litaaps

Kue.

**

Saat Hermione dan Theo masuk ke dalam ruangan Draco, posisi Theo merangkul Hermione dan hal itu membuat Draco menatap tajam Theo.

“Tangan lo, yang sopan.” ketus Draco menaruh ponselnya.

Theo hanya tertawa, “Sorry bro.”

Theo duduk di kursi sebelah bed Draco, sementara Hermione menyiapkan makanan untuk Draco.

“Kue pesenan Tuan sama susu nya juga.”

“Susu? Kamu budeg? Saya bukan pesen susu, tapi soda. Gak mau, balik lagi.” ketus Draco seperti anak kecil.

Hermione tersenyum hangat, “Lagi sakit gak boleh minum soda, harus minum susu. Nanti gak sembuh-sembuh tau.”

Draco terdiam mendengar itu.

“Draco sayang kalau lagi sakit itu gak boleh minum soda ya nak, harus minum susu. Nanti gak sembuh sakitnya gimana?”

Itu adalah kata kata Narcissa, Mama tercintanya yang telah tiada. Mengapa Hermione mengatakan hal yang sama?

“Tuan?” Hermione mengayunkan tangannya tepat didepan wajah Draco.

“Tuan? Hei?”

Draco mengerjap keluar dari lamunannya. “Sorry sorry.”

“Gapapa Tuan, yaudah minum susu sama roti ya?”

Draco hanya mengangguk, Ia menerima roti dan susu dari tangan Hermione.

“Saya kan gak kasih tau kamu harus beli kue apa, tapi kenapa kue ini?” tanya Draco.

Theo yang penasaran pun berdiri dan melihat kue apa yang Hermione beli untuk Draco.

“Tuan Malfoy suka apel kan? Kebetulan di toko kue itu ada kue apel hijau, jadi saya fikir pasti Tuan suka.”

Kue apel. Iya, Draco sangat suka. Dan kue apel ini berhasil membuat dirinya menangis.

“Eh? Kenapa nangis lo?” tanya Theo.

“Mama dulu sering bikinin gue kue apel yo.”

Hermione menutup mulutnya merasa tak enak telah membuka luka lama yang Draco derita. Ia menoleh ke Theo dan Theo hanya mengangguk meyakinkan bahwa Draco baik-baik saja.

“Yo lo bisa urus administrasi gue gak?”

“Tiba tiba?”

Draco mengangguk. Namun, Theo melihat hal lain dari sorot mata Draco, dan Ia pun mengerti, jadi Ia keluar dari ruangan Draco.

“Tuan?”

“Kamu tau darimana saya suka apel hijau?”

“Dari salah satu art disana, maaf Tuan..”

“Makasih, ini kue apel terenak yang pernah saya makan setelah buatan Mama saya.”

Hermione yang merasa tak enak tidak tahu harus berbuat apa.

“Maaf—”

“Untuk?”

“Maaf karna telah membuka—”

“Gapapa, saya hanya rindu mereka. Kamu beli kue untuk kamu juga kan?”

Hermione mengangguk. “Kue strawberry. Tuan Malfoy suka apel, kalau saya sukanya strawberry.”

Draco tersenyum kecil, dia melanjutkan makannya. Namun dadanya sangat sesak, Ia tidak bisa menahan air matanya yang lolos dengan lancar.

“Tuan.. Jangan nangis, maaf..”

Pertama kalinya Draco menangis di hadapan orang lain selain Theo, Blaise, Pansy dan Daphne.

“Jelek tau kalau nangis.” ucap Hermione memberanikan diri.

“Jelek?”

Hermione mengangguk.

“Tangan saya penuh tapi untuk hapus air mata saya.”

“Tuan bener bener manja ya. Sini saya hapusin.”

Hermione menyimpan rotinya di atas nakas, dan dia perlahan menghapus air mata Draco.

“Ma, kenapa Hermione ini mirip dengan Mama?”


© urhufflegurl_

Dingin ya?

**

Atas permintaan Draco, Hermione pun di jemput Theo untuk menuju rumah sakit. Entahlah lelaki itu ingin sendiri, dia menawarkan dirinya sendiri untuk menjemput Hermione dari Malfoy Manor ke rumah sakit.

Dan sekarang, mereka ada di perjalanan. Theo dan Hermione sudah cukup akrab sekarang, bahkan sesekali Theo menceritakan masa SMA nya dulu yang menyenangkan dan masa kuliahnya yang membuatnya seperti ingin mati.

Tak terasa, obrolan mereka membuat perjalanan menuju rumah sakit menjadi singkat. Mereka sama-sama turun.

Hermione senang, setelah 1 bulan lebih Ia dikurung di Manor, Ia akhirnya bisa menikmati kembali udara segar, terlebih lagi naik mobil dan mendengarkan musik. Ia benar benar senang.

Sesampainya dirumah sakit, Hermione langsung dipersilakan masuk ke ruangan Draco.

