litaaps

Bola basket.

**

Pelajaran olahraga siang ini adalah bola basket. Semua murid harus bisa memasukkan bola basket itu ke dalam ring dan diakhir nanti akan ada pertandingan untuk seru seru.

Semua murid menikmati pelajaran kali ini, satu persatu murid berhasil memasukkan bola basket ke dalam ring basket.

Akhir pelajaran pun tiba, mereka bermain basket bertanding satu sama lain untuk seru seru saja. Jadi kebanyakan laki-laki yang bermain, sementara perempuan bergosip belaka di pinggir lapangan, mencari tempat yang sejuk.

Hermione duduk dipinggir dengan minuman segar di tangannya.

“Lo jadi ambil les Mi?” Tanya Ginny.

Hermione mengangguk. “Jadi. Nyokap bokap gue mau banget gue masuk UI.”

“Bagus dong, cita-cita yang tinggi. Anjaay.”

“Luna juga ada rencana kesana sih, cuman— belum tau juga.”

“Loh, bukannya lo mau kuliah di luar negeri lun?”

Luna mengangguk. “Iya, makanya belum tau.”

Hermione dan Ginny ber-oh ria. Mereka sangat menikmati obrolan mereka hingga akhirnya sebuah tragedi terjadi.

Salah satu murid yang sedang bermain basket tak sengaja melempar terlalu keras dan menjauhi jalur yang seharusnya.

“Hermione awas!!”

Belum sempat Hermione menghindar, bola basket itu sudah hampir mendarat di wajahnya, ya hampir karna untung saja ada tangan yang menghalanginya.

“Kalau main basket itu yang bener! Kalau kena dan dia sakit, lo mau tanggung jawab?”

Hermione yang masih terkejut hanya bisa diam dan mencerna semuanya dengan baik.

“Lo gapapa?”

Hermione menoleh, “Draco?”

Draco tersenyum, “Kalau olahraga nya udah beres, diem nya di kelas aja jangan disini, takutnya kena bola basket lagi.”

Hermione menelan ludahnya. “Makasih.”

“Sama-sama. Yaudah gih ke kelas.” ucap Draco mengacak ngacak rambut Hermione.

Yang acak acakan bukan hanya rambut Hermione, tapi hatinya juga.


© urhufflegurl_

Act fool.

**

“Jadi kenapa lo pindah ke jakarta?” tanya Draco di tengah perjalanan mereka.

“Papa dipindah tugaskan kesini.”

“Lama?”

“Iya, jadinya gue pindah.”

“Lo lucu pake lo gue gitu. Tapi kalau pake aku kamu, candu.”

Hermione menahan senyumnya. Dan sialnya pipinya kini merah. Dan yang lebih sialnya, Draco melihat ekspresi wajah Hermione dari kaca spion.

“Jadi yang di bandung itu ITB ya? Jurusan teknik nya bagus disana. Gue pengen banget masuk teknik sipil.”

“Oh ya? Padahal kan di sini ada UI, kenapa mau ke ITB?”

“Kata orang orang, Bandung itu kota yang indah. Gue cuman mau ngebuktiin itu aja. Emang bener ya?”

“Iya.”

“Terus kenapa berani ngelepas bandung?”

“Karna Bandung adalah luka terhebat.”

“Kan gue udah bilang, Papa dipindah tugaskan kesini.”

“Kan bisa ngekost?”

“Papa gak berani ninggalin gue sendiri.”

Draco mengangguk mengerti. “Iya sih, siapa juga yang tega ninggalin cewek secantik lo. Apalagi orang tua, pasti takut anaknya kenapa napa.”

Lagi lagi Hermione tersenyum. Cantik katanya.

“Jakarta, emang panas ya?”

Draco tertawa mendengar pertanyaan itu. “Laget ya?”

“Jujur, iya.”

“Ya emang gini, tapi gue yakin lo akan cepet beradaptasi sama cuaca disini. Jakarta bagus kalau sore dan malem. Kata orang orang sih Jakarta ini kota asthetic.”

“Iya, gue tau soal itu.”

“Mau?”

“Apa?”

