litaaps

Pertemuan.

**

Tinggi bangunan ini sekitar 5 meter. Dan Ia berdiri diatasnya tanpa pelindung apapun. Ia merentangkan tangannya dan menikmati angin yang menghembus menerpa kulit dan menerbangkan rambutnya.

Hidupnya berat. Sangatlah berat. Ia sudah tidak sanggup menahan semua rasa sakit yang datang. Ia benar benar tidak sanggup.

Ia berteriak sekencang mungkin berharap rasa sesak di dada dan suara berisik di kepalanya hilang. Namun tetap saja, Ia merasakan sesak dan kepalanya berisik.

“Percuma.”

Matanya melotot mendengar suara berat itu.

“Tinggi gedung ini cuman 5 meter, dan di bawah itu bukan aspal, tapi rumput. Ya kalau lo loncat, paling cuman lecet aja.”

“Lo siapa?”

Lelaki itu tersenyum miring. “Gue sama kayak lo, pasien disini.”

Ia hanya terdiam mengepalkan tangannya dan menghapus air matanya. Ia cukup takut dengan orang asing.

“Lo mau bunuh diri kan? Hmm, ya kalau lo loncat dari sini, paling lo gak akan sadar 3 sampai 4 hari, setelah itu lo bakal bangun lagi.”

“Kenapa lo tau?”

“Ya tau, gue udah 3 kali nyoba bunuh diri disini.”

Halisnya terangkat menandakan heran. Bagaimana bisa 3 kali tapi masih bisa hidup?

“Lo mau tau cara ter-ampuh buat bunuh diri kayak gimana?”

“Lo— mau gue mati ya?”

Lelaki itu terkekeh pelan, “Bukannya lo yang mau diri lo sendiri mati?”

Ia hanya meneguk ludahnya. “Gimana caranya?”

Lelaki itu berdiri disampingnya. “Caranya yaitu dengan cara mati yang paling menyakitkan. Bukan di darat, tapi di air. Jasad lo susah ditemukan, dan lo akan mati instan dalam 10 menit.”

“Lo— pernah nyoba?”

“Pernah. Semua cara bunuh diri gue udah coba. Pake pisau, nabrakin diri ke mobil, motor, truck, tenggelemin diri sendiri, loncat dari gedung yanh tinggi, tapi tetep aja gue masih hidup. Kayaknya Tuhan gak ngizinin gue untuk pergi dari dunia. Tuhan masih mau gue berusaha buat jalanin semua ini.”

Mereka sama sama terdiam dan hanyut dalam fikirannya masing masing.

Ternyata, ada yang lebih parah darinya, yaitu lelaki yang ada di hadapannya ini

“Anyway, gue Draco.. Draco Malfoy.”

“Hermione Granger.”

Sejak saat itu mereka berteman dan saling menukar nomor satu sama lain, mereka saling bercerita, jalan jalan di taman, dan bercengkrama hingga malam menikmati angin dan bintang yang bertaburan di langit.

Luka yang mereka derita mungkin tidak sama, akan tetapi cara menyembuhkannya lah yang akan sama.


© urhufflegurl_

Pertemuan.

**

Tinggi bangunan ini sekitar 5 meter. Dan Ia berdiri diatasnya tanpa pelindung apapun. Ia merentangkan tangannya dan menikmati angin yang menghembus menerpa kulit dan menerbangkan rambutnya.

Hidupnya berat. Sangatlah berat. Ia sudah tidak sanggup menahan semua rasa sakit yang datang. Ia benar benar tidak sanggup.

Ia berteriak sekencang mungkin berharap rasa sesak di dada dan suara berisik di kepalanya hilang. Namun tetap saja, Ia merasakan sesak dan kepalanya berisik.

“Percuma.”

Matanya melotot mendengar suara berat itu.

“Tinggi gedung ini cuman 5 meter, dan di bawah itu bukan aspal, tapi rumput. Ya kalau lo loncat, paling cuman lecet aja.”

“Lo siapa?”

Lelaki itu tersenyum miring. “Gue sama kayak lo, pasien disini.”

Ia hanya terdiam mengepalkan tangannya dan menghapus air matanya. Ia cukup takut dengan orang asing.

“Lo mau bunuh diri kan? Hmm, ya kalau lo loncat dari sini, paling lo gak akan sadar 3 sampai 4 hari, setelah itu lo bakal bangun lagi.”

“Kenapa lo tau?”

“Ya tau, gue udah 3 kali nyoba bunuh diri disini.”

