litaaps

**

“Lo merinding gak sih ry?” Ucap Theo sambil sesekali melihat sekitar Villa.

“Gue kedinginan sih sebenarnya.”

“Mau gue peluk?”

“Najis.”

“Hahaha canda doang gue, biar gak sepi banget. Baru sadar ternyata kalau malem segelap ini.”

“Namanya juga villa di tengah hutan, kalau mau rame nyari Villa sono dekat kota.”

Beberapa menit kemudian setelah percecokan yang dilakukan Harry dan Theo, mereka pun sampai di depan mobil Harry.

Harry memasuki mobilnya hendak mengambil bahan makanan yang sudah mereka beli sebelum datang ke Villa.

“Anjir.” Seru Harry yang tidak melihat satu bahan makanan pun di dalam mobilnya.

“Kenapa?”

“Bahan makanannya gak ada.”

“Kok bisa?” tanya Theo ikut mengecek di dalam mobil.

“Mana gue tau, coba cek grup.”

“Fuck, udah gue ambil tadi sama Luna.” ucap Theo menepuk jidatnya sendiri.

Harry yang mendengar itu langsung memukul bahu Theo. “Sialan lo, sia-sia gue datang ke sini.”

“Wkwk gak papa, biar gak di suruh angkat-angkat, nanti pas sampe sana tinggal makan doang.”

“Yaudah ayo balik.”

Mereka berdua pun segera pergi dari mobil Harry dan kembali ke Villa lagi. Tapi, di tengah perjalanan Theo melihat seseorang yang ia kenal pergi memasuki Labirin.

“Draco.”

Harry yang sudah beberapa langkah di depan Theo pun menghentikan langkahnya.

“Apa?” Ucap Harry meminta penjelasan kepada Theo.

“Gue lihat Draco tadi, dia masuk ke labirin.”

“Mana sih?”

“Ayo kita susul dia.” Ajak Theo.

“Gak ah, Draco tadi pagi kan juga bilang kalau mau ke labirin harus dia atau Luna yang mulai dulu.”

“Kan Draco udah di sana, kita bisa masuk bareng dia.”

“Gak.”

“Yee cemen lo.”

“Kalau lo mau ke sana yaudah sana.”

“Gak, gue laper.”

“Yee, sekarang siapa yang cemen.” Ucap Harry sambil berlari memasuki Villa dan meninggalkan Theo yang berteriak di belakangnya.


© urhufflegurl_ & sweetypieck

Villa.

**

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, akhirnya mereka pun sampai di villa yang dituju. Dan untung saja pagi ini cuaca mendukung, tidak hujan.

“Yeaayy! Akhirnya sampe juga! Gila, lo kok gak bilang sih punya villa disini? Masih asri banget, gila.” ucap Pansy menikmati pemandangan yang ada di depannya.

Draco hanya tersenyum singkat sambil melirik Pansy, lalu pandangannya teralihkan kepada seseorang yang daritadi memandangnya.

“Jangan takut.” bisik Draco kepada Luna.

Luna menghela nafasnya. Ia takut, tapi Ia percaya semua akan baik baik saja.

“Eh foto foto yuk! Bagus banget pemandangannya!” seru Ginny menarik tangan Astoria dan Luna.

“Ntar dulu deh Gin, Luna mau masuk dulu, tas nya berat.”

“Oh iya sampe lupa gue kalau kita bawa tas. Yaudah yuk masuk dulu.” ajak Ginny.

Semua pun memutuskan untuk masuk terlebih dahulu ke dalam villa sederhana itu.

Villa nya tidak terlalu besar, bahannya berdominan kayu dan tidak terlalu luas. Hanya ada 4 kamar disana yang entah pembagiannya akan bagaimana, yang pasti untuk mereka akan cukup karena 1 kamar ada 2 kasur berukuran besar.

“Ada TV juga?” tanya Hermione dibalas anggukan oleh Draco.

“Udah lama Luna gak kesini, terakhir waktu masih ada Nenek.” gumam Luna melihat lihat villa.

“Pasti dek Luna kangen ya? Gapapa dek Luna, itung itung wisata masa lalu.” ucap Theo.

“Ada beberapa peraturan disini.” ucap Draco membuat suasana menjadi serius.

