litaaps

Sore itu dan Flashback.

**

Saat Hermione sampai di pantai, Draco sudah berada disana lebih dulu. Lelaki itu sedang duduk menikmati hembusan angin dan suara ombak yang bertabrakan.

Hermione duduk di sebelahnya.

“Hai, maaf aku gak nunggu di depan rumah, aku takut kamu risih atau—”

“It's okey, Draco.”.

“Hermione... Bisa jelasin ke aku sekarang kenapa?”

“Kamu ingat sore itu? Hujan, dingin, dan malam sebelum aku pergi?”

Draco mengangguk.

“Itu berhasil, Draco.”

Draco menggelengkan kepalanya. “Tapi, aku fikir semua itu gak akan berhasil, Hermione.”

“Aku juga mikir gitu, tapi kenyataannya itu berhasil. Aku hamil, Draco.”

Draco terdiam bungkam tak bisa berkata apa-apa. Ia tidak menyangka wanita yang Ia sayangi mengandung anaknya karena keteledorannya.

“Hermione—”

“Saat itu..”

Flashback

Hermione merasakan ada yang aneh di perutnya. Ia merasa mual dan tak enak badan. Sudah beberapa hari ini Ia merasakan mual, namun yang keluar hanya cairan biasa.

Setelah seminggu Ia merasakan itu semua, Ia baru menyadari satu hal. Waktu haid nya datang terlambat. Yang seharusnya Ia haid 2 minggu yang lalu, sampai saat ini haidnya belum kunjung datang.

Karena khawatir, Hermione memberanikan diri untuk ke apotik membeli test pack. Ia membeli 3 alat tes kehamilan itu, dan hasilnya positif.

Ia stres, Ia tak kunjung berhenti menangis, bahkan semua chat Draco Ia abaikan, Ia sangat membenci Draco dan Ia membenci dirinya sendiri.

Namun, karena Ia menyadari bahwa anak yang dikandungnya bukanlah suatu kesalahan, Ia akhirnya memberanikan diri untuk test ke dokter, bisa saja alat tes kehamilan itu salah, bukan?

Tetap saja, hasilnya sama, Ia positif hamil.

“Hermione?”

“Tante Cissy?”

Saat dirumah sakit, Ia bertemu dengan Narcissa, Ibu Draco. Narcissa tau Hermione mengandung, dan Ia sangat marah besar.

Saat Hermione datang ke rumah Draco, Ia diusir secara kasar oleh Narcissa.

“Dasar kamu wanita kotor! Hina! Anak saya tidak pantas memiliki hubungan dengan wanita kotor seperti kamu! Hamil diluar nikah, wanita macam apa kamu? Mau jadi apa nanti besar hah?!”

“Pergi kamu dari sini, jauhi Draco! Jangan pernah dekati anak saya lagi! Pergi kamu wanita kotor!”

Ia tidak diterima dimanapun, saat kedua orang tuanya tau bahwa Ia hamil, kedua orang tuanya marah besar, bahkan mengusir nya dari rumah.

Berkali kali Ia berniat ingin bunuh diri, namun Ia selalu ingat bahwa anak yang dikandungnya ini tidak bersalah. Anak ini tidak bersalah.

Dan Ia memutuskan untuk pergi jauh dari kota Jakarta, meninggalkan semua mimpinya, meninggalkan kuliahnya, meninggalkan semua cita-cita, keluarga, teman, dan juga Ia meninggalkan dia yang sangat Ia cintai.

Ia meninggalkan Draco. Ayah dari anak yang sedang Ia kandung, sekarang.

Flashback off

Hermione menghapus air matanya mengingat kenangan pahit itu, Ia menghela nafasnya lega, setidaknya Draco sudah tau bahwa dia memiliki anak. Mereka memiliki anak.

“Hermione..”