Halisnya terangkat menandakan heran. Bagaimana bisa 3 kali tapi masih bisa hidup?

“Lo mau tau cara ter-ampuh buat bunuh diri kayak gimana?”

“Lo— mau gue mati ya?”

Lelaki itu terkekeh pelan, “Bukannya lo yang mau diri lo sendiri mati?”

Ia hanya meneguk ludahnya. “Gimana caranya?”

Lelaki itu berdiri disampingnya. “Caranya yaitu dengan cara mati yang paling menyakitkan. Bukan di darat, tapi di air. Jasad lo susah ditemukan, dan lo akan mati instan dalam 10 menit.”

“Lo— pernah nyoba?”

“Pernah. Semua cara bunuh diri gue udah coba. Pake pisau, nabrakin diri ke mobil, motor, truck, tenggelemin diri sendiri, loncat dari gedung yanh tinggi, tapi tetep aja gue masih hidup. Kayaknya Tuhan gak ngizinin gue untuk pergi dari dunia. Tuhan masih mau gue berusaha buat jalanin semua ini.”

Mereka sama sama terdiam dan hanyut dalam fikirannya masing masing.

Ternyata, ada yang lebih parah darinya, yaitu lelaki yang ada di hadapannya ini

“Anyway, gue Draco.. Draco Malfoy.”

“Hermione Granger.”

Sejak saat itu mereka berteman dan saling menukar nomor satu sama lain, mereka saling bercerita, jalan jalan di taman, dan bercengkrama hingga malam menikmati angin dan bintang yang bertaburan di langit.

Luka yang mereka derita mungkin tidak sama, akan tetapi cara menyembuhkannya lah yang akan sama.


© urhufflegurl_

Sampai Jadi Debu.

**

Tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan. Terlebih itu kehilangan seorang belahan jiwa.

Semenjak belahan jiwanya pergi, kini hidupnya hancur seakan tak ada tenaga lagi untuk melakukan semua yang biasa Ia lakukan. Bahkan sekedar untuk bernafas pun rasanya berat.

Yang bisa Ia lakukan hanya menangis memandang foto sang kekasih, berbicara sendiri seakan akan Ia benar benar sedang berbicara dengan sang kekasih.

Sore itu, Draco dilarikan ke rumah sakit karena keadaannya yang cukup parah. Ia mengalami demam tinggi dan tak sadarkan diri.

Semua berdoa demi kesembuhannya. Mereka tak ingin kehilangan untuk yang kedua kali.

Cukup Hermione.

Cukup satu luka saja yang mereka terima, jangan ada luka yang lain.

Cukup satu saja.

Namun, semua harapannya itu terpaksa harus sirna ketika dokter keluar membawa berita buruk.

Kabar buruk yang harus mereka terima untuk yang kedua kalinya.

“Mohon maaf, Mr. Malfoy sore ini telah meninggal dunia...”

Semuanya hancur. Kedua orang yang sangat berharga sama sama pergi jauh, susah untuk kembali dipeluk.

Draco Malfoy sore itu pergi jauh menyusul sang belahan jiwa, Ia menyusul Hermione jauh ke surga sana..

Selamanya.. Sampai kita tua.. Sampai jadi debu..

Draco dimakamkan tepat di samping makam Hermione. Sesuai dengan permintaannya, hingga akhir hayatnya Ia masih ingin berdampingan dengan sang kekasih.

Ku diliang di satu.. Ku di sebelahmu..


© urhufflegurl_

Untuk yang Terindah..

**

Hari ini sungguh kelam, berbeda dengan langit yang cerah seolah senang dengan kedatangan salah satu malaikatnya.

Pemakaman Hermione sedang dilaksanakan. Semua kerabat, sahabat, keluarga datang. Banyak sekali yang datang karena banyak yang sayang kepadanya dan mengharapkan ketenangannya di alam sana.

Taburan bunga, untaian doa, sedikit demi sedikit tersalurkan untuk Hermione..

Setelah selesai prosesi pemakaman, satu persatu orang berpergian, kecuali keluarga.

“Draco, kamu harus kuat ya? Demi anak anak sayang..” Narcissa terus mengecup kepala sang anak.

Draco tidak menjawab, tatapannya lurus menatap nama Hermione Jean Granger-Malfoy disana. Ia terus mengusap batu nisan.

“Dad..” Lirih Cassie memeluk Draco dari samping.

“Dad, Mommy udah disana, kita pulang ya?” Tanya Cassie.

Draco menggelengkan kepalanya. “Duluan aja.”

