Process.
**
Narcissa, Lucius dan Astoria langsung menuju kediaman Draco Malfoy ketika mereka sudah sampai di Labuan Bajo.
Narcissa mengetuk pintu rumah Draco dengan keras.
“Draco, buka!” Teriak Narcissa geram.
Draco membuka pintunya. Dan baru saja Ia keluar, Narcissa langsung menamparnya dengan keras.
“Kurang ajar! Kamu telah mempermalukan keluarga Malfoy, Draco! Maksud kamu apa batalin tunangan dengan keluarga Greengrass hah?!” Narcissa berteriak.
“Tenang dulu Mom, ini kota orang. Masuk dulu lah.” Balas Draco dengan santainya.
Mereka pun masuk ke dalam rumah Draco dan berkumpul di meja.
“Coba jelaskan ke Papa, mengapa kamu melakukan ini semua, Draco?” Tanya Lucius.
“I found Her. Hermione.” Balas Draco yang membuat semua terkejut.
“Hermione?” Tanya Astoria.
Draco mengangguk. “Pacar gue.”
“Berani-beraninya—”
“Dan calon istri gue.” Lanjut Draco yang membuat Narcissa semakin geram.
“Oke, you found her, and then why Draco? Kenapa harus membatalkan semua tunangan ini?” Tanya Lucius.
“Dia hamil—” balas Draco melirik Narcissa.
“Dan dia mengandung anakku.” Lanjutnya.
“How you dare. Bagaimana bisa kamu menganggap anak itu anak kamu hah?” Tanya Narcissa.
“Draco udah kirim fotonya ke mama kan? Dan mama liat, She's a malfoy, Mom.”
“No, she's not a malfoy, Draco.”
“Terserah, tapi dia anakku.”
“Jadi—” ucap Astoria mengambang.
“Jadi maaf Astoria, gue cinta sama Hermione.”
“Bukannya kamu cinta sama aku? Kamu yang bilang kan?”
“Iya, tapi itu dipaksa sama Mama. Gue sebenernya gak pernah cinta sama lo, Astoria. Lo inget kan gue selalu pergi liburan sendiri? Itu bukan liburan, tapi selama 4 tahun ini, gue cari Hermione kemana mana, tapi takdir mempertemukan gue sama dia disini. Dan gue gak mau mikir dua kali, gue gak akan pernah meninggalkan dia lagi. Apalagi ada Lyra sekarang.” Ucap Draco dengan tegas.
Astoria terdiam, Ia menangis. Perih rasanya mendengar lelaki yang Ia cintai selama ini ternyata tidak mencintainya.
“Kamu bener bener anak kurang ajar, Draco! Dimana dia? Mama mau ketemu sama dia!”
“Apa sih Ma? Cukup ya, Mama yang buat Hermione pergi ninggalin Draco. Mama yang bikin dia menderita, Mama yang bikin dia terbuang. Mama yang kurang ajar, Mama keterlaluan! Mama mengusir dia dengan sadis, mengeluarkan semua kata kata kasar. Emang mama fikir dia gak sakit hati? Hermione sakit hati ma, sampe akhirnya Hermione memutuskan untuk meninggalkan Draco!”
“Mama gak peduli, Mama mau ketemu sama dia.” ucap Narcissa berdiri.
“Jangan Ma.” Draco menahan Narcissa agar tidak keluar dari rumahnya.
“Draco gak akan biarin Mama sentuh Hermione lagi, sedikitpun.” tegas Draco.
Narcissa tidak mendengar nya, Ia mendorong Draco dan jalan menuju rumah Hermione.
Narcissa tau dimana rumah Draco dan Hermione atas informasi Dipsy (dipaksa).
Canda tawa Hermione dan Lyra terpaksa harus terhenti ketika mendengar ketukan pintu yang begitu keras.
“Siapa itu Mommy? Kok ketuk pintunya keras keras?” tanya Lyra.
“Mommy gak tau sayang, Mommy keluar dulu ya, Lyra tunggu disini.”
Lyra mengangguk dan melanjutkan aktivitas mainnya.
Sama seperti Draco, Hermione yang baru saja keluar dari rumahnya tiba tiba mendapatkan serangan tamparan dari Narcissa namun bedanya Hermione tidak merasakan tamparan itu karna di halangi oleh Draco.
“Don't you dare touch her, Mom.” ucap Draco geram.
“Tante Cissy?”
“Kamu memang perempuan kotor! Kurang ajar! Bisa bisanya kamu—”
“Ma! Di dalem ada Lyra. Lyra masih kecil, jangan pernah mengatakan kata kata kotor di depan dia.” ucap Draco.
Narcissa menatap Draco kesal.
