litaaps

Kemarahan Draco Malfoy.

**

Draco berlari kencang menuju ruangan operasi, tadi kata Helena, Hermione harus dioperasi karena keadaannya cukup parah. Dia mengepalkan tangannya dengan keras. Air matanya sudah berhamburan membasahi wajahnya.

“ANJING!”

BUGHH!!

“BANGSAT! GUE SURUH LO JAGAIN HERMIONE!! KENAPA BISA HERMIONE KECELAKAAN SEDANGKAN LO ENGGAK ANJING?!”

BUGHH!!

Helena hanya diam menangis didalam rangkulan Narcissa yang baru datang bersama Draco dan Lucius.

“Draco sudah, cukup! Apa apaan kamu. Kenapa kamu memukul Oliver hah?” Pekik Richard menahan Draco.

Wajah Draco benar benar merah. Dia memandang Oliver dengan penuh amarah dan menatapnya seperti tatapan ingin membunuh.

“Sudah Draco.. Sudah..” Bisik Richard memegang bahu Draco.

“Hermione, Hermione gimana om? Hermione baik baik aja kan? Iya kan? Hermione baik baik aja kan om? Dia cuma luka lututnya kayak waktu itu dia jatuh dari sepeda kan om?”

Richard terdiam mendengar racauan Draco yang tak jelas. Begitupun Helena dan Oliver. Oliver, lelaki itu masib tersungkur sambil memegangi pipinya yang perih akibay pukulan dari Draco.

“Kenapa om? Tante? Kenapa?”

Helena semakin terisak dan semakin mengeratkan pelukannya kepada Narcissa. Melihat itu, Draco merasa ada yang tidak beres disini.

“Enggak, Hermione harusnya masuk ruangan IGD Ma, Pa.. Bukan ruangan operasi kayak gini, enggak.. Hermione gak parah kan Ma, Pa?”

Richard menepuk nepuk pundak Draco dan menyuruhnya duduk dan tenang. Namun Draco tidak mau melakukan hal itu, dia masih berdiri dengan kedua tangannya mengepal keras.

Tidak ada yang berbicara setelah itu, Draco masih setia berdiri didepan ruangan operasi menyenderkan badannya dan dengan tatapannya kosong mengarah ke depan.

Setelah 1 jam penuh Hermione dioperasi, akhirnya dokter pun keluar.

“Dokter, gimana? Gimana Hermione? Hermione gapapa kan? Gak parah kan?” tanya Draco dengan segera.

“Mohon maaf saya harus mengatakan—”

“Enggak, jangan.. Jangan minta maaf. Hermione pasti gapapa kan? Iya kan? Hermione gapapa kan?” tanya Draco dengan tatapan penuh harap.

Richard menarik tubuh Draco untuk mundur dan sedikif tenang. “Dray..”

“Kecelakaan yang dialami oleh Hermione cukup fatal. Benturan yang terjadi didaerah kepalanya cukup keras hingga keadaannya kritis dan— mohon maaf saya mengatakan ini, pasien koma. Kemungkinan pasien tidak akan sadar dalam beberapa hari. Pasien juga mengalami trauma yang cukup parah dibagian kepalanya. Operasi nya berjalan dengan lancar. Mari kita doakan saja semoga pasien cepat sembuh dan tidak ada kendala apapun.”

Draco merasakan hidupnya hancur seketika. Kakinya lemas dan hatinya sangat sakit. Sedangkan Helena, ia langsung menangis menghambur ke pelukan Narcissa.

Hancur.

Itu lah yang mendefinisikan Draco Malfoy malam ini.

Semua ketakutannya terjadi. Firasat buruknya sudah terjawab.

Dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sampai kapapun.

Dan dia tidak akan pernah memaafkan Oliver sampai kapanpun.

Tidak akan pernah.


© urhufflegurl_

Accident.

**

Malam ini, Hermione dan Oliver bersenang-senang. Mereka menaiki semua wahana di pasar malam ini termasuk bianglala.

Benar apa kata Draco, Hermione sangat menyukai bianglala. Gadis itu terlihat sangat senang saat menaiki biang lala.

Setelah puas bermain, Hermione dan Oliver memutuskan untuk membeli makanan sejenak karena lapar.

“Mau ini? Sate seafood. Lo suka seafood kan?”

Hermione mengangguk dengan semangat. “Mau cumi yaa!”

Oliver terkekeh pelan. “Oke siap! Bu, sate cumi nya satu, udangnya satu. Pedes manis, tapi jangan terlalu pedes ya.”

“Siap mas!”

Hermione mengedarkan pandangannya. Disini benar benar banyak jajanan. Ini kalau dia kesini bersama Draco, sudah pasti sudah kalap. Draco akan membelikan semua yang Hermione mau apapun itu, tanpa terkecuali.

“Kak, gue mau beli matcha latte disana. Bentar ya.” ujar Hermione dibalas anggukan oleh Oliver.

Hermione membeli satu cup matcha latte untuknya, matcha adalah kesukaan Hermione. Apapun berbau matcha, dia suka. Hermione juga suka warna matcha, sama seperti Draco, mereka berdua sama sama suka hijau. Tapi Hermione sukanya hijau matcha, sementara Draco hijau alam.

Setelah membeli matcha latte, Hermione pun kembali menghampiri Oliver dan duduk disalah satu bangku disana.