“Jalan jalan malem?”

“Ah sorry, malem ini gak bisa.”

“Sebisanya lo aja. Gue siap nganter lo kemana mana.”

Hermione tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

“Eh rumah gue nomer 3 ya.” ucap Hermione, dibalas anggukan oleh Draco.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di depan ruman Hermione.

“Draco, makasih ya udah anterin.”

Draco tersenyum manis yang membuat Hermione semakin gelisah.

“Sama sama.”

“Yaudah kalau gitu gue— masuk ya?”

Tanpa menunggu jawaban Draco, Hermione berbalik badan.

“Hermione!”

“Aduh.. Ada apa siih..” bisik Hermione kepada dirinya sendiri.

“Iya?”

Draco turun dari motornya.

“Helmnya. Mau dibawa?” ucap Draco melepaskan helm dari kepala Hermione.

Jarak mereka cukup dekat, dan Hermione benar benar menatap wajah tampan Draco dari dekat membuat jantung Hermione berdebaran tak karuan.

“Emm— makasih. Gue mules. Bye Draco!” Hermione segera berlari masuk ke dalam rumahnya sebelum Ia ketahuan bahwa Ia sedang salah tingkah.

Draco tertawa kecil melihat sikap Hermione.

“Gue fikir susah, ternyata mudah. Bahkan sangat mudah.”


© urhufflegurl_

Ini perintah, bukan penawaran.

**

Hermione berjalan menuju gerbang sendiri. Ginny dan Luna ada kegiatan osis terlebih dahulu. Sebenarnya Ia ingin mengikuti kegiatan itu, namun sudah pasti kedua orang tuanya melarang.

Ia berjalan dengan langkah yang sedikit gusar, karena hari ini cukup berat dan pelajaran yang Ia terima cukup susah.

Diperjalanan, Ia mendengar suara motor dari belakang.

“Hei.”

Hermione menoleh dan berhenti. “Eh? Sorry, aku ngalangin ya?”

Lelaki itu tertawa. “Enggak kok.”

Hermione meneguk ludahnya ketika lelaki dihadapannya ini melepas helmnya dan rambutnya berantakan.

Tolong. Cukup rambut dia saja yang berantakan, hati Hermione jangan.

“Draco?”

Draco tertawa. “Iya, ini gue. Mau balik?”

Hermione mengangguk.

“Bareng aja, jok motor belakang gue sepi.”

“Gak usah, gue naik taksi online.”

“Kok gue? Aku kamu aja padahal.”

“Enggak deh, gak enak. Yaudah, duluan ya Draco.”

Sebelum Hermione pergi, Draco menahannya.

“Siapa bilang lo boleh pergi?”

Hermione terdiam sejenak.

“Waktu gue bilang bareng, itu bukan tawaran. Tapi perintah.”

Hermione merasakan udara disekitarnya menipis. Rasanya sesak.

“Ayo naik, bareng gue. Jakarta bagus kalau dinikmati di atas motor. Lo belum pernah kan?”

Hermione menggelengkan kepalanya.

“Ayo. Gue kenalin jakarta, sambil lo jelasin betapa indahnya Kota Bandung.”

Tak tahu ada setan apa yang masuk, Hermione menerima pemberian helm di tangan Draco. Ia memakainya dan Ia menaiki motor Draco, duduk di belakangnya.

“Pegangan.” ucap Draco.

“Udah.”

Draco tersenyum melihat Hermione di kaca spion.

“Ke gue, bukan ke motor.”

“Hermione gila. Kenapa malah naik motornya sih ah..”


© urhufflegurl_

Bakso.

**

Hermione berlari menuju tempat sampah. Disana masin ada bunga dan kotak makan yang diberi oleh Draco. Ia pun mengambilnya kembali. Ia tidak enak jika Draco tahu bahwa Ia membuang itu semua. Lebih baik Ia simpan.

Jam istirahat pun datang, Hermione, Ginny dan Luna pergi kekantin bersama-sama.

“Mau apa? Bakso? Siomay? Atau mie?” Tanya Ginny.

“Bakso enak kayaknya.” Balas Hermione.

