litaaps

Flower for you.

**

Ia duduk dihadapan rumahnya. Rumahnya cukup cantik penuh dengan bunga dan tanahnya pun basah.

“Ada yang baru ngunjungin rumah kamu ya?”

Draco mengepalkan tangannya, berdoa selama mungkin. Tanpa sadar, air matanya menetes mengingat semua kenangan indah yang telah dirangkai, namun hilang begitu saja karena sang kekasih meninggalkannya.

“Astoria..”

Draco mengusap batu nisan Astoria.

“Aku pernah bilang kalau aku bertemu dengan wanita yang mirip kamu..”

“Awalnya, aku tertarik ke dia karna dia benar benar mirip kamu. Rambutnya panjang, senyumnya manis, dia juga pencinta kopi sama seperti kamu.”

“Kemarin, dia datang ke acara anniversary mama sama papa. Banyak orang yang memberi kami selamat, tapi aku sedih..”

“Sedih karena banyak orang yang berterima kasih ke dia karena dia yang udah bikin aku move on dari kamu.”

Draco sedikit tertawa.

“Sebesar itu peran kamu dihidup aku, Astoria.”

“Tapi kamu ninggalin aku.”

“Astoria.. Maaf..”

”.... Tapi aku mencintai Hermione.”

“Benar benar sebagai Hermione.”


© urhufflegurl_

Pesta dan Dia.

**

Malam ini, Hermione merasakan jantungnya berdetak 2 kali lipat.

Dari pagi dirinya sudah di rias sedemikian rupa hingga akhirnya Ia siap untuk menghadiri pesta itu.

Pesta dimana akan menjadi tempat terakhirlah Ia bertemu dengan Draco, karena setelah ini, Ia dan Draco sudah tak ada hubungan apapun lagi.

Hermione menghela nafasnya ketika Ia melihat pesta elegant yang sangat mewah dihadapannya.

“Siap?” bisik Draco yang tanpa permisi menggenggam tangan Hermione membuat badannya merinding seketika.

Hermione hanya mengangguk dengan senyum tipisnya.

Draco meyakinkan bahwa semuanya akan berjalan dengan lancar lewat tatapan matanya. Ya, semua nya akan lancar.

Mereka pun sama sama memasuki pesta kedua orang tua Draco. Di dalam sudah sangat ramai dengan tamu yang datang.

Mereka di sambut sangat hangat oleh Narcissa dan Lucius.

“Haii Hermione, waaah jadi ini pacarnya Draco? Ya ampun cantik sekali ya.” Ucap Narcissa dengan senangnya.

“Selamat malam tante, hehe iya. Tante, selamat ya atas pernikahannya yang sudah ke 30 tahun.”

“Terima kasih sayang, kamu juga selamat sudah menjadi kekasih Draco. Draco itu semenjak Astoria meninggal jadi susah cinta sama perempuan. Tapi untung ada kamu, jadi kamu bisa menghilangkan perasaan Draco ke Astoria.”

Astoria. Ya, karena alasan itu lah Draco mengajaknya kesini. Karena Hermione mirip dengan mantan kekasihnya, Astoria.

Sakit ya ternyata. Bodohnya Hermione malah mengajak perasaannya untuk permainan ini.

Ya, Ia menyukai Draco.

Ia tak munafik karena selama ini sikap Draco menunjukkan seolah-olah Hermione adalah orang yang menarik, Ia berfikir Draco mengajaknya menjadi kekasih pura-pura karena ya Draco benar-benar tertarik kepadanya dan menyukainya.

Tapi ternyata semua itu salah, Draco tertarik kepadanya karena Ia mirip dengan mantan kekasihnya, Astoria.


“Thanks ya lo udah mau jadi pacar pura-pura gue.” Draco tersenyum kepada Hermione.

“Sama-sama, yaudah gue balik ya?”

Mereka telah selesai melakukan pesta. Selama pesta, yang Hermione dengar hanya ucapan selamat dan terima kasih karena telah membuat Draco move on dari Astoria. Ya, ucapan itu entah dari kedua orang Draco, sahabat, bahkan teman-temannya.