“Peraturan?” tanya Theo.

Draco mengangguk. “Villa ini posisinya tepat di tengah hutan, di belakang sana ada 2 kolam renang, dan di sebelah utara ada labirin. Kalian jangan main ke labirin itu dulu sebelum gue atau Luna yang mulai. Disini, kalian jangan ngomong sembarangan, jangan juga ketawa kenceng kenceng.”

“Kenapa?” tanya Ron.

“Ya gapapa, sepi aja gak enak sama tetangga.” celetuk Draco yang membuat suasana menjadi merinding.

“Tetangga? Jangan bercanda kamu, gak ada tetangga!” ucap Hermione memukul pelan lengan Draco.

Draco sedikit tertawa, “Bercandaa. Serius mulu hidup kalian. Ya maksudnya gak enak aja, suasana sepi tapi ketawa kenceng kenceng, paham gak sih?”

“Paham gue. Ngerti kok maksud tetangga lo itu apa.” balas Blaise.

Draco hanya tersenyum dan mengangguk. “Yaudah sana kalian main main, hari ini bebas aja dulu dah.”

“Oke!”


© urhufflegurl_ & sweetypieck

Maaf..

**

“Kamu tau? Hal yang paling aku takutkan sekarang adalah melihat kamu memejamkan mata, Hermione. Aku takut, aku takut kamu gak bangun lagi, aku takut..”

“Hermione, anak anak sudah besar. Mereka daritadi gak berhenti nangis lihat kondisi kamu kayak gini, jadi bangun ya? Kamu gak mau kan liat anak anak nangis? Iya kan? Jadi bangun ya? Aku mohon sayang.. Kamu bangun..”

“Dad..”

Draco berhenti berbicara saat Scorpius masuk ke dalam ruangan Hermione.

“Dad maaf..” Lirih Scorpius menunduk dan menangis.

“Yang di pegang dari seorang lelaki adalah janjinya. Dan kamu ingkar janji, Scorpius.” Bisik Draco dengan tajam.

“Scorpie tau Dad, Scorpie minta maaf. Dan mereka memang berhak tau, mereka berhak tau kondisi Mommy Dad.. Karna ini masalah serius.”

Draco memeluk Scorpius dan menepuk nepuk punggungnya.

“Kamu anak pertama Daddy. Daddy gak tau kedepannya bakal gimana, tapi kami, Daddy dan Mommy menaruh banyak harapan di pundak kamu, nak. Kami menaruh banyak harapan dipundak mu. Tolong jangan kecewakan Mommy ya?”

Saat itu juga tangis Scorpius semakin kencang, badannya melorot kebawah dan dia sujud tepat di kaki Draco.

“Dad.. Tolong.. Mommy sumber kebahagiaan kami, jangan biarkan Mommy pergi, kami mohon..”

Scorpius dan Draco menangis bersama malam itu, tidak bukan hanya mereka, tapi ada seseorang juga yang daritadi mendengar pembicaraan mereka di luar ruangan.

Yaitu Cassie.


© urhufflegurl_

Maaf..

**

“Kamu tau? Hal yang paling aku takutkan sekarang adalah melihat kamu memejamkan mata, Hermione. Aku takut, aku takut kamu gak bangun lagi, aku takut..”

“Hermione, anak anak sudah besar. Mereka daritadi gak berhenti nangis lihat kondisi kamu kayak gini, jadi bangun ya? Kamu gak mau kan liat anak anak nangis? Iya kan? Jadi bangun ya? Aku mohon sayang.. Kamu bangun..”

“Dad..”

Draco berhenti berbicara saat Scorpius masuk ke dalam ruangan Hermione.

“Dad maaf..” Lirih Scorpius menunduk dan menangis.

“Yang di pegang dari seorang lelaki adalah janjinya. Dan kamu ingkar janji, Scorpius.” Bisik Draco dengan tajam.

“Scorpie tau Dad, Scorpie minta maaf. Dan mereka memang berhak tau, mereka berhak tau kondisi Mommy Dad.. Karna ini masalah serius.”

Draco memeluk Scorpius dan menepuk nepuk punggungnya.

