu kemarin sakit? Kamu lagi haid?” tanya Ron dengan cepat

“Eng— iya, aku kemarin sakit haid biasa” balas Hermione membuka air mineral yang diberi Draco. Dia mengerutkan keningnya ketika botol itu sangat mudah dibuka, apa Draco sengaja membuka nya terlebih dahulu agar Hermione tidak susah payah membukanya? Ah sial. Lagi lagi Hermione merasakan jantungnya berlarian.


© urhufflegurl_

Again?

**

Tw // Selfharm // Broken home // Mention of Blood.


Sore ini, untuk pertama kali nya, Draco mengantarkan Hermione pulang. Untuk pertama kalinya, Draco berboncengan dengan Hermione. Dan untuk pertama kalinya, Draco mengetahui rumah Hermione.

“Udah sampe sini aja, makasih.” Hermione melepaskan helm nya dan memberikannya kepada Draco.

Draco tersenyum jahil. “Sama-sama. Cepet cuci rok lo.”

Hermione spontan memukul Draco. “Bener bener lo ya. Awas aja kalau sampe hal ini bocor, lo orang pertama yang akan jadi korban kekerasan gue.”

“Ya dari dulu emang gue yang jadi korban kekerasan lo.”

“Emang lo pantes.”

“Oh ya?”

“Iya!”

“Kalau jadi korban perasaan, pantes gak?”

Hermione menatap Draco sinis. “Najis. Udah sana lo pulang, udah malem.”

Draco sedikit tertawa. “Ya ya ya, Hermione si gengsi nya segede gaban. Gue balik ya, di abisin makanan sama minumannya.”

“Hmmm.”

“Bye Hermione.”

“Hmm.”

Setelah Draco pergi, Hermione seakan kembali kepada realita yang harus dan akan Ia hadapi. Ia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumahnya.

Dan benar saja. Baru Ia membuka pintu, sang Papa sudah berdiri disana.

“Pa..”

“Jam berapa ini? Tau aturan kan?”

“Jam 8.. Pa, Hermione ikut olim—”

“Papa gak butuh anak pembangkang kayak kamu. Kamu itu sudah menghancurkan semuanya, dan jangan sampai kamu ikut menghancurkan keluarga ini juga. Kamu tau kan anak gadis itu gak seharusnya pulang malam seperti ini? Saya gak pernah mengajarkan kamu untuk bermain hingga malam seperti ini.”

Hermione menunduk takut. “Iya, maaf pa.”

“Sekali lagi saya lihat kamu pulang malam, saya gak akan segan segan hukum kamu.”

Setelah itu, Richard pergi ke dalam kamarnya.

“Ohiya satu lagi.” Langkah Richard terhenti.

“Sampai kapanpun, kamu gak akan pernah bisa menggantikan posisi Cedric. Ingat itu.”

Sakit.

Sangat sakit mendengar kalimat itu. Hermione meneteskan air matanya dan kakinya lemas seketika. Dadanya sesak.

“Aku segagal itu ya jadi seorang anak?” Lirihnya.

Hermione masuk ke dalam kamar dan duduk dibelakang pintu kamarnya.

Ia memelum kedua lututnya sendiri dan menangis kencang disana.

Seandainya malam itu bukan Cedric, Ia rela. Bahkan Ia sangat rela jika harus Ia yang pergi. Asal semuanya tidak jadi berantakan seperti ini.

Merasa sangat kacau hari ini, Hermione kehilangan kendali atas dirinya. Ia mengeluarkan pisau kecil didalam lacinya dan perlahan, tanpa ragu Ia kembali menggoreskan benda tajam itu ke pergalangan tangannya.

“Kak, tuker posisi ayo. Gue mau di surga aja, gak mau dibumi. Sakit kak.”


© urhufflegurl_

Good morning.

**

Pukul 10 pagi. Dan Draco belum juga kunjung pulang. Hermione benar benar mencemaskannya dari malam hingga pagi ini. Hatinya benar benar gelisah dan Ia tak kunjung diam.