Apakah sebesar itu peran Astoria didalam kehidupan Draco?

“Hermione”

“Ya?”

“Gue— lo cantik malem ini.”

Hermione terdiam, Ia yakin bukan itu yang ingin dikatakan oleh Draco.

“Kenapa? Lo mau bilang apa?”

“Gue— suka sama lo.”

Deg.

Suka? Bagaimana bisa? Setelah kemarin Ia mengaku bahwa Ia tertarik kepada Hermione karena mirip dengan Astoria. Mengapa kini Draco bilang bahwa Ia menyukainya?

“Suka penampilan gue?”

Draco menggelengkan kepalanya. “Bukan, tapi—”

“Drake, jangan suka atau cinta gue karena gue mirip sama Astoria. Gue bukan Astoria. Gue gak mau dicintai sama lo dan dipandang sama lo sebagai Astoria. Sorry, tapi menurut gue pertemuan kita cukup sampe disini aja. Move on, dan cintai seseorang karena itu adalah dia. Jangan karena itu adalah Astoria.”

Draco terdiam. Bahkan hingga Hermione masuk ke dalam rumahnya.

Jadi bagaimana dengan perasaannya?

Apa Ia benar benar menyukai Hermione karena dia adalah Hermione?

Atau karena dia memandang Hermione adalah Astoria?


© urhufflegurl_

Him.

**

Hermione melirik kekanan dan kekiri untuk memastikan jalanan lenggang. Dan disaat menurutnya jalanan cukup lenggang, dia pun berjalan pelan pelan dengan kaki yang sedikit gemetar.

Ditengah jalan, dia memberanikan diri untuk berjalan cepat, dan tanpa disadari ada mobil yang melaju cukup kencang menuju arahnya.

“HERMIONE AWAAS!!”

Mata Hermione terpejam saking terkejutnya. Kemudian yang ia rasakan adalah badannya tertarik secara paksa menuju pinggir jalan dan badannya menubruk aspal.

“Astaga, lo gapapa?”

Hermione berkeringat dingin sekarang. Dia sangat takut untuk membuka matanya.

“Gapapa gapapa, lo gapapa.”

“Kak Oliver?”

Saat Hermione membuka matanya ternyata itu adalah Oliver. Kakak kelasnya di sekolah, sangat aktif di OSIS dan juga pintar. Selain itu, Oliver ini juga kapten basket disekolah. Dan Hermione sangat mengaguminya.

“Lo gapapa? Ada yang sakit gak?” Tanya Oliver sedikit panik.

“Gapapa, makasih banyak kak. Gue takut banget buat nyebrang kak. Sorry jadi ngerepotin lo.” Hermione sedikit gemetaran. Dia memiliki trauma didalam hidupnya.

“Gapapa gapapa, lo gapapa kok. Ada gue disini.”

Entah mengapa ada rasa yang berbeda didalam hatinya, ia merasa perkataan Oliver ini membuatnya nyaman dan tenang.

“Sini gue bantu berdiri.” Ujar Oliver merangkul badan Hermione dan membantunya berdiri.

Hermione berdiri dengan kaki yang masih gemetar. Ia duduk di halte dengan Oliver disampingnya.

“Sebentar.”

Oliver pergi menuju taksi yang sedang menunggu Hermione.

“Pak, gak jadi, mohon maaf ya. Ini ada sedikit uang karna bapak sudah menunggu, sekali lagi mohon maaf.” Ujar Oliver kepada bapak taksi yang sudah menunggu Hermione.

Tanpa Hermione sadari, ia tersenyum atas sikap manis Oliver. Setelah selesai dengan urusannya, Oliver pun kembali duduk disamping Hermione.

“Minum?” Oliver menjulurkan sebotol minuman segar kepada Hermione.

“Minum, biar lo tenang.” Ujar Oliver dengan lembut.

