litaaps

Her.

**

Suara sepatu khasnya kini menggema di ruangan gelap ini.

Ia sudah tidak sabar bertemu dengan targetnya.

Senyumnya mengembang dan jalannya nyantai, tangannya melempar-lemparkan kecil apel hijau kesukaannya, lalu Ia memakannya.

“Siang, Tuan Malfoy. Miss Granger sudah di dalam.”

Draco memicingkan bibirnya. “Sadar?”

“Sadar, Tuan.”

“Kalian lakukan apa yang saya perintah di rencana berikutnya. Biar dia, saya yang ngurus.”

“Baik, Tuan.”

Draco masuk ke dalam ruangan itu. Ruangan khusus yang telah Ia sediakan untuk targetnya.

Perempuan itu menoleh saat mendengar suara pintu terbuka, Ia menangis, tangan dan kakinya diikat oleh tali, mulutnya di tutup oleh kain.

Draco memicingkan bibirnya dan jongkok tepat dihadapannya. Ia memainkan rambut gadis yang ada di hadapannya.

“Hello, girl.” Sapa Draco dengan suaranya yang berat.

Gadis itu menyorotkan kebencian lewat matanya.

“Tenang aja, kamu aman disini.” Draco melepaskan kain yang menutupi mulut sang gadis.

“Siapa lo? Mau apa dari gue hah?!” Teriak sang gadis.

“Hermione Granger, gimana perjalanan menuju Indonesia?”

Mendengar kata Indonesia, membuat Hermione melotot dan menganga.

Indonesia?

“I—Indonesia? Hah— G—Gue—.”

Draco tertawa kecil melihat reaksi Hermione, “Iya, kamu di Indonesia.”

“SIAPA LO?! KENAPA CULIK GUE? LEPAS!” Teriak Hermione memberontak hendak membuka ikatan yang mengikat tangan dan kakinya.

Draco berdiri dan memandang Hermione dengan tajam.

“Saya tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dari sini....”

”..... Selamanya.”


© urhufflegurl_

Australia.

**

“Hai Crookshanks. Si kucing periang nan galak.” sapa gadis berambut ikal kepada kucing bermuka galak.

Kucing itu tidak menanggapi, Ia langsung pergi meninggalkan sang gadis sendirian.

“Sombong, dasar majikan!” umpat sang gadis.

“Hermione dear, Mama sama Papa mau pergi sebentar, will you come along?”

Hermione menoleh, “No, Mama. Just leave me alone, here. I want to read my books.”

“All right. Bye sayang. Kunci pintu kalau kamu diem di kamar ya?”

Hermione mengacungkan kedua jempolnya. “Take care Mom, Dad..”

“Thank you sayang.” sang Papa mencium kening Hermione.

Hermione masuk ke dalam kamarnya setelah kedua orang tuanya pergi.

Ia melupakan sesuatu.

Ya, Ia tidak mengunci pintu rumahnya sesuai apa yang sang Mama katakan.

“Baca buku apa ya hmm.” gumam Hermione berbicara sendiri memilih buku apa yang akan Ia baca.

Di tengah fikirannya yang sibuk sendiri, tiba tiba Hermione merasakan pukulan yang begitu keras dari belakang yang membuat Ia kehilangan kesadarannya.

“Finally, I got you.”


© urhufflegurl_

Prolog.

**

Umurnya masih kecil saat itu. 6 tahun. Anak kecil yang malang di umur sekecil itu Ia harus menyaksikan kejadian tragis menimpa kedua orang tua nya.

Saat itu, mereka sedang berlibur di sebuah villa sederhana di salah satu kota Amerika.

Villa sederhana, namun mewah.

Mereka berlibur dengan bahagia. Mereka melakukan jalan jalan, berkeliling kota Amerika. Mereka memancing, memanah, berkuda, berenang.

Mereka benar benar keluarga yang bahagia.

Bahagia, hingga malam itu datang..

Suara ketukan pintu yang sangat keras mengganggu Ia tertidur, dan Ia pun terbangun.

“Ma? Pa?”

Ia jalan keluar kamar mencari sang Mama dan Papa, namun tidak juga ketemu. Lalu, Ia mencari ke halaman depan.

DORR!!

Suara tembakan begitu kencang memekik ke dalam telinganya.

Tepat Ia berdiri di halaman, Ia menyaksikan betapa tragisnya kedua orang tuanya di tembak oleh orang lain.