“Ini diaa satenya!” seru Oliver membawa dua satu dikedia tangannya.

“Hihihii thank you kak.” Seru Hermione menerima sate itu dengan semangat.

Oliver dan Hermione sama sama menyantap makanan dan minuman itu dengan lahap.

Setelah selesai makan, Hermione merasa hari semakin malam. Ia pun memakai hoodie milik Draco. Hoodie yang selalu menjadi penghangat untuknya ditambah wangi Draco yang menempel lekat didalamnya. Ah Hermione sangat menyukai bau Draco.

“Mione, gue mau ke kamar mandi deh.” Ujar Oliver kepada Hermione.

“Oh ya silakan. Gue tunggu disini ya kak.”

“Jangan kemana mana ya?”

Hermione mengangguk lalu Oliver pun cepat cepat pergi ke kamar mandi.

Sesampainya dikamar mandi, ternyata mengantri. Terpaksa Oliver menunggu sedikit lama untuk giliran.


Balik ke Hermione, wanita itu kini sedang melihat pemandangan yang ada disekitarnya. Lalu tatapannya berhenti ke anak kecil yang berada dihadapannya.

Karena penasaran, ia pun mendekat ke arah anak kecil itu.

“Adek, mama nya kemana sayang?” Tanya Hermione jongkok didepan anak kecil itu menyeimbangkan tinggi badannya dengan si anak.

“Gak tau. Mama gak tau kemana huhuu.” Anak kecil itu menangis. Sepertinya ia terpisah dari Mamanya.

Hermione melirik kesana kemari namun tidak ada satupun yang terlihat seperti kehilangan anak.

“Ya ampun, terus kamu ngapain disini? Ini pinggir jalan dek, bahaya buat kamu.”

Anak kecil itu menunjuk ke arah jalanan. Hermione mengikuti jari anak kecil itu. Ternyata ada boneka disana.

“Boneka kamu itu?”

Si anak mengangguk. “Tadi boneka aku diambil sama anak kecil disini, terus dilempar kesana. Aku takut kak buat ngambilnya.”

Hermione menghela nafasnya kasihan. “Yaudah sebentar kakak ambil ya.”

Si anak menghapus air matanya dan tersenyum senang. “Makasih kak.”

Melihat senyum anak kecil itu membuat Hermione tersentuh, ia pun mengusap rambutnya.

“Tunggu disini ya.”

Anak kecil itu hanya mengangguk. Jujur, Hermione sebenarnya sangat takut untuk menyebrang ke jalanan sana, meskipun jalanan lenggang, tapi tetap saja rasa takut didalam hatinya sangat besar. Tapi Hermione harus berani. Demi anak kecil yang sedang mengharapkannya.

Hermione melirik ke kanan dan kekiri memastikan apakah ada mobil atau tidak. Disaat hatinya sudah yakin bahwa tidak ada kendaraan yang melintas, Hermione pun mulai menyebrang.

Ditengah jalan, ia berhasil mengambil boneka itu lalu melambaikan bonekanya ke anak kecil yang memiliki boneka itu mengatakan bahwa ia telah berhasil membawanya.

Namun naas, saat Hermione kembali ke pinggir jalan, dari arah kanannya ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang.

BRAKK!!

Kecelakaan tidak dapat dihindari. Yang Hermione rasakan adalah ada sesuatu yang sangat besar yang menabrak tubuhnya. Tubuh Hermione terpental beberapa meter dan sayangnya, saat Hermione mendarat, kepala bagian atasnya terbentur trotoar cukup keras.

Mata Hermione mengedip lemah memandang sesuatu yang kabur yang ada didepan matanya. Badannya benar benar sakit.

“Papoy.. Sakit..” Lirih Hermione sebelum semuanya menjadi gelap.


© urhufflegurl_

Bad feeling.

**

Hari ini, Hermione akan pergi bersama Oliver ke taman hiburan untuk menyegarkan fikiran Hermione sejenak. Draco senang akan hal itu, setidaknya ada yang membuat Hermione senang, meskipun bukan dirinya.

Hermione dan Oliver akan berangkat pukul 7 malam. Draco sudah berdiri didepan rumahnya untuk menunggu Oliver datang, dan Hermione keluar.

Hermione menggunakan pakaian panjang seperti biasamya, ia tampak cantik dengan rambutnya yang di rumbai. Draco menghampirinya ketika Hermione hendak berangkat bersama Oliver.

“Mi.” Sapa Draco tersenyum kepadanya.

Hermione menghela nafasnya dan mendengus kesal. “Kenapa? Mau larang gue jalan sama Kak Oliver lagi?”

Draco terdiam kaku dengan tatapan yang sedih. Sangat sakit mendengar Hermione betapa ketusnya kepada dirinya.

“Enggak Mi, gue gak akan larang lo pergi sama Oliver. Ini, gue mau ngasih ini ke lo. Dingin Mi, badan lo kan gak kuat dingin, jadi pake ya.” Draco menyodorkan hoodie tebal miliknya. Hoodie ini adalah hoodie kesekian milik Draco yang menjadi favorit bagi Hermione.

Hermione terdiam dan tertegun dengan Draco yang masih saja perhatian kepadanya.

“Ambil Mi, dingin. Gue gak mau lo sakit.” Draco menaruh hoodie itu di pundak Hermione. Hermione menerimanya dan mengangguk dengan wajahnya yang datar.