“Draco, aku gak pernah menyalahkan siapapun dari kejadian ini, semuanya semu untuk aku. Semuanya abu-abu. Yang pasti sekarang dan yang paling penting itu Lyra. Lyra yang paling penting untuk aku. Dia yang nemenin aku selama 4 tahun ini. Dia yang membuat aku kuat, Draco.”

“Draco, makasih udah datang. Aku selalu menunggu kamu didepan pintu, berharap kamu datang memeluk aku dan Lyra. Makasih.”


© urhufflegurl_

Finally, I found her.

**

Dunia serasa berhenti saat ini juga. 2 insan yang saling bertatapan ini terdiam tanpa berkata apa-apa.

“Mommy? Udah sore ya? Makanya Mommy jemput Lyra disini?”

“Hermione...” lirih Draco perlahan berdiri dan meneteskan air matanya.

Akhirnya. Akhirnya Draco bertemu dengannya. Wanita dihadapannya ini tak pernah berubah. Tetap cantik, dan tetap menjadi Hermione yang selalu Ia kenal.

“Lyra, ayo pulang sayang.” Hermione menggendong Lyra dan sedikit berlari menjauhi Draco.

“No, Hermione. Hei, listen to me. Hermione, kita harus selesaikan semua masalah kita.”

Draco mencoba untuk meraih tangan Hermione, namun Hermione dengan cepat menepisnya.

“Masalah kita? Kita udah gak ada urusan apapun lagi, Malfoy.” Balas Hermione dengan cepat pergi menjauh dari Draco.

“Hermione, tolong denger aku, aku mohon. Aku sengaja kesini untuk menyelesaikan semuanya. Hermione.”

“Stay away from me, Malfoy. Dan sebaiknya kamu pulang. Karena tempat kamu bukan disini.”

“Hermione, tapi—”

BRAK!

Hermione menutup pintu rumahnya dengan kencang sehingga membuat Draco terpaku dibuatnya.

“Mommy, are you okay?” Tanya Lyra berbisik ketakutan.

Hermione memeluk Lyra sambil menangis dan menciumnya. “I'm okey, Lyra sekarang mandi ke belakang ya? Lyra mau nurut kan sama Mommy?”

Lyra mengangguk dan menghapus air mata Hermione. “Mom, don't be sad, I'm here. Kalau uncle itu jahat sama Mommy, Lyra akan lindungi Mommy.”

Hermione tersenyum dan kembali memeluk Lyra. “Ya, honey.. Thank you so much.”

“Yasudah, Lyra mandi ke belakang ya?”

Lyra mengangguk dan mulai jalan ke belakang.

Setelah Lyra pergi, Hermione kembali menangis. Dadanya begitu sesak mengingat bahwa Draco kini telah berhasil menemukannya.

“Hermione? Plis, aku mau bicara, kita harus bicara, Hermione?” Draco mengetuk ngetuk pintu Hermione dengan lembut.

“She is a Malfoy, right? Lyra? Dia Malfoy kan?”

Hermione menggelengkan kepalanya. “No, Draco.” Bisiknya.

“Hermione, kita bisa bicara baik-baik, aku mohon. Hermione plis.. 4 tahun kamu pergi dari aku, kamu gak tau betapa aku rindu sama kamu? 4 tahun itu gak mudah untuk aku, Hermione. Jadi aku mohon, kita harus bicara. Aku mohon, Hermione.”

Hermione hanya menangis dalam tangisannya yang diam.

“Hermione, setelah 4 tahun, aku masih mencintai kamu. Aku mohon, Hermione.. Aku mohon..”

“Pergi, Draco!” teriak Hermione.

“Aku gak akan pergi dari sini, aku mau disini sampe kamu mau ngomong sama aku.”

“Pergi!”

“Hermione, aku mohon.”

“Draco, jangan buat keributan disini.”

“Aku gak buat keributan. Aku mohon, buka pintunya dan kita bicara baik-baik ya? Aku mohon?”

“Bahkan setelah 4 tahun, luka ini masih ada, Draco..” Bisik Hermione.