“Tuan..” ucap Hermione menunduk. Ia sangat merasa bersalah karena dirinya lah Draco jadi meminum racun itu.

“Hmm, udah dateng?”

“Belum, ini roh saya yang dateng. Ya udahlah, makanya buka matanya—” Hermione mengutuk dirinya sendiri.

Sial. Kenapa Ia tidak bisa mengontrol mulutnya? Terlalu banyak mengobrol dengan Theo menjadikan Ia jadi wanita cerewet.

Draco membuka matanya, dan Hermione tersenyum memperlihatkan giginya.

“Hah, kamu baik-baik saja, sedangkan saya disini tersiksa. Kamu mau membuat saya mati ya?”

“Hah? Enggak Tuan, bukan saya yang masukin—”

“Kepala saya sakit, kamu bisa mijit?”

Hermione membuka matanya lebar. Ia pernah mijit Ron sahabatnya dulu. Tapi kata Ron, pijitan Hermione bukannya menyembuhkan malah menambah rasa sakit.

“Emm—”

“Harus bisa. Ayo pijit kepala saya.”

Hermione berjalan dengan ragu mendekati Draco, Ia menaruh tas nya di kursi dan berdiri di sebelah bed.

Hermione mulai memegang kepala Draco perlahan, Ia pun mulai memijit dengan hati-hati.

Tidak ada protes dari Draco, lelaki itu justru terlihat menikmatinya(?)

“Tuan maaf tapi, ini sakit gak?” tanya Hermione.

Draco tidak menjawab, lelaki itu justru terlelap.

“Tuan, tapi ehh—”

Karna posisi Draco duduk, jadi saat Ia terlelap tubuhnya terjatuh ke belakang, atau lebih tepatnya ke tubuh Hermione..

Dan posisi mereka sekarang adalah, Hermione menahan badan Draco.

“Dingin.” gumam Draco.

“Tuan, tidur aja ya?”

“Dingin.” Draco meraih tangan Hermione dan menggenggam tangannya.

Memang dingin, tapi Hermione merasakan udara di sekitarnya panas.

Hermione perlahan menidurkan Draco di posisi yang seharusnya.

Saat Hermione ingin melepaskan tangannya, Draco malah semakin menarik tangannya ke dalam pelukannya.

“Eh?”

“Temenin saya tidur, udah lama saya gak ngerasain nyaman seperti ini.”

“Dingin ya? Tapi kenapa gue ngerasanya malah panas?”


© urhufflegurl_

Ingin dia.

**

Sudah 3 hari Draco koma, akhirnya Ia sadar. Ia membuka matanya perlahan dan mengerjap ngerjap menerima cahaya lampu yang masuk.

Orang yang pertama Ia lihat adalah Pansy, Theo dan Blaise. Mereka bertiga kebetulan sedang sama-sama ada di rumah sakit menemani Draco.

“Akhh.” gumam Draco memijit kepalanya yang cukup sakit.

“Akhirnya lo sadar juga Drake.” ucap Pansy tersenyum bahagia.

Draco hanya mengangguk dan menikmati sisa rasa sakit dikepalanya.

“Oh iya, lo masih harus di rawat disini. Jadi, lo dirawat sama ART lo ya, yang udah lama kerja sama lo kok lo tenang aja.” ucap Pansy mengusap lengan Draco perlahan.

Draco menggelengkan kepalanya. “Hermione aja.”

Semua terkejut mendengar itu, bagaimana bisa Draco ingin dirawat sama Hermione?

Sadar Ia barusan menyebutkan nama Hermione, Ia jadi ingat terakhir Ia tersadar saat Ia meminum racun itu. Apakah Hermione baik baik saja? Ia tidak dipaksa meminum racun itu kan oleh Daphne?

Ia sangat ingin menanyakan itu kepada teman-temannya, tapi tidak mungkin. Ia tidak bisa melakukan itu.

“Maksudnya?” tanya Pansy.

“Hermione aja yang rawat gue. Dia yang udah bikin gue kayak gini.” balas Draco.

“Drake tapi bukan—”

Pansy menarik tangan Theo sebelum Theo menyelesaikan apa yang Ia katakan. Theo yang mengerti pun mundur dan terdiam.

“Pokoknya dia aja yang rawat gue.” balas Draco.

“Yaudah nanti kita suruh Hermione kesini.” ucap Pansy.

“Gue tau yo, bukan Hermione yang masukin racun itu, tapi Daphne.”


© urhufflegurl_

I'm yours.

**

Lelaki yang sangat tampan itu berdiri disana. Diatar altar menanti sang pujaan hati untuk keluar menghampirinya. Tangannya daritadi tak berhenti bergetar, matanya sudah siap mengeluarkan air mata dan hatinya penuh dengan bunga dan kupu-kupu yang berterbangan.

Ia sangat bahagia. Bahkan tak ada kebahagiaan apapun yang melebihi semua ini. Hanya Hermione, cukup Hermione didalam hidupnya. Tak ada orang lain.

