litaaps

Malam yang berbeda, malam yang baru.

***

Malam ini, Pansy akhirnya kembali duduk di belakang Theo, diatas motor milik lelaki berambut coklat itu. Akhirnya Pansy kembali bisa mencium bau Theo, bau yang sangat dia rindukan.

Dan akhirnya, Theo kembali bisa dekat dengan wanita yang selama dua minggu ini, memenuhi pikirannya.

“Mau kemana The?”

“Kemana aja asal sama lo, gue seneng.”

“Dih, belajar gombal darimana?”

Theo terkekeh pelan, memandang wajah Pansy dari pantulan spion. Tak pernah berubah, Pansy selalu cantik.

Theo mengajak Pansy ke salah satu pedagang kaki lima, mereka memesan kopi dan roti bakar. Tadinya Theo ingin makan nasi, tapi Pansy bilang dia sudah makan dan belum terlalu lapar. Jadi Theo memilih roti bakar saja, karena Theo tidak ingin makan sendiri.

“Makasih ya Pa.” Ucap Pansy tersenyum kepada bapak pedagang, setelah beliau selesai menyiapkan pesanannya.

“Apa kabar Pans?” Tanya Theo.

Pansy tersenyum kecil, “Ya gini gini aja. Kayak yang lo liat. Lo apa kabar?”

“Gak pernah baik-baik aja.”

“Gimana kemarin main golf sama Ayah sama Papa?”

“Mereka mah jago golfnya, gue kayak lebih ke belajar dibanding main.”

“Ya mereka main golf udah lama, lo kan baru.”

“Iya, melenceng mulu pukulan gue.”

“Tapi lo juga gak kalah keren kok.”

“Pans. Kita harus ngomong.”

Suasana menjadi serius seketika. Pansy yang tadinya sedang memakan roti bakar dengan santai, kini menyimpan roti bakar itu dan fokus kepada Theo.

“Gue minta maaf soal kejadian malam itu, bener bener minta maaf Pans. Gue tau, gak seharusnya gue jujur soal perasaan gue, bahkan, gak seharusnya gue punya perasaan ini. Maaf Pans.. Gue cuman mau lega, gue cuman mau lo tau, kalau sejauh apapun gue cari, kalau gue mau nya itu lo, ya cuman lo Pans. Cuman lo yang gue mau, cuman lo yang bisa nerima semua sisi baik dan buruk gue, cuman lo.”

Pansy menarik nafas, dia memalingkan wajahnya, kedua tangannya saling menggenggam, dan kembali menatap Theo dengan serius.

“Maaf Pans.. Dan soal Adrian, jujur gue panik banget karena liat muka lo pucet banget, dan lo megang perut. Gue khawatir, takut lo kenapa-kenapa. Terlebih, ngeliat lo dirangkul sama Adrian, itu bikin gue cemburu Pans. He likes you.” Ucap Theo mengangguk.

“But I don't like him.” Balas Pansy.

“I know.. Gue cemburu hari itu, maaf Pans.”

“Udah?”

Theo mengangguk. Kini, giliran Pansy yang berbicara.

“Pertama, soal malam itu. Gue juga minta maaf karna udah minta kita jauh, gue bener bener kaget sama pernyataan cinta lo. Gue pikir, kita bisa temenan tanpa ada perasaan cinta. Gue minta maaf The.. Kedua, soal Adrian, dia udah bilang kalau lo udah minta maaf ke dia, dan dia pun gak mempermasalahkan hal itu, jadi gue udah lupain. Dan ketiga—”

Theo menoleh, dan menatap Pansy dengan hangat.

“The..”

Pansy menggenggam tangan Theo.

“Selama dua minggu tanpa lo, gue nyari jawaban. Gue nyari yang selama ini gue rasain setiap gue deket lo. Gue nyari jawaban apakah perasaan ini hanya perasaan semacam perasaan biasa atau enggak. Gue nyari semua jawaban itu The.”

Theo terus menatap Pansy, dengan tangan yang menggenggam Pansy lebih kuat dan erat.

“Selama ini, setelah liat lo tumbuh dewasa, setelah liat lo jadi lelaki yang dewasa, semua perasaan gue berubah The. Gue gak tau semenjak kapan perasaan ini muncul, tapi yang pasti, gue selalu seneng deket lo. Jujur, gue gak suka sama Luna, gue gak rela kalau iya akhirnya lo sama dia. Gue juga gak suka sama Daphne, gue gak suka kalau iya lo jadian sama dia, gue gak rela The—”

”—selama ini, gue cari semua jawaban itu. Tapi yang gue rasain, gue selalu deg degan tiap deket lo. Gue selalu ngerasa, beda The. Dan setelah malam itu, malam dimana lo jujur soal perasaan lo, gue kaget. Karena gue pikir lo anti sama cinta dalam persahabatan, gue pikir lo gak suka sama gue, gue pikir lo suka sama cewek cewek modelan Luna dan Daphne.”

“Pans..”

“Gue pernah denger, lo ngomong ke Blaise, kalau Luna dan Daphne itu tipe lo. Darisitu, gue mundur perlahan, gue ilangin perasaan gue ke lo. Tapi sialnya, gue malah semakin terjebak The. Gue gak bisa, gue gak bisa setiap harinya gak jatuh cinta sama lo. Gue gak bisa.”

Tak terasa, air mata mengalir di pipi mereka berdua. Genggaman Theo semakin erat.

“Selama dua minggu ini, gue ngerasa hancur banget. Gue kangen banget sama lo The. Gue seolah kehilangan orang yang berharga, gue kehilangan separuh jiwa gue, The. Gue kehilangan lo. Gue kangen banget sama lo. Selama ini juga, gue nemu jawabannya.”

“Gue cinta sama lo, The. Gue sayang sama lo.”

Theo tersenyum senang, dia hampir melompat kalau tidak ingat ini di tukang roti bakar. Dia duduk di sebelah Pansy dan memeluk wanita itu, memeluknya dengan erat, dan mencium rambutnya berkali-kali.

“Gue juga kangen banget sama lo Pans. Gue juga cinta sama lo, gue sayang sama lo. Gue mau lo, Pans. Gue cuman mau lo.”

Malam itu, semuanya berbeda. Diantara Pansy dan Theo, kini berbeda.

Mereka menjalin hubungan, namun tidak merubah kebiasaan diantara keduanya, hanya saja lebih romantis sekarang.


Sepanjang jalan, hanya tawa yang terdengar. Pansy memeluk Theo, dan Theo menggenggam tangannya.

Sesampainya dirumah—

“Cieee pelukaaan!” Seru Ayah, Bunda, Mama dan Papa yang ternyata menunggu diluar rumah.

“Ih kalian ngapain? Ngerumpi ya?” Tanya Pansy.

Theo memakirkan motor, dan merangkul Pansy.

“Theo punya pacar sekarang.”

“Ih!”

Bug!

“Sakit Pans!”

“Langsung jadian ini? Serius?” Tanya Ayah tak percaya.

“Nikah besok gimana?” Susul Mama.

“Mamaa belum skripsiii.” Balas Pansy.

“Yaudah, lulus kuliah aja langsung halal ini mah.” Ucap Papa.

“Ya ampun, kita beneran jadi besan guys!” Ucap Bunda, membuat semuanya tertawa senang.

Theo memeluk Pansy, dan mengecup kepalanya.

“I love you.” Bisik Theo.

Pansy tersenyum, “I love you more, The.”


© urhufflegurl_

Motor?

***

“Kak? Tumben bawa motor?” Hermione terkejut, karena ini pertama kali dia melihat Draco dengan motor. Dia pikir Draco tidak punya motor.

“Mau motoran, gapapa kan?” Tanya Draco.

Hermione mengangguk semangat, Draco tersenyum gemas melihatnya. Lelaki itu menutup rapat sleting jaket yang sedang Hermione gunakan, lalu memakaikan helm, dan mencolek hidung Hermione gemas.

“Let's go Princess.”