© urhufflegurl_

Blonde girl.

**

Ditengah fikirannya yang sangat penuh dan berisik, atensi Draco tiba tiba tertarik kesuatu objek yang ada jauh disana.

Matanya tiba tiba menangkap sesuatu yang cukup mirip dengannya.

“Dipsy, stop it.”

Dipsy menghentikan mobil yang sedang dikendarainya.

“Kita ke pantai yang disana.” perintah Draco.

Dipsy langsung menurut, Ia membawa mobil itu ke pinggir pantai yang dimaksud oleh Draco.

Sesampainya disana, Draco langsung turun dari mobil dan menghampiri seorang yang menarik perhatiannya.

“Hai, little girl. What are you doing here?” tanya Draco.

Gadis kecil itu mendongkak, matanya menyipit karena silau terkena matahari.

Draco yang melihatnya pun mensejajarkan posisi tubuhnya dengan gadis kecil itu.

“I'm sorry, but Mom told me that I never talk to stranger people, so excuse me, Mr.” Ucap gadis kecil itu dan hendak langsung pergi menjauhi Draco.

“Wait— I'm not a bad person, so—”

“Maaf uncle, tapi, bisakan kau bicara bahasa Indonesia?”

Draco sedikit tertawa mendengar itu. “Sorry, uncle fikir kamu orang bule because you have a blonde hair and a blue eyes.”

Gadis kecil dihadapannya itu menyipitkan kedua matanya menandakan tidak mengerti apa yang dikatakan Draco.

“Maksud uncle, uncle fikir kamu orang bule karna rambut kamu pirang dan kamu punya mata warna biru. Cantik. Sangat cantik.”

Gadis kecil itu tersenyum, “Thank you, uncle.”

Saat melihat senyumannya, Draco merasakan ada yang aneh. Ia merasa jantungnya berdebar cukup kencang, Ia merasa Ia sangat ingin memeluk anak ini dan menciumnya.

Mengapa anak ini memiliki warna rambut dan mata yang sama sepertinya? Siapa dia?

Dan, mengapa anak ini memiliki senyum yang sama seperti dia?

Draco seperti melihat Hermione kecil dihadapannya.

“Lyra!”

“Mommy?”


© urhufflegurl_

Prolog.

**

Cuaca kota Jakarta sore ini cukup gelap dilanda oleh awan hitam dan hujan yang cukup deras.

Andai saja Ia berada dirumah, mungkin Ia sedang tertidur sekarang, tapi saat ini Ia malah terjebak di apartment bersama sang kekasih.

“Disini dulu aja sayang, hujannya gede banget.”

“Udah mau malem tapi.”

“Aku bisa jelasin ke Mama kamu nanti.”

Ia membalikkan badannya dan terkejut ketika sang kekasih memeluknya.

“Draco! Hahaha lepas!”

“Ujan nih, kayaknya anget kalau kita tidur di kasur.”

Hermione memukul lengan Draco. “Enak aja! Tidur mulu bayangan kamu ya!”

Draco tertawa, lalu Ia mencium leher sang kekasih. “Wangi, aku suka banget wangi kamu.”

Hermione hanya tertawa geli melihat sang kekasih mencium lehernya.

Karena gemas, Draco menggendong Hermione dan membawanya ke atas kasur.

“Draco! Ih! Turunin!”

“Ini aku turunin.” ucap Draco menurunkan Hermione di atas kasur.

Kini, mereka saling bertatapan, posisi Hermione tertidur di kasur, sedangkan Draco diatasnya.

“I love you.” bisik Draco.

“I love you.” balas Hermione.

Sore itu, mereka melakukan hal yang tidak semestinya mereka lakukan pada usia mereka yang baru menginjak 19 tahun.

Ditengah dinginnya hujan dan gelapnya malam, mereka merasa hangat satu sama lain.


© urhufflegurl_

Prolog.