“Thanks ya kak.” Hermione menerima minuman dari Oliver dan segera meminumnya.

“Kalau emang gak bisa nyebrang, lo bisa minta tolong buat sebrangin ke pak satpam. Kan bahaya juga kalau lo sampe ketabrak.”

Hermione mengangguk dan meminum kembali minuman dari Oliver. Rasanya segar dan dalam hitungan detik dia kembali tenang, kakinya sudah tidak gemetar.

“Sorry ya kak, soalnya tadi dikirain jalanannya lenggang. Jadi gue ya nyebrang nyebrang aja.”

“Gak apa apa, yang penting lo selamat dan gak ada yang luka sedikitpun. Lo balik sendiri kan?”

Hermione mengangguk.

“Gue anter ya?” Tanya Oliver menawarkan.

“Gak usah kak, gue mau ke toko buku dulu soalnya.”

Oliver sedikit tersentak atas jawaban Hermione. “Ke toko buku? Wah kebetulan dong kalau kayak gitu, gue juga mau ke toko buku nih cari buku buat ujian kelulusan nanti.”

Entah mengapa Hermione merasa senang kali ini. Ya, dia merasa nyaman berduaan dengan lelaki lain, selain Draco. Dan lelaki itu adalah Oliver.

“Boleh tuh kak.” Balas Hermione senang.

“Yaudah yuk kita ke toko buku.” Oliver berdiri disusul oleh Hermione yang ikut berdiri juga.

Mereka bersama sama menuju toko buku menaiki motor milik Oliver.

Ini pertama kalinya Hermione menaiki motor selain motor Draco. Ya, biar sesibuk apapun Draco, Hermione tidak pernah nebeng pulang ke siapapun, sekalipun banyak sekali yang menawarkannya boncengan.


© urhufflegurl_

Butterflies.

**

“Selamat ulang tahun, jagoan! Hahaha.” ledek Hermione memencet idung Draco dan mengunyel unyel pipinya.

“Mi, apaan sih ah, malu.”

“Ish so soan malu. Gimana gimana? Seneng gak?” tanya Hermione heboh, Ia menatap Draco dengan jarak yang cukup dekat, membuat Draco gugup seketika.

How do I tell you I need you When you steal the breath in my lungs? My body shakes 'til the blood in my face Makes me awkward, smile, and turn around.

“Jangan deket deket, gue tau gue ganteng.” Ucap Draco tersipu malu.

Hermione tertawa melihat reaksi Draco. “Huuu malu malu kucing!! So soan!”

Draco terkekeh pelan.

“Gue seneng Mi.. Akhirnya, gue pelukan sama Mama, Papa, senyum, ketawa bareng mereka. Gue seneng banget. Ini, adalah hari ulang tahun terindah buat gue.”

Draco melirik Hermione, Hermione tersenyum, begitupun dengan Draco.

“Gue seneng banget.. Rasanya kayak perut lo dihinggapu oleh ribuan kupu kupu.”

“Geli, bikin jantung lo gak aman, tapi lo seneng dengan semua itu..”

“Orang orang yang berharga, berarti, dan gue sayang ada di sini, ngumpul. Gue seneng banget.”

Hermione menggenggam tangan Draco.

“Lo seneng?” Tanya Hermione.

Draco mengangguk. “Seneng banget.”

Hermione menyenderkan kepalanya di bahu Draco.

“Drake, selamat ulang tahun ya. Gue cuman minta satu sama lo, dikondisi apapun, lo tetep harus bertahan.”

“Mi, gue sayang banget sama lo..”

Draco memeluk Hermione dengan erat.

Malam itu, malam terindah bagi Draco.

Meskipun tidak selamanya, tapi setidaknya Ia pernah merasakan hal itu didalam hidupnya.

Am I the only one that's catchin' butterflies? Am I a moth in your flame? Do you burn the same when I Look in your eyes? Do you get butterflies? Butterflies


Draco, sekali lagi selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun meskipun umurmu tidak bertambah. Draco, aku sangat merindukanmu.