“Thanks.”

Draco tersenyum puas melihat Hermione menerima hoodie itu. Setidaknya, Hermione mau mendengarnya dan nurut kepadanya.

“Yaudah, have fun ya. Liv, gue percayain semuanya ke lo. Jaga Hermione ya, jangan sampe kenapa napa.” ujar Draco kepada Oliver.

Oliver tersenyum dan mengacungkan jempolnya. Lalu ia menaiki motornya disusul oleh Hermione yang naik dibagian belakang motor Oliver. Setelah itu, mereka pun pergi.

Selepas kepergian Hermione dan Oliver, entab mengapa rasanya hati Draco tidak tenang. Ia rasanya ingin menyusul mereka dan membawa Hermione pulang.

Draco memutuskan untuk tidur dan melupakan perasaannya yang tak karuan.


© urhufflegurl_

Kecewa.

**

“MAKSUD LO APA SIH? MAKSUD LO APA CERITAIN SEMUA KE KAK OLIVER MAKSUD LO APA?!”

Hermione berteriak sambil menangis. Keadaan rumahnya sedang kosong, jadi Helena dan Richard tidak akan melihat mereka bertengkar.

“Mi gue cuma mau tau, Oliver itu pantes enggak buat lo. Kalau dia ninggalin lo setelah tau itu semua, berarti dia bukan yang terbaik buat lo.”

“BACOT! BULLSHIT!!”

Hermione menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit. “Selama ini gue fikir lo bisa jaga rahasia ini Drake, gue fikir lo bisa. Ternyata lo ingkar Drake, lo ingkar janji. Lo dulu janji lo akan menutup rapat rapat soal ini. TAPI KENAPA LO NGOMONG KE KAK OLIVER, KENAPA DRAKE?!”

Draco mematung ditempat. Sebelumnya, Hermione belum pernah semarah ini. Wajahnya benar benar merah dan banjir dengan air mata. Draco merasa sangat bersalah akan hal ini.

“Lo bilang lo mau tau Kak Oliver terbaik atau bukan? Lo ngetest dia dengan cara lo ceritain semua masa lalu gue yang hina itu? Lo ceritain semua masa lalu gue yang bikin hidup gue hancur? Ternyata serendah itu kehidupan gue buat lo Drake, apa gue emang gak pantes buat ngerasain cinta Drake? Apa gue gak pantes? Apa dewi cinta semuanya berpihak ke lo? Kenapa Drake? Kenapa—” Hermione menarik nafasnya karena ia merasa dadanya sesak.

“Mi, gak gitu..” bisik Draco dengan suara tercekat.

“Kenapa lo selalu ganggu gue sama Oliver, Drake kenapa?!! Kenapa Draco? Gue gak pernah ganggu lo sama siapapun cewek lo. Laura, Daphne, Astoria gue gak pernah ganggu lo sama mereka! Gue gak pernah ngelarang lo jalan sama mereka, gue gak pernah ngehalang halangin lo setiap lo mau jalan sama mereka. Gak pernah Drake. Drake—” Hermione memegang dadanya merasakan sakit luar biasa, ternyata seperti ini rasanya dikhianati oleh sahabat yang Ia percaya. Sakit. Malah melebihi rasa sakit yang pernah ia rasakan dulu.

Draco menghampiri Hermione, “Mi, maaf.. Enggak gitu maksud gue Mi, gue minta maaf Mi.. Maaf..”

Hermione menangis kencang sambil terduduk di lantai. “Gue kecewa sama lo, Draco. Gue bener bener kecewa.”

“Mi..”

Hermione menepis keras lengan Draco dan mendorongnya hingga lelaki itu terjatuh.

“Mulai sekarang lo jangan pernah ganggu hidup gue lagi, gue benci sama lo!”

Setelah itu, Hermione pergi menuju kamarnya dan membanting keras pintu kamarnya. Sedangkan Draco hanya menggelengkan kepalanya tidak mau dibenci oleh Hermione.

“Enggak.. Tolong denger penjelasan gue. Gue gak mau lo diambil sama siapapun Mi gue gak mau. Gue gak mau kehilangan lo, gue gak mau.. Gue mohon Hermione, gue mohon.. Jangan kayak gini, gue minta maaf..”

Draco terus meracau didepan pintu kamar Hermione. Ia dapat mendengar dengan jelas suara isak tangis Hermione didalam kamar.

“Mi, gue mohon Mi..”

“Lo tau sendiri masa lalu gue gelap Draco, tapi dengan mudahnya lo ceritain semuanya ke orang lain.” bisik Hermione dengan suara tercekat.


© urhufflegurl_

Flashback.

**

Tw // 18+ // Trauma // harsh word // depression //

**

“DRACOO!!”

Draco yang mendengar suara teriakan Hermione terkejut dan terlompat ke belakang.

“Kenapa sih Mi?”

“Liat itu! Viktor Krum!! Ganteng banget Draco, gue suka sama dia. Deketin gue sama dia dong, plis plis pliiis.”

Draco menghela nafasnya. “Iya iya nanti gue deketin lo sama dia.”

“Yeaayu thankk you Dracoo!! Lo emang sahabat gue yang terbaik deh!”


“Draco, gue mau jalan sama Viktor, pake baju apa ya yang bagus?”