Draco menghela nafasnya menenangkan dirinya sendiri. Senyumnya semakin melebar ketika sang pujaan hati mulai keluar dan berjalan mendekat ke arahnya.

Benar saja. Hermione sangat cantik. Sangat sangat sangat cantik. Air matanya meleleh tak kala melihat sang wanita yang ada dihadapannya. Hati nya terus mengucapkan syukur. Akhirnya, setelah penantian panjang, Ia bisa bersatu dengan Hermione. Ia bisa bersama dengan Hermione.

“You are the prettiest, Hermione.”

“Thanks, Draco.”

Draco dan Hermione saling menatap satu sama lain. Hermione ikut menangis ketika melihat Draco menangis.

Richard Granger pun akan memulai acaranya.

“Saya titipkan putri kami, Hermione Jean Granger, untuk menjadi istrimu. Tolong dijaga, disayangi dan dicintai seperti kami menyayangi, mencintai dan menjaganya selama ini. Kami doakan agar pernikahan kalian bahagia dan selalu diberkati.”

Mereka berdua kini berdiri berhadapan, saling berpegangan tangan, acara sakral ini sebentar lagi akan dimulai.

“Draco Lucius Malfoy, maukah saudara menikah dengan Hermione Jean Granger yang hadir di sini dan mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun dalam duka?”

Draco tersenyum. “Ya, saya mau.”

“Hermione Jean Granger, maukah saudara menikah dengan Draco Lucius Malfoy yang hadir di sini dan mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun dalam duka?”

“Ya, saya mau.”

Akhirnya. Janji suci diantara mereka berdua telah terucap. Rasa cinta dan kasih sayang yang merekatkan mereka berdua. Walaupun banyak sekali cobaan yang datang, jika sudah ditakdirkan untuk bersama, mau apa lagi?

Draco memeluk Hermione dengan erat. Begitupun Hermione. Lalu, Draco perlahan mencium bibir Hermione.

Bahagia. Hanya itu lah yang kini ada dikamus kehidupan Draco Malfoy.

Sudah cukup berpisah dengan Hermione hanya 4 tahun saja, Ia tidak ingin melepaskannya lagi. Ia ingin selalu bersama Hermione selamanya. Dan dengan putri kecil mereka, Lyra Granger Malfoy.

Hermione adalah rumahnya. Begitupun dengan Draco adalah rumah Hermione.

Mereka saling mencintai dan menyayangi.

Dan kini mereka telah bersatu.

Selamat berbahagia Draco dan Hermione Malfoy.


© urhufflegurl_

Jakarta.

**

“Siap?”

Hermione mengangguk. Mereka hari ini akan terbang ke Jakarta. Hermione sangat gugup, Ia takut Ia tidak akan diterima dirumah nya sendiri.

Melihat Hermione yang tegang, Draco menggenggam tangannya.

“Semua akan baik baik aja sayang.” bisik Draco kepada Hermione.

Hermione tersenyum dan mengangguk. Keberadaan Draco benar benar membuatnya kuat.


Tak butuh waktu lama mereka di perjalanan, akhirnya mereka sampai di Jakarta.

Hermione sangat merindukan suasana kota Jakarta yang jauh berbeda dengan suasana Labuan Bajo.

“Mommy, kita kemana?” tanya Lyra yang berada di gendongan Draco.

“Kita mau ke rumah grandma, grandfa dari Mommy, sayang.” balas Draco.

“Yeaay, ketemu grandma grandfa lagi.” balas Lyra senang.

Mereka pun melakukan perjalanan menuju rumah Hermione.

Sesampainya di kediaman Hermione, jantung Hermione semakin berdebar kencang. Ia sangat takut menghadapi kedua orang tuanya.

Namun, genggaman Draco membuatnya kuat.

Tok tok tok

Hermione mengetuk pintu rumah nya perlahan. Tak butuh waktu lama, akhirnya pintu rumah itu terbuka.

“Mama?”

Hermione menangis saat itu juga melihat Helena keluar dari rumahnya. Hermione berlutut di depan sang Mama dan menangis.

“Ma, maafin Hermione.. Maaf Ma..”

“Hermione, sayang..” Helena ikut berlutut dan memeluk Hermione.

“Mama rindu kamu nak, mama sangat rindu kamu. Maaf, maaf Mama sangat jahat waktu itu sampe ngusir kamu, Mama minta maaf sayang..”

“Hermione yang harusnya minta maaf. Hermione minta maaf udah ngecewain Mama, Hermione minta maaf udah bikin Mama malu, Hermione minta maaf Ma..”

“Mama udah maafin Hermione, nak.”

Draco terharu melihat kenyataan bahwa Hermione diterima dengan hangat dikeluarganya. Ia sangat senang, akhirnya Hermione diterima kembali di keluarganya.

“Hai, gadis kecil. Siapa namanya?” tanya Helena kepada Lyra.

“Lyra.” balas Lyra malu-malu.

“Lyra, ini grandma. Ma, ini Lyra, anakku.”