“Dad, kita harus pulang.. Kita lanjut berdoa dirumah ya?” Kini giliran Scorpius yang membujuk Draco. Sementara Cassie kabur ke pelukan Lucius.

“Hermione.. Aku udah nyediain tanah dipinggir rumah kamu, buat jadi rumahku. Nanti kita ketemu lagi ya? Kita main lagi, kita ujan ujanan bareng lagi, kita makan dipinggir jalan lagi ya? Kita belanja buku, baca buku sebanyak mungkin. Kita pasti bisa ngelakuin itu lagi. Kamu tunggu aku ya? Tunggu aku, aku pasti nyusul kamu. Pasti, Hermione. Sabar ya?”

Daritadi, yang Draco lakukan hanya bicara sendiri seolah olah Ia sedang berbicara dengan Hermione.

Semua yang melihat Draco hanya bisa menangis. Karena bukan hanya Draco yang merasa sakit dan kehilangan, tapi semua.

“Mom.. Ini bunga mawar putih untuk Mommy.. Lyra kirimin tiap minggu ya Mom? Lyra janji. Biar rumah Mommy jadi bagus, dan indah.” Lyra menaruh satu tangkai mawar putih di depan nama Hermione.

“Mommy cantik.. Orion sebentar lagi masuk Universitas loh Mom.. Mommy disurga nanti liat ya Orion pake jas almamater. Pasti Mommy bangga!” Ucap Orion mengelus baru nisan Hermione.

“Mom.. Cassie kemarin praktikumnya dapet A tau. Cuman Cassie satu satunya mahasiswa yang dapet nilai A. Makasih ya Mom.. Mommy selalu mendukung dan mendoakan Cassie, makasih Mom.. Karna Mommy sekarang udah sembuh, Cassie akan tepati semua janji Cassie. Cassie gak akan nakal, bolos, ngomong kasar, berantem sama Orion, Cassie bakalan ngemanjain Lyra. Cassie akan tepati semua janji Cassie.”

“Gak ada yang bisa Scorpius ucapkan Mom, malaikat seperti Mommy memang pantas di surga. Bahagia selalu di surga sana ya Mom? Scopie sayang banget sama Mommy..”

Satu persatu harapan, doa, terucapkan dari semua keluarga hingga akhirnya dirasa hari sudah sore dan langit semakin gelap.

Mereka pun pulang. Draco harus ditarik agar mau pulang. Ia awalnya tidak ingin pulang, namun Lyra membujuknya. Untung saja Draco mau pulang.

“Untuk bidadari ku.. Tunggu aku di surga ya?”


© urhufflegurl_

Kabar Buruk.

**

“Orion, kamu dipanggil sama guru BP.”

“Lah, bikin salah apa lo?”

Orion menggelengkan kepalanya. “Perasaan gue gak macem macem..”


“Lyra, lo dipanggil guru BP.”

“Raa, kok bisa?”

Lyra menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Kenapa ya? Perasaan Lyra gak berulah..”


“Om Theo?” Ucap Orion dan Lyra bersamaan.

“Orion, Lyra..” Lirih Theo menangis.

“Kenapa Om?” Tanya Lyra.

Orion yang mengerti maksud dari kedatangan Theo hanya terdiam dan mulai meneteskan air matanya.

Sementara Lyra menghampiri Theo yang sedang menangis.

“Om, kenapa? Kok nangis?” Tanya Lyra.

“Raa... Mommy... Mommy..”

Mendengar kata Mommy, Lyra mulai panik dan khawatir.

“Mommy? Mommy Lyra kenapa? Mommy Lyra kenapa om?”

“Mommy.. Mommy udah gak ada..”

Lyra menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia menggelengkan kepalanya perlahan.

“Enggak, om Theo bohong! Om Theo bohong kan? Iya kan? Om... Om bohong kan?”

Karena tak kuasa menahan badannya, Lyra terjatuh dan menangis sekencang mungkin.

Sementara Orion, lelaki itu keluar dari ruangan dan menangis disana.

“Om Theo.. Nggak mungkin..”

Theo memeluk Lyra dan mengelus punggungnya perlahan. Namun, Lyra tak kunjung terdiam, Ia malah memberontak dan menangis semakin kencang.


Suasana rumah sakit sangat mencekam sore ini. Draco terduduk lemas, tatapannya kosong seolah olah semua jiwanya hilang dengan perginya Hermione.

Sementara Cassie menangis dipelukan Scorpius, Lyra menangis dipelukan Luna, dan Orion menangis dipelukan Theo.