Benar, benar merindukanmu.

For someone who birthday today, I miss you.

HJG


© urhufflegurl_

Kejutan — Selamat ulang tahun, Draco!

**

“SIAAP YEAAY!” Teriak Pansy heboh.

“Gila wangi banget tante kue nya. Jadi laperrr.” ucap Pansy menghampiri Helena yang sedang berada di dapur.

“Iya dong, harus maksimal semuanya untuk Draco.”

“Asikk bener si Draco kalau jadi mantunya tante Helena.” goda Pansy.

“Hahaha kamu ini, tapi aamiin.”

“Ih Mama! Aku sama Draco baru 2 SMA, mana mikirin mantu mantuan.” ucap Hermione tersipu malu.

“Siapa tau Mi, jodoh gak akan kemana.” ucap Pansy.

Hermione hanya terdiam. Ya, jodoh tidak akan kemana mana. Begitupun dengan maut.


Pukul 1 siang, semua sudah siap, namun Blaise memberi kabar bahwa Draco belum juga kunjung sadar. Malah semakin nyenyak tidurnya.

Jadi, mereka yang masih dirumah Draco, hanya membereskan semua yang belum dibereskan.

Tak lama kemudian, Hermione dikejutkan dengan suara klakson mobil diluar. Ia melangkahkan kakinya keluar rumah.

Disana, Ia berdiri terkejut dan kaku ketika melihat 2 orang yang keluar dari mobil secara bersamaan.

“Hermione, kejutan untuk Draco kan?”


Pukul 3 sore, akhirnya Draco bangun. Kepalanya benar benar pusing karena mabuk dan tidak tidur semalaman penuh.

Matanya merah dan bibirnya pucat.

Seperti mayat hidup.

“Gila, lo sadar gak sih kalau lo itu jelek Drake?” Tanya Blaise.

“Sialan lo! Udah ah gue mau mandi, laper.”

“Eh, balik aja lo sana. Tapi gue ikut ya?” Tanya Blaise.

Draco hanya mengangguk, tidak sadar bahwa teman-temannya sedang merencanakan sesuatu untuknya.


Pukul 4 sore, Draco dan Blaise sama sama berangkat menuju rumah Draco menaiki masing-masing motor miliknya.

Sesampainya dirumah, Draco dikejutkan dengan keadaan parkiran rumahnya yang mendadak ramai.

“Ada apaan didalem?” Tanya Draco kepada dirinya sendiri.

Draco masuk ke dalam rumahnya. Sepi. Hening. Sunyi. Gelap.

Tidak seperti biasanya.

Biasanya rumah nya selalu dipenuhi dengan terang, lampu menyala. Ya hanya saja sepi, hening dan sunyi nya sama. Hehe.

“Bik?” Ucap Draco mencari saklar lampu.

Saat lampu itu menyala, dalam hitungan tiga—

Surprise!!

Draco terkejut bukan main, pasalnya Theo benar benar memainkan terompet dengan kencang, Pansy memainkan confetti cukup heboh dan Hermione memegang kue dengan teriakan semangat.

“HAPPY BIRTHDAY!” teriak mereka bersamaan.

Draco tertawa, Ia tidak menyangka bahwa ternyata teman-temannya menyiapkan sesuatu yang hebat untuknya.

“Ah gilaa.. Kalian..” Draco menggelengkan kepalanya dan tersenyum ketika melihat Hermione nya ada dihadapannya.

“Draco..”

Suara lembut itu membuat jantung Draco seperti berhenti berdetak. Ia membalikkan badannya dengan segera.

6 Juni 2019.

Saat dirinya berusia 17 Tahun adalah hari yang sangat menyenangkan untuknya.

“Selamat ulang tahun, anak Mama dan Papa.”

Draco menangis ketika melihat Mama dan Papa nya ada di hadapannya.

Sang Mama, Narcissa mendekat ke arahnya dan memeluknya. Draco menangis bukan main saat itu, benar benar menangis seperti anak kecil yang merindukan kedua orang tuanya.