“Oh My Godness. Lyra cucu nenek, sini sayang..” Helena mengambil alih Lyra dari gendongan Draco.

“Ayo masuk, Hermione, Draco.”

Hermione dan Draco masuk ke dalam rumah, sore itu mereka saling mengobrol, Draco meminta maaf yang sebesar-besarnya atas semua kesalahannya karena telah membuat Hermione menderita.

Untung saja Helena memaafkannya, yang pasti sekarang, Draco harus bertanggung jawab atas apa yang telah Ia lakukan.

Dan Draco memang ingin melakukannya.

Ia ingin menikahi Hermione dalam waktu dekat.


© urhufflegurl_

Process.

**

Narcissa, Lucius dan Astoria langsung menuju kediaman Draco Malfoy ketika mereka sudah sampai di Labuan Bajo.

Narcissa mengetuk pintu rumah Draco dengan keras.

“Draco, buka!” Teriak Narcissa geram.

Draco membuka pintunya. Dan baru saja Ia keluar, Narcissa langsung menamparnya dengan keras.

“Kurang ajar! Kamu telah mempermalukan keluarga Malfoy, Draco! Maksud kamu apa batalin tunangan dengan keluarga Greengrass hah?!” Narcissa berteriak.

“Tenang dulu Mom, ini kota orang. Masuk dulu lah.” Balas Draco dengan santainya.

Mereka pun masuk ke dalam rumah Draco dan berkumpul di meja.

“Coba jelaskan ke Papa, mengapa kamu melakukan ini semua, Draco?” Tanya Lucius.

“I found Her. Hermione.” Balas Draco yang membuat semua terkejut.

“Hermione?” Tanya Astoria.

Draco mengangguk. “Pacar gue.”

“Berani-beraninya—”

“Dan calon istri gue.” Lanjut Draco yang membuat Narcissa semakin geram.

“Oke, you found her, and then why Draco? Kenapa harus membatalkan semua tunangan ini?” Tanya Lucius.

“Dia hamil—” balas Draco melirik Narcissa.

“Dan dia mengandung anakku.” Lanjutnya.

“How you dare. Bagaimana bisa kamu menganggap anak itu anak kamu hah?” Tanya Narcissa.

“Draco udah kirim fotonya ke mama kan? Dan mama liat, She's a malfoy, Mom.”

“No, she's not a malfoy, Draco.”

“Terserah, tapi dia anakku.”

“Jadi—” ucap Astoria mengambang.

“Jadi maaf Astoria, gue cinta sama Hermione.”

“Bukannya kamu cinta sama aku? Kamu yang bilang kan?”

“Iya, tapi itu dipaksa sama Mama. Gue sebenernya gak pernah cinta sama lo, Astoria. Lo inget kan gue selalu pergi liburan sendiri? Itu bukan liburan, tapi selama 4 tahun ini, gue cari Hermione kemana mana, tapi takdir mempertemukan gue sama dia disini. Dan gue gak mau mikir dua kali, gue gak akan pernah meninggalkan dia lagi. Apalagi ada Lyra sekarang.” Ucap Draco dengan tegas.

Astoria terdiam, Ia menangis. Perih rasanya mendengar lelaki yang Ia cintai selama ini ternyata tidak mencintainya.

“Kamu bener bener anak kurang ajar, Draco! Dimana dia? Mama mau ketemu sama dia!”

“Apa sih Ma? Cukup ya, Mama yang buat Hermione pergi ninggalin Draco. Mama yang bikin dia menderita, Mama yang bikin dia terbuang. Mama yang kurang ajar, Mama keterlaluan! Mama mengusir dia dengan sadis, mengeluarkan semua kata kata kasar. Emang mama fikir dia gak sakit hati? Hermione sakit hati ma, sampe akhirnya Hermione memutuskan untuk meninggalkan Draco!”

“Mama gak peduli, Mama mau ketemu sama dia.” ucap Narcissa berdiri.

“Jangan Ma.” Draco menahan Narcissa agar tidak keluar dari rumahnya.

“Draco gak akan biarin Mama sentuh Hermione lagi, sedikitpun.” tegas Draco.

Narcissa tidak mendengar nya, Ia mendorong Draco dan jalan menuju rumah Hermione.

Narcissa tau dimana rumah Draco dan Hermione atas informasi Dipsy (dipaksa).


Canda tawa Hermione dan Lyra terpaksa harus terhenti ketika mendengar ketukan pintu yang begitu keras.

“Siapa itu Mommy? Kok ketuk pintunya keras keras?” tanya Lyra.

“Mommy gak tau sayang, Mommy keluar dulu ya, Lyra tunggu disini.”

Lyra mengangguk dan melanjutkan aktivitas mainnya.

Sama seperti Draco, Hermione yang baru saja keluar dari rumahnya tiba tiba mendapatkan serangan tamparan dari Narcissa namun bedanya Hermione tidak merasakan tamparan itu karna di halangi oleh Draco.

“Don't you dare touch her, Mom.” ucap Draco geram.