“Let's go Prince!”

Malam itu, menyusuri kota Jakarta dengan kegiatannya yang masih sangat ramai, Draco dan Hermione seperti dua insan yang sedang jatuh cinta. Bercengkrama di tengah berisiknya jalanan, tertawa, dan hangat di tengah dinginnya malam.

Hermione memeluk Draco, karena Draco yang menyuruhnya.

Berdua seperti ini dengan Draco, benar benar berhasil membuatnya semakin jatuh cinta.

Draco sengaja membawa Hermione ke salah satu toko bunga yang masih buka. Entahlah, lelaki itu rasanya ingin sekali membelikan Hermione bunga.

“Ngapain kesini kak?” Tanya Hermione.

“Suka bunga gak?”

Hermione mengangguk.

“Bunya apa? Mawar? Lily?”

“Mawar merah.”

“Okey.”

Setelah itu, Draco pun memesan dua bouquet mawar merah.

“Untuk seseorang yang selalu ada dipikiran gue.”

Hermione tersenyum senang. Dia memeluk bunga itu.

“Satu lagi buat siapa?”

“Mama. Selera lo sama Mama sama, sama sama suka mawar merah.”

Hermione semakin senang mendengarnya.

Setelah membeli bunga, mereka diam sejenak di toko roti bakar. Draco tidak ingin mengantar Hermione pulang hanya dengan tangan kosong saja.

“Thanks ya kak bunganya, bagus banget.” Hermione masih belum bisa melepas pandangannya dari bunga disampingnya.

“Iya sama-sama.”

“Hermione, lo tentu tau kan maksud gue ngelakuin semua ini?” Tanya Draco.

Hermione tersenyum dan mengangguk.

“Kalau ada yang mau lo tau tentang gue, tanya aja ke gue langsung ya?”

Fix. Mattheo pasti yang membocorkannya kepada Draco.

Tapi, apa ini waktunya Hermione tau? Siapa mantan Draco satu-satunya itu.

Memang mantan tidak penting, tapi Hermione penasaran?

“Ada sih kak. Soal—”

“Namanya Astoria. Satu SMA dulu, dia suka sama gue.”

“Astoria?”

Draco mengangguk. “Mantan gue namanya Astoria.”

“Pacarannya berapa lama kak?”

“Cuman dua tahun.”

“Kata kak Matt, dia duluan yang deketin lo?”

Draco tersenyum, “Iya. Dia suka sama gue dari kelas satu katanya. Tapi, gue udah suka sama cewek lain.”

Mengapa Hermione sakit hati?

“S—suka cewek lain?”

Draco mengangguk, “Gue ketemu cewek ini udah lama. Waktu dia masih kecil.”

Hermione dapat melihat dengan jelas wajah bahagia Draco saat menceritakan wanita itu. Ternyata, bukan Astoria yang harus dia cemburui, tapi wanita itu. Wanita yang berhasil membuat wajah Draco merah sekarang.

“Dia gemes banget waktu kecil. Gue suka sama dia, tapi, dia harus pindah keluar kota. Gue sedih banget.”

Hermione menoleh. “Terus?”

“Susah untuk gue lupa sama dia. Bahkan Astoria aja gak bisa gantiin posisi dia di hati gue, Mi.”

Percayalah, Hermione ingin menangis saat ini juga.

“Cari lah, kejar cewek itu kak.”

Draco tersenyum menatap Hermione, tatapannya begitu dalam membuat Hermione semakin merasakan sakit.

“Ya ini gue lagi ngejar dia.”

“Maksudnya?”

Senyum Draco melebar, dia mengusap pelan kepala Hermione.

“Orangnya di samping gue, ngapain gue cari.”

“MAKSUDNYA?!”

Draco tertawa ketika melihat Hermione dengan wajah terkejutnya. Mulutnya membuka, kedua tangannya menutup mulutnya.

“KAK?”

“Apa?”

“Ih! Serius!”

“I have crush on you for a long time, Hermione.”

Hermione benar benar menangis saat ini juga.

“Dari kapan kak?”

“Dari pertama liat lo kuncir dua, dirumah. Waktu itu, pertama kali gue, Pansy, Blaise, Theo main ke rumah Mattheo. Eh ada adeknya yang berhasil buat gue jatuh cinta!”

“Kak ih maluuu!” Hermione menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Draco merangkul Hermione dan memeluknya. “Gak ada yang bisa gantiin lo di pikiran dan hati gue setelah itu, Hermione. Sekalipun dia Astoria, atau siapapun.”

Hermione memeluk Draco dengan erat.

Dengan Draco, dia akan menjadi wanita yang paling bahagia.


© urhufflegurl_

Dari Draco.

***

Hermione sedang fokus mengerjakan tugasnya ketika Mattheo masuk ke dalam kamarnya. Di tangan lelaki itu ada paper bag yang entah apa isinya.

“Nih, dari Draco.” Katanya.

Hermione terkejut, langsung lompat dari meja belajarnya, mengambil paper bag yang ada di tangan Mattheo.

“Dari kak Draco? Perasaan gue gak minta apa apa?”

“Emang gak boleh minta minta!”

“Ish! Iya!”

Hermione tersenyum senang, membuka paper bag itu dan—

“Kebab? Dimsum mentai? Teh?!” Teriak Hermione kesenangan.

“Biasa aja kali! Eh enak enak tuh, kebab nya juga ada tiga, dimsum ada 3 box, mau dong dek, bagi.”

Saat Mattheo hendak mengambil makanan, Hermione menjauhkannya.

“Punya gue!”

“Bagi elah. Temen gue juga itu yang ngirim.”

“Yaudah bayar dulu utang lo.”

“Utang? Gue punya hutang sama lo?”

“Punya. Hutang cerita.”

Mattheo terkekeh pelan. Dia duduk di kursi dekat meja belajar Hermione, dan mengambil satu kebab lalu memakannya.

“Cepet kak. Ceritaa.”

“Soal apa?”

“Draco lah. Maksudnya, kak Draco. Soal mantan dia. Jujur gue kepikiran, kak Draco dengan wajah tampan dan segudang perhatiannya itu punya mantan berapa sih? Lima? Tujuh? Apa tiga? Empat? Jangan jangan sepuluh?”

Mattheo tertawa merespon ucapan Hermione. Dia mengambil teh milik Hermione dan meminumnya. Sesuka Mattheo saja.

“Kok ketawa?”

“Emangnya si Theo yang punya mantan segudang? Kagak lah, Draco cuman punya mantan satu.”

Mata Hermione membulat. Satu?

“Maksudnya satu?”

“Ya satu, mantan dia cuman satu. Itupun, ceweknya duluan yang ngedeketin, ceweknya duluan yang nembak.”

“Lo gak bercanda kan?”

“Ngapain gue bohong soal hidupnya si Draco?”

Sambil memakan kebab pemberian Draco, Hermione melamun memikirkan ucapan Mattheo. Mantannya hanya satu? Apa Draco sudah melupakan mantannya itu? Atau malah—

“Dia belum move on ya?”

“Siapa?”

“Kak Draco. Udah move on belum dari mantannya?”

“Udah lah. Udah ilang contact juga dia sama mantannya.”

Hermione ber-oh ria. “Putusnya kenapa?”

“Soal itu, mending lo tanya aja ke Draco nya.” Mattheo berdiri, mengambil satu box dimsum.

“Ohiya, jangan lupa bilang makasih ke Draco! Bye!” Mattheo keluar dari kamar Hermione, tanpa menutup kembali pintu kamar Hermione.

Hermione masih terdiam, memikirkan mantan Draco yang hanya satu itu. Satu? 20 tahun hidup, wajah yang sangat tampan, pesona yang memikat, dia cuman punya mantan satu?

“Serius? Gue aja yang biasa aja udah punya mantan empat anjir.”


© urhufflegurl_

Morning and him.

***

“Pagii.” Sapa Hermione kepada mereka yang sudah duduk di ruang TV.