“Emang mau jalan kemana?”

“Emm— cuma nonton, makan aja sih.”

Draco mengangguk dan mulai melihat lihat isi lemari Hermione.

“Ini aja, celana kulot, kaos dan outer. Style biasa aja, yang santai jangan yang ribet.”

Hermione tersenyum senang mendengar saran dari Draco. Ah rasanya Draco memang selalu tau bagaimana Hermione.

“Okee deh!”


“Hermione.”

“Cormac. Ada apa?”

“Lo jadian sama Viktor anak sebelah? Kok bisa?”

Hermione mengerutkan keningnya. “Bisa lah, gue kan cinta sama dia.”

“Tapi gue cinta sama lo Mione, gue cinta sama lo! Gue yang lebih dulu menyatakan perasaan gue ke lo, tapi kenapa lo malah lebih milih Viktor?”

“Cormac, sorry tapi.. Gue gak cinta sama lo. Sorry Cormac, gue cintanya sama Viktor.”

Cormac mengepalkan tangannya dengan keras. “Gak. Lo milik gue sekarang. Lo milik gue!”

Cormac menarik paksa lengan Hermione. Hermione sudah berusaha untuk melepaskannya, tapi tak bisa.

“Cormac lepasin! Tolooongg!!!”

BUGH!

Hermione merasakan ada sesuatu yang memukul leher belakangnya, dan dia pun seketika kehilangan kesadarannya.

Tanpa Hermione sadari, Cormac melakukan hal yang tidak pantas. Ia membuka kancing baju seragam Hermione dan mencium celah badan Hermione.

Ia mencium pipinya, bibirnya, lehernya, terus turun hingga Ia mencium pahanya.

Cormac menikmati Hermione benar benar brutal hingga membuat keadaan Hermione cukup berantakan.


Hermione terbangun dengan keadaan yang kacau. Kedua tangannya diikat, rambutnya berantakan dan juga seragamnya berantakan. Ia menyadari bahwa ia sedang digudang sekolah. Hermione menangis seketika. Apa yang sudah Cormac lakukan kepadanya? Mengapa?

“CORMAACCC!! Apa yang lo lakuin anjing?!” teriak Hermione menangis meronta ronta.

Cormac keluar dari arah lain di gudang, ia menyeringai puas seakan semua usahanya berhasil.

“Kalau berhasil, gue akan tanggung jawab kok.”

Muka Hermione panas dan memerah seketika. Berhasil? Tanggung jawab? Apa maksudnya?

“Maksud lo?”

“Lo enak juga ya kalau dipake.”

“Cormac maksud lo apa?! Enggak, Cormac lepasiin tangan gue! Lepas!!” Hermione berteriak dan meronta ronta. Kaki dan tangannya diikat oleh tali yang kuat bahkan membuat kedua kaki dan tangannya memerah.

“Hahahaha Hermione, lo milik gue sekarang sayang.” Cormac menyentuh dan mengusap pelan rambut Hermione. Ia mendekatkan bibirnya dengan bibir Hermione namun wanita itu segera menepi.

“Cih!” Hermione meludah tepat diwajah Cormac.

Cormac tertawa dan melanjutkan aksinya untuk mencium bibir Hermione.

“ENGGAAAKK!! DRACOOO TOLOONGGG!!!”

“HERMIONEE??!”

“DRACOO GUE DISIN—– mmpphhh.”

Tangan Cormac langsung membekam mulut Hermione. Setelah itu,ia kabur meninggalkan Hermione sendirian.

BRAKK!!

“Hermione?”

“Papoy....” Lirih Hermione menangis histeris.


PLAKK!!

Badan Hermione terhuyung kepinggir saking kerasnya tamparan Viktor kepadanya.

“Cewek murahan! Lo udah gak perawan lagi sekarang! Gue mau putus dari lo! Gak sudi gue jadi pacar lo. Dasar pelacur!”

Semenjak itu, Hermione memiliki trauma terbesar didalam hidupnya. Ia mengalami stress dan depresi selama berbulan bulan.

Hermione memberanikan diri untuk tes keperawanan, dan hasilnya dia masih dalam keadaan suci, sisi berharga didalam hidupnya belum dibuka oleh Cormac.

Ya karena pada kejadian itu, Cormac hanya sebatas menikmati badan Hermione tanpa “memakainya.”

Namun tetap saja, Hermione memiliki trauma besar, dia hanya percaya kepada Draco. Karena baginya, Draco adalah segalanya.

Dan Draco pula, itu lah yang membuat dia benar benar menjaga Hermione. Ia tidak ingin kejadian buruk itu terjadi lagi.

Benar-benar tidak ingin.


© urhufflegurl_

Flashback.

**

**Tw // 18+ // Trauma // harsh word // depression // **

**

“DRACOO!!”

Draco yang mendengar suara teriakan Hermione terkejut dan terlompat ke belakang.

“Kenapa sih Mi?”

“Liat itu! Viktor Krum!! Ganteng banget Draco, gue suka sama dia. Deketin gue sama dia dong, plis plis pliiis.”

Draco menghela nafasnya. “Iya iya nanti gue deketin lo sama dia.”

“Yeaayu thankk you Dracoo!! Lo emang sahabat gue yang terbaik deh!”