“Yaudah bakso yuk. Eh tapi gak ada yang kos—”

“Minggir minggir. Udah kan makannya? Kalau mau main hp di kelas aja. Kasian yang mau makan disini.”

Ucapan Ginny terhenti ketika Ia mendengar suara berat itu. Mereka bertiga menoleh ke arah suara dan hanya Hermione lah yang menetap untuk menatap lelaki itu. Sementara Ginny dan Luna memalingkan wajahnya.

“Mau makan kan? Disini kosong.” Ucap lelaki itu kepada Hermione.

Hermione yang merasa di ajak ngobrol pun menjadi canggung dan memegang Ginny. “Eh, disana aja yuk? Itu gak enak udah disedian tempat.”

“Gak usah deh Mi, di kelas aja yuk?”

“Jangan gitu Gin, tapi—”

“Ngapain berdiri disitu? Mau makan kan? Jam istirahat cuman 20 menit loh.” Ucap lelaki itu lagi.

“Tuhkan! Udah ayo.” Hermione menarik tangan Ginny dan Luna untuk duduk di bangku itu.

“Makasih ya, maaf tadi kamu harus ngusir gitu.” Ucap Hermione kepada lelaki itu.

“Ah gak apa-apa. Mau bakso?”

Hermione menaikkan halisnya. Ia melirik ke Ginny dan Luna yang menatap lelaki itu tak suka.

“Emm iya.” Balas Hermione.

“Bu, bakso nya 3 ya. Buat Ginny sama Luna mah kayak biasa aja. Kalau buat—”

“Sorry, Hermione ya?” Tanya lelaki itu, Hermione pun mengangguk.

“Buat Hermione yang spesial ya.” Lanjut lelaki itu kepada Ibu kantin.

“Makasih.” Balas Hermione.

“Sama-sama. Bakso disini emamg terenak. Selamat menikmati, Hermione.”

Hermione tersenyum kepada lelaki itu, tanpa tahu Ia siapa. Sampai akhirnya lelaki itu pergi dari hadapannya.

“Fix lo dideketin!”

“Fix Hermione! Dia suka sama kamu!”

“Lo korban selanjutnya.”

Hermione mengerutkan keningnya. “Maksudnya?”

“Hermione, lo gak tau dia siapa?”

Hermione menggelengkan kepalanya.

“Astaga! Dia Draco Hermione... Dia Draco Malfoy!”

Saat itu lah mata Hermione membulat sempurna dan jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.


© urhufflegurl_

Menarik.

**

Hermione berjalan menyusuri koridor sekolah dengan langkahnya yang percaya diri. Ia mengikat rambutnya sebagian dan memakai bando berwarna hitam tipis di atas kepalanya. Perpaduan yang cantik.

Sesampainya di kelas, Hermione di kejutkan dengan benda yang ada di atas mejanya. Ia mengerutkan halisnya dan duduk di kursinya.

“Ini, dari siapa?” tanya nya kepada diri sendiri.

Ia mengedarkan pandangannya menyapu seluruh kelas, tak ada yang peduli sepertinya.

“Emm sorry, Neville?”

Lelaki bernama Neville itu menoleh. “Iya?”

“Ini— kamu tau gak ya dari siapa?”

“Oh gue gak tau Mione, udah disitu sih soalnya.”

Hermione menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Pagii mionee!!” Sapa Ginny heboh.

“Eh? Bunga? Kotak makan? Dari siapa ini?” Lanjutnya.

“Gue gak tau.”

Ginny merebut bunga di tangan Hermione dan tak sengaja Ia menemukan surat disana.

“Eh ada suratnya loh.”

“Ciee Hermione belum seminggu sekolah disini, udah ada fans aja.”

Ginny tertawa. “Iya ya, gue dua tahun sekolah disini, mau dapetin temen sekelas aja susah.”

Luna dan Hermione tertawa bersama.

Ginny membuka surat itu dan membacanya perlahan namun tetap terdengar oleh Hermione dan Luna.

“Untuk yang tercantik. DM.”

“DM? Siapa DM?” Tanya Ginny.