“Seger amat tu muka.” Ucap Mattheo, meledek.

Draco yang melihat Hermione dari arah dapur tersenyum ke arahnya. Begitupun Hermione, dia melirik Draco dan tersenyum ke arahnya.

“Sini Mi! Kita lagi nonton.” Ucap Theo.

“Nonton apa kak?”

Hermione duduk di sebelah Theo, mengambil salah satu camilan dan memakannya.

“Nih, nonton gak tau film gak jelas.” Ucap Theo.

“Lo yang nonton bego!” Balas Mattheo, biasa, si paling tidak bisa sabar jika berurusan dengan Theodore.

“Eh kita mau snorkeling sekarang kan?” Tanya Pansy.

“Yap.” Balas Mattheo.

“Yaudah yuk, gak kuat gue pengen nyeleem.”

“Sarapan dulu. Nih.” Draco membawakan beberapa makanan yang sudah dia siapkan, dan menaruhnya di meja.

Setelah itu, dia duduk di samping Hermione.

Hermione meliriknya, begitupun dengan Draco. Mereka saling melempar senyum. Senyum orang kasmaran.

Mereka sarapan bersamaan, menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Draco. Anak lelaki itu memasak bersama dengan, Pansy dengan semua bahan yang sudah mereka siapkan.

“Minum?” Tanya Theo menawarkan minuman kepada Hermione.

“Enggak kak, makasih. Masih ada.” Balas Hermione.

Theo hanya mengangguk dan menyimpan kembali botol minum di meja. Sementara itu, Draco dengan santainya mengisi gelas milik Hermione yang tinggal sedikit, tanpa izin kepadanya.

Hermione menoleh, dan tersenyum ke arahnya. Sementara Draco, fokus menonton televisi.


Akhirnya, sesi sarapan pun selesai. Mereka kini sudah siap dengan semua alat snorkeling yang mereka siapkan. Mereka telah memakainya.

“Drake serius ini guidenya gak ada?” Tanya Pansy.

“Kita sering kesini kali Pans, gak usah ada begituan.” Balas Theo.

Draco mengangguk, “Blaise aja gimana? Oke gak Blaise?”

Lelaki yang sedang asik memainkan airnya ke laut itu tersenyum, memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

“Ayo. Kayak baru pertama kali aja anjir snorkeling.” Ucap Blaise, siap siap untuk nyemplung ke laut.

Dan ya, lelaki itu sudah menghilang— alias, sudah menyelam ke lautan.

“Wey tunggu gue anjir!” Teriak Mattheo, menyusul Blaise.

“Ih kok gak bareng? Gak solid!” Ucap Pansy, mengikuti Mattheo.

Hermione, Draco dan Theo tertawa di atas. Mereka belum masuk ke dalam air.

“Mi, ayo.” Ucap Theo.

Draco menoleh, menatap Hermione yang sepertinya agak takut dengan kegiatan yang akan ia lakukan.

“Aman kok.” Ucap Draco, meyakinkan.

“Iya kak.”

“Udah ayo.” Theo menggenggam tangan Hermione, mereka turun ke air secara bersamaan.

Hanya Draco yang berada di atas sekarang, dia terdiam dalam waktu yang cukup lama, menyaksikan teman-temannya yang asik tertawa dan memotret keindahan alam.

“Drake! Ayo anjir!” Teriak Mattheo.

Draco mengangguk, “Nyusul.”

Draco memoleh ke arah kanannya, disana ada Hermione dan Theo, menyelam bersama.

Draco cemburu, tentu. Melihat Hermione tertawa lepas bersama Theo disana, dan Theo memotret wajah cantik itu. Namun, Draco tidak bisa memperlihatkan rasa cemburu nya kan?

Setelah ia merasa bahwa badannya siap, Draco pun ikut menyelam dan menikmati pagi itu dengan indah.


“Mattheo gila! Foto gue ngeblur semua anjir!” Teriak Pansy, hampir menangis.

“Efek air itu!” Balas Mattheo, tidak ingin kalah.

“Gak mau ah, harus jelas!”

“Foto ulang gimana?”

“Sumpah ya lo nyebelin banget.”

Mattheo tertawa, “Itu ada yang jelas Pans. Sini sini.”

Meninggalkan Pansy dan Mattheo yang sedang cekcok, disisi lain, Blaise masih didalam, dia masih menyelam. Ya, menyelam seperti ini adalah kesukaan lelaki jangkung itu, dia sangat suka menyatu dengan air laut, dan melihat keindahan laut, dekat, langsung.

Draco, lelaki itu sedang merokoo sendirian di pantai, sambil mengompori Mattheo dan Pansy.

Hermione berjalan menuju villa, dia berniat ingin berenang karena entah mengapa dia sangat ingin berenang.

Sesampainya disana, dia melihat Theo dengan pool float sedang mengambang di kolam renang.

“Pantesan gue cari gak ada, ternyata disini kak.”

Theo menoleh, “Lo cariin gue?”

Hermione tertawa kecil, “Ya maksudnya, kan kita sedikitan, jadi keliatan siapa yang gak ada.”

“Eh sini, gabung, enak tau. Langitnya cerah banget. Ada dua nih ban-nya.”

Hermione mengangguk, tertarik akan tawaran yang Theo berikan. Dia pun bergabung dengan Theo, tidur di atas air dengan pool float yang kosong disana.

“Waah gila, enak banget ternyata kak.”

Theo menoleh, “Ya kan?”

Hermione mengangguk.

“Gimana snorkeling pertama kali nya? Seru gak?”

Hermione tertawa kecil, “Lo ngajarinnya jail banget! Untung gue bisa ngikutin nya.”

“Hahahaha sengaja, biar gak serius serius amat elah.”

“Tapi keren sih, gue kira, orang yang gak bisa berenang kayak gue ini gak bisa nyelam nyelam gitu, ternyata bisa loh.” Hermione tersenyum senang, menoleh ke arah Theo.

“Udah gue bilangin pasti bisa.”

“Thanks ya kak.”

“Iya sama sama. Lagian, Pansy juga di ajarin nya sama gue tau.”

“Masa iya?” Tanya Hermione tak percaya.

Theo tertawa, “Tanya aja Pansy.”

“Gue lebih percaya kepulauan seribu di NTT sih kak.”

Theo tertawa lepas di sana.

Kedua tangan mereka sama sama menyentuh air, mendorong air dengan gerakan yang halus sehingga pool float yang sedang mereka tumpangi tidak diam saja, namun bergerak perlahan.

Theo diam diam menoleh ke arah Hermione. Wanita itu sedang asik menutup matanya, mungkin sedang menikmati hembusan angin yang menyentuh kulitnya.

Tak sengaja, pool float yang mereka naiki mendekat, dan tangan Theo perlahan menyentuh jari Hermione.

Hermione terkejut, namun tidak memperlihatkan dengan jelas rasa terkejutnya.

Semakin dekat, jari telunjuk Theo menyentuh jari telunjuk Hermione. Dan jari mereka saling terikat, dalam waktu yang cukup lama.

Hermione membuka matanya, menoleh ke arah Theo yang sedang tersenyum ke arahnya.

Hermione memalingkan wajahnya, dan segera bangkit. Namun, karena tidak stabil, dia tercebur ke dalam air.

“Heh astaga, lo gapapa?”

Hermione tertawa, “Gapapa gapapa, cuman— mau kesana aja. Yuk kak, mandi.”

Karena tidak bisa berenang, Hermione berjalan menuju tepi kolam renang, dan pergi dari sana.

Theo tak bisa berhenti melihatnya. Matanya tak bisa lepas dari dirinya.

Andai Hermione bisa merasakannya, merasakan apa yang Theo rasakan kepadanya.


  • Bagian ini, terinspirasi dari The Summer I turned Pretty. Iya, bagian Belly sama Jere berduaan dikolam, bagian ini nih hehehe...


© urhufflegurl_

Morning and him.

***

“Pagii.” Sapa Hermione kepada mereka yang sudah duduk di ruang TV.