“Draco, gue mau jalan sama Viktor, pake baju apa ya yang bagus?”

“Emang mau jalan kemana?”

“Emm— cuma nonton, makan aja sih.”

Draco mengangguk dan mulai melihat lihat isi lemari Hermione.

“Ini aja, celana kulot, kaos dan outer. Style biasa aja, yang santai jangan yang ribet.”

Hermione tersenyum senang mendengar saran dari Draco. Ah rasanya Draco memang selalu tau bagaimana Hermione.

“Okee deh!”


“Hermione.”

“Cormac. Ada apa?”

“Lo jadian sama Viktor anak sebelah? Kok bisa?”

Hermione mengerutkan keningnya. “Bisa lah, gue kan cinta sama dia.”

“Tapi gue cinta sama lo Mione, gue cinta sama lo! Gue yang lebih dulu menyatakan perasaan gue ke lo, tapi kenapa lo malah lebih milih Viktor?”

“Cormac, sorry tapi.. Gue gak cinta sama lo. Sorry Cormac, gue cintanya sama Viktor.”

Cormac mengepalkan tangannya dengan keras. “Gak. Lo milik gue sekarang. Lo milik gue!”

Cormac menarik paksa lengan Hermione. Hermione sudah berusaha untuk melepaskannya, tapi tak bisa.

“Cormac lepasin! Tolooongg!!!”

BUGH!

Hermione merasakan ada sesuatu yang memukul leher belakangnya, dan dia pun seketika kehilangan kesadarannya.

Tanpa Hermione sadari, Cormac melakukan hal yang tidak pantas. Ia membuka kancing baju seragam Hermione dan mencium celah badan Hermione.

Ia mencium pipinya, bibirnya, lehernya, terus turun hingga Ia mencium pahanya.

Cormac menikmati Hermione benar benar brutal hingga membuat keadaan Hermione cukup berantakan.


Hermione terbangun dengan keadaan yang kacau. Kedua tangannya diikat, rambutnya berantakan dan juga seragamnya berantakan. Ia menyadari bahwa ia sedang digudang sekolah. Hermione menangis seketika. Apa yang sudah Cormac lakukan kepadanya? Mengapa?

“CORMAACCC!! Apa yang lo lakuin anjing?!” teriak Hermione menangis meronta ronta.

Cormac keluar dari arah lain di gudang, ia menyeringai puas seakan semua usahanya berhasil.

“Kalau berhasil, gue akan tanggung jawab kok.”

Muka Hermione panas dan memerah seketika. Berhasil? Tanggung jawab? Apa maksudnya?

“Maksud lo?”

“Lo enak juga ya kalau dipake.”

“Cormac maksud lo apa?! Enggak, Cormac lepasiin tangan gue! Lepas!!” Hermione berteriak dan meronta ronta. Kaki dan tangannya diikat oleh tali yang kuat bahkan membuat kedua kaki dan tangannya memerah.

“Hahahaha Hermione, lo milik gue sekarang sayang.” Cormac menyentuh dan mengusap pelan rambut Hermione. Ia mendekatkan bibirnya dengan bibir Hermione namun wanita itu segera menepi.

“Cih!” Hermione meludah tepat diwajah Cormac.

Cormac tertawa dan melanjutkan aksinya untuk mencium bibir Hermione.

“ENGGAAAKK!! DRACOOO TOLOONGGG!!!”

“HERMIONEE??!”

“DRACOO GUE DISIN—– mmpphhh.”

Tangan Cormac langsung membekam mulut Hermione. Setelah itu,ia kabur meninggalkan Hermione sendirian.

BRAKK!!

“Hermione?”

“Papoy....” Lirih Hermione menangis histeris.


PLAKK!!

Badan Hermione terhuyung kepinggir saking kerasnya tamparan Viktor kepadanya.

“Cewek murahan! Lo udah gak perawan lagi sekarang! Gue mau putus dari lo! Gak sudi gue jadi pacar lo. Dasar pelacur!”

Semenjak itu, Hermione memiliki trauma terbesar didalam hidupnya. Ia mengalami stress dan depresi selama berbulan bulan.

Hermione memberanikan diri untuk tes keperawanan, dan hasilnya dia masih dalam keadaan suci, sisi berharga didalam hidupnya belum dibuka oleh Cormac.

Ya karena pada kejadian itu, Cormac hanya sebatas menikmati badan Hermione tanpa “memakainya.”

Namun tetap saja, Hermione memiliki trauma besar, dia hanya percaya kepada Draco. Karena baginya, Draco adalah segalanya.

Dan Draco pula, itu lah yang membuat dia benar benar menjaga Hermione. Ia tidak ingin kejadian buruk itu terjadi lagi.

Benar-benar tidak ingin.


© urhufflegurl_

Maaf..

**

Astoria sengaja mengajak Draco berkeliling terlebih dahulu dengan alasan bahwa ia masih rindu kepada Draco, ya memang benar sih, tapi alasan utamanya adalah ia tak ingin segera mempertemukan Draco dengan Hermione yang menyebalkan itu.

Rasanya Astoria sangat ingin menyingkirkan wanita itu.

“Drake, makan es krim yuk! Kayaknya enak deh.” ujar Astoria memeluk erat Draco dari belakang.

“Yakin? Udah malem loh ini.” balas Draco kepada Astoria.