Luna mengerutkan keningnya. “Draco Malfoy?”

Mendengar nama itu, Ginny langsung melotot. “Enggak enggak. Lo harus buang semua ini, gak boleh!”

“Ih, kenapa? Siapa Draco Malfoy?” Tanya Hermione heran.

“Cowok brengsek. Pokoknya, lo gak boleh terima barang apapun dari dia kalau lo gak mau jadi korban, oke?”

“Korban? Maksudnya?”

“Duuuh Miii, udah lo nurut aja sama gue kalau lo mau selamat. Pokoknya, lo gak boleh terima ini, lo harus buang. Oke?”

Hermione sangat penasaran mengapa Ginny menyuruhnya membuang semua ini. Siapa Draco Malfoy? Ada apa dengan lelaki itu?

Di tengah fikirannya, tanpa Ia sadari, Ginny membuang bunga dan kotak makanan pemberian Draco.

“Ih Ginny kok dibuang?” Tanya Hermione.

“Udah lo nurut aja. Jangan pernah sekalipun lo tertarik atau tertipu rayuan Draco Malfoy.”


© urhufflegurl_

Kepala, tolong jangan berisik.

**

Sudah pukul 10 malam, dan belum ada tanda kepulangan Draco. Hermione seharian ini gelisah melihat postingan Pansy, di twitternya itu Draco terlihat sangat bahagia.

Siapa Pansy? Apa dia wanita yang Draco cinta? Atau sayang?

Tapi, untuk apa Draco membuat polaroid itu jika Draco mencintai orang lain?

Hermione merebahkan kepalanya di atas meja, Ia memejamkan matanya dan menarik nafas dalam dalam.

“Berisik banget.” lirihnya.

Bukan, bukan ruangannya yang berisik, melainkan isi kepalanya.

Banyak sekali obrolan yang bertengangan.

'Draco gak cinta sama lo, Hermione.'

'Enggak, Draco cuman mainin lo.'

'Terus buat apa dia bawa lo ke appartment ini?'

'Ya dia cuman mau manfaatin lo. Apa lagk?'

'Masa Draco sejahat itu?'

'Ya namanya laki-laki, pasti ada aja maksud lain.'

'Tapi masa iya Draco sejahat itu?'

'Draco orang baik. Gak mungkin kayak gitu.'

'Tapi liat kan daritadi Draco gak ada ngabarin lo, bahkan udah jam 10 dan gak ada chat dari Draco.'

'Lo gak penting Hermione.'

'Lo bukan siapa siapa!'

“BERISIKK!!” Hermione berteriak tanpa sadar. Ia memejamkan matanya dan menutup kedua telinganya.

“Berisik. Tolong stop gue mohon.”

Ia sangat ingin menangis. Hati nya benar benar gelisah, kepalanya tak kunjung sepi, tangan dan kaki gemetar hebat. Ia sangat takut kehilangan kendali.

Sebelum itu semua terjadi, Hermione segera meminum obat miliknya dan dalam beberapa menit, semua terasa hampa.

“Kan bisa gak nangis. Makhluk didalam diri lo itu emang harus di obatin, Hermione.”

Hermione memutuskan untuk menunggu Draco malam ini. Entah seberapa lamapun, Ia akan menunggu.


© urhufflegurl_

Sahabat lama.

**

Draco menghela nafasnya ketika mendapatkan pesan dari ayahnya itu. Ia menaruh ponselnya dan membuka instagram milik Hermione di laptopnya. Ia tersenyum bangga melihat lukisan Hermione yang sangat cantik itu.

Ditengah Ia sedang menikmati lukisan Hermione, tiba tiba Ia mendengar suara pintu diketuk.

“Masuk.”

“DRACO!”

“AAAAA KANGEN!!!”

Draco berdiri terkejut dengan kedatangan 3 sahabat lamanya.

Pansy, satu satunya perempuan diantara mereka memeluk Draco dengan erat.

“Kangen kangen, kenapa lama banget sih menyendiri nya?” lirih Pansy bersedih

Draco mengelus pundak Pansy. “Sekarang kan udah enggak. Kalian apa kabar?”