“Seger amat tu muka.” Ucap Mattheo, meledek.

Draco yang melihat Hermione dari arah dapur tersenyum ke arahnya. Begitupun Hermione, dia melirik Draco dan tersenyum ke arahnya.

“Sini Mi! Kita lagi nonton.” Ucap Theo.

“Nonton apa kak?”

Hermione duduk di sebelah Theo, mengambil salah satu camilan dan memakannya.

“Nih, nonton gak tau film gak jelas.” Ucap Theo.

“Lo yang nonton bego!” Balas Mattheo, biasa, si paling tidak bisa sabar jika berurusan dengan Theodore.

“Eh kita mau snorkeling sekarang kan?” Tanya Pansy.

“Yap.” Balas Mattheo.

“Yaudah yuk, gak kuat gue pengen nyeleem.”

“Sarapan dulu. Nih.” Draco membawakan beberapa makanan yang sudah dia siapkan, dan menaruhnya di meja.

Setelah itu, dia duduk di samping Hermione.

Hermione meliriknya, begitupun dengan Draco. Mereka saling melempar senyum. Senyum orang kasmaran.

Mereka sarapan bersamaan, menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Draco. Anak lelaki itu memasak bersama dengan, Pansy dengan semua bahan yang sudah mereka siapkan.

“Minum?” Tanya Theo menawarkan minuman kepada Hermione.

“Enggak kak, makasih. Masih ada.” Balas Hermione.

Theo hanya mengangguk dan menyimpan kembali botol minum di meja. Sementara itu, Draco dengan santainya mengisi gelas milik Hermione yang tinggal sedikit, tanpa izin kepadanya.

Hermione menoleh, dan tersenyum ke arahnya. Sementara Draco, fokus menonton televisi.


Akhirnya, sesi sarapan pun selesai. Mereka kini sudah siap dengan semua alat snorkeling yang mereka siapkan. Mereka telah memakainya.

“Drake serius ini guidenya gak ada?” Tanya Pansy.

“Kita sering kesini kali Pans, gak usah ada begituan.” Balas Theo.

Draco mengangguk, “Blaise aja gimana? Oke gak Blaise?”

Lelaki yang sedang asik memainkan airnya ke laut itu tersenyum, memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

“Ayo. Kayak baru pertama kali aja anjir snorkeling.” Ucap Blaise, siap siap untuk nyemplung ke laut.

Dan ya, lelaki itu sudah menghilang— alias, sudah menyelam ke lautan.

“Wey tunggu gue anjir!” Teriak Mattheo, menyusul Blaise.

“Ih kok gak bareng? Gak solid!” Ucap Pansy, mengikuti Mattheo.

Hermione, Draco dan Theo tertawa di atas. Mereka belum masuk ke dalam air.

“Mi, ayo.” Ucap Theo.

Draco menoleh, menatap Hermione yang sepertinya agak takut dengan kegiatan yang akan ia lakukan.

“Aman kok.” Ucap Draco, meyakinkan.

“Iya kak.”

“Udah ayo.” Theo menggenggam tangan Hermione, mereka turun ke air secara bersamaan.

Hanya Draco yang berada di atas sekarang, dia terdiam dalam waktu yang cukup lama, menyaksikan teman-temannya yang asik tertawa dan memotret keindahan alam.

“Drake! Ayo anjir!” Teriak Mattheo.

Draco mengangguk, “Nyusul.”

Draco memoleh ke arah kanannya, disana ada Hermione dan Theo, menyelam bersama.

Draco cemburu, tentu. Melihat Hermione tertawa lepas bersama Theo disana, dan Theo memotret wajah cantik itu. Namun, Draco tidak bisa memperlihatkan rasa cemburu nya kan?

Setelah ia merasa bahwa badannya siap, Draco pun ikut menyelam dan menikmati pagi itu dengan indah.


“Mattheo gila! Foto gue ngeblur semua anjir!” Teriak Pansy, hampir menangis.

“Efek air itu!” Balas Mattheo, tidak ingin kalah.

“Gak mau ah, harus jelas!”

“Foto ulang gimana?”

“Sumpah ya lo nyebelin banget.”

Mattheo tertawa, “Itu ada yang jelas Pans. Sini sini.”

Meninggalkan Pansy dan Mattheo yang sedang cekcok, disisi lain, Blaise masih didalam, dia masih menyelam. Ya, menyelam seperti ini adalah kesukaan lelaki jangkung itu, dia sangat suka menyatu dengan air laut, dan melihat keindahan laut, dekat, langsung.

Draco, lelaki itu sedang merokoo sendirian di pantai, sambil mengompori Mattheo dan Pansy.

Hermione berjalan menuju villa, dia berniat ingin berenang karena entah mengapa dia sangat ingin berenang.

Sesampainya disana, dia melihat Theo dengan pelampungnya sedang mengambang di kolam renang.

“Pantesan gue cari gak ada, ternyata disini kak.”

Theo menoleh, “Lo cariin gue?”

Hermione tertawa kecil, “Ya maksudnya, kan kita sedikitan, jadi keliatan siapa yang gak ada.”

“Eh sini, gabung, enak tau. Langitnya cerah banget. Ada dua nih ban-nya.”

Hermione mengangguk, dia tertarik akan tawaran yang Theo berikan. Dia pun bergabung dengan Theo, mengambang tertidur di atas air.

“Waah gila, enak banget ternyata kak.”

Theo menoleh, “Ya kan?”

Hermione mengangguk.

“Gimana snorkeling pertama kali nya? Seru gak?”

Hermione tertawa kecil, “Lo ngajarinnya jail banget! Untung gue bisa ngikutinnya.”

“Hahahaha sengaja, biar gak serius serius amat elah.”

“Tapi keren sih, gue kira, orang yang gak bisa berenang kayak gue ini gak bisa nyelem nyelem gitu, ternyata bisa loh.” Hermione tersenyum senang, menoleh ke arah Theo.

“Udah gue bilangin pasti bisa.”

“Thanks ya kak.”

“Iya sama sama. Lagian, Pansy juga di ajarinnya sama gue tau.”

“Masa iya?” Tanya Hermione tak percaya.

Theo tertawa, “Tanya aja Pansy.”

“Gue lebih percaya kepulauan seribu di NTT sih kak.”

Theo tertawa lepas disana.

Kedua tangan mereka sama sama menyentuh air, mendorong air dengan gerakan yang halus sehingga pelampung yang sedang mereka naiki tidak diam saja, namun bergerak perlahan.

Theo diam diam menoleh ke arah Hermione. Wanita itu sedang asik menutup matanya, mungkin sedang menikmati hembusan angin yang menyentuh kulitnya.

Tak sengaja, pelampung yang mereka naiki mendekat, dan tangan Theo perlahan menyentuh jari Hermione.

Hermione terkejut, namun tidak memperlihatkan dengan jelas rasa terkejutnya.

Semakin dekat, jari telunjuk Theo menyentuh jari telunjuk Hermione, dan mereka saling terikat, dalam waktu yang cukup lama.

Hermione membuka matanya, menoleh ke arah Theo yang sedang tersenyum ke arahnya.

Hermione memalingkan wajahnya, dan segera berdiri. Namun, karena tidak stabil, dia tercebur ke dalam air.

“Heh astaga, lo gapapa?”

Hermione tertawa, “Gapapa gapapa, cuman— mau kesana aja. Yuk kak, mandi.”

Karena tidak bisa berenang, Hermione berjalan menuju tepi kolam renang, dan pergi dari sana.

Theo tak bisa berhenti melihatnya. Matanya tak bisa lepas dari dirinya.

Andai Hermione bisa merasakannya, merasakan apa yang Theo rasakan kepadanya.


  • Bagian ini, terinspirasi dari The Summer I turned Pretty. Iya, bagian Belly sama Jere berduaan dikolam, bagian ini nih hehehe...


© urhufflegurl_

Morning and him.

***

“Pagii.” Sapa Hermione kepada mereka yang sudah duduk di ruang TV.