**

Cuaca kota Jakarta sore ini cukup gelap dilanda oleh awan hitam dan hujan yang cukup deras.

Andai saja Ia berada dirumah, mungkin Ia sedang tertidur sekarang, tapi saat ini Ia malah terjebak di apartment bersama sang kekasih.

“Disini dulu aja sayang, hujannya gede banget.”

“Udah malem tapi.”

“Aku bisa jelasin ke Mama kamu nanti.”

Ia membalikkan badannya dan terkejut ketika sang kekasih memeluknya.

“Draco! Hahaha lepas!”

“Ujan nih, kayaknya anget kalau kita tidur di kasur.”

Hermione memukul lengan Draco. “Enak aja! Tidur mulu bayangan kamu ya!”

Draco tertawa, lalu Ia mencium leher sang kekasih. “Wangi, aku suka banget wangi kamu.”

Hermione hanya tertawa geli melihat sang kekasih mencium lehernya.

Karena gemas, Draco menggendong Hermione dan membawanya ke atas kasur.

“Draco! Ih! Turunin!”

“Ini aku turunin.” ucap Draco menurunkan Hermione di atas kasur.

Kini, mereka saling bertatapan, posisi Hermione tertidur di kasur, sedangkan Draco diatasnya.

“I love you.” bisik Draco.

“I love you.” balas Hermione.

Sore itu, mereka melakukan hal yang tidak semestinya mereka lakukan pada usia mereka yang baru menginjak 19 tahun.

Ditengah dinginnya hujan dan gelapnya malam, mereka merasa hangat satu sama lain.


© urhufflegurl_

It's okey.

**

Pansy berdiri ketika melihat hanya Blaise yang datang ke rumah sakit.

“Theo kemana?” Tanya Pansy.

“Theo di manor, dia khawatir sama Hermione jadi dia mau nemenin Hermione disana.” Balas Blaise.

“Emang dasar anak baik, dia tuh gak cocok kerja bareng kita. Udah bener nerusin aja bisnis kontrakan bapaknya, malah milih jalan yang haram.”

Blaise tersenyum mendengar ucapan Pansy. Namun senyum mereka hanya sementara hingga Dokter keluar.

“Gimana dokter?” Tanya Pansy dengan segera.

“Racun yang ada di tubuh Mr. Malfoy sudah kami keluarkan semuanya. Sekarang tinggal menunggu Mr. Malfoy sadar dan pulih.” Balas Dokter yang membuat Pansy dan Blaise menghela nafasnya lega.

“Syukurlah..” Balas Pansy.

“Dia gak koma kan dok?” Tanya Blaise.

“Dibilang koma ya mungkin bisa karena saya sengaja memasukkan beberapa obat ke dalam tubuhnya untuk menetralisir racun takut nya masih ada yang tersisa di dalam. Jadi kemungkinan besar Mr. Malfoy baru akan tersadar mungkin 2 atau 3 hari ke depan.”

“Iya gapapa deh kalau emang itu yang terbaik. Terima kasih banyak dokter.”


Matanya mengerjap ngerjap lemah, sakit di kepalanya perlahan menghilang dan matanya berani untuk terbuka.

Ia sangat bersyukur yang Ia lihat adalah cahaya, bukan lagi kegelapan yang membuatnya sesak.

“Udah sadar?”

Pertanyaan itu membuat nya kaget dan langsung bangun.

“Eh tenang tenang, ini gue.. Theo.”

“Theo?”

“Iya, gue, Theo..”

Hermione melihat lihat sekitarnya. Dia ada berada di kamarnya. Bagaimana bisa?

“Mengapa saya bisa disini?” Tanya Hermione.

“Lo gak salah, jadi lo bisa keluar.”

Hermione membulatkan sempurna matanya ketika Ia mengingat kejadian yang membuatnya ditahan di sel tahanan.