Tidak, Ia memang benar benar merindukan kedua orang tuanya.

“Selamat ulang tahun, jagoan!” Ucap Lucius tersenyum ke arahnya.

“Ma, Pa.. Draco kira Mama sama Papa bener bener gak peduli.”

Narcissa menghapus air mata Draco, “Enggak dong sayang, Mama sama Papa udah pasti peduli. Apalagi ini adalah hari dimana kamu bebas melakukan apapun. Hari dimana kamu sudah dewasa, dan hari dimana kamu udah gede, bisa nentuin jalan hidup kamu sendiri.”

“Dray, Mama sama Papa bukan pasangan yang sempurna, bukan juga orang tua sempurna untuk kamu. Tapi kamu, adalah anak Mama sama Papa yang paling hebat, berharga, dan kita sayang sama kamu.”

Hari itu, Draco berjanji untuk selalu menjaga kedua orang tuanya.

Ia tidak akan membiarkan siapapun menghina keluarganya.

Tidak akan pernah.

Ia akan lawan, meskipun nyawa taruhannya.


© urhufflegurl_

Prolog. — dari Hermione.

**

5 Juni 2022.

Hai, selamat ulang tahun.. Sudah 2 tahun kamu meninggalkan aku. Apa kabar kamu disana? Baik baik aja kan? Ya, aku yakin kamu pasti baik baik aja.

Draco, coba tebak hari ini tanggal berapa? Ya benar, 5 Juni! Hari dimana kamu lahir dari rahim Mama kamu.

Kalau kamu masih ada, usia kamu 20 tahun sekarang. Sama kayak aku hihi.

Draco, selamat ulang tahun ya? Semoga kamu bahagia di sisi-Nya.

Draco, aku kangen banget sama kamu. Bener bener kangen, pengen ketemu.

Kadang, aku suka mikir, gimana kalau aku susul kamu kesana? Tapi maaf Draco, sama seperti kamu, aku terlalu pengecut untuk melakukan hal itu.

Aku terlalu takut untuk tidak di terima di sisi-Nya. Aku terlalu takut untuk meninggalkan Mama disini sendiri.

Draco, dengan atau tanpa adanya kamu disini, kamu akan selalu ada di hati aku.

Itu akan selalu.

Dan tak akan pernah tergantikan.

Seberapa hebat pun nantinya lelaki yang akan aku temui, tetap kamu yang terhebat.

Sehangat apapun nantinya lelaki yang akan aku temui, tetap kamu yang paling hangat.

Draco, air mata ku lagi-lagi menetes membasahi rumah baru mu, maaf kan aku, aku terlalu cengeng untuk hal itu.

Draco, aku merindukanmu.

Rindu ku akan selalu mengalir dengan derasnya air. Terbawa oleh angin yang nantinya akan sampai kepadamu.

Sekali lagi, selamat ulang tahun Draco.


Aku membuat cerita ini hanya ingin kalian tahu bagaimana aku membuat kejutan kepadanya disaat dia berumur 17 tahun beberapa tahun yang lalu.

Sudah, sedihnya hanya ada di prolog.

Cukup aku saja yang merasa kehilangan Draco.

Kalian jangan, ya?

Ya, meskipun susah..

Selamat membaca


© urhufflegurl_

Untuk apa?

**

“Bubur disini emang the best deh! Mantep!” Seru Theo menyeringai.

Hermione hanya mengangguk dan duduk di kursi yang telah disediakan.

“Bubur ayam seperti biasa?” Tanya Theo kepada Hermione.

Hermione lagi-lagi hanya mengangguk. Ia menenggelamkan wajahnya diatas kedua tangannya yang terlipat.

Selalu seperti ini setiap harinya. Hermione dengan dunianya yang kelam tanpa Draco, Theo dengan dunianya yang membingungkan.