“MAMAAA! PAPAAAA!!”

Ia berteriak kencang, sangat kencang. Dan menangis, lari memeluk kedua orang tuanya yang sudah tidak bernyawa.


© urhufflegurl_

Mata ini..

**

Hermione berdiri didepan makamnya yang baru saja Ia taburkan air dan bunga.

Setelah 3 minggu Ia tidak bisa melihat, akhirnya Ia dapat melihat kembali indahnya dunia.

Rasanya, semua kebahagiaan dan senyumnya kembali untuknya.

Semua berkat dia.

Semua berkat mata yang Ia donorkan untuknya.

“Hai.. Apa kabar?”

Hermione menerima mata indah dan cantik ini dari seseorang yang tak Ia duga. Dari seseorang yang Ia sayangi dan dari seseorang yang mencintainya dengan tulus.

“Gue pernah bilang, mata lo hangat dan gue cinta sama lo.. Tapi bukan berarti gue mau memilikinya.. Enggak..”

“Gue sedih, kenapa harus lo orangnya? Kenapa harus lo? Kenapa?”

“Gue tau.. Gue banyak salah selama gue ada disamping lo, gue minta maaf.. Gue gak bisa jadi sahabat yang baik buat lo, dan selalu ngenganggu hidup lo.. Gue minta maaf..”

“Tapi gue sayang sama lo.. Gue bener bener sayang sama lo..”

“Makasih ya? Makasih untuk mata yang lo kasih, makasih atas kenikmatan yang tak ada tandingannya ini, terima kasih..”

“Lo akan selalu hidup didalam hati gue, selalu..”

Hermione meneteskan air matanya dan berdoa selama mungkin demi kebaikannya dan ketenangannya.

Setelah itu, Ia pun berdiri dan menatap makam itu lekat lekat.

“Udah?”

Hermione menoleh, lalu mengangguk.

“Ayo pulang, mau ujan.”

Hermione tersenyum, Ia merangkul lengannya dan menidurkan kepalanya diatas bahunya.

“Draco, kak Oliver baik banget..” ucap Hermione.

“Oliver segalanya buat kita terutama buat kamu. Dia udah ngasih hal yang terbaik dan terhebat untuk kita, Hermione..” balas Draco mengecup rambut Hermione dengan lembut.

“Draco, kak Oliver bakal seneng kan?”

“Pasti, sayang. Dia pasti bahagia disana. Karena dia udah ngasih kebahagiaan ke orang yang dia sayang.”

Hermione tersenyum memandang lelaki yang ada di sampingnya ini.

Oliver, lelaki itu yang telah mendonorkan matanya untuk Hermione.

Malam itu, saat kecelakaan, keadaan Oliver benar benar parah. Ia membisikkan sesuatu ke telinga Draco, dia hanya berkata

“Mata gue, untuk Hermione..”

Setelah itu, Ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Dia akan selalu dikenang oleh Hermione maupun Draco.

Ya, akan selalu.

“Liv, lo orang terhebat yang pernah gue kenal. Makasih udah sayang sama Hermione.” ucap Draco mengusap batu nisan milik Oliver.

Draco dan Hermione kembali pulang ke rumah mereka. Siang itu, mereka bahagia, penuh dengan tertawa yang dilontarkan dari Hermione akibat bercandaan Draco.

“Hermione, tolong jangan kenapa-napa lagi..” Lirih Draco memegang tangan Hermione dengan erat.

“Pasti. Kan kamu yang jaga!” Seru Hermione memeluk Draco.

“Aku sayang banget sama kamu..”

“Draco, aku lebih sayang sama kamu..”

“Ternyata, gak perlu jauh jauh aku nyari kemana-mana. Rumah aku disini. Yaitu kamu!” Ucap Draco mencubit hidung Hermione yang membuat Hermione geli dan tertawa.

Selamat berbahagia Draco, Hermione..

Semesta mengizinkan kalian untuk bersama.


© urhufflegurl_

Draco..

**

PRANG!

Hermione terkejut mendengar suara gelas pecah tepat dihadapannya. Secara spontan, Ia jongkok dan hendak ingin membereskan serpihan gelas pecah itu.

“Hermione sayang, kenapa nak?” Tanya Helena dengan segera.

“Maaf ma, Hermione gak sengaja. Mau minum tadi.” Balas Hermione dengan keringat bercucuran di dahinya.