“Mr. Malfoy, dia bagaimana? Bagaimana keadaannya? Dia gapapa kan? Dia baik baik aja kan?” Tanya Hermione panik.

“Eh tenang tenang, Draco kayaknya gapapa sih, tapi gue belum ada kabar dari Pansy.”

“Syukurlah, saya takut dia kenapa-napa.”

Theo tersenyum hangat, “Lo tenang aja. Semua akan baik baik aja.”

“Syukurlah..”

“Theo?”

“Ya?”

Theo menoleh ke arah Hermione.

“Kamu yang menolong saya ya?”

Theo sedikit tertawa, “Ah bisa aja. Bukan. Yang nolong lo ya diri lo sendiri, karena lo terbukti gak salah.”

“Tapi, kamu yang membawa saya kesini?”

“Iya, gendong doang.”

“Makasih ya.”

“Sama sama. Udah lo tenang aja, semuanya baik baik aja. Lo tidur, istirahat ya?”

Hermione mengangguk, namun kemudian Ia memasang wajah sedih.

“Saya mau rawat Mr. Malfoy.”

“Hah?”

“Dia sakit, pasti dia gak ada yang rawat kan? Saya mau rawat dia, boleh?”

“Lo kalau mau rawat dia, harus atas izin dia. Kalau gak ada izin dia ya percuma, lo diusir ntar sama dia.”

Hermione menunduk sedih.

“Udah lo tenang aja. Ntar gue bakalan selalu kabarin lo kondisi Draco.”

Mendengar itu, Hermione tersenyum. “Terima kasih, Theo.”

“Sama-sama Hermione.”


© urhufflegurl_

Pengakuan.

**

Setelah sampai manor, Theo dan Blaise segera menghampiri Dipsy.

“Keluarkan Hermione Granger. Dia gak bersalah kan?” Tanya Theo kepada Dipsy.

“Baik, Tuan.”

Mereka sama sama ke sel tahanan yang berada di bawah tanah dan Theo terkejut melihat Hermione dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Ia langsung membawa Hermione keluar dan menggendongnya menuju kamarnya.

“Dia pasti syok. Kurang ajar, siapa yang berani ngelakuin ini?” Tanya Theo kepada Dipsy.

“Lebih baik kita bicarakan semua ini di luar ruangan Miss Granger, Tuan.”

Theo dan Blaise mengangguk, mereka sama sama keluar meninggalkan Hermione sendiri didalam kamarnya.

“Gimana Dipsy?” tanya Blaise.

“Kami sudah memaksa ART itu untuk memberitahu siapa yang menyuruhnya. Namun, dia terus menjawab bahwa Miss Granger lah yang menyuruhnya.”

Blaise dan Theo saling berpandagan satu sama lain.

“Biar kita aja yang urus dia.” putus Blaise.

“Baik, Tuan. Saya permisi, karena ada yang ingin bertemu dan berbicara dengan saya akan kasus ini.”

Blaise dan Theo sama sama mengangguk. Mereka pun sama sama kembali ke sel tahanan dan menghampiri tersangka.

Saat melihat Blaise dan Theo, wanita tua itu mengerjap terkejut.

“Oh anda. Gimana sel tahanan manor hmm? Enak?” tanya Blaise dengan tenang.

“Tolong lepaskan saya. Saya tidak bersalah, saya disuruh oleh Hermione!”

“Disuruh sama Hermione? Dibayar berapa sama dia sampe anda berani meracuni Tuan mu sendiri?” Tanya Blaise.

Wanita tua itu terdiam, Ia benar benar ketakutan berada di sel tahanan ini.

“Liat tangannya, udah merah. Itu artinya Dipsy sudah meminta mu secara paksa untuk berbicara ya?” Tanya Theo mengangkat halisnya.

Wanita tua itu terdiam, Ia menutup kedua lengannya yang merah karena pukulan Dipsy.

“Mau kita tambah?” Tanya Theo menyeringai.

Wanita tua itu menggelengkan kepalanya.