“Seger amat tu muka.” Ucap Mattheo, meledek.

Draco yang melihat Hermione dari arah dapur tersenyum ke arahnya. Begitupun Hermione, dia melirik Draco dan tersenyum ke arahnya.

“Sini Mi! Kita lagi nonton.” Ucap Theo.

“Nonton apa kak?”

Hermione duduk di sebelah Theo, mengambil salah satu camilan dan memakannya.

“Nih, nonton gak tau film gak jelas.” Ucap Theo.

“Lo yang nonton bego!” Balas Mattheo, biasa, si paling tidak bisa sabar jika berurusan dengan Theodore.

“Eh kita mau snorkeling sekarang kan?” Tanya Pansy.

“Yap.” Balas Mattheo.

“Yaudah yuk, gak kuat gue pengen nyeleem.”

“Sarapan dulu. Nih.” Draco membawakan beberapa makanan yang sudah dia siapkan, dan menaruhnya di meja.

Setelah itu, dia duduk di samping Hermione.

Hermione meliriknya, begitupun dengan Draco. Mereka saling melempar senyum. Senyum orang kasmaran.

Mereka sarapan bersamaan, menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Draco. Anak lelaki itu memasak bersama dengan, Pansy dengan semua bahan yang sudah mereka siapkan.

“Minum?” Tanya Theo menawarkan minuman kepada Hermione.

“Enggak kak, makasih. Masih ada.” Balas Hermione.

Theo hanya mengangguk dan menyimpan kembali botol minum di meja. Sementara itu, Draco dengan santainya mengisi gelas milik Hermione yang tinggal sedikit, tanpa izin kepadanya.

Hermione menoleh, dan tersenyum ke arahnya. Sementara Draco, fokus menonton televisi.


Akhirnya, sesi sarapan pun selesai. Mereka kini sudah siap dengan semua alat snorkeling yang mereka siapkan. Mereka telah memakainya.

“Drake serius ini guidenya gak ada?” Tanya Pansy.

“Kita sering kesini kali Pans, gak usah ada begituan.” Balas Theo.

Draco mengangguk, “Blaise aja gimana? Oke gak Blaise?”

Lelaki yang sedang asik memainkan airnya ke laut itu tersenyum, memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

“Ayo. Kayak baru pertama kali aja anjir snorkeling.” Ucap Blaise, siap siap untuk nyemplung ke laut.

Dan ya, lelaki itu sudah menghilang— alias, sudah menyelam ke lautan.

“Wey tunggu gue anjir!” Teriak Mattheo, menyusul Blaise.

“Ih kok gak bareng? Gak solid!” Ucap Pansy, mengikuti Mattheo.

Hermione, Draco dan Theo tertawa di atas. Mereka belum masuk ke dalam air.

“Mi, ayo.” Ucap Theo.

Draco menoleh, menatap Hermione yang sepertinya agak takut dengan kegiatan yang akan ia lakukan.

“Aman kok.” Ucap Draco, meyakinkan.

“Iya kak.”

“Udah ayo.” Theo menggenggam tangan Hermione, mereka turun ke air secara bersamaan.

Hanya Draco yang berada di atas sekarang, dia terdiam dalam waktu yang cukup lama, menyaksikan teman-temannya yang asik tertawa dan memotret keindahan alam.

“Drake! Ayo anjir!” Teriak Mattheo.

Draco mengangguk, “Nyusul.”

Draco memoleh ke arah kanannya, disana ada Hermione dan Theo, menyelam bersama.

Draco cemburu, tentu. Melihat Hermione tertawa lepas bersama Theo disana, dan Theo memotret wajah cantik itu. Namun, Draco tidak bisa memperlihatkan rasa cemburu nya kan?

Setelah ia merasa bahwa badannya siap, Draco pun ikut menyelam dan menikmati pagi itu dengan indah.


“Mattheo gila! Foto gue ngeblur semua anjir!” Teriak Pansy, hampir menangis.

“Efek air itu!” Balas Mattheo, tidak ingin kalah.

“Gak mau ah, harus jelas!”

“Foto ulang gimana?”

“Sumpah ya lo nyebelin banget.”

Mattheo tertawa, “Itu ada yang jelas Pans. Sini sini.”

Meninggalkan Pansy dan Mattheo yang sedang cekcok, disisi lain, Blaise masih didalam, dia masih menyelam. Ya, menyelam seperti ini adalah kesukaan lelaki jangkung itu, dia sangat suka menyatu dengan air laut, dan melihat keindahan laut, dekat, langsung.

Draco, lelaki itu sedang merokoo sendirian di pantai, sambil mengompori Mattheo dan Pansy.

Hermione berjalan menuju villa, dia berniat ingin berenang karena entah mengapa dia sangat ingin berenang.

Sesampainya disana, dia melihat Theo dengan pelampungnya sedang mengambang di kolam renang.

“Pantesan gue cari gak ada, ternyata disini kak.”

Theo menoleh, “Lo cariin gue?”

Hermione tertawa kecil, “Ya maksudnya, kan kita sedikitan, jadi keliatan siapa yang gak ada.”

“Eh sini, gabung, enak tau. Langitnya cerah banget. Ada dua nih ban-nya.”

Hermione mengangguk, dia tertarik akan tawaran yang Theo berikan. Dia pun bergabung dengan Theo, mengambang tertidur di atas air.

“Waah gila, enak banget ternyata kak.”

Theo menoleh, “Ya kan?”

Hermione mengangguk.

“Gimana snorkeling pertama kali nya? Seru gak?”

Hermione tertawa kecil, “Lo ngajarinnya jail banget! Untung gue bisa ngikutinnya.”

“Hahahaha sengaja, biar gak serius serius amat elah.”

“Tapi keren sih, gue kira, orang yang gak bisa berenang kayak gue ini gak bisa nyelem nyelem gitu, ternyata bisa loh.” Hermione tersenyum senang, menoleh ke arah Theo.

“Udah gue bilangin pasti bisa.”

“Thanks ya kak.”

“Iya sama sama. Lagian, Pansy juga di ajarinnya sama gue tau.”

“Masa iya?” Tanya Hermione tak percaya.

Theo tertawa, “Tanya aja Pansy.”

“Gue lebih percaya kepulauan seribu di NTT sih kak.”

Theo tertawa lepas disana.

Kedua tangan mereka sama sama menyentuh air, mendorong air dengan gerakan yang halus sehingga pelampung yang sedang mereka naiki tidak diam saja, namun bergerak perlahan.

Theo diam diam menoleh ke arah Hermione. Wanita itu sedang asik menutup matanya, mungkin sedang menikmati hembusan angin yang menyentuh kulitnya.

Tak sengaja, pelampung yang mereka naiki mendekat, dan tangan Theo perlahan menyentuh jari Hermione.

Hermione terkejut, namun tidak memperlihatkan dengan jelas rasa terkejutnya.

Semakin dekat, jari telunjuk Theo menyentuh jari telunjuk Hermione, dan mereka saling terikat, dalam waktu yang cukup lama.

Hermione membuka matanya, menoleh ke arah Theo yang sedang tersenyum ke arahnya.

Hermione memalingkan wajahnya, dan segera berdiri. Namun, karena tidak stabil, dia tercebur ke dalam air.

“Heh astaga, lo gapapa?”

Hermione tertawa, “Gapapa gapapa, cuman— mau kesana aja. Yuk kak, mandi.”

Karena tidak bisa berenang, Hermione berjalan menuju tepi kolam renang, dan pergi dari sana.

Theo tak bisa berhenti melihatnya. Matanya tak bisa lepas dari dirinya.

Andai Hermione bisa merasakannya, merasakan apa yang Theo rasakan kepadanya.


  • Bagian ini, terinspirasi dari The Summer I turned Pretty. Iya, bagian Belly sama Jere berduaan dikolam, bagian ini nih hehehe...

![]https://i.imgur.com/sxYDLfw.jpeg


© urhufflegurl_

What a beautiful night.