“Kamu anak pertama Daddy. Daddy gak tau kedepannya bakal gimana, tapi kami, Daddy dan Mommy menaruh banyak harapan di pundak kamu, nak. Kami menaruh banyak harapan dipundak mu. Tolong jangan kecewakan Mommy ya?”

Saat itu juga tangis Scorpius semakin kencang, badannya melorot kebawah dan dia sujud tepat di kaki Draco.

“Dad.. Tolong.. Mommy sumber kebahagiaan kami, jangan biarkan Mommy pergi, kami mohon..”


© urhufflegurl_

Hening.

**

Setelah Cassie datang, mereka semua pergi menuju rumah sakit. Tentu dengan Scorpius yang menyetir.

Tak ada yang berbicara diantara mereka, semuanya tenggelam dalam fikirannya masing masing.

Mereka semua tentu memikirkan kondisi Ibu nya yang sedang berjuang sembuh disana.

Sangat menyedihkan rasanya, melihat orang yang di sayang sakit, terlebih dia adalah seorang Ibu.

Cassie tau maksud dari tujuan Hermione menyembunyikan penyakitnya pasti karena dia tidak ingin anak anaknya sedih, tapi tetap saja Cassie merasa kecewa. Bukan hanya kecewa kepada Hermione, Draco dan Scorpius, namun juga kecewa kepada dirinya sendiri.

Ia kecewa kepada dirinya sendiri karena Ia tahu hal ini disaat kondisi Hermione sudah gawat.

Sungguh, tak ada yang siap dengan sebuah kehilangan. Apalagi kehilangan seorang sosok Ibu seperti Hermione.

Semua orang tahu bahwa Hermione adalah Ibu yang sempurna.

Suasana mobil hening hingga mereka sampai ke rumah sakit.

Cassie merangkul Lyra yang sudah bengkak dan merah akibat menangis.

Mereka segera menuju ruangan VVIP.

Disana mereka melihat Draco sedang melamun seolah olah jiwanya menghilang bersamaan dengan Hermione koma di dalam sana.

“Biar gue yang samperin Daddy ya?” Tanya Scorpius.

“Lo gila ya? Kalian bener bener gila hari ini. Kita juga anak Daddy. Jangan larang kita kesana!” Pekik Cassie.

Tak ingin ada keributan diantara kakak-kakaknya, Lyra segera memeluk Cassie menandakan bahwa dia takut akan keributan.

“Yaudah kita kesana.”

Mereka pun memutuskan untuk menghampiri Draco disana.

“Dad.”

Draco mendongkak dan terkejut melihat anak anaknya ada di hadapannya.

“Kalian kenapa disini? Daddy suruh kalian diem—”

“Dad..” Lirih Cassie menangis memeluk Draco, disusul oleh Orion dan Lyra yang juga memeluk Draco sambil menangis.

Draco merasa ada yang aneh, tapi Ia yakin Scorpius sudah memberi tahu mereka semua.

“Dad jahat! Dad jahat! Katanya diantara kita jangan ada rahasia. Tapi kenapa Daddy bohong? Kenapa Daddy sembunyiin soal penyakit Mommy? Daddy jahat!” pekik Cassie memukul mukul keras dada Draco.

“Cassie sayang..” lirih Draco dengan suaranya yang tercekat.

“Dad.. Mommy bakal sembuh kan? Mommy udah janji sama Lyra, Mommy bakal selalu ada buat Lyra.. Iya kan Dad? Mommy pasti penuhin janji itu kan?”

Tangis Draco semakin pecah mendengar sang anak bungsu. Ia mencium lama kening Lyra.

“Dad..” lirih Orion memeluk Draco. Anak ketiga itu tidak bisa berkata-kata saking sakitnya. Ia hanya bisa menangis kencang dipelukan sang Ayah.

“Hermione.. Lihat anak anak mu berat menerima kenyataan ini Hermione.. Jadi sembuh ya? Aku mohon..”


© urhufflegurl_

Mommy.

**

Selepas seneng bermain di TSB dan beberapa tempat di Kota Bandung, kini mereka kembali pulang ke villa untuk istirahat.

Di perjalanan, tak banyak pembicaraan diantara mereka karena tidak ingin mengganggu Hermione yang tertidur.