“Tante Cissy?”

“Kamu memang perempuan kotor! Kurang ajar! Bisa bisanya kamu—”

“Ma! Di dalem ada Lyra. Lyra masih kecil, jangan pernah mengatakan kata kata kotor di depan dia.” ucap Draco.

Narcissa menatap Draco kesal.

Hermione tersenyum kepada Narcissa, Lucius dan Astoria.

“Ada urusan apa sehingga jauh jauh kesini, Om, Tante?”

“Begini, Hermione—”

“Mommy?” suara lembut itu memotong omongan Lucius.

“Aku dengar suara Daddy disini, oh hai Daddy.” sapa Lyra memeluk Draco.

“Hai sayang.” Draco menggendong Lyra dan mencium pipinya.

“OMG Hai, little girl, who are you?” tanya Lucius dengan lembut.

“I'm Lyra. Daddy, Tuan ini punya rambut sama kayak kita.” ucap Lyra malu-malu.

“Iya sayang, Tuan ini Papa nya Daddy, grandfather.” balas Draco.

“Mommy, I have a grandfather too.” ucap Lyra kepada Hermione.

“Kamu punya kakek nenek yang lengkap sayang.” bisik Hermione mengelus rambut Lyra.

“Emm— Maaf om, tante, mungkin sebaiknya kita bicara didalam?” tanya Hermione.

Lucius menyetujuinya, mereka pun berbicara di dalam rumah Hermione.

“Maaf rumahnya kecil, karena yang tinggal disini hanya saya dan Lyra.” ucap Hermione tersenyum.

“Gapapa sayang, rumah kamu bagus.” balas Draco.

Hermione hanya tersenyum hangat kepada Draco.

“Ada yang bisa saya bantu, om, tante?” tanya Hermione.

“Maaf sebelumnya, bisa kamu jelaskan kenapa bisa punya anak dengan Draco, Hermione?” tanya Lucius to the point.

Hermione melirik ke arah Draco menandakan Ia tidak ingin menjawab pertanyaan itu.

“Maaf Pa, Ma, Draco yang kelepasan. Draco terlalu nafsu saat itu.”

Lucius menghela nafasnya. “Sebrengsek brengsek nya seorang lelaki itu adalah lelaki yang berani membuka kesucian seorang wanita, Draco. Apalagi sampai hamil dan memiliki anak.”

“Maaf Pa..”

“Tapi, sebrengsek brengsek nya seorang lelaki yang menghamili perempuan, lebih brengsek lagi lelaki yang tidak bertanggung jawab akan hal itu.” lanjut Lucius.

“Pa?”

“Apalagi anaknya sudah besar dan cantik seperti ini.” ucap Lucius tersenyum hangat kepada Lyra.

“Terima kasih, Tuan.” balas Lyra.

“Hei anak manis, kok Tuan? Grandfather..”

“Grandfather.” ucap Lyra dengan lucunya.

“Lucius, maksud kamu apa? Bagaimana dengan Astoria dan pertunangan itu?” tanya Narcissa.

“Kita upgrade aja jadi pernikahan.” balas Lucius dengan enteng.

“Draco? Sama Astoria?” tanya Draco.

“No, kamu sama Hermione dong.” balas Lucius yang membuat Draco tersenyum senang, namun tidak dengan Hermione yang semakin sedih.

“Lucius! Kita pergi dari sini, bicarakan semua ini di rumah Draco.” Narcissa menarik tangan Lucius dan mereka pun keluar dari rumah Hermione, kecuali Draco.

“Hei, are you okay? Kenapa mukanya sedih gitu?” Tanya Draco.

“Draco, aku— aku gak mau kembali ke Jakarta.”

“Hermione..”

“Draco, aku gak bisa.”

“Sayang, hadapi semua ini bersama-sama ya? Setelah dengan Mama, Papa selesai, kita ke rumah kamu, kembali ke orang tua kamu. Mereka pasti rindu kamu, Hermione. Mereka pasti memaafkan kamu. Sebesar apapun kesalahan anak, orang tua pasti akan memaafkannya.”

“Tapi, Draco.. Jakarta itu kejam. Aku gak bisa bayangin gimana nanti aku dihina, kalau aku gapapa dihina, tapi gimana kalau nanti Lyra yang dihina?”

“Hermione, aku gak akan pernah biarin siapapun ngehina kalian berdua.”

“Tapi, Draco—”

“Hermione denger aku, sekarang aku mau beresin masalah aku dengan orang tua ku dulu, udah itu kita nikmatin waktu berdua ya? Keputusan kita kembali ke Jakarta atau enggak, itu kita fikirin nanti ya?”

Hermione mengangguk, Draco mengecup keningnya dengan lembut.

“Aku enggak, Daddy?” Tanya Lyra.

Draco dan Hermione sama-sama tertawa.

“Sini, Daddy cium Lyra..” Draco mengecup kening Lyra cukup lama.

“Hihihi, terima kasih Daddy.” Lyra memeluk Draco.