Jalan mana yang harus Theo pilih? Meninggalkan Hermione dan mengabaikan pesan Draco? Atau tetap bertahan dan menyakiti dirinya sendiri meneruskan pesan Draco?

“Mi..”

Hermione diam.

“Gue mau ngomong deh.”

“Lo capek gak sih?”

Theo terdiam mendengar pertanyaan yang dilemparkan oleh Hermione.

“Lo capek gak lo selalu nempel dan selalu ada buat gue sedangkan gue gak pernah mengharapkan lo ada?”

Theo lagi-lagi hanya bisa diam.

“Ini pertanyaan yang selalu gue tanyakan ke lo, kenapa lo selalu berusaha ada buat gue? Kenapa The? Apa yang Draco bilang ke lo? Apa?!” Tanya Hermione dengan nada yang cukup tinggi.

Theo menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya.

1 tahun Ia berusaha selalu berada didekat Hermione, menjaganya dan selalu melindunginya.

Tapi, dalam 1 tahun itu juga Hermione tetap cuek dan tidak menganggap Theo ada.

“Buat apa The? Gue tanya sama lo buat apa?!”

“Buat jaga lo! Gue selalu pegang pesan Draco, Draco nitipin lo ke gue. Draco sesayang itu sama lo Mi sampe sampe dia nitipin lo ke gue, gue selalu berusaha ada buat lo, nemenin lo disaat sedih, senang, lo selalu cerita ini itu ke gue meskipun lo gak nganggep gue ada. Gue selalu berusaha untuk itu. 1 tahun, 1 tahun gue berusaha untuk selalu ada disisi lo, jaga lo, semua nya!”

“Gue gak butuh semua itu! Gue gak butuh lo ada di sisi gue, gue gak butuh The! Gue cuman butuh Draco ada di sini, gue gak butuh lo. Gue cuman butuh Draco lo puas?!” teriak Hermione berdiri. Wajahnya memerah, air matanya meleleh dan dadanya naik turun menahan emosi.

Itu yang selalu Theo dengarkan dari Hermione, itu yang selalu Hermione katakan.

Hermione hanya butuh Draco.

Hermione hanya ingin Draco.

Lalu bagaimana sekarang dengan Theo?

Apa yang Ia mau?

Dulu, Theo tidak merasakan sakit apapun dengan apa yang Hermione katakan.

Namun, mengapa kini hatinya sangat sakit?

Apa perasaannya telah tumbuh menjadi rasa sayang dan cinta?

Jika iya, itu artinya Theo telah menentukan pilihannya.


© urhufflegurl_

Prolog — Pesan.

**

Semilir angin malam menerpa ringkihan tubuhnya yang kurus. Ia hanya memakai hoodie tanpa dalaman kaus apapun, hoodienya tebal namun tetap saja Ia merasakan dingin.

Bukan hanya karena malam yang semakin larut, namun dingin yang Ia rasakan juga karena dunia yang tidak berpihak kepadanya.

Ia duduk dengan salah satu temannya, teman yang menurutnya adalah teman terbaik, teman terhebat dan teman yang selalu ada untuknya.

“Yo, kalau gue mati, lo sedih gak?”

Theo, teman yang di maksud menengok ke arahnya.

“Ngomong apaan lo serem amat. Emang amal baik lo udah cukup? Yakin lo masuk surga?” Tanya Theo sambil tertawa. Menurutnya pertanyaan ini sangat konyol. Siapa yang siap akan kematian?

“Drake, lo jangan mikirin mati. Mikirin tuh sahabat lo si Hermione, dia cantik bro, jangan di sia-siain.”

Draco tertawa, ya memang alasan mengapa dia bertahan hidup hingga sekarang ya karena Hermione. Hanya karena Hermione.

Mungkin, jika saat itu Ia tidak bertemu dengan Hermione, Ia sudah tidak ada didunia ini. Selama ini.

“Gue serius nanya. Kalau gue mati, lo sedih gak?”

“Ya sedih, ntar gue mikir, siapa lagi yang bisa gue mintain duit nya, pasti gak ada.”