“Anda tau kan, kami punya kekuasaan lebih daripada Dipsy jika menyangkut soal Draco Malfoy. Dia lagi di rumah sakit, sekarat, itu semua berkat racun yang anda tuangkan ke dalam minuman. Jika anda tidak membuka mulut soal siapa yang menyuruh anda, kami putuskan disini anda lah yang bersalah. Kami akan utus semua permasalahan ini ke kantor polisi. Atau— langsung disini aja? Saya tinggal bawa senjata milik Draco dan membunuhmu disini.” Ucap Theo yang membuat wanita tua itu semakin panik.

“Cepat katakan atau—”

“Saya disuruh. Saya mengakui, saya disuruh.”

“Oleh?”

“Nona Daphne.”


© urhufflegurl_

Gelap.

**

Hermione diseret secara paksa oleh 2 anak buah Draco. Hermione menangis dan memberontak. Ia terus menyangkal bahwa bukan Ia lah yang memasukkan racun itu ke dalam minuman milik Daphne. Bahkan Ia saja tidak tahu jenis racun apa yang ada didalam minuman itu.

“Bukan saya yang melakukannya! Saya berani sumpah, bukan saya!” Teriak Hermione memberontak.

Tubuh Hermione didorong secara kasar kedalam sel tahanan bawah tanah Malfoy Manor.

Sel tahanan yang begitu sempit, gelap, bahkan tak ada satupun titik cahaya yang masuk ke dalamnya.

Tangis Hermione semakin menjadi ketika 2 anak buah itu pergi meninggalkannya sendiri disini.

“Enggak, bukan gue.. Bukan gue yang masukin racunnya, bukan gue! Gue berani sumpah, demi Tuhan bukan gue yang masukinnya.” Racau Hermione.

Ia merasakan dadanya sangat sesak. Sel tahanan yang sempit dan gelap ini membuat kepalanya sakit, dan dadanya sesak.

“Bukan gue.. Gue gak pernah ada niat jahat, gue bahkan gak tau itu racun apa, bukan gue..” Racau Hermione.

Karena tidak tahan dengan atmosfir di sekelilingnya, Hermione perlahan terjatuh dan semuanya menjadi gelap.


© urhufflegurl_

Racun.

**

Semua berkumpul di meja makan atas rencana Daphne. Draco, Theo, Blaise, Pansy dan Daphne akhirnya kembali makan bersama setelah sekian lama mereka tidak pernah melakukannya.

“Gue seneng banget bisa kumpul lagi kayak gini sama kalian, udah lama gak sih?” Tanya Daphne dengan ceria.

Pansy mengangguk. “Kapan ya terakhir?”

“2 bulan yang lalu. Gue inget banget waktu itu ngerayain ultahnya si Draco.” ucap Theo.

“Ah bener! Udah lama kan, gila.” seru Daphne.

Draco hanya diam saja melihat mereka semua mengobrol, sungguh wanita ini sangat indah memainkan dramanya. Begitulah fikir Draco.

Tak lama mereka menunggu, akhirnya makanan dan minuman datang satu persatu. Yang menyajikan bukan hanya Hermione, melainkan ada 4 ART yang juga ikut menyajikan disana karena menu makanan yang cukup banyak.

Semua berjalan dengan lancar awalnya, hingga tiba lah saat Hermione menyajikan minuman untuk Daphne.

“Wait—” ucap Daphne yang membuat Hermione berhenti melangkah.

Disebrang sana, Draco memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Daphne.

“Lo pembantu baru disini kan?” Tanya Daphne kepada Hermione.

Hermione mengangkat halisnya. “Pembantu?”

“Iya, pembantu kan?”

Draco berdeham sedikit, “Daph, udah ayo makan aja. Kamu pergi dari sini, kembali ke dapur.” Perintah Draco kepada Hermione.

Hermione mengangguk dan membalikkan badannya, namun lagi-lagi Daphne membuatnya berhenti.