Malaikatnya telah pergi.

Sumber kebahagiaan mereka telah pergi.

Lantas, bagaimana cara bahagia jika sumbernya saja sudah tidak ada?


© urhufflegurl_

She Such an Angel.

**

Pertanyaan demi pertanyaan berhasil Scorpius jawab. Ia membabat habis semua pertanyaan yang dilontarkan oleh dosen pengujinya.

Hari ini, yang hadir di sidang Scorpius hanya Draco, Hermione dan Cassie. Lyra dan Orion harus sekolah dikarenakan hari ini bukan hari libur.

Dan, Scorpius senang karena Hermione bisa hadir di sidang skripsinya.

Sebelum memulai sidang tadi, Scorpius terus menggenggam tangan Hermione yang dingin. Sesekali Ia mengecup lengan Ibu nya itu hingga membuat Draco cemburu.

Namun, Draco senang melihat kedekatan antara anak dan istrinya. Baginya, ini adalah keluarga yang sempurna.

“Baik, silakan untuk pertanyaan terakhir di jawab, Scorpius Malfoy.”

Scorpius menarik nafasnya panjang. Dan Ia perlahan mulai menjawab pertanyaan terakhirnya itu dengan tegas, dan mantap.

“Untuk mahasiswa jurusan Bisnis Internasional, Scorpius Malfoy, saya nyatakan Lulus dengan predikat nilai yang memuaskan, yaitu A.”

Semua sorak bahagia mendengar pengumuman itu. Scorpius berterima kasih kepada dosen pembimbing dan dosen pengujinya. Lalu Ia menemui Hermione disana.

Scorpius sujud di hadapan Hermione di hadapan Hermione.

“Terima kasih Mom.. Terima kasih telah menjadi malaikat bagi Scorpius. Terima kasih..” bisik Scorpius menangis.

Hermione tersenyum dan mengusap kepala sang anak dengan lembut.

“Kamu resmi menjadi Sarjana, Scorpius. Inget impian dan cita cita kamu. Lanjutkan pendidikan kamu sampai tinggi. Lanjutkan perjuangan Daddy, mengurus perusahaannya ya sayang?”

Scorpius mengangguk. “Pasti Mom, pasti..”

Scorpius bangun dan mengecup lembut kening sang Ibu cukup lama.

Pamandangan hangat itu disaksikan oleh banyak orang. Dan kebanyakan mereka tersentuh akan aksi Scorpius. Tak ada diantara mereka yang tidak menangis.


Selama di perjalanan, Cassie dan Scorpius terus bercanda. Mereka duduk didepan, sementara Hermione dan Draco duduk dibelakang.

Tangan Hermione terus digenggam oleh tangan Draco. Tak pernah sekalipun Ia melepaskan genggaman tangannya.

“Tuhan, terima kasih telah memberiku kesempatan menyaksikan kebahagiaan anak ku. Jika kau menyayangiku, aku ikhlas kembali kepadamu.”

Merasakan badan Hermione cukup dingin, Draco menggosok gosokkan kedua tangannya dan meniup tangan Hermione.

“Dingin Dad? Ac nya mau dimatiin?” tanya Cassie.

“Enggak, Cass..”

Scorpius yang sedang fokus menyetir, tidak sengaja melirik ke arah sang Ibu. Saat itu pula, Scorpius mengerem mendadak.

“Scorp gila! Lo ngapain ngerem ngedadak?!” pekik Cassie terkejut.

Scorpius tidak menanggapi omongan Cassie, Ia segera melihat ke belakang dimana Hermione duduk.

“Mom? Dad.. Mommy gak sadar..”


© urhufflegurl_

Do'a Restu.

**

Scorpius tersenyum ketika Ia masuk ke dalam ruangan Hermione.

Ruangan Hermione yang asalnga dingin kini menjadi hangat karena sumber kehangatannya telah kembali.

“Hai sayang.” sapa Hermione kepada Scorpius.

“Mom..” Scorpius mencium kening Hermione dan salim kepada Hermione.

“Gimana besok sayang?” tanya Hermione..

“Mom, Scorpie mau minta doa restu ke Mommh semoga sidang besok dilancarkan..”

Hermione mengelus puncak kepala Scorpius dengan lembut.

“Mommy akan selalu mendoakan kamu sayang, tanpa kamu minta. Mommy selalu mendoakan semua anak anak Mommy biar diperlancar semuanya.”

“Makasih Mom..”

“Besok Mommy ikut ya ke sidang kamu?”