“Yaudah, biar ini mama yang beresin ya sayang?” Ucap Helena dibalas anggukan oleh Hermione.

“Makasih ma..”

“Draco, perasaan gue gak enak.. Lo dimana? Gue takut.. Dunia serasa hancur tanpa genggaman lo..”

“Draco, belum pulang ma?” Tanya Hermione kepada Helena.

“Belum sayang..” Balas Helena yang sedang fokus membereskan serpihan gelas.

“Helena! Draco!” Teriak Narcissa dari arah luar tiba tiba masuk ke dalam rumah Hermione.

Helena yang sedang jongkok, langsung berdiri ketika melihat Narcissa menangis disana.

“Tante Cissy? Draco kenapa?” Tanya Hermione panik.

“Draco kecelakaan..”


Narcissa masuk ke dalam ruangan Draco dirawat. Keadaannya cukup parah di bagian tangan yang membuatnya harus di perban untuk beberapa saat.

“Draco, sayang..”

“Ma, sakittt Ma..” Draco menangis tersedu sedu di dalam pelukan Narcissa.

“Sayang..”

“Sakitt.. Tolong Ma, bantu Draco.. Draco mau mendonorkan mata Draco untuk Hermione.. Draco mohon...” Lirih Draco dengan suaranya yang tercekat.

“Draco gak kuat Ma, sss—sakit..”


© urhufflegurl_

Malam itu..

**

Tw // blood // harsh word // acccident.

**

Dari kejadian Hermione kecelakaan, Draco dan Oliver baru kembali sekarang.

Ia tidak peduli lagi dengan lelaki itu, yang penting sekarang keadilan untuk Hermione.

Dan malam ini, di tangannya sendiri, Ia akan membunuh Cormac karena dia lah yang telah menabrak Hermione.

Draco dan Oliver menaiki motornya masing masing, mereka mengunjungi rumah Cormac, namun rumah itu sepi, tak ada siapapun di dalamnya. Benar benar sepi.

“Gimana ini Drake? Sepi.” Tanya Oliver.

Draco menggelengkan kepalanya. Namun, saat Draco memoleh ke arah gerbang, dia melihat Cormac yang baru saja datang dengan motor gedenya.

Melihat ada Draco dan Oliver disana, Cormac langsung kabur.

“Anjing! Lo gak akan lolos dari gue bangsat!” Teriak Draco menaiki motornya dan menyusul Cormac.

Mereka saling mengejar. Draco benar benar mengendarai motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi, begitupun Cormac dan Oliver.

Tak ada yang Ia fikirkan selain Hermione saat ini. Ia sangat menginginkan keadilan untuk Hermione. Sudah cukup itu saja.

“Mi, semua akan gue lakuin demi lo..”

Ditengah fikirannya yang tak karuan, tiba tiba dari arah kanannya muncul cahaya besar yang membuatnya oleng.

“DRACO AWAS!!!”

BRAK!

Sebuah truck besar menabrak motor yang dikendarai oleh Draco membuat badan kecilnya terpental beberapa meter kedepan dan motornya hancur karena dilindas oleh truck.

Dari arah belakang, Oliver datang dengan kecepatan yang tak bisa Ia kendalikan.

Ia berusaha menghindar dan membanting stirnya ke kiri, namun sayang, seberapa besar pun Ia menghindar tetap saja Ia terjatuh dan kena truck besar itu.

Kedua nya sama sama terlentang di jalanan sekarang.

Penuh dengan kaca yang berserakan dimana mana, dan juga darah yang mengalir.


© urhufflegurl_

Malam itu..

**

Tw // blood // harsh word // acccident.

**

Dari kejadian Hermione kecelakaan, Draco dan Olive baru kembali sekarang.

Ia tidak peduli lagi dengan lelaki itu, yang penting sekarang keadilan untuk Hermione.

Dan malam ini, di tangannya sendiri, Ia akan membunuh Cormac karena dia lah yang telah menabrak Hermione.

Draco dan Oliver menaiki motornya masing masing, mereka mengunjungi rumah Cormac, namun rumah itu sepi, tak ada siapapun di dalamnya. Benar benar sepi.

“Gimana ini Drake? Sepi.” Tanya Oliver.

Draco menggelengkan kepalanya. Namun, saat Draco memoleh ke arah gerbang, dia melihat Cormac yang baru saja datang dengan motor gedenya.