***

Hermione segera berlari menuju lantai bawah, begitu tau Draco ada di depan, dan dia ingat akan apa yang akan dia ceritakan hari ini, di pantai.

Walaupun Hermione sudah tau tentang persahabatan mereka, namun dia juga ingin mendengar dari sudut pandang Draco. Si cowok cool, yang mood nya susah di tebak.

Saat Hermione menuruni tangga, tak sengaja ia bertemu dengan Theo yang sedang membuat kopi di dapur.

“Eh? Mau kemana?” Tanya Theo.

Langkah Hermione yang awalnya bersemangat dan sedikit berlari, kini menjadi sedikit santai.

“Ke depan hehe.”

Theo melirik ke depan, disana ada Draco. Dia mengangguk singkat.

“Yang lain di belakang ya?”

Hermione mengangguk, dia berdiri tepat di depan Theo. “Iya, kak Pansy, kak Matt sama kak Blaise di belakang. Mereka kayaknya lagi ngobrol.”

“Yaudah deh gue kesana.”

“Gue ke depan ya kak.”

Theo mengacak ngacak rambut Hermione, “Gemes bangett adek kecill pake jaket kegedean!”

Hermione sedikit tertawa, “Yang penting anget tau!”

“Yaudah sana, temenin tuh si spesies pirang.”

“Okee byee!”

Mata Theo mengikuti Hermione. Dia melihat Hermione tersenyum saat menghampiri Draco, dan duduk di sampingnya.

Apa sudah sedekat itu mereka?


“Hai!”

Draco menoleh, “Hai, sini duduk.”

Hermione duduk di sebelah Draco, mendengar suara ombak yang menenangkan dan menikmati angin malam, sungguh menyenangkan. Apalagi, di samping dia ada Draco. Plus plus.

“Lo gak gabung sama yang lain? Kenapa malah sendirian disini?” Tanya Hermione.

“Gapapa, gue emang sering sendirian begini. Gak tau deh.”

Hermione hanya mengangguk, mencoba mengabaikan obrolan ini karena takut terlalu sensitif untuk Draco.

“Oke! Jadi, gimana ceritanya?” Hermione terlihat sangat excited untuk mendengarkan cerita dari Draco.

Draco sedikit tertawa, lelaki itu mencolek hidung Hermione. “Mau denger darimana?”

Hermione dengan wajah merahnya itu terdiam.

“Mau denger darimana?”

“Darimana aja deh terserah.”

Gue udah gugup!

“Dulu, waktu SMA gue cuman kenal Theo aja. Gue sama Theo, dari kecil temenan, kita tetanggaan, dan sering main bareng.”

“Ohya? Terus?”

“Ya kita main bareng, gak satu sekolah, tapi kita tetanggaan. Akhirnya, kita satu SMA, dan ya gue cuman kenal sama dia doang.”

Hermione salah fokus. Dia malah fokus kepada wajah Draco yang menenangkan.

“Terus, kenal sama Mattheo karena waktu itu dia hampir di marahin sama kakak kelas, dia telat.”

“Ohya? Kak Matt telat di hari pertama masuk SMA?”

Draco mengangguk, dia tersenyum sendiri mengingat moment itu. Moment yang sangat berharga untuknya.

“Iya, dia telat, dan gue, Theo bantu dia. Akhirnya kita temenan bertiga.”

“Okee terus kak Pansy dan kak Blaise?”

“Kita berlima di satukan dalam satu kelompok. Waktu itu, kita dapet tugas kimia, dan di suruh buat power point, disitu kita saling kenal. Gue kenal Pansy, gue kenal Blaise. Dan kita temenan sampe sekarang. Gitu.”

“Teruss kenapa bisa bertahan lama?”

“Karena banyak hal yang udah kita lewatin. Kita berlima temenan, deket, karena satu kelompok. Tapi setelah itu, kita jadi makin deket karena kita saling bantu satu sama lain. Kita pernah berantem hebat, Matt waktu itu berantem sama Blaise, sampe sampe mereka gak ngobrol 3 hari. Abis itu, kita kumpul, obrolin masalahnya dan selesai. Selalu begitu, setiap ada masalah, selalu di obrolin sampai selesai. Makanya awet.”

Hermione tersenyum, menikmati wajah Draco dan mendengarkan cerita nya. Ternyata lelaki ini bisa berbicara panjang juga.

“Keren.”

“We are.” Balas Draco dengan sombongnya.

“Ish hahaha! Lo paling deket sama kak Theo berarti?”

Draco menggelengkan kepalanya, “Gak ada paling deket.—”

Mereka gak ada yang paling deket sama gue, Mi.

“Gue deket sama semuanya.”

Hermione kembali tersenyum, “Ciee banget! Biar adil ya?”

Draco mengangguk. “Lo sendiri gimana? Temen lo siapa aja? Dan gimana?”

“Okeey.. Temen gue cuman Ginny. Banyak sih sebenernya temen, cuman yaa sekedar temen aja. Tapi kalau gue sama Ginny itu, kita udah kenal dari SMP! Makanya gue deket banget sama dia.”

“Satu SMP?”

“Satu tempat les. Dan akhirnya kita memutuskan untuk sekolah di SMA yang sama.”

“Mantap, terus ada rencana satu univ?”

“Iya! Ginny mau ambil jurusan sosum, gue saintek. Tapi kita ada rencana satu univ.”

“Keren. Pertahanin. Punya sahabat yang bener bener ngerti kondisi kita itu, berharga banget.”

Seolah tenggelam dalam tatapannya, Hermione dapat merasakan tatapan sedih itu. Hermione sangat ingin bertanya lebih lanjut, namun—

“Kita ke pasir ayo, main bareng.”

“Ngapain kak? Udah malem.”

“Siapa cepat sampe pantai, dia yang menang!”

Draco mencuri start duluan, dia berlari menuju pantai. Karena tidak ingin kalah, Hermione mengejarnya.

“Curang! Ih kak! Ninggalin!”

“Hahahah siapa suruh lama!”

Hermione berlari mengejar Draco, dan Draco balik mengejarnya.

Mereka saling melempar tawa. Saat Draco berhasil mengejar Hermione, dia memeluknya dari belakang dan melayangkan badannya di udara.

Dan karena Hermione tak mau diam, dia terjatuh, dengan Draco yang ikut terjatuh juga.

“Capek kak, udah.” Ucap Hermione dengan sisa tenaganya akibat lelah tertawa.

“Thanks ya Mi.”

Hermione menoleh, posisi mereka masih tertidur diatas pasir.

“Thanks karena lo udah buat gue ketawa malam ini.”

Hermione menatap mata itu, mata silver miliknya yang ia kira begitu dingin, namun ternyata, setelah ia tenggelam di dalamnya, rasanya sangat hangat.

“Gue seneng banget.”

Suasa menjadi sedikit serius saat ini.

“Thanks.”

Hermione terdiam, dia tak bisa berkata apa-apa. Yang dia rasakan hanya lah seolah-olah waktu berhenti saat itu juga.

Dunia milik berdua itu benar adanya. Hermione merasakannya malam ini.

“Kak—”

“Thanks.”

Hermione tersenyum dan mengangguk, “Just for you.”

Tangan Draco perlahan menggenggam tangan Hermione, dan memeluknya, lalu menciumnya.

Hanya lewat tatapan mata, Hermione dapat mengerti semua ini.

Draco dan Hermione bangkit dari tidurnya secara bersamaan.

“Kak ini— terlalu cepet gak sih?” Tanya Hermione.

“Sorry.”

“No no no, gue cuman— kaget.”

Draco tertawa kecil. “Setelah 1 tahun terakhir, baru lo yang berhasil buat gue ketawa lepas kayak tadi.”

Apa yang terjadi 1 tahun terakhir?

“Thanks.”

Hermione kembali tersenyum. Entah pikiran gila darimana, wanita itu memeluk Draco, dan Draco membalasnya.