“Sama-sama sayang.”


© urhufflegurl_

Ini berat, Draco.

**

“Hai, Lyra udah tidur?” Tanya Hermione saat masuk ke dalam rumahnya.

Draco terdiam, Ia masih kesal dengan kenyataan bahwa Hermione berusaha bunuh diri dan menyakiti dirinya. Terlebih itu didepan Lyra.

Merasakan ada yang aneh, Hermione menoleh ke arah Draco.

“Draco, kenapa?”

“Liat tangan kamu.” Ucap Draco dingin.

“T—tangan?”

“Iya, tangan kamu.”

“Kenapa?”

“Liat, Hermione.”

Hermione menelan ludahnya, Ia perlahan membuka jaket dan melihatkan tangannya kepada Draco.

Draco menarik tangan Hermione dengan lembut. Ia tersenyum menangis melihat beberapa luka terdapat dilengannya.

“Kenapa?”

“Draco.. Kamu tau ini berat untuk aku.”

“Aku tau, Hermione. Tapi kenapa harus nyakitin diri kamu sendiri? Kenapa harus di depan Lyra? Kenapa sayang? Kamu tau Lyra masih kecil, Lyra gak ngerti apa apa. Gimana kalau Lyra ngikutin kamu? Aku gak bisa bayangin itu, Hermione.”

“Aku ngelakuin ini gak didepan Lyra, Draco.”

“Iya tapi—”

“Draco..”

“Hermione, jangan pernah ngelakuin ini lagi aku mohon ya? Kamu punya aku sekarang, kita bisa bersama-sama lagi. Kita bisa bareng lagi. Aku akan selalu ada untuk kamu, disisi kamu, jadi tempat cerita, keluh kesah, jangan lampiasin semuanya dengan nyakitin diri sendiri, aku mohon. Aku mohon, Hermione..”

Hermione menangis dan menunduk. Draco yang tak tega melihatnya pun hanya bisa memeluk dirinya.

“Aku harus kehilangan semuanya demi Lyra, Draco. Kehilangan Mama, Papa, Harry, Ron, Ginny, kamu. Aku kehilangan semuanya demi mempertahankan Lyra. Kadang aku benci sama Lyra, bahkan aku pernah berfikir mau bunuh Lyra. Aku selemah itu untuk menanggung ini semua, Draco.”

Draco mengeratkan pelukannya. “Aku tau sayang. Kamu gak sendiri sekarang. Ada aku. Ada aku disini, aku akan selalu ada untuk kamu, Hermione. Jadi jangan pernah ngelakuin itu lagi ya?”

Hermione mengangguk. Ia sangat lelah bekerja seharian ini, ditambah harus menangis. Ia perlahan tertidur didalam pelukan Draco.

Draco mengecup kening Hermione lama, cukup lama. Sungguh, Ia sangat menyayangi wanita ini. Draco akan membiayai kuliahnya, Draco ingin Hermione meraih kembali cita-citanya tanpa ada yang menghalang-halangi nya lagi.

“I love you, Hermione.”

Draco menggendong Hermione dan menidurkannya di atas kasurnya.

“Aku janji, aku gak akan pernah tinggalin kamu, Hermione.”


© urhufflegurl_

What happen to you?

**

Siang ini, Draco sedang main di rumah Hermione bersama Lyra. Hermione menitipkan Lyra sebentar karena Ia ada keperluan mendesak di kantornya.

“Daddy, kenapa daddy baru datang?”

Pertanyaan itu berhasil membuat Draco terdiam.

“Mommy nangis terus setiap hari, tiap malam, Mommy selalu minum obat, Lyra gak tau itu obat apa, Mommy cuman jawab itu vitamin.”

Draco mengerutkan keningnya. “Obat?”

“Iya Daddy.”

“Terus Mommy kamu gimana lagi selama ini sayang?”

“Hmmm.. Lyra sering liat Mommy nangis, Lyra pernah liat Mommy pingsan, terus tangannya berdarah, Daddy. Itu semua bukan karna Lyra kan?”

Draco terkejut mendengar itu, Ia langsung memeluk Lyra.

“Lyra kok ngomongnya gitu? Bukan dong, Mommy itu pasti sayang banget sama Lyra. Lyra, Lyra suka nangis gak?”

Lyra mengangguk.

“Sama kayak Mommy, kalian sama sama suka nangis. Hati kalian lembut. Mommy itu orang baik, jadi Mommy gampang nangis.”

“Mommy nangis karena ada orang jahat ya Daddy?”

“No, sayang.. Mommy nangis karena kamu tumbuh jadi anak yang pintar dan baik. Mommy bangga banget sama Lyra.”

Lyra tersenyum. “Daddy, daddy gak nyakitin Mommy kan? Daddy kenapa baru datang sekarang?”

1 pertanyaan itu membuat Draco diam. Sudah telak. Draco kalah, Ia tidak bisa menjawabnya, Ia hanya mengecup rambut Lyra.