“Jangan sayang, kamu masih sakit. Aku aja ya yang ke sidang Scorpius?” ucap Draco menyangkal.

“Drake.. Aku mau liat Scorpius sidang, aku mau liat dia.. Plis, aku mohon..” rengek Hermione.

“Hermione..”

“Draco, aku mohon.” Hermione menempelkan kedua tangannya memohon kepada Draco.

Terpaksa Draco mengangguk mengiyakan permintaan Hermione. Walaupun berat, Ia tidak ingin mengecewakan Hermione.

“Makasih Dad..” Scorpius memeluk Draco.

Hermione hanya tersenyum melihat keluarganya hangat.

“Tuhan, bisakah kau membuatku lebih lama bersama mereka?”


© urhufflegurl_

Mawar Putih untuk Mommy.

**

“Lyra? Udah jam 5 sore sayang, Kak Orion belum jemput?” Tanya Luna duduk di sebelah Lyra.

Lyra menunduk menatap kakinya yang sengaja Ia gerakkan.

“Aunty, kenapa Mommy sakit?” Tanya Lyra yang membuat suasana menjadi hening seketika.

Luna menggeser posisi duduknya agar lebih dekat dengan Lyra.

“Lyra.. Lyra pernah bilang kan kalau Lyra bangga punya Mommy kayak Mommy Hermione?” tanya Luna.

Lyra mengangguk.

“Mommy Hermione itu dari dia masih remaja, dia gadis baik sedunia. Kamu tau gak, dulu, Daddy kamu itu nakal tau.”

“Lyra tau, kata Grandma, Mommy yang bikin Daddy jadi berubah.” balas Lyra.

Luna tersenyum. “Betul sayang. Daddy yang membuat Mommy berubah. Mommy Hermione adalah orang baik, dan Tuhan sayang banget sama Mommy Hermione sehingga Tuhan memberi cobaan ini kepada dia agar dia dibersihkan dari segala dosa-dosanya.”

“Tapi aunty.. Kenapa harus Mommy nya Lyra?”

Melihat mata Lyra yang mulai berkaca-kaca, Luna hanya bisa memeluknya.

“Sayang.. Percaya bahwa keajaiban itu ada ya nak?”

Lyra memejamkan matanya sambil meneteskan air mata. Sungguh sangat berat baginya menerima kenyataan bahwa Hermione sakit parah.

Dari kecil, Lyra paling dekat dengan Hermione karna Lyra adalah anak bungsu.

Setiap malam, Lyra selalu ditemani oleh Hermione, setiap Lyra selesai keramas, rambutnya selalu disisir oleh Hermione.

Sekarang, tak ada lagi yang bisa menemani Lyra setiap malam, dan tak ada lagi yang menyisir rambutnya.

“Aunty..”

“Iya sayang?”

“Lyra mau bawa mawar putih buat Mommy, boleh?”

“Boleh dong.. Boleh banget sayang. Ayo ke dalem kita pilih bunga terbaik untuk Mommy ya?”


Sesampainya di rumah sakit, Lyra segera masuk ke dalam ruangan Hermione. Ia mengecup lembut kening sang Ibu.

“Mommy..”

“Lyra bawain mawar putih untuk Mommy. Mommy inget gak? Dulu, kita selalu bercocok tanam. Bunga-bunga di taman belakang itu kita semua yang tanam Mommy. Lyra kangen deh bertanam sama Mommy, nanam mawar merah, mawar putih, anggrek, semuanya. Lyra kangen Mommy..”

Lyra menghapus air matanya.

“Tapi sekarang, kan Mommy nya sakit ya. Jadi Lyra beli bunga nya di aunty Luna. Gak beli deng, Lyra dikasih..” Lyra sedikit tersenyum.

“Liat, mawar putih. Mawar kesukaan Mommy. Lyra simpen di atas nakas ya Mom?”

Lyra mengeluarkan mawar putih itu dan menaruhnya di atas nakas.

“Cepet sembuh Mommy.. Lyra sayang Mommy...”

Lyra mengecup kening Hermione cukup lama. Tak sedetik pun Lyra tidak menangis. Yang dilakukannya setiap hari kini hanya menangis dan menangis.

“Ly—ra..”

Lyra terbangun mendengar gumaman suara yang hampir tak terdengar itu.

Senyumnya mengembang ketika melihat mata Hermione perlahan terbuka.

“Mommy? Tuhan, jika mawar putih bisa membuat Mommy sembuh, Lyra mau bawain Mommy mawar putih setiap hari..”