Hermione tersenyum senang, dia tidak bisa menjabarkan semua perasaannya malam ini dengan kata-kata.

Dia hanya—

— jatuh cinta.


© urhufflegurl_

Malam hari, di pantai saat itu.

***

Setelah lelah membangun tenda, bermain, menikmati indahnya pantai dan mengambil gambar, akhirnya tiba waktunya untuk makan.

Draco yang memasak, dia memanggang beberapa daging yang telah ia marinasi sebelumnya. Mattheo dan Theo sedang bermain volli, sementara Blaise masih bersantai dengan ponsel di tangannya.

Hermione tersenyum ketika melihat Draco disana, lelaki itu benar-benar lelaki yang jarang sekali ia temui. Awalnya Hermione mengira bahwa Draco lelaki yang susah untuk dekat dengannya, namun ternyata, cukup mudah. Dan sangat menyenangkan untuknya dekat dengan Draco.

Hermione duduk di pinggir pantai, menikmati hembusan angin dan membiarkan rambutnya terurai.

“Gimana? Seru gak main sama kita?”

Hermione menoleh, Pansy duduk di sebelahnya.

“Seru banget. Makasih banyak ya kak udah ajak gue main bareng kalian. Gue seneeng banget. Sebelumnya gue belum pernah kayak gini.”

Pansy tersenyum puas, “Syukur deh kalau kayak gitu, gue tadinya takut lo gak nyaman.”

“Nyaman kak.”

“Kak.”

“Ya? Kenapa Mi?”

“Kalau kak Theo tuh, emang deket sama kak Matt ya?”

Pansy mengangguk, “Mereka itu sekelas, jadi keseharian mereka sering berdua. Ya, mereka deket satu sama lain. Kayak tom and jerry, mereka sering berantem, tapi mereka saling butuh satu sama lain.”

“Kalau kak Draco?”

Pansy menoleh dan tersenyum, lalu melirik Draco yang asik memasak sendiri.

“Kenapa Draco?”

“Emang seneng masak gitu ya kak?”

“Iya, dia itu chef kita Mione. Semua dia urus dengan rapi kalau soal makanan. Dari kecil, Draco itu emang seneng ikut mama nya masak, jadi, dia jago masak.”

“Kak Draco paling kalem ya di antara kalian?”

Pansy mengangguk, “Susah di tebak juga anaknya. Moodnya kadang gak nentu, kadang dia diem banget sampe kita gak berani ganggu dia. Kadang dia aktif parah, lebih aktif dari Matt sama Theo.”

“Ohya?”

“Iya, kenapa lo tanya soal mereka? Theo dan Draco?”

Hermione terkekeh pelan, “Gapapa, mereka beda banget.”

“Banget! Theo itu pecicilan, gak bisa diem, dia itu aktif banget, jail. Sedangkan Draco, dia pendiem, gak banyak ngomong tapi banyak gerak, dia juga gak begitu jail, justru dia paling dewasa di antara kita.”

Hermione tersenyum, lalu matanya kembali melirik Draco yang sedang mentertawakan Mattheo dan Theo. Senyumnya sangat teduh, matanya begitu indah, Hermione benar benar sudah terperangkap ke dalamnya.


“Gilaaa! Bahaya nih daging. Udah mateng Drake?” Tanya Theo menghampiri Draco.

“Udah sebagian, itu tuh, makan aja.” Ucap Draco menunjuk piring disana.

“Lo makan dulu lah, laper juga kan?” Tanya Theo.

“Ntar aja.” Balas Draco.

“Eh Drake, gue liat liat lo deket sama Mione.”

Draco mengangkat alisnya lalu tertawa kecil, “deket apaan.”

“Gue merhatiin aja akhir akhir ini cuy, lo deket sama dia.”

“Normal kali, namanya adenya temen ya harus deket.”

“Suka lo ya sama dia?”

Draco kembali tertawa, menoyor kepala Theo. “Sana bawa tu piring kesana, kita makan.”

“Ih di tanya malah gak jawab lo.”

“Udah sana!”

Dengan sisa tawanya, Draco menatap Hermione yang sedang mengobrol dengan Pansy. Wanita itu tersenyum, rambutnya ia biarkan terbang bersamaan dengan angin. Draco Malfoy benar benar telah jatuh cinta kepada Hermione.

“Makan makan! Woy makan ayo! Mi, Pans, Bles ayo makan!” Teriak Theo memanggil sahabat sahabatnya.

Karena panggilan itu, mereka berhamburan menghampiri Theo.

Theo dibantu oleh Pansy menatap piring, dan segala peralatan makan disana. Sedangkan Draco, masih sibuk dengan daging yang ia panggang.

Hermione menghampiri Draco, berdiri di sampingnya dan tersenyum.

“Kenapa? Makan ayo.” Tanya Draco.

“Lo gak makan? Barengan lah.”

“Iya beresin ini dulu.”

“Gue bantu sini kak.”

Saat Hermione hendak membantu Draco dengan membereskan alat masak, dia tak sengaja memegang salah satu alat panggan dan —

“Eh jangan dipegang! Panas!” Dengan sigap, Draco menarik tangan Hermione.

“Sorry, sorry banget kak gue gak tau kalau—”

Draco tersenyum, tangannya masih menggenggam tangan Hermione. “Gapapa, iru sengaja gue biarin biar dingin, nanti setelah agak dingin baru gue beresin.”

Hermione melirik tangannya yang masih dalam genggaman Draco.

Oke, ini mungkin cukup membingungkan. Tapi, entah mengapa perasaan Hermione kali ini benar benar ingin meledak. Bahagia, antusias, dan juga mulas dalam satu waktu. Hermione ingin mempererat genggaman itu hingga—

“Woyy! Buruan sini makan! Laper nih kita nungguin lo!”

Teriakan Mattheo yang menyebalkan itu membuat genggaman Draco terlepas darinya.

“Ayo ayo!”

Draco merangkul Hermione dan menariknya untuk bergabung dengan yang lain.

Sepanjang makan, suasana tak pernah sepi. Selalu ada saja topik obrolan yang di bahas. Mulai dari bagaimana Theo tertidur saat di kelas, lalu Mattheo yang ketahuan akan kabur dan bolos dari kelas, hingga Blaise yang akhir akhir ini sangat pusing karena tuntunan Himpunan yang sedang ia jalani.

“Lo gimana sekolah? Aman aman aja?” Tanya Blaise kepada Hermione, di tengah obrolan mereka.

“Aman kak. Cuman yaa gitu, pusing banget mau masuk univ. Gue itu kan sorry bukan sombong—”

Mereka tertawa, terlebih saat melihat wajah tak enak Hermione.

“Santai, adek gue harus sombong.” Ucap Mattheo.

“Oke oke. Yaa gue itu kan termasuk murid pintar di sekolah, jadi gue ikut program khusus gitu supaya masuk univ yang gue mau. Karena nilai raport gue selalu bagus, dan selalu juara olimpiade, jadi gue agak di push biar masuk univ favorit.”

“Gila! Ada yamg program begitu?” Tanya Theo terkejut.

“Ada, sebenernya itu pilihan. Yaa dan gue memilih setuju.”

“Emang mau masuk univ mana?”

“UI, kedokteran UI atau enggak yaa psikologinya. Sempet kepikiran UGM sih, cuman kan, di Jogja, jauh. Nanti kak Matt kangen lagi sama gue.”

“Dih! Geer banget. Lu kali yang kangen gue!” Mattheo melempar selada ke piring milik Hermione.

“Ih kotor tau selada nya! Daging gueee!” Teriak Hermione, balik melempar selada kepada Mattheo.

“Kotor apaan anjir, itu dari piring suci gue.”

“Kotor dari tangan lo!”

“Hahahaha bagus Mione!” Balas Pansy tertawa.

Malam itu, rasanya sangat indah. Hermione merasakan kebahagiaan tiada tara, yang sebelumnya belum pernah ia rasakan.


© urhufflegurl_

Kebisingan supermarket.