Melihat ada Draco dan Oliver disana, Cormac langsung kabur.

“Anjing! Lo gak akan lolos dari gue bangsat!” Teriak Draco menaiki motornya dan menyusul Cormac.

Mereka saling mengejar. Draco benar benar mengendarai motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi, begitupun Cormac dan Oliver.

Tak ada yang Ia fikirkan selain Hermione saat ini. Ia sangat menginginkan keadilan untuk Hermione. Sudah cukup itu saja.

“Mi, semua akan gue lakuin demi lo..”

Ditengah fikirannya yang tak karuan, tiba tiba dari arah kanannya muncul cahaya besar yang membuatnya oleng.

“DRACO AWAS!!!”

BRAK!

Sebuah truck besar menabrak motor yang dikendarai oleh Draco membuat badan kecilnya terpental beberapa meter kedepan dan motornya hancur karena dilindas oleh truck.

Dari arah belakang, Oliver datang dengan kecepatan yang tak bisa Ia kendalikan.

Ia berusaha menghindar dan membanting stirnya ke kiri, namun sayang, seberapa besar pun Ia menghindar tetap saja Ia terjatuh dan kena truck besar itu.

Kedua nya sama sama terlentang di jalanan sekarang.

Penuh dengan kaca yang berserakan dimana mana, dan juga darah yang mengalir.


© urhufflegurl_

I can't.

**

Draco masuk ke dalam ruangan Hermione. Gadis itu sedang tertidur saat Draco datang.

Helena sedang mencari orang yang mau mendonorkan matanya untuk Hermione.

Richard dan Lucius sedang mencari pelaku tabrak lari yang menimpa Hermione.

Jadi, Hermione hanya di jaga oleh Narcissa.

“Ma..” Draco salim kepada Narcissa, lalu mengusap rambut Hermione dan tersenyum.

Karena merasakan kepalanya yang berat, Hermione terbangun.

“Hai, bangun? Coba tebak gue bawa apa buat lo?” Tanya Draco kepada Hermione.

“Matcha ya?” Tanya Hermione dengan suara yang pelan.

“Iya. Matcha. Kue kesukaan lo. Ayo makan bareng?” Tanya Draco tersenyum.

Mulutnya tersenyum, namun matanya menangis.

“Gue potong ya.... Nih, aaaaa—” Draco melayangkan sendoknya dan Hermione membuka mulutnya.

“Enak?” Tanya Draco, Hermione hanya mengangguk.

“Draco..”

“Iya Mi?”

“Maaf..”

“Kenapa Mi? Kenapa minta maaf?” Tanya Draco merapikan rambut Hermione yang sedikit berantakan.

“Maaf gue terakhir marah banget sama lo, gue minta maaf..”

“Hei.. Gue kan udah bilang, gue udah maafin lo, gue yang harusnya minta maaf. Sekarang pokonya, kita fokus ke kesembuhan lo aja ya? Jangan fokus ke yang lain..” Ucap Draco mengecup lembut puncak kepala Hermione..

“Hei, kenapa nangis Mi?” Tanya Draco menghapus air mata Hermione.

“Lo gak akan tinggalin gue kan?”

Draco menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Gak akan. Sampe kapanpun, gue gak akan pernah ngelepas lo lagi, Mi.”

“Draco..”

“Iya Mi?”

“Mau nulis dikertas, mau core coret.”

“Boleh dong, ini kertasnya.”

Hermione mulai mencoret kertasnya dengan pulpen yang diberi oleh Draco.

Siang itu, mereka bahagia namun Draco menangis. Menangis karena Ia merasa kecewa dengan dirinya sendiri, Ia tidak bisa menjaga Hermione nya hingga Hermione harus merasakan ini semua.

Ia menyesal.

Dan sampai kapanpun, Ia tidak akan pernah melepaskan Hermione lagi.

Walaupun sedetik.


© urhufflegurl_

I'm here.

**

“Seperti yang saya bilang, trauma yang dialami oleh Hermione cukup besar dibagian kepalanya yang menyebabkan mata Hermione buta.”

Semua terdiam ketika mendengar penjelasan dari dokter. Helena terus menangis dipelukan Richard, tidak pernah terbayangkan hal ini akan terjadi kepada anak semata wayangnya.