Draco memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar Hermione. Ia bergegas mencari obat apa yang dimaksud oleh Lyra.

Ternyata obat itu gampang di temukan. Hermione menyimpannya di laci nakas disamping kasurnya.

Saat itu juga, Ia terkejut ketika melihat obat itu.

“Obat tidur? Dan— gue kayaknya pernah liat ini obat, ini obat anxiety?”

Kaki Draco lemas ketika melihat 2 obat tablet itu. Sehancur ini hidup Hermione. Ia mengerti mengapa Hermione memiliki kedua obat ini.

Saat Hermione pergi, usianya masih berusia 19 tahun. Bahkan saat ini pun, Hermione masih berusia 23 tahun. Waktu yang seharusnya Ia gunakan untuk main dan menikmati masa dewasa, nangis karena tugas kuliah yang tiada henti, Hermione malah menghabiskan waktunya dengan seorang anak dari suatu perbuatan yang salah. Sendirian.

“Tangannya berdarah.”

Draco terus memikirkan itu. Apa selama ini Hermione selalu berusaha bunuh diri?

“Maaf, Hermione..”


© urhufflegurl_

Happy?

**

“Emmm strawberry! I like strawberry, Mom.” ucap Lyra sambil memakan buah strawberry.

“I know, Lyra. You like strawberry so much.” balas Hermione.

“Likes your mother.” timpa Draco.

“Yes daddy, Mommy suka banget sama strawberry.” ucap Lyra yang membuat Draco gemas.

Mereka telah selesai bermain, dan kini, mereka sedang menikmati makanan di pinggir pantai ditemani oleh indahnya senja.

“Oh iya Hermione..”

“Hmm?”

“Kamu bilang kemarin, kamu kerja kan? Kamu kerja apa?”

“Ah... Aku ngurusin kantor di pusat kota, cuman aku minta aku kerja di rumah, seminggu cuman 1 kali ke kantor.”

“Gitu.. Terus.. Kuliah kamu?”

“Gak aku lanjutin, Draco. Gimana bisa aku lanjutin kuliah aku, kalau aku kuliah, Lyra sama siapa?”

“Cita-cita kamu, masih kan?”

“Masih, dan itu akan selalu.”

Draco menghela nafasnya. Ia sangat ingin membicarakan ini dengan Hermione, tapi sepertinya waktunya belum pas.

“Coba ceritain Lyra suka apa, dan gak suka apa?” tanya Draco mengalihkan pembicaraan.

Hermione tersenyum dan pura-pura mikir. “Hmmmm.. Lyra sukanya apa ya? Lyra suka apa sayang? Di tanya Daddy tuh.”

Draco tersenyum manis ketika Hermione menyebutnya Daddy, sangat indah rasanya.

“Lyra suka strawberry, Daddy.” ucap Lyra yang masih memakan buah strawberry.

Hermione dan Draco sama sama tertawa melihat tingkah lucu Lyra.

“Lyra suka banget sama strawberry, kue keju, coklat, segala macam yang manis dia suka. Dia suka berenang, main pasir, main di pantai, dia suka banget nendang nendangin ombak, dan kabur waktu ombaknya ngedeketin dia.”

Draco sedikit tertawa mendengar itu.

“Terus?”

“Dia juga suka buku tau! Dari kecil, aku selalu bacain dia buku. Entah itu tiap mau tidur, lagi di waktu senggang, di waktu apapun itu.”

“Bagus dong, sama kayak mommy nya.” ucap Draco mencolek hidung Hermione.

Hermione tersipu malu ketika Ia mendapatkan kembali perlakuan manis itu.

“Terus, apa yang dia gak suka?”

“Hmm apa ya? Lyra gak suka durian. Dia pernah muntah waktu cium bau durian.”

“Ohya? Kok, semuanya sama kayak kamu sih? Yang nurun dari aku apa dong?”

“Yang nurun dari kamu?”

Draco mengangguk.

“Rambut, mata, kulit, hidung, sifat dia yang keras kepala dan pemberani. Pernah ada anak kecil laki-laki yang gangguin dia, dia bukan nangis, tapi dia lawan dengan berani.”

“Oh ya? Bagus dong. Jagoan daddy ini.” ucap Draco mengusap lembut kepala Lyra.

Hermione sedikit tertawa. “Jagoan Mommy juga.”

“Hermione..”

“Ya, Draco?”

“Are you happy with me right now?”

Hermione terdiam mendengar pertanyaan itu. Senyumnya meredup dan Ia mengalihkan pandangannya ke pantai.

“Hermione..”

“I'm happy with you, Draco. Makasih udah datang.”


© urhufflegurl_

I'm sorry.

**

Draco menggenggam tangan Hermione, tangisnya pecah mendengar semua yang diderita olehnya.

“Maaf.. Maafin aku, Hermione. Maaf...”

Hermione hanya diam, yang terdengar kini hanya isak tangisnya.