***

“Mionee!” Teriak Pansy, melambaikan tangannya kepada Hermione yang baru saja keluar dari tempat lesnya.

“Hai kak!” Teriak Hermione, menghampiri mereka.

Mata Hermione tertuju kepada Theo yang tersenyum kepadanya lalu mengangkat alisnya, lalu matanya melirik Draco yang juga tersenyum ke arahnya dengan tenang.

“Ayo Mi, kita belanja, abis itu makan. Apa mau makan dulu? Lo laper gak?” Tanya Pansy.

“Sedikit sih.” Balas Hermione.

“Makan dulu aja yuk.” Mattheo merangkul Hermione, dan mencium badan Hermione.

“Bau asem!”

“Enak aja kak Matt jelek!” Hermione melepaskan rangkulan Mattheo.

Mattheo tertawa, dan mengacak ngacak rambut Hermione. “Dasar bocil!”

“Gak bawa jaket?” Tanya Draco.

“Bawa, di tas.”

Draco hanya mengangguk, namun, Hermione mengerti maksud dari pertanyaan tersebut, jadi dia mengeluarkan jaket milik Draco yang ada di dalam tas nya.

“Yaudah yuk.” Ucap Theo, masuk ke dalam mobil.

Hanya ada satu mobil, muat untuk ber-enam. Draco menyetir, di sampingnya ada Hermione. Di barisan kedua ada Blaise dan Pansy. dan paling belakang, di pengrusuh Mattheo dan Theo.

Suasana mobil tidak pernah sepi, selalu ramai. Obrolan mereka benar benar menyenangkan. Hermione sampai tertawa sendiri mendengarnya.

Hermione tidak sengaja melirik Theo dengan tawanya yang lepas, lalu melirik Draco dengan tawanya yang hanya sekedar dehaman.

“Kenapa?” Tanya Draco membuyarkan lamunan Hermione.

“Gapapa.”

Draco hanya tersenyum.


“Daging giling perlu gak?” Tanya Pansy.

“Eh kita belanja kayak mau demo ya anjir, rame bener.” Celetuk Theo.

“Demo mana ada berenam doang anjir!” Balas Mattheo.

“Perumpamaan doang sat.” Balas Theo.

“Berantem mulu! Udah ah. Ini daging giling perlu gak?” Tanya Pansy kembali, dengan wajah kesalnya.

“Buat apa daging giling?” Tanya Blaise.

“Gatau, siapa tau butuh?”

“Cewek. Siapa tau butuh, ujungnya gak dipake.” Balas Mattheo.

“Diem lo. Drake, butuh daging giling gak?” Tanya Pansy kepada Draco, yang sedang memilih bahan masakan.

“Lo gak nyuruh gue masak kan?”

Pansy hanya nyengir memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

“Beli aja, gue masakin kalian.”

“Yeaay okee!”

“Gila si Draco nurut aja anjir sama Pansy.” Ucap Mattheo menepuk nepuk pundak Draco, dramatis, seolah-olah dia prihatin kepadanya.

“Apa sih! Kan gue cuman nanya, siapa tau perlu.” Ketus Pansy.

“Iya iya! Beli aja.” Balas Draco.

Pansy menjulurkan lidahnya kepada Mattheo, dan di balas oleh Mattheo.

***

“Itu mozarella! Beli wey, buat bbq enak!” Seru Theo.

“Eh Drake beli pakcoy jangan?” Tanya Pansy.

“Buat apa anjir pakcoy?” Tanya Blaise.

“Buat kuah kuah gitu, enak cuy.”

“Pakcoy buat sayur!” Mattheo memukul kepala Pansy menggunakan sawi yang sedang ia pegang.

“Ish!” Ketus Pansy.

“Drake, butuh udang kagak?” Tanya Theo, membuat Hermione tertawa.

“Kita mau ke laut anjir! Ngapain lo cari udang sedangkan disana banyak? Jangan buat gue makin susah masuk surga ya lo.” Galak Mattheo, Theo hanya meledek Mattheo dengan gayanya yang khas.

“Eh beras beli gak?” Tanya Blaise.

“Nah itu perlu.” Balas Draco.

“10 kg cukup gak?” Tanya Mattheo, semua emosi mendengarnya.

“Lo mau bagi bagi disana apa gimana sih gue tanya?” Theo berkacak pinggang di hadapan Mattheo.

“Siapa tau mau sambil acara amal.” Balas Mattheo dengan santainya, sedangkan wajah Theo sudah memerah karena emosi.

“Ada ada aja.” Ucap Hermione. Dia tertawa lepas malam ini.

Bersama mereka, yang sangat seru dan membuat mood semakin meningkat.

Seharian ini, Hermione lelah belajar, belajar dan belajar. Namun ternyata, bersama mereka, semua lelah hilang seketika.

Lelucon yang mereka lemparkan, tawa yang mereka keluarkan, dan juga candaan yang tidak menyakitkan, membuat Hermione nyaman.

***

“Makasih ya Kak.”

Hermione tersenyum kepada sang kakak, Mattheo, yang duduk disampingnya.

Mereka sedang berada di cafe sekarang, beristirahat sejenak setelah belanja sangat banyak.

“Makasih kenapa?” Tanya Mattheo.

“Makasih udah ngenalin gue ke mereka.” Hermione menyenderkan kepalanya di pundak Mattheo, Mattheo hanya mengusap rambut Hermione pelan.

“Jaket Draco ya?”

Hermione seketika terdiam.

“Jaket mahal itu, jual.”

“Ih kak!”

Hermione memukul lengan Mattheo yang sedang tertawa meledeknya.


© urhufflegurl_

It's like... being hugged by him.

***

“Loh ngapain tu anak kesini?”

Hermione membalikkan badan saat Theo bertanya seperti itu.

Draco benar benar menyusulnya ke cafe. Hermione dapat melihat dengan jelas wajahnya yang lelah, dan kantung matanya yang tebal. Apa Draco sedang ada masalah?

“The, Mione.” Sapa Draco, Hermione hanya tersenyum.

“Lo ngapain kesini bro?” Tanya Theo.

“Belanjaan lo mana?”

“Tuh.”

“Gue mau bawa ini, biar gue yang bawa takutnya lo ribet.” Ucap Draco.

“Gak ada kerjaan anjing. Terus abis ini lo kemana?” Tanya Theo.

Draco tidak menjawab, dia melepas jaketnya dan memberikannya kepada Hermione.

“Dingin, takut masuk angin.” Katanya dengan lembut.

Hermione menerima jaket itu dengan senyuman.

“Udah gitu doang Drake?”

Draco terkekeh pelan, “Gue cuman lewat doang elah. Anterin ni adeknya si Matt, jangan sampe lecet.”

“Pasti itu mah, lo dijaga dengan baik kan Mione?”

Hermione mengangguk.

“Yaudah gue duluan ya, masih harus ada yang diurus. Thanks The!”

“Rusuh amat lo. Yaudah sana, thanks Drake!”

“Bye Mione.”

Hermione tersipu malu, “Hati-hati kak.”

Setelah itu, Draco benar-benar pergi dengan mobilnya. Dia datang hanya membawa belanjaan mereka, dan memberikan jaket kepada Hermione.

Hermione memeluk jaket itu dan menciumnya, wangi Draco yang sangat ia suka.

“Balik sekarang aja kali ya Mi?”

Hermione mengangguk, “Boleh kak.”

Hermione memakai jaket yang diberikan oleh Draco. Dan dia merasa seperti dipeluk oleh lelaki itu. Wanginya, sungguh, Hermione sangat menyukai wangi Draco.

Bagaimana bisa lelaki itu dengan kurang ajarnya masuk kedalam pikiran dan hati Hermione, sedangkan Hermione sendiri memiliki perasaan kepada lelaki yang ada didepannya kini?

Dan bagaimana bisa Hermione menikmatinya? Menikmati pesona Draco Malfoy yang tidak bisa ia hindari dari hidupnya.


© urhufflegurl_