Sesampainya di villa, mereka segera ke kamarnya masing masing untuk istirahat.

Pukul 11 malam, Cassie terbangun karena kedinginan dan Ia ingin membuat coklat panas. Namun, saat baru saja Ia sampai di dapur, Ia melihat Hermione ada di sana.

“Mom?”

Cassie menghampiri Hermione dan memeluknya dari belakang.

“Mom kenapa belum bobo?”

“Kamu kenapa belum tidur, sayang?” tanys Hermione dengan lembut.

“Dingin, aku pengen bikin coklat panas.” Balas Cassie jalan mengambil coklat bubuk dan gelas.

Ditengah Ia membuat coklat panas, Ia melirik sebentar ke arah Hermione. Dan saat itu lah matanya melotot dan reflek berteriak—

“MOM!”

Hermione terjatuh pingsan didepan Cassie. Cassie memeluk sang Ibu sambil menangis, apalagi melihat wajah Hermione sangat pucat dengan darah mengalir di hidungnya.

“Mom, bangun.. DADDY.. SCORPIE.. ORION.. LYRA!!”

Mendengar teriakan dahsyat Cassie, Draco langsung berlari ke dapur.

“Hermione, sayang..” lirih Draco segera mengambil alih Hermione dari pangkuan Cassie.

“Scorpie, kamu diem disini. Biar Daddy bawa Mommy ke rumah sakit. Kalian diam disini, jangan kemana mana!” perintah Draco sambil menggendong membawa Hermione pergi dari villa.

Cassie masih di posisi yang sama, Ia terduduk lemas dan menangis. Orion yang melihat itu berusaha untuk membantu Cassie berdiri.

Plak!

“LO TAU KAN? LO TAU SESUATU. IYA KAN?!” teriak Cassie sambil menampar Scorpius.

“LO TAU KAN? LO TAU MOMMY SAKIT. IYA KAN?! GAK BISA LAGI LO NGELAK DARI GUE. GAK BISA LAGI LO SEMBUNYIIN SEMUANYA. LO TAU SEMUA KAN? IYA KAN?! JAWAB! LO PUNYA MULUT, ANJING. JAWAB!!” Cassie memukul mukul keras Scorpius.

“Kak—” lirih Orion, Ia ingin menghentikan Cassie, namun susah. Ia tidak sanggup.

“JAWAB!” Teriak Cassie.

“Iya! Gue tau semua! Mommy sakit kanker otak stadium 3 gue tau. Makanya gue gak setuju kalian liburan ke Swiss. Gue gak setuju. Tapi kalian kekeuh pengen liburan ke Bandung, dan ini hasilnya. Ini semua karna kalian! Kalian kekeuh pengen liburan, dan ini hasilnya. Mommy drop lagi!” Teriak Scorpie dengan matanya yang berkaca kaca.

Cassie tersenyum miris mendengar jawaban Scorpius, sedangkan Orion diam tak bisa bergerak.

“Liat kan? Dengan mudahnya lo sembunyiin itu semua dari kita, dari gue, Orion, Lyra. Kita ini keluarga! Mana yang katanya gak ada rahasia diantara kita hm? Mommy sakit kanker aja kita gak tau. Kita gak tau keadaan Mommy yang sebenarnya. Lo malah rahasiain itu semua dari kita. Anjing. Lo bener bener anjing! Gue kecewa sama lo!” teriak Cassie pergi dari dapur.

“Kak—” lirih Orion ingin menghentikkan Cassie namun ditahan oleh Scorpius.

Orion melepas paksa genggaman Scorpius.

“Gue tau kak, gue tau Mommy sakit. Tapi gue gak tau Mommy sakit separah itu. Gue kecewa sama lo.”

“Orion..”

Orion pergi dari dapur meninggalkan Scorpius sendiri.

Scorpius meneteskan air matanya. Ia juga sebenarnya ingin memberitahu soal kondisi Hermione, tapi Draco selalu melarangnya. Hermione juga selalu melarangnya.

“Maaf.. Maaf..” Lirih Scorpius.


© urhufflegurl_

I love you.

**

Hermione memejamkan matanya ketika Ia baru selesai mendapatkan pesan dari anak bungsunya.