“Gila bro, gue kangen banget sama lo.” Blaise memeluk Draco, disusul oleh Theo juga memeluk Draco.

“Gue fikir kita gak bisa kayak gini lagi bro. Semenjak lo pergi, semua udah gak kayak dulu.” ucap Theo yang membuat Draco tertawa.

“Sorry ya, gue emang ngangenin orang nya.” balas Draco.

“Masih aja pd ya lo. Gila.” balas Pansy.

“Eh makan diluar yuk? Gue kangen banget kumpul sama kalian.” ajak Pansy yang dibalas anggukan oleh Theo dan Blaise.

Karna tak ada respon dari Draco, Pansy meliriknya. “Ayo, Drake.”

“Ayo.”

“Pansy hampir gila tuh gak ada lo.” ucap Blaise.

Pansy mencubit Blaise, “Ih enggak! Fitnah! Udah ayo makan, gue laperrrr.”

“Ayo ayo.”


© urhufflegurl_

Nightride.

**

“Tapi gue pengen coba install lagi sosial media deh, kayak twitter, instagtam, tiktok, seru gak sih?”

Draco menoleh mendengar pertanyaan Hermione. “Seru, emang lo belum pernah main sosial media?”

“Pernah, tapi— menurut gue sosial media itu toxic banget tau, gue bisa stress yang stress banget bahkan sampe berniat bunuh diri karena gue baca komenan sarkas di twitter.”

“Oh ya?”

“Iya, jadi dulu.. Gue pernah curhat di twitter, semacam ngeluh. Gue nitip menfess ke salah satu followers gue dan kekirim tuh di base yang terkenal. Waktu gue baca reply nya, itu negatif semua keluar, ada yang bilang ya emang gue beban lah, ada yang bilang bokap gue pecandu narkoba, ada yang bilang bokap gue gak cocok buat hidup. Ya semacamnya, gue stres dan gue mencoba bunuh diri pertama kali disitu.”

Draco tersenyum, memang, Ia mengakui bahwa sosial media sejahat itu bahkan bisa membuat orang kehilangan nyawanya, tapi Ia tidak menyangka bahwa Hermione adalah salah satu korbannya.

“Terus sekarang, lo mau coba lagi install semua aplikasi itu?” Tanya Draco.

Hermione mengangguk. “Iya, demi kelangsungan tulisan dan lukisan gue, gak lebih.”

“Kalau lo mau curhat ditwitter, lo cukup pake akun private aja, digembok, dan gak ada followers atau following, lo bebas ngebacot apapun disitu.” Saran Draco.

Hermione mengangguk, “Ya, gue emang berencana buat akun itu. Mungkin besok atau lusa udah ada.”

“Bagus.”

Hermione meminum es jeruk miliknya sambil melirik ke arah Draco. Jika dilihat lihat, Draco sangat tampan. Ia jadi salah tingkah sendiri dibuatnya, apalagi ketika Ia mengingat polaroid itu.

“Eh, Mi..” ucap Draco membuyarkan lamunan Hermione.

“Hmm, kenapa Drake?”

“Nightride, yuk?”


Angin malam yang dingin ini sangat nyaman menerpa kulitnya dan menerbangkan rambutnya. Baru kali ini, Ia melakukan perjalanan malam terlebih dengan orang yang baru Ia kenal.

Ingatan Hermione terus terfokus ke buku milik Draco. Ingin sekali Hermione menanyakan itu, akan tetapi nyali nya terlalu kecil dan ciut. Jadi Ia lebih memilih diam saja.

“Lo dulu sering ya nightride? Seru banget ternyata!” seru Hermione.

“Lo suka?”

“Suka banget!”

“Kita night ride setiap hari ya.”

Hermione tak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya. Ia sangat ingin memeluk Draco dan mendekapnya erat, namun Ia sangat malu untuk melakukan itu. Jadi Ia hanya meremas jaket milik Draco.

Sementara itu, Draco merasakan hal yang sama dengan Hermione, daritadi Ia tidak bisa berhenti tersenyum. Masalah kantor cukup membuatnya stress, dan bersama Hermione lah Ia bisa kembali tersenyum.