“Emm yaudah jagung bakar aja deh gimana?” tanya Astoria kepada Draco.

“Tapi ini udah malem Tori, pulang aja gimana?”

“Ih baru jam 9.”

Draco menghela nafasnya. Ia memikirkan Hermione yang sendirian dirumah.

“Tori tapi sorry, Hermione sendirian dirumah, gue gak mau lama lama ngebiarin dia sendirian dirumah. Kita pulang ya? Kan udah dari sore juga mainnya.”

Astoria mendengus kesal. Lagi lagi Hermione. Selalu Hermione. Kenapa sih wanita itu selalu mengganggu waktunya ketika bersama Draco?

“Tapi aku masih kangen sama kamu Draco.” protes Astoria.

“Besok kan ketemu disekolah.”

“Jemput ya?”

“Iya.”

Akhirnya Astoria pun menurut untuk diantarkan pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam juga, tidak baik jika harus pulang terlalu malam, bisa bisa Draco dimarahi habis habisan oleh Narcissa karena tidak menjaga Hermione.

Setelah selesai mengantar Astoria, Draco pun pulang menuju rumahnya. Mobilnya terhenti ketika melihat motor yang ia kenal parkir didepan rumah Hermione.

“Oliver?”

BRAKK!!

Mendengar suara pintu terbuka dengan kencang, baik Hermione maupun Oliver sama sama menoleh ke arahnya.

“Draco?”

Draco masuk kedalam rumah Hermione dan menggantung jaketnya, seolah olah rumah Hermione adalah rumahnya.

“Udah malem, gak baik cowok berduaan sama cewek dirumah.” Ketus Draco.

Oliver dan Hermione berdiri bersamaan.

“Ngapain lo kesini? Lo tau Hermione sendiri dirumah dan lo jadiin itu kesempatan buat berduaan sama dia?” Tanya Draco menatap Oliver dengan tajam.

“Apaan sih Draco—”

“Sorry tapi gue gak seperti yang lo maksud. Tadi Hermione telfon gue minta tolong karena perutnya sakit. Ya karena gue lagi free, gue buru buru kesini lah daripada Hermione kenapa napa.”

Draco tersentak dan terkejut mendengar hal itu. Hermione sakit? Kenapa Hermione malah menghubungi Oliver bukan dirinya?

“Lo sakit? Lo sakit dan bisa bisanya lo malah ngehubungin dia dibanding gue Mi?” Tanya Draco sambil menggelengkan kepalanya tak percaya.

Hermione memandang Draco dengan tatapan tajam dengan kedua tangannya melipat didepan dadanya.

“Kok lo jadi nyalahin gue? Jelas jelas lo yang salah. Gue udah telfon lo berkali kali, udah spam chat juga. Tapi lo malah nolak telfon gue dan cuma baca chat gue maksudnya apa? Sorry deh kalau emang selama ini gue jadi pengganggu buat lo.”

Draco mengerutkan keningnya. Telfon? Pesan? Bahkan tak ada satupun pesan stau telfon dari Hermione yang ia terima.

“Maksud lo? Jangan bohong deh Mi, jelas jelas lo gak ada telfon atau ngasih pesan ke gue.” Balas Draco.

Hermione memicingkan bibirnya. “Liat kan? Lo yang bohong! Gue telfon lo berkali kali Draco, tapi lo tolak telfon gue.”

Oliver yang malihat perbedatan itu pun berusaha untuk menenangkan keduanya.

“Emm sorry sorry, gue bukannya mau ikut campur tapi— bisa gak ngomonginnya besok aja? Hermione lagi sakit Drake, jadi biarin dia istirahat dulu, okey?” ujar Oliver dengan lembut dan bijaksana.

Draco memandang Oliver tak suka. “Udah sana lo balik, biar Hermione gue yang jaga. Thanks udah jaga dia.”

Oliver tersenyum dan mengangguk. “Mione, gue pulang ya?”

Hermione tersenyum kepada Oliver. “Iya, makasih banyak kak. Gue gak tau kalau lo tadi gak kesini, mungkin gue udah pingsan. Makasih banyak ya kak.”

Oliver mengusap pundak Hermione. “Iya sama sama, istirahat yang bener, jaga perutnya. Jangan makan pedes, dan jangan minum es.”

Hermione tersipu malu dan menunduk. “Iya, makasih ya kak.”

“Sama sama. Yaudah, gue pulang ya. Bye Drake.”

Setelah itu, Oliver pun pulang dan kini hanya tinggal ada Hermione dan Draco.

“Mi.”

Hermione marah kepada Draco, ia langsung membereskan bekas martabak dan minuman bekas dirinya dan Oliver.

“Mi, tunggu Mi. Gue mau jelasin semuanya biar clear.” ujar Draco mencoba menahan aktivitas Hermione, namun wanita itu terus melakukan aktivitasnya.

“Mi, bentar dong Mi.” Draco kini menahan tangan Hermione.

“Apa sih?” ketus Hermione.

“Sumpah Mi, gak ada telfon atau pesan yang masuk ke hp gue.”

Hermione menggeram kesal. “Maksud lo apa sih Drake? Jelas jelas lo tadi nolak telfon dari gue dan lo juga cuma baca pesan gue. Mau buktinya? Nih ada buktinya.”

Hermione membuka ponselnya dan menunjukkan historu call dirinya hari ini kepada Draco, lalu ia juga menunjukan spam chatnya kepada Draco.