“Bisa sembuh kan dok?” tanya Draco. Nada suaranya sudah sangat lemah. Ia sudah terlalu lelah untuk menangisi semua ini, Ia harus kuat. Ia harus bersikap dewasa. Demi Hermione. Demi Hermionenya.

“Bisa, yang saya lihat, kebutaan Hermione ini tidak permanen sehingga tidak membutuhkan pendonor. Hermione bisa melakukan operasi mata, tapi tidak untuk sekarang. Tunggu keadaan matanya sudah siap untuk melakukan operasi.”

“Kalau ada pendonor bisa kan dok?”

Dokter itu mengangguk. “Bisa saja. Hanya mencari pendonor mata itu tidak mudah.”

“Mudah. Ambil saja mata saya.”

Semua sontak menoleh ke arah Draco. Lelaki itu berbicara seperti tidak ada beban. Karena memang, yang ada difikirannnya, yang penting Hermione sembuh.

“Draco.” lirih Narcissa.

“Kenapa Mom? Ambil saja mata saya dok, bisa kan?” tanya Draco sedikit mengeraskan suaranya.

“Mohon maaf akan tetapi syarat pendonor mata adalah seseorang yang telah meninggal dunia.”

“Kenapa? Mata saya sehat dok, ambil saja mata saya. Asalkan bukan Hermione yang buta, gapapa saya buta asalkan jangan Hermione.”

Helena yang mendengar hal itu menggelengkan kepalanya. “Enggak Draco, gak bisa seperti itu.”

“Kenapa gak bisa tante? Lebih baik Draco yang gak bisa liat daripada Hermione, Draco gak mau.”

“Mohon maaf, tapi tidak bisa. Sudah SOP kami, bahwa yang bisa mendonorkan matanya hanya orang yang sudah meninggal.” ujar Dokter itu membuat suasana menjadi hening.

“Apa gak ada cara lain Dokter selain donor mata?” tanya Richard berusaha tenang dan kuat.

“Seperti yang tadi saya bilang bahwa trauma yang dialami Hermione tidak terlalu besar. Ia hanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk terapi dan operasi jika nanti nya diperlukan. Tidak membutuhkan pendonor.” balas Dokter tersenyum.

“Berapa lama Dokter? Berapa lama terapinya?” tanya Helena dengan suaranya yang tercekat.

“Mungkin satu bulan, atau dua bulan. Tergantung dengan kondisi mata Hermione nantinya.”

“Draco, lo dimana? Kenapa semuanya gelap? Draco, nyalain lampunya. Gue takut, gue takut gela Draco, nyalain lampunya.”

Hati Draco mencelos seketika. Yang dia lakukan hanya diam. Diam dengan mata nya terus memandang Hermione.

“Draco, nyalain lampunya! Gue takut Draco! Gue takut!!” Hermione mengangkat tangannya. Ia ingin menyalakan lampu disekitarnya.

“Mi..” lirih Draco berbisik, ia meraih kedua tangan Hermione dan memeluknya dengan erat.

“Hermione sayang, ini Mama nak.. Kamu bisa lihat Mama kan?” bisik Helena dengan suaranya yang tercekat.

Hermione mencari sosok Helena, ia mengedarkan pandangannya tapi nihil, semuanya gelap. Ia tidak bisa melihat apa apa.

“Enggak, Mama dimana? Mione gak bisa lihat Mama. Mama dimana? Ma, Mione mimpi kan? Gelap banget Ma disini, nyalain lampunya Mione mohon.. Cukup, jangan jahilin Hermione kayak gini. Papoy, gue mohon, nyalain lampunya..”

Helena menangis dan mundur mendengar hal itu. Narcissa yang melihatnya langsung segera memeluknya.

Draco sendiri, dia tak tahu harus berbuat apa. Dia menangis dalam diam sambil memeluk Hermione. Sahabatnya buta. Kecelakaan yang Hermione alami merenggut penglihatannya.

“Draco, gue gak buta kan? Gue gak bisa liat Draco, gue gak buta kan? Draco gue mohon jawab! Lo dimana Draco lo dimana?” Hermione mulai menangis, dia terus memberontak dipelukan Draco.

“Ssstt sstt hei.. Mione, ini gue.. Ini gue.. Gapapa gapapa, ini cuma sementara, ini cuma sementara okey? Gapapa Mi, gapapa.. Sini, peluk gue, gue akan selalu ada untuk lo.”