© urhufflegurl_

Ketakutan Draco Malfoy.

**

Malam ini, mereka semua berkumpul di ruangan Hermione. Sore tadi, setelah selesai sekolah dan kuliah, Lyra, Orion dan Cassie benar benar langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Hermione.

Untung saja, Hermione tidak apa-apa, kakinya sudah kembali sembuh dan bisa berjalan. Namun, Hermione harus di rawat semalam hingga dinyatakan benar benar tidak apa-apa.

“Mommy mau ke air ya sayang.” ucap Hermione mengusap rambut Lyra.

“Mau dianter Mom?” tanya Lyra.

Hermione tersenyum. “Gak usah, sayang.”

Hermione pun berdiri dan memakai sandalnya.

“Aku anter ya Mom?” tanya Cassie.

“Gak us—”

“Cassie, anter Mommy.” perintah Draco.

Karna Draco telah berbicara, akhirnya Hermione pun menurut.

Hermione di antar oleh Cassie menuju kamar mandi. Dan Cassie menunggu Hermione di depan toilet.

Didalam kamar mandi, Hermione merasakan kepalanya sangat sakit dan kakinya tiba tiba kembali tidak bisa digerakkan.

Ia melihat pantulan dirinya di depan kaca, terdapat noda merah yang keluar dari hidungnya.

Perlahan, Ia pun terjatuh dan semua menjadi gelap.


“Cass, Mommy belum ke air nya?” tanya Draco dari dalam ruangan.

“Belum, Daddy.” balas Cassie.

“Tapi ini udah lama, Cass.”

Cassie yang menyadari itu pun akhirnya mencoba untuk menutup pintu kamar mandi. Untung saja Hermione tidak mengunci pintu nya.

“DADDYY! MOMMY PINGSAN LAGI.”

Lagi dan lagi, Cassie harus menyaksikan Sang Ibu terkulai lemas dengan hidung yang berdarah di hadapannya.


Satu hal ketakutan Draco Malfoy saat ini. Yaitu melihat Hermione menutup matanya.

Dan Draco Malfoy kini kembali menjadi lelaki yang hancur, lelaki yang tak bisa apa-apa tanpa Hermione.

Lelaki yang jiwanya kosong, seolah olah ikut pergi dengan tak sadarkannya Hermione.

Hermione kembali koma malam itu, dan semuanya kembali hancur.


© urhufflegurl_

Terima kasih.

**

Pukul 4 pagi.

Hermione terbangun dan keluar dari kamarnya. Malam ini tidurnya tidak nyenyak, entahlah mungkin karena tidak ada Draco di sampingnya.

Mengingat Draco yang masih di ruang kerja, Ia pun melangkahkan kakiny menuju ruang kerja milik Draco.

Ditengah dinginnya pagi masih gelap, Ia berjalan sendiri menyusuri ruangan gelap ini. Ia merekatkan jaket tebalnya dan mengusap kedua tangannya.

Sesampainya di ruang kerja, Ia membuka pintu dan melihat sang suami sedang tertidur di atas meja kerja dengan posisi komputer masih menyala.

Hermione membereskan pekerjaan sang suami yang sedikit lagi selesai, lalu mematikan komputernya.

“Draco, pindah yuk sayang.” bisik Hermione membangunkan Draco.

Hanya gumaman yang Draco keluarkan, tak lebih dari itu.

“Draco, ayo pindah sayang. Kita ke kamar ya?”

Akhirnya Draco terbangun. Ia membuka matanya dan tersenyum ketika melihat bidadarinya ada di hadapannya.

“Cantik banget, aku di surga ya?”

Hermione memukul lengan Draco. “Enak aja! Kamu masih di manor. Ayo sayang pindah ke kamar.”

Draco meregangkan badannya dan menguap. “Ayo.”

Draco merangkul Hermione dan mereka pun sama sama kembali berjalan menuju kamarnya.

Kamar dimana semestinya mereka tidur bersama.

Sesampainya di kamar, Draco langsung menaiki kasur dan menarik Hermione ke dalam pelukannya.

“Hermione..”

“Hmm?”

“Terima kasih. Terima kasih karena kamu selalu ada di samping aku.”

Hermione tersenyum dan mengeratkan pelukannya.

Mereka kembali tertidur dengan posisi yang sama. Draco memeluk Hermione, Hermione memeluk Draco.

Selalu seperti itu, bagaikan 2 insan yang tak bisa terpisahkan.


© urhufflegurl_