Draco mengepal tangannya keras. Sialan. Ini pasti perbuatan Astoria.

“Liat kan? Drake, kalau emang gue ganggu lo sama Astoria, lo tinggal bilang aja gapapa kok. Tapi gak gini caranya, lo tinggal bilang kalau lo lagi sibuk, udah.” Hermione melepaskan genggaman tangan Draco.

Draco menahan emosinya yang memburu. “Mi.”

Hermione menatap Draco dengan tajam. “Apa?”

“Astoria. Dia yang nerima pesan lo dan dia juga yang nolak telfon dari gue. Sialan.” Umpat Draco.

“Terserah mau lo atau dia yang ngelakuin, mulai sekarang gue gak akan ganggu lo lagi.”

Hermione melongos hendak pergi, namun tangan Draco menahannya.

“Enggak Mi, gue minta maaf. Sumpah, bukan gue yang ngelakuin itu Mi, itu Astoria. Maaf, maaf karna gue gak ada disaat lo butuh gue, maaf Mi..” Draco menunduk dan menangis. Karena tidak tega, Hermione pun meraih tangannya dan memeluknya.

“Jangan nangis Papoy.. Gue gapapa kok..” Lirih Hermione berbisik ditelinga Draco.

“Maaf Mi.. Harusnya gue ada disisi lo, harusnya gue gak ninggalin lo sendiri dirumah, maaf Mi.. Maaf..”

Hermione hanya tersenyum dan mengusap lembut punggung Draco. “Gue udah maafin Papoy, udah ya..”


© urhufflegurl_

Oliver.

**

Tak butuh waktu lama bagi Hermione menunggu Oliver. Lelaki itu langsung masuk ke dalam kamar Hermione dan menemui Hermione yang sedang menggeliat kesakitan diatas kasurnya.

“Hermione, sini sini, ini obat haid nya. Minum dulu ya?” Oliver mengangkat tubuh Hermione membantunya untuk bangun dan duduk.

Badan Hermione sudah berkeringat dingin dan sangat lemas ketika Oliver mengangkat tubuhnya.

“Sakit kak.” Lirih Hermione menangis.

“Ssstt sstt.. Ini obatnya, minum dulu ya?” Oliver membuka obat haid itu dan memberikan kepada Hermione.

Hermione menerima obat haid itu dengan tangan yang lemas, lalu ia meminumnya secara perlahan agar rasa sakit nya menghilang.

“Udah mendingan?” Tanya Oliver dengan suaranya yang lembut.

Hermione mengangguk dan memejamkan matanya. Tanpa sadar, ia merebahkan kepalanya dipundak Oliver. Oliver tak keberatan dengan itu, malah ia senang, dia pun merangkul badan Hermione dan mengusap lembut perut Hermione.

“Ada air hangat disini?” Tanya Oliver kepada Hermione.

“Ada kak. Didapur.” balas Hermione lemah.

“Yaudah, gue ambil dulu ya?”

Hermione hanya mengangguk dan membiarkan Oliver pergi ke dapur untuk membawa apa yang is perlukan.

Tak lama kemudian, Oliver kembali dengan sebotol air hangat ditangannya.

“Sini.” Ujar Oliver kepada Hermione.

Hermione mendongkak dan mengerjapkan kedua matanya. “Mau apa kak?”

“Perutnya angetin dulu, sini. Rebahin lagi kepala lo dibahu gue.”

Hermione menurut. Ia pun menyenderkan kepalanya ke bahu Oliver, setelah itu Oliver menempelkan botol berisi air hangat itu ke perut Hermione.

Hermione sedikit tersenyum. Perutnya perlahan membaik, rasa sakitnya perlahan menghilang.

“Kak, kok lo ngerti soal beginian?” tanya Hermione kepada Oliver.

“Gue suka liat nyokap gue kayak gini soalnya. Nyokap gue ada kelainan di perutnya jadi beliau kalau haid pasti suka sakit banget kayak lo gini, dan nyokap gue suka nyuruh gue bawain air anget pake botol biar perutnya perlahan membaik.”

Hermione tersenyum senang, ternyata Oliver selain baik, pintar dan bertanggung jawab, ia juga sosok anak yang sangat baik dan berbakti kepada orang tuanya.

“Gimana perutnya? Udah agak enakan?” Tanya Oliver kepada Hermione.

Hermione mengangguk. “Kita pindah ke ruang tamu kak.”

“Ayo, sini gue gendong.”

“Gak usah kak.”

“Gapapa, sini naik ke punggung gue.”

Hermione terkekeh pelan dan ia perlahan naik ke punggung Oliver, Oliver menggendong Hermione menuju ruang tamu.

Hermione dan Oliver duduk bersebelahan diruang tamu. Ternyata selain membawa obat haid, Oliver juga membawa makanan dan minuman untuk Hermione.

“Waah martabak!” Seru Hermione ketika melihat martabak matcha kesukaannya.

“Kak, lo tau darimana gue suka matcha?” Tanya Hermione tak percaya. Matanya begitu berninar ketika melihat martabak matcha keju didepan matanya.

“Dari instagram lo, lo selalu posting tentang matcha. Jadi ya gue simpulin lo suka matcha.” Balas Oliver mengundang gelak tawa dari Hermione.