Pagi ini, Ia membeli bubur dan memakannya sendiri. Biasanya, Ia membelinya dengan Draco, sekarang sendiri. Mengapa Ia jadi semenyedihkan ini? Apakah Draco berhasil membuatnya ketergantungan kepadanya?

Tapi memang benar, Hermione sangat membutuhkan Draco.

Hermione makan bubur enak ini sendirian, Ia meneteskan air matanya yang dari semalam Ia tahan.

Hermione menarik nafasnya dalam dalam, Ia melirik satu persatu hasil karyanya yang sudah lumayan banyak, dan Ia tersenyum ketika mengingat semua karya itu ada karena bantuan Draco.

Ia sangat senang mengenal Draco.

Ditengah menikmati kesedihannya, tiba tiba bel pintu appartmentnya berbunyi.

Hermione menghapus air matanya dan berjalan menuju pintu.

“Sebentar.”

Hermione membuka pintu dan saat itu juga Ia tersenyum.

“Good morning cantik. Lagi sarapan ya?”

“Gue fikir lo gak akan pulang.”

“Ini rumah gue, mana bisa gue gak pulang. Lagi sarapan?”

Hermione tak bisa menahan air matanya. Ia menangis.

“Hei, kenapa nangis?”

“Draco, lo punya temen ya sekarang?”

Draco mengangguk. Dan Hermione menunduk sedih.

Seakan mengerti apa yang sedang Hermione rasakan, Draco memeluknya.

“Hei, tenang aja, gue gak akan pernah ninggalin lo, Hermione. Gue gak akan lupa sama lo.”

Hermione sangat tenang mendengar hal itu. “Beneran?”

“Bener dong, kan di hidup gue sekarang cuman ada lo.”

Hermione tersenyum lebar.

“Gitu dong senyum. Lagi sarapan ya? Ayo sarapan.”

“Makasih, Draco.”


© urhufflegurl_

Salad buah.

**

Pukul 8 malam, Draco sampai di tempat les Hermione. Tak lama Ia menunggu, akhirnya wanita itu keluar dari tempat lesnya.

“Draco?”

Draco tersenyum. “Hai, gimana? Capek gak lesnya?”

“Lo ngapain kesini?”

“Cuman mau jemput lo. Eh, gue bawain salad buah buat lo, lo suka gak?”

Melihat salad buah yang menyegarkan itu, Hermione tersenyum senang. “Ih! Kok tau kesukaan gue?”

Draco terkejut bukan main karena Ia tidak tau bahwa Hermione suka salad buah.

“Kesukaan lo?”

Hermione mengangguk. “Iya.”

“Bagus deh kalau lo suka. Ayo pulang.”

“Kebetulan gue juga gak dijemput sih, jadi ayo deh.”

“Yeaay. Anw, lo gak bawa jaket?”

Hermione menggelengkan kepalanya.

Draco melepaskan jaketnya dan memakainkannya di tubuh Hermione.

“Lain kali, kalau kemana mana itu bawa jaket. Apalagi kalau pulang malem gini, nanti kedinginan, masuk angin, lo sakit loh.”

“Draco.”

“Ya?”

“Maksud lo ini apa sih?”

Draco terdiam dan berfikir. “Maksudnya?”

“Maksud dan tujuan lo deketin gue itu untuk apa? Gue gak suka basa basi, to the point aja maksud lo apa.”

Draco menyeringai, ternyata Hermione sama dengannya, tidak suka hal yang basa basi.

“Gue suka sama lo, Hermione.”

“Karena?”

“Pertama kali gue liat lo, gue jatuh hati. Lo cantik, lo beda sama cewek manapun, gue suka sama lo.”

Hermione terdiam.

“Gue mau lo jadi pacar gue. Kalau bisa dan kalau lo mau.”

Hermione tersenyum. “Gue mau.”

Draco membulatkan matanya sempurna. “Hah?”

“Gue mau jadi pacar lo. Gimana? Langsung aja?”

“Anjing.”


© urhufflegurl_