“Ewh, ini minuman apa? Kok bau? Lo kasih racun ya?!” Teriak Daphne.

“Racun? Punya kesempatan untuk keluar dan membeli racun saja saya tidak ada, darimana saya bisa punya racun dan menuangkannya ke dalam minuman?” Ucap Hermione penuh dengan berani.

Tak terima dengan jawaban Hermione, Daphne berdiri dan menggebrak meja.

“Lo berani ya? Lo tau gak siapa gue hah?! Gue calon istri Draco, yang artinya gue akan menjadi nyonya disini! Nyonya! Tuan nya lo! Lo cuman pembantu jangan belagu!” teriak Daphne.

“Daph, apaan sih? Udahlah, bener apa kata Hermione, dia bahkan gak pernah keluar, gimana bisa dia kefikiran pakein lo racun? Aneh.” sela Theo.

“Lo cium sendiri minumannya. Bau The. Udah pasti ini dikasih racun! Oh, atau— lo mau cari perhatiannya Draco kan? Biar gue mati, dan lo jadi pacarnya Draco, iya kan?”

Mendengar itu, Draco langsung berdiri. “Daphne. Jangan sembarangan kalau ngomong!”

Hermione mengerutkan keningnya dan sedikit tersenyum. “Bahkan untuk mikir menjadi kekasih Tuan Malfoy aja saya tidak pernah. Otak saya terlalu sibuk untuk merencanakan itu semua. Saya permisi.”

“Tunggu!” Teriak Daphne yang lagi-lagi membuat Hermione berhenti.

“Daph, kita mau makan loh? Gue laper.” Ucap Theo.

“Lo diem. Gue yakin ini minuman pasti dipakein racun, soalnya bau banget. Coba lo sini, dan lo minum minuman ini.” Daphne memberikan minuman itu ke Hermione dan Hermione menerimanya.

Sebelum meminum minuman itu, Hermione menciumnya terlebih dahulu, dan memang minumannya memiliki bau yang tidak sedap.

Saat baru saja Hermione meminum minuman itu, tiba tiba Draco menghampiri nya dan mengambil gelas yang sedang dipegang oleh Hermione.

“Lo bilang dia masukin racun?” Tanya Draco.

Daphne membulatkan matanya sempurna, dadanya naik turun tak karuan.

“Drake, apaan sih? Biar dia aja yang coba. Lo coba cium aja, minumannya beracun! Minumannya bau!” Pekik Daphne.

“Oke, biar gue yang buktiin sendiri.” Ucap Draco meminum minuman itu dan membuat semua orang disana terkejut.

“T—Tuan, padahal gapapa say—”

“Liat kan? Gak ada apa apa. Emang lo aja yang aneh.” Ketus Draco menyimpan gelas itu di atas meja.

“Kamu kembali ke dapur.” Bisik Draco kepada Hermione.

Hermione mengangguk dan menurut, Ia kembali ke dapur tanpa ada yang menghalanginya lagi.

Dan Draco, kembali duduk di bangkunya.

“Ayo makan.” Ucap Draco kepada teman temannya.

Di tengah aktifitasnya, Draco merasakan ada yang aneh di dalam tubuhnya. Perutnya tiba tiba sakit, pundaknya panas, kepalanya pusing dan Ia merasakan mual luar biasa. Keringat dingin membanjiri seluruh tubuhnya.

Melihat ada yang aneh dari Draco, Pansy mencoba memberinya air putih.

“Are you okay?” Tanya Pansy memberikan Draco air putih.

Draco menunduk karena merasakan kepalanya sangat sakit. “Oke.”

“Drake, muka lo pucet banget, lo kenapa?” Tanya Pansy panik.

“Liat kan? Udah gue bilang itu minuman ada racun!” Teriak Daphne menghampiri Draco.