“Hahaha iyaa kak. Makasih banyak yaa yaampun jadi seneng.”

Oliver mengusap ngusap pelan puncak kepala Hermione. “Gemes banget, ayo makan.”

“Ayo bareng bareng kak.”

“Perutnya gimana? Masih sakit?” Tanya Oliver.

Hermione menggelengkan kepalanya. “Enggak, makasih banyak kak.”

Mereka pun menyantap martabak yang dibawa oleh Oliver bersama sama.


© urhufflegurl_

Malam itu.

**

Malam ini, Draco dan Astoria sedang jalan berdua. Mereka sedang makan bersama di restoran yang sangat romantis.

Saat Draco bertemu dengan Astoria, dia langsung menyatakan perasaannya, dan Astoria dengan mudahnya menerima karena Ia memang mencintai Draco.

“Drake, makasih yaa aku seneng banget deh bisa pacaran sama kamu.” ujar Astoria tersenyum senang.

“Aku juga seneng banget bisa pacaran sama kamu Tori, i love you.” bisik Draco mengecup mesra punggung tangan Astoria.

“I love you too Draco!” seru Astoria.

Draco terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya. “Ayo makan.”

“Ayo! Oh iya Drake, Hermione itu lagi deket sama Kak Oliver ya? Romantis deh mereka, cocok juga.” Ucap Astoria kepada Draco yang membuat aktifitas Draco yang sedang memotong steak terhenti.

“Menurut kamu mereka cocok?”

Astoria mengangguk dengan semangat. “Cocok banget! Hermione cantik, Kak Oliver ganteng. Hermione pinter, Kak Oliver juga pinter. Hermione dan Kak Oliver juga sama sama aktif di organisasi sekolah. Cocok banget pokoknya!”

Draco mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Astoria.

“Kayak aku sama kamu, kita berdua juga cocok.”

Draco tersenyum menanggapi ucapan Astoria. Setelah itu, ia pun permisi untuk ke kamar mandi sebentar.

“Aku ke kamar mandi dulu ya, titip ponsel aku.”

Astoria mengangguk dengan senang. Setelah itu, Draco pun pergi ke kamar mandi.

Triing

Ponsel Draco berbunyi tanda ada pesan. Astoria segera mengambil ponsel Draco dan melihat ada pesan dari Hermione dan Narccisa.

Astoria mendengus kesal melihat pesan itu. Karena kesal, ponsel Draco kembali berbunyi pertanda ada telfon dari Hermione dan Narcissa. Bahkan bukan sekali dua kali, namun berkali-kali.

Astoria segera memutuskan sambungan telfon itu. Sebanyak apapun Hermione dan Narcissa menelfon, Astoria langsung mematikannya.

Setelah itu, Astoria menghapus semua pesan dan history call Hermione dan Narcissa di ponsel Draco.

“Sorry Hermione. Jangan ganggu gue lagi sama Draco. Draco milik gue malam ini.”


© urhufflegurl_

Please.

**

“Hermione, nih kue sama lollipop kesukaan lo!” Draco duduk disebelah Hermione yang sedang asyik menonton televisi.

“Hmm.” Balas Hermione jutek.

Melihat respon Hermione itu, Draco segera menoleh. “Masih marah?”

“Enggak, cuman kesel aja.” Balas Hermione tanpa menoleh ke arah Draco sama sekali.

“Kesel karna gue gak ngebolehin lo ke toko buku bareng Oliver?”

“Ya iya lah. Apalagi.”

Draco menghela nafasnya dan merebut remot televisi di tangan Hermione. Dengan enteng dan santainya Ia mematikan televisi.

“Drake, apaan sih?” Tanya Hermione sewot.

“Dengerin gue. Lo pasti tau kan ketakuan terbesar gue apa, Mi?”

Hermione menunduk, Ia menghela nafasnya kemudian mengangguk.

“Gue gak mau kejadian dulu keulang lagi, gue bener bener gak mau, Mi.”

“Gak akan Drake. Dia udah pergi.”

“Dia udah pergi, itu kata kita. Tapi kita gak tau sebenarnya dia masih ada atau enggak. Jadi plis, dengerin gue ya? Lo tau kan alasan kenapa gue ngejaga lo segininya?”

“Gue tau Drake. Gue ngerti. Tapi kak Oliver itu orang baik, dia gak akan macem-macem. Dia juga bisa jaga gue dengan baik.”

Draco menggelengkan kepalanya. “Enggak, Mi. Gue mohon lo dengerin gue ya? Plis.”

“Maaf, Papoy..” lirih Hermione bersedih.

Draco tersenyum, Ia senang Hermione sangat mendengarkan apa kata dirinya.

Karena memang benar, semua yang Draco takutkan selalu terbukti. Jadi Hermione selalu nurut kepadanya.

“Yaudah, jangan cemberut lagi dong, jelek tau!” Ledek Draco menjulurkan lidahnya.

Hermione memukul Draco dengan bantal. “Enak aja! Lo yang jelek, wlee.”

Draco tertawa melihat Hermione balik meledeknya.

Ia sangat senang memiliki waktu seperti ini, dimana Ia bisa membuat Hermione tertawa, dan mereka tertawa bersama.

“Gue kadang selalu mikir, apa iya sebenernya lo rumah gue, Mi?”


© urhufflegurl_