“Aku bukan ayah yang baik, aku bukan pasangan yang baik ya? Maaf, maaf selama ini aku gak datang, maaf selama ini aku gak ada untuk kamu, Hermione. Aku minta maaf. Pasti sulit ya? Kamu mengandung sendirian, 9 bulan, melewati semua hal yang menyakitkan. Membesarkan Lyra sendiri, pasti susah ya? Maaf, Hermione. Maaf..”

Isak tangis Hermione semakin besar mengingat susahnya Ia dulu mengandung dan membesarkan Lyra sendirian.

Draco semakin menggenggam tangan Hermione. Ia sangat ingin memeluknya, namun Ia sangat takut Hermione akan menolaknya.

“Hermione, tolong kasih aku kesempatan untuk membahagiakan kamu, membahagiakan Lyra, aku mohon.. Aku mohon, Hermione..”

“Kamu— mau tunangan kan?”

Draco menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Enggak, aku dijodohin tapi aku gak cinta sama cewek itu, aku gak cinta sama dia, aku cuman cinta sama kamu, Hermione. Dan itu akan selalu.”

“Draco— aku tau, aku tau mungkin sulit, tapi ini juga sulit untuk aku, maaf— maaf aku gak bisa kasih kamu kesempatan itu, maaf.”

“Enggak Hermione, Lyra anakku juga, dia anakku, tanggung jawab aku, aku harus ada untuk dia, aku harus ada untuk kamu. Udah cukup kamu lewati semua ini sendirian, Hermione. Udah cukup. Kamu pasti berat lewati semua ini sendiri. Astaga, bahkan aku gak bisa bayangin, malem malem kamu ngidam, kamu pengen makan ini makan itu, siapa yang beliin semua itu, Hermione? Siapa yang menuhin ngidam kamu? Siapa yang ngelus perut kamu, pinggang kamu disaat sakit? Hermione maaf, maaf..”

Draco menunduk dan menangis cukup kencang di hadapan Hermione. Ia merasa menjadi lelaki yang sangat buruk.

“Maafin aku, Hermione. Aku mohon kasih aku kesempatan.”

“Aku sayang kamu, Draco.”

Dengan penuh keberanian, Draco memeluk Hermione dan saat itu juga tangis Hermione pecah.

“Aku tiap malem kangen sama kamu, aku ngidam tapi gak ada yang bisa menuhin semua itu. Aku beli sendiri. Aku pengen banget peluk kamu, tapi kamu gak ada. Kamu gak ada disisi aku, Draco. Aku— aku sakit perut, perut aku keram, aku usap sendiri. Berat, Draco. Berat. Sakit.”

Draco mengeratkan pelukannya.

“Maaf Hermione, maaf..”

“Lyra tumbuh jadi anak yang baik, dan penurut. Jadi aku gak terlalu susah merawat dia sendiri. Tapi semuanya berat, Draco. Aku harus siap batin disaat aku dihina, aku hamil diluar nikah, aku diusir keluarga aku, bahkan aku dibenci sama semua sahabat aku, hanya Luna yang selalu ada di sisi aku. Yang lain gak ada, berat, Draco. Usia aku saat itu 19 tahun, mental aku gak kuat.”

Draco tak bisa berkata apa-apa selain menangis dan memeluk Hermione dengan erat.

“Maaf Hermione, maafin aku. Aku gak akan pernah lagi ninggalin kamu, aku janji.”

“Aku rindu kamu, Draco.”

“I miss you so much, Hermione. I love you.”

“Mommy?”

Suara lembut itu mengejutkan mereka, Hermione melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya dengan cepat.

“Sayang..” Hermione menghampiri Lyra dan menggendongnya.

“Aku bangun tapi gak ada siapa siapa.”

Hermione tersenyum dan mencium pipi Lyra. “Lyra mau mandi? Mandi ya sayang udah sore.”

Lyra mengangguk. “Why are you crying, Mommy?”

“It's oke dear. Mommy baik-baik aja.”

“Hai Lyra.” Sapa Draco tersenyum dan mengusap rambut Lyra.

“Uncle, Mommy nangis..” Ucap Lyra seperti mengadu.

“Iya sayang, Mommy kamu lagi terharu karna punya anak secantik dan sebaik Lyra.” Draco menyubit lembut pipi Lyra.

“Lyra mandi ya sayang? Kita mandi oke?” Ucap Hermione.

“Lyra mau mandi sama uncle? Di villa uncle ada kolam renang tau.”

“Oh ya? Lyra suka berenang, uncle.”

“Oh ya? Jadi tunggu apalagi? Mari kita renang?”

Lyra melirik Hermione seolah-olah Ia meminta izin.

Hermione tersenyum dan mengangguk. “Boleh, sayang.”

“Yeaay thank you Mommy.” Lyra mencium pipi Hermione.

Untuk pertama kalinya, Draco menggendong Lyra. Tangisnya kembali pecah, Ia mencium kepala Lyra cukup lama.

“Anak Daddy..” Bisik Draco.


© urhufflegurl_