Hermione tersenyum kepada Narcissa, Lucius dan Astoria.
“Ada urusan apa sehingga jauh jauh kesini, Om, Tante?”
“Begini, Hermione—”
“Mommy?” suara lembut itu memotong omongan Lucius.
“Aku dengar suara Daddy disini, oh hai Daddy.” sapa Lyra memeluk Draco.
“Hai sayang.” Draco menggendong Lyra dan mencium pipinya.
“OMG Hai, little girl, who are you?” tanya Lucius dengan lembut.
“I'm Lyra. Daddy, Tuan ini punya rambut sama kayak kita.” ucap Lyra malu-malu.
“Iya sayang, Tuan ini Papa nya Daddy, grandfather.” balas Draco.
“Mommy, I have a grandfather too.” ucap Lyra kepada Hermione.
“Kamu punya kakek nenek yang lengkap sayang.” bisik Hermione mengelus rambut Lyra.
“Emm— Maaf om, tante, mungkin sebaiknya kita bicara didalam?” tanya Hermione.
Lucius menyetujuinya, mereka pun berbicara di dalam rumah Hermione.
“Maaf rumahnya kecil, karena yang tinggal disini hanya saya dan Lyra.” ucap Hermione tersenyum.
“Gapapa sayang, rumah kamu bagus.” balas Draco.
Hermione hanya tersenyum hangat kepada Draco.
“Ada yang bisa saya bantu, om, tante?” tanya Hermione.
“Maaf sebelumnya, bisa kamu jelaskan kenapa bisa punya anak dengan Draco, Hermione?” tanya Lucius to the point.
Hermione melirik ke arah Draco menandakan Ia tidak ingin menjawab pertanyaan itu.
“Maaf Pa, Ma, Draco yang kelepasan. Draco terlalu nafsu saat itu.”
Lucius menghela nafasnya. “Sebrengsek brengsek nya seorang lelaki itu adalah lelaki yang berani membuka kesucian seorang wanita, Draco. Apalagi sampai hamil dan memiliki anak.”
“Maaf Pa..”
“Tapi, sebrengsek brengsek nya seorang lelaki yang menghamili perempuan, lebih brengsek lagi lelaki yang tidak bertanggung jawab akan hal itu.” lanjut Lucius.
“Pa?”
“Apalagi anaknya sudah besar dan cantik seperti ini.” ucap Lucius tersenyum hangat kepada Lyra.
“Terima kasih, Tuan.” balas Lyra.
“Hei anak manis, kok Tuan? Grandfather..”
“Grandfather.” ucap Lyra dengan lucunya.
“Lucius, maksud kamu apa? Bagaimana dengan Astoria dan pertunangan itu?” tanya Narcissa.
“Kita upgrade aja jadi pernikahan.” balas Lucius dengan enteng.
“Draco? Sama Astoria?” tanya Draco.
“No, kamu sama Hermione dong.” balas Lucius yang membuat Draco tersenyum senang, namun tidak dengan Hermione yang semakin sedih.
“Lucius! Kita pergi dari sini, bicarakan semua ini di rumah Draco.” Narcissa menarik tangan Lucius dan mereka pun keluar dari rumah Hermione, kecuali Draco.
“Hei, are you okay? Kenapa mukanya sedih gitu?” Tanya Draco.
“Draco, aku— aku gak mau kembali ke Jakarta.”
“Hermione..”
“Draco, aku gak bisa.”
“Sayang, hadapi semua ini bersama-sama ya? Setelah dengan Mama, Papa selesai, kita ke rumah kamu, kembali ke orang tua kamu. Mereka pasti rindu kamu, Hermione. Mereka pasti memaafkan kamu. Sebesar apapun kesalahan anak, orang tua pasti akan memaafkannya.”
“Tapi, Draco.. Jakarta itu kejam. Aku gak bisa bayangin gimana nanti aku dihina, kalau aku gapapa dihina, tapi gimana kalau nanti Lyra yang dihina?”
“Hermione, aku gak akan pernah biarin siapapun ngehina kalian berdua.”
“Tapi, Draco—”
“Hermione denger aku, sekarang aku mau beresin masalah aku dengan orang tua ku dulu, udah itu kita nikmatin waktu berdua ya? Keputusan kita kembali ke Jakarta atau enggak, itu kita fikirin nanti ya?”
Hermione mengangguk, Draco mengecup keningnya dengan lembut.
“Aku enggak, Daddy?” Tanya Lyra.
Draco dan Hermione sama-sama tertawa.
“Sini, Daddy cium Lyra..” Draco mengecup kening Lyra cukup lama.
“Hihihi, terima kasih Daddy.” Lyra memeluk Draco.
“Sama-sama sayang.”
© urhufflegurl_