Lagi lagi Draco tertawa mendengar jawaban Theo.

“Heh yo, gue serius nih ya. Yang namanya hidup itu gak ada yang tau. Kalau gue mati sekarang, belum tentu juga kan gue masuk surga. Nah, gue cuman mau nitip satu pesan ke lo, lo mau gak megang pesan ini?”

“Kalau lo mati sekarang, belum tentu juga kan lo masul surga? Emang kalau lo mati nanti, lo yakin bakal masuk surga?”

“Ya enggak, ah ngobrol sama lo banyak beloknya.” Ucap Draco menyerah.

Theo tertawa, “Iya iya kenapa? Apa maksud dan pesan lo?”

“Cuman satu, gue titip Hermione. Lo jaga dia yo, kalau bisa lo bikin dia jatuh cinta sama lo. Soal lo cinta atau enggak sama dia itu gampang, Hermione tipikal cewek yang mudah untuk dicintai. Umur gak ada yang tau, tapi gue bisa ngerasain kalau gue gak bisa bertahan selama itu. Semesta gak ngizinin gue untuk bahagia di dunia. Mungkin Tuhan akan mengizinkan gue buat bahagia di akhirat. Lo ngerti kan maksud gue yo?”

Semenjak malam itu, Theo tidak pernah lagi menganggap apa yang Draco katakan adalah hal yang bercanda.

Dan ternyata benar.

Draco benar benar pergi, bahkan tanpa sedikitpun kata pamitan yang sampai kepadanya.

Theo sadar akan pesan Draco yang selalu ingat.

Ya, Ia harus menjaga Hermione.

Ia harus selalu berada di sisinya, yang artinya Ia harus merelakan perasaannya.

Perasaannya kepada wanita cantik bernama Luna.

“Lun, gue cinta sama lo. Tapi gue minta maaf, pesan Draco lebih penting dari pada apapun. Gue minta maaf, gue harus ngelepas semua perasaan gue ke lo.”


© urhufflegurl_

When you're gone.

**

Aku pernah mendengar salah satu istilah bahwa orang baik itu akan pergi duluan karena Tuhan menyayangi mereka.

Aku pernah menanyakan hal itu kepada mama dan mama menjawab hal yang sama dengan istilah itu.

Draco, bagaimana kabarmu disana? Setelah 1 tahun kamu pergi, aku masih merindukanmu, luka akan kehilangan dirimu sangat membekas dan tak kunjung hilang.

Sesaknya di dada ini tak pernah hilang.

Semuanya tampak semu dan gelap.

Tanpa dirimu disini, dunia semakin gelap.

Draco, kamu tau kan aku selalu datang ke rumah mu? Aku selalu menumpahkan semua ceritaku disana.

Aku menceritakan semuanya seolah olah kamu memang mendengarku.

Tapi, aku yakin kamu memang mendengarkan semua cerita ku.

Draco, bagaimana surga? Apa surga menyenangkan?

Aku tau niat kamu yang asalnya mau bunuh diri, terima kasih Draco, terima kasih karena kamu tidak melakukan hal itu.

Terima kasih.

Setidaknya, kamu tetap diterima di sisi-Nya.

Draco, rasanya sesak, sangat sesak.

Aku sangat menyayangimu. Aku sangat merindukanmu.

Semua hoodie milikmu masih aku pakai. Semua barang seperti gelang, jam tangan, dompet, semua nya ada di kamar aku. Foto kita dari kecil, barang barang yang kamu kasih akan selalu abadi setia menemani aku tidur.

Draco, aku sangat menyayangimu.

Sangat sangat menyayangimu hingga rasanya aku selalu berharap satu hal yang tidak mungkin.

Ya, aku selalu berharap kamu berdiri disini dan memelukku.

Setidaknya untuk 1 detik.

Hanya 1 detik aku ingin merasakan pelukanmu.

Tidak lama.

Tapi aku tau itu tidak mungkin, itu mustahil.