Semua panik melihat Draco yang tiba-tiba memegang kepalanya. Blaise memanggil anak buah Draco untuk menyiapkan mobil hendak membawa Draco ke rumah sakit.

Ditengah ke panikan semua, Draco kehilangan kesadarannya dan mulutnya mengeluarkan busa yang cukup banyak.


© urhufflegurl_

Relax.

**

Setelah selesai membuatkan kopi, Hermione segera bergegas kembali ke taman belakang. Untung saja jarak dapur dengan taman belakang tidak terlalu jauh seperti jarak dapur ke ruangan Draco yang benar benar jauh.

Hermione sedikit terkejut ketika melihat Draco sudah berada disana dengan posisi duduk di bangku.

“Permisi, Tuan.” ucap Hermione menaruh kopi di atas meja.

“Duduk.” perintah Draco.

“Eh?”

“Duduk aja.”

Akhirnya Hermione menurut, Ia duduk di bangku sebelah Draco yang hanya terhalang satu meja.

“Katanya mau liat uler?” gumam Hermione berbisik namun dapat terdengar oleh Draco.

“Saya yang mau liat, kenapa kamu yang gak sabar?” tanya Draco berdiri.

“Hehehe, penasaran.” ucap Hermione.

Draco jalan lebih dulu dibanding Hermione, Hermione jalan dengan hati-hati karena Ia takut sama ular.

Sampai tiba di salah satu tempat yang cukup menyeramkan, Hermione bergidik merinding ketika Draco mengeluarkan ular yang cukup besar.

“Ih serem banget, gede banget?!” Tanya Hermione bergidik merinding.

Draco sedikit tersenyum, “Makanya jangan macem-macem. Saya punya banyak cara untuk membunuh kamu.”

Mendengar itu, Hermione cemberut. “Ngebunuh mulu fikirannya, gak seru.”

Melihat Hermione cemberut, Draco sedikit tersenyum.

“Gemes.”

“Eh Drake— maksud saya, Tuan Malfoy.. Coba deh kita ke daerah sungai. Terus denger suara air nya, bener bener nenangin banget.”

Draco menoleh, Ia menyimpan kembali ular peliharannya dan menutup kandangnya.

“Ayo.”

Hermione tersenyum senang Draco mengiyakan ajakannya. Dia jalan dengan senang hati menuju sungai.

“Gue benci buat bilang ini, tapi— lo lucu, Hermione.”

Sesampainya disungai, Hermione merentangkan kedua tangannya menikmati hembusan angin yang menerpa kulit wajahnya.

Diam diam, Draco memperhatikan wajah Hermione. Kata kata Theo kemarin benar benar terus mengiang ngiang di kepalanya.

Bagaimana Theo mengatakan Hermione cantik, bagaimana Theo mengatakan bahwa Hermione adalah wanita yang pantas untuk diperjuangkan.

Sepertinya Draco mulai setuju dengan perkataan Theo.

Baru saja Ia memikirkan hal itu, Draco langsung menepis fikirannya dengan kasar.

“Enggak, gue gak boleh jatuh ke pelukan orang yang udah bikin hidup gue hancur. Inget Draco, lo bawa dia kesini buat bunuh dia dan balas dendam.”

“Ih ngapain bengon?” Tanya Hermione membuyarkan lamunan Draco.

“Ayo, coba tutup mata dan nikmatin angin sama suara air nya, bener bener nenangin tau.”

Draco hanya sedikit tersenyum dan mengikuti apa yang barusan dikatakan oleh Hermione. Dan benar, Ia menjadi sedikit lebih tenang dan relax dari sebelumnya.

Sungai ini sudah ada bahkan sebelum Ia lahir. Tapi mengapa baru kali ini Ia merasakan kesejukan dan keindahannya?

Setelah melakukan itu, Draco melirik ke arah Hermione dan Ia mengutuk dirinya sendiri karena terpana akan kecantikan Hermione yang sedang tersenyum dan rambut berterbangan karena angin.


© urhufflegurl_