“Pusing ya sayang?” Tanya Draco menyenderkan kepala Hermione di bahunya.

Hermione tidak menjawab, dan yang membuat Draco terkejut adalah kini Hermione menangis.

“Loh sayang, kenapa?” Tanya Draco panik.

“Drake..” lirih Hermione.

“Kenapa sayang? Ada yang sakit? Mau ke rumah sakit?”

Hermione menggelengkan kepalanya. “Makasih ya.”

“Makasih untuk apa sayang?”

“Makasih karena kamu udah ngasih semua ini ke aku. Kamu sayang aku, anak anak kita baik semua, penurut, itu semua karena kamu berhasil ngedidik mereka. Makasih drake..”

Draco memeluk Hermione dan mengusap kepalanya dengan lembut.

“Bukan aku Hermione, tapi kamu. Kamu yang merawat mereka dari bayi sampai sebesar ini. Kamu yang selalu nemenin perkembangan mereka, kamu yang selalu ada untuk mereka. Aku malah sibuk di kantor sayang, sibuk cari uang, sibuk kesana kesini. Bukan aku, tapi kamu. Aku yang harusnya berterima kasih, bukan kamu.” Draco mencium kepala Hermione cukup lama.

Mereka sama sama menangis, namun Hermione menangis dengan suara, sedangkan Draco tanpa suara.

Tuhan, andai Hermione tidak sakit, mungkin semuanya akan sempurna. Draco akan merasakan kebahagiaan tanpa merasakan rasa pedih yang mendalam.

“Aku beruntung punya suami kayak kamu, Dray..” lirih Hermione memeluk Draco.

“Aku sangat beruntung punya istri seperti kamu, Hermione.”

“Draco.. Kalau aku udah gak ada nanti, tolong jaga anak anak ya? Aku mohon..”

Air mata Draco semakin tak terbendung mendengar itu. Ia semakin erat memeluk Hermione.

“Kebahagiaan aku itu kamu, Hermione. Jadi kalau kamu gak ada, aku juga ikut gak ada.”

“Jangan, Draco.. Anak anak butuh kamu.”

“Anak anak butuh kita, Hermione. Jadi kamu harus sembuh ya?” Draco menghapus air mata Hermione dengan lembut, lalu Ia mengecup mesra bibir Hermione.

“I love you..” bisik Hermione.

“I love you more, Hermione.”


© urhufflegurl_

Thank you?

**

Matanya mengerjap ngerjap lemah menikmati rasa sakit dikepalanya. Ia berusaha untuk membuka matanya menyambut cahaya menyeruak masuk membuat penglihatannya sedikit kabur.

Ia tidak tahu ini dimana, tempat ini sangat terang. Bahkan lebih terang dari ruangan yang selama 1 minggu ini Ia tempati.

“Sudah sadar?” pertanyaan itu berhasil membuatnya tersentak kaget.

“Mr. Malfoy..” lirih Hermione berusaha bangun.

“Tidur aja, kamu pingsan ntar saya lagi yang repot.” perintah Draco.

“M—maaf.”

“Istirahat.”

“Mr. Malfoy maaf kalau boleh tau, kenapa anda membawa saya kesini?” Tanya Hermione memberanikan diri.

“Menurut kamu?”

“Saya tau maksud dan tujuan Anda membawa saya ke rumah Anda dan menyekap saya disana. Saya 3 hari ini memang tidak nafsu makan, saya fikir setelah ini saya bisa mati tanpa Anda bunuh. Tapi mengapa Anda malah menyelamatkan saya?”

Draco mengangkat halisnya mendengar pertanyaan Hermione.

Cewek bodoh. Itu fikiran Draco. Bagaimana bisa dia sengaja bunuh diri perlahan?

“Memang tujuan dan maksud saya membawa kamu kesini apa?” Tanya Draco.

“Mmm.. Pasti membunuh saya kan?” Tanya Hermione memberanikan diri untuk menatap mata dingin Draco.

Draco memicingkan senyumnya. “Kamu fikir, di otak saya hanya ada bunuh membunuh?”

Hermione menunduk dan merinding. “M—maaf.”