Diam diam, Draco mengarahkan kaca spionnya tepat pada wajah Hermione sehingga wajah cantik itu terlihat sangat jelas.

“Cantik.”

Draco menarik tangan Hermione dan melingkarkan kedua tangan Hermione diperutnya.

“Drake—”

“Pegangan, takut jatuh.”

Hermione hanya tersenyum malu, akhirnya Ia memeluk Draco dengan erat.

Malam itu, mereka bahagia. Bahkan sangat bahagia sehingga mereka sama-sama lupa bahwa dunia mereka yang sebelumnya sangat berantakan.


© urhufflegurl_

Putus.

**

Draco dan Daphne kini sedang berdua di salah satu restoran yang sepi. Bukan sepi pengunjung, tapi memang restoran ini di sewa oleh Draco agar Ia bisa mengobrol serius berdua dengan Daphne.

“Drake—”

“Aku mau putus.”

“Gak, aku gak mau. Draco, aku ngelakuin semua ini demi kamu, demi kita. Aku mau kita cepet cepet nikah, semakin cepet Hermione mati, semakin cepet kita nikah.”

“Siapa yang mau nikah sama lo hmm?”

Tatapan tajam Draco berhasil mengunci pergerakan Daphne. Daphna terdiam dengan dadanya yang naik turun tak beraturan.

“Gue gak perlu lagi jelasin banyak, Daphne. Lo selingkuh, lo berdua keluar sama Tom. Kalian berdua khianatin gue. Apa yang kalian rencanain, hah?!”

“Draco tapi—”

“Gue bener bener kecewa sama lo, Daph. Gue mau, kita putus.”

Draco pergi meninggalkan Daphne setelah mengatakan itu, namun Daphne menahannya.

“Draco, gue gak mau putus sama lo. Drake gue mohon, gue gak selingkuh sama Tom, gue cuman—”

“Cuman apa? Cuman jalan, pelukan, ciuman? Cuman itu?”

Daphne menggelengkan kepalanya. “Enggak, gue gak ngapa-ngapain sama Tom, gue cuman gak sengaja ketemu dia!”

“That's a liar. You are a liar, Daphne. Gue gak percaya apa apa lagi sama lo, dan gue sekarang gak percaya siapapun lagi selain Theo, Blaise dan Pansy.”

Draco menepis kasar tangan Daphne sampai wanita itu terjatuh. Lalu Draco benar benar meninggalkan Draco sendiri.


© urhufflegurl_

Nightmare.

**

“Draco, sini sayang main di taman.”

“Papa, balonnya terbang!”

“Hahahaha, Mama papa, geli.”

“Draco tidur ya? Udah malem, mau Mama ceritain apa hmm?”

TOK TOK TOK!

Malam itu terasa sesak untuknya, Ia kembali melihat kejadian sadis itu.

Ia kembali melihat jasad kedua orang tuanya.

Ia kembali menangis dan berkeringat.

“MAMAAAA!!”

“PAPAAAAA!!”

Ia membuka matanya dengan keras, dadanya naik turun tak karuan dan dahinya penuh dengan keringat dingin.

Mimpi itu datang lagi.

“Tuan? Mimpi buruk?” Tanya Hermione panik.

Draco menelan salivanya dengan susah, lalu Ia menggelengkan kepalanya.

“Gapapa Tuan, mimpi itu cuman bunga mimpi, jadi gak akan kejadian.”

Draco hanya terdiam dan kembali berusaha tertidur. Ia sama sekali tidak menjawab pertanyaan dan omongan Hermione.

Melihat Draco benar benar tertidur, Hermione menyelimuti tubuh Draco dengan selimut yang cukup tebal, dan Ia pun mengelap keringat Draco.

“Pasti berat ya tanpa orang tua? Gue aja yang orang tuanya masih ada berat banget, apalagi kalau udah gak ada.. Kasian Tuan Malfoy, gara gara Mama Papa, dia jadi kehilangan semuanya, maaf ya...”


© urhufflegurl_