Tak ada yang bisa Draco lakukan lebih sekarang. Ia hanya bisa memeluk Hermione dan menenangkannya walaupun sebenarnya hatinya sangat kacau melihat Hermione seperti ini.

“Enggak, gue gak mau buta Draco, gue gak mau butaa!!! Draco, gue gak mau buta. Semuanya gelap, semuanya gelap disini Draco, gue takut, gue takut.” Hermione berteriak sambil menangis dipekukan Draco.

Draco terus mengusap lembut kepala Hermione sambil meneteskan air matanya. Ia tidak ingin terdengar seperti menangis, tapi ia juga tidak tahan. Hatinya juga sangat perih.

“Gue akan selalu jadi mata buat lo Mi.”


© urhufflegurl_

Gelap.

**

Sudah 3 hari Hermione koma, dan masih belum kunjung sadar. Hari hari Draco penuh dengan kegelapan, tak ada senyuman, dan tak ada semangat. Setiap hari ia hanya merenung dan melamun, lalu memberi pesan kepada Helena untuk menanyakan bagaimana keadaan Hermione saat ia berada disekolah.

Draco marah besar kepada Oliver. Ia juga tidak ingin Oliver dekat dekat lagi dengan Hermione. Oliver memang tidak salah, akan tetapi tetap saja, jika Oliver tidak ceroboh dan meninggalkan Hermione sendirian, semua ini pasti tidak akan terjadi. Hermione pasti baik baik saja. Hermione pasti akan sehat.

Setiap hari yang Draco lakukan hanya sekolah dan langsung menuju rumah sakit. Ia belum pulang sama sekali ke rumahnya. Selama tiga hari ini ia tidur dirumah sakit untuk menjaga Hermione. Hanya itu.

Hari ini adalah hari ke empat Hermione masih tertidur, dan seperti biasa Draco akan langsung kerumah sakit untuk menjaga Hermione.

“Draco.” Lirih Helena tersenyum sembari menggenggam tangan Hermione erat.

“Tante.. Tante udah makan?” Tanya Draco.

“Udah sayang, Mama tadi yang nemenin Tante Helena makan..” Ujar Narcissa mengelus lembut pundak Draco.

Draco mengangguk dan duduk di sebelah Hermione yang sedang tertidur.

“Mi, gue kangen.. Bangun ya? Udah empat hari loh lo tidur, lo gak kangen gue apa?” Bisik Draco sambil mengecup lembut kening Hermione.

“Kamu ganti baju dulu sayang, terus makan.” Ujar Narcissa kepada Draco.

Draco mengangguk dan melepaskan genggaman tangannya dari Hermione, namun ia merasa ada yang aneh dari genggaman Hermione. Ia merasa bahwa Hermione sedang menggenggamnya dengan erat.

“Mi? Ma.. Mione genggam tangan Draco Ma!” Ujar Draco sedikit bersemangat. Ia seolah merasakan adanya sinyal Hermione-nya akan kembali.

“Hermione sayang? Kamu denger Mama? Ini Mama sayang.. Kamu bangun ya?” Bisik Helena mengelus lembut rambut Hermione.

“Dra—co.”

Belum pernah sebelumnya, Draco sebahagia ini ketika namanya disebut. Ia pun langsung menggenggam dengan erat tangan Hermione.

“Iya, ini gue Mi.. Ini gue, lo bangun ya? Ayo pelan pelan lo pasti bisa Mi.” Ujar Draco.

“Dra—co..”

“Iya, ini gue.. Lo bangun Mi, gue mohon, gue kangen banget sama lo Mi..”

Perlahan, Hermione membuka matanya. Saking bahagianya, Draco menangis dan tersenyum senang ketika melihat mata Hermione perlahan lahan terbuka.

“Ma—ma.”

“Ah terima kasih Tuhan, kau telah kembalikan Hermione. Hermione sayang, ini Mama nak.”

Draco merasakan ada yang aneh. Hermione membuka matanya. Tapi kenapa ia merasa tatapan Hermione kosong?

“Draco.” Lirih Hermione.

“Iya iya, ini gue Mi.. Ini gue..”

Hermione menggenggam erat tangan Draco.

“Draco, lo dimana? Kenapa semuanya gelap? Draco, nyalain lampunya. Gue takut, gue takut gelap Draco, nyalain lampunya.”


© urhufflegurl_