“Istirahat. Saya sudah kasih fasilitas yang bagus untuk kamu. Jangan pernah berfikir membunuh diri sendiri lagi.” Ucap Draco sambil pergi.

“Mr. Malfoy.”

Draco menghentikkan langkahnya.

“Thank you.”


© urhufflegurl_

**

“Tinggal jujur apa salahnya sih? Lagipula disini gak ada Momny sama Daddy.” ucap Cassie menaikkan sedikit nada bicaranya kepada Scorpius.

“Gak ada apa apa. Albus bohong kali, mana ada gue di rumah sakit. Mata dia minus kali.”

“Jangan sembarangan ya kalau ngomong! Yang matanya minus itu James bukan Albus. Udah sekarang lo jujur, kemarin lo ke rumah sakit kan sama Daddy sama Mommy?”

“Enggak.”

“Ke rs.”

“Enggak.”

“Ke rs. Jujur aja scorpius!”

“Gue bilang enggak ya enggak. Kenapa sih?”

“Gue cuman curiga sama Mommy. Kemarin gue liat dia mimisan di rumah, tadi waktu gue peluk di mobil juga badan Mommy dingin. Gue cuman takut, gue takut ada hal yang gak gue tau dan nantinya disaat gue tau, semuanya udah terlambat. Gue cuman takut Scorp.” bisik Cassie dengan bergetar dan matanya berkaca kaca.

Scorpius terdiam mendengar ucapan dari sang adik. Ia sangat ingin memberitahu semuanya, tapi dia juga tidak bisa. Draco yang memintanya tutup mulut.

“Scorp.”

“Lo masih kecil Cass.”

Mendengar itu, Cassie tertawa. “Hei inget. Umur kita cuman beda 1 tahun Scorp. Gue udah kuliah, gue udah gede. Masih kecil darimana sih?”

“Oke oke. Kita omongin ini nanti oke? Kita lagi liburan, dan gue gak mau merusak suasana.” Ucap Scorpius pergi meninggalkan Cassie sendiri.

“Ngehindar terus, dan ngehindar lagi.”


© urhufflegurl_

You okay?

***

Hermione menghela nafasnya berat. Hari ini Ia akan berangkat liburan dengan keluarga tercintanya, namun Ia merasakan sakit dikepalanya dan badannya benar benar kurang sehat.

Tapi Ia harus bersikap seolah olah semuanya baik-baik saja.

Ya, didepan anak anaknya, Ia bisa berpura-pura. Namun tidak di depan suami tercintanya.

Draco tahu apa yang Hermione rasakan, Ia sangat ingin membatalkan liburan ini, namun yang kecewa sudah pasti bukan hanya Hermione, tapi anak anaknya juga kecuali Scorpius.

“Sayang, nanti aja liburannya ya?” tanya Draco memeluk Hermione dari belakang.

“Jangan ngaco. Aku mau sekarang, Dray. Kasian anak anak udah antusias mau liburan.” balas Hermione.

Draco hanya bisa menurut saja dengan apa keputusan Hermione, meskipun berat.

“You okey, Hermione?” tanya Draco memastikan.

Hermione mengangguk. “Aku bisa tidur di mobil, Dray.”

“Yaudah sayang.”

Setelah itu, mereka pun bersiap siap untuk berangkat menuju bandung.

Dan benar saja, meskipun sudah sering ke kota kembang itu, tapi Cassie, Orion dan Lyra masih sangat antusias jika berlibur kesana. Karena menurut mereka kota Bandung memiliki suasana yang berbeda. Suasana yang membuat mereka rindu.

Diperjalanan, Orion dan Lyra tak berhenti berbincang dan bercanda. Draco sengaja membawa mereka ke jalanan yang penuh pemandangan supaya perjalanan mereka menyenangkan.

“Mom..” bisik Cassie menyenderkan kepalanya di bahu Hermione.

Hermione memegang tangan Cassie dan mengusapnya perlahan.

“Kenapa sayang?”

“Makasih ya udah mau ajak kita liburan.”

“Kamu ini, emang Mom yang mau kok.”

“Hihi iya, aku seneng.” Cassie memeluk Hermione dengan erat.

“Badan Mommy dingin.. Mommy kenapa?”


© urhufflegurl_