Maaf aku selalu mengeluh merindukanmu. Karena aku benar benar merindukanmu, Draco.

Tenang disana ya? Aku merindukanmu


“Pasien meninggal, mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin.”

“Enggak, dokter bohongkan? Enggak! Draco gak mungkin ninggalin gue disini sendiri, gak mungkin!”

Theo menangkap tubuh Hermione. Ia menangis ketika mendengar sang sahabat meninggal dunia.

“Ma, Draco jahat! Draco ninggalin Hermione.” Ucap Hermione memeluk tubuh sang Mama.

“Sayang..”

“Draco jahat Ma! Draco jahat! Draco bilang dia gak akan ninggalin aku Ma, dia gak akan ninggalin aku sendiri disini. Tapi dia ninggalin aku. Dia pergi Ma, dia pergi..”

Hermione menangis sejadi-jadinya malam itu, Ia menyesal. Menyesal karna Ia tidak sempat memeluk Draco ketika Ia berada di titik terendahnya.

Ia menyesal mengapa Ia harus meninggalkannya, harusnya Ia memeluknya.

Ia menyesal. Namun semuanya selesai.

Draco telah menyerah. Ini yang Ia harapkan. Namun Ia sangat tidak berani untuk bunuh diri.

Kali ini, dengan adanya perantara, Draco terluka. Hingga lukanya melayangkan nyawanya.

Ia tidak perlu repot-repot membunuh dirinya sendiri.

Ia menyerah.

Ia benar-benar menyerah dan memilih menghentikkan semuanya disini.

Semua usai disini.

Selamat jalan Draco, kau tak perlu merasakan sakit lagi sekarang.

Selamat jalan.


© urhufflegurl_

When You Sleep.

**

Hermione berlari sekencang mungkin untuk menuju ruangan operasi, keadaan Draco benar benar parah yang mengharuskan Ia di operasi.

“Gimana ceritanya? Gimana bisa Draco ditusuk dan berantem itu gimana Theo? Gimana?!” teriak Hermione memukul mukul dada Theo.

“Mi, sabar dulu, gue juga gak tau. Gue gak ngerti. Gak ada saksi mata disana, gue nemuin Draco juga gak sengaja, gue liat ada kaki dan waktu gue samperin Draco disana udah terlantang gak sadar, gue gak ngerti Mi.”

“Emang disana gak ada cctv?”

“Gak ada.”

“Satpam atau apapun gitu? Gak ada?”

Theo menggelengkan kepalanya. “Kalau ada, kita pasti udah tau siapa yang ngelakuin ini ke Draco.”

Dada Hermione rasanya sangat sesak. Ia menyesal telah melemparkan kata kata yang kasar kepada Draco.

Harusnya Ia berada disisinya, bukan malah meninggalkannya sendiri.

Harusnya Ia memeluknya, bukan menjauhinya.

Setelah 1 jam menunggu, akhirnya dokter pun keluar dari ruangan operasi.

“Dokter, gimana keadaan Draco? Dia baik baik aja kan? Dia baik baik aja kan dok?” tanya Hermione dengan segera.

“Ada yang namanya Hermione disini?”

“Saya, saya Hermione dokter.”

“Pasien ingin bertemu dengan anda.”

Hermione segera mengangguk dan masuk ke dalam ruangan operasi.

“Hei, Draco.”

“Her—mione.”

“Iya, gue disini. Gue disini.” Hermione menggenggam tangan Draco sangat erat.

Draco tersenyum kecil. “Maaf.”

“Kenapa? Kenapa minta maaf? Lo gak salah Drake, lo gak salah. Gue yang salah, gue minta maaf. Lo harus bertahan ya? Demi gue, demi mama, gue mohon Drake, lo bertahan ya?”

“Maaf.”

“Iya, gue maafin lo Drake, sekarang lo harus berjuang ya? Berjuang buat diri lo sendiri. Lo harus janji ke gue, lo harus baik baik aja.”

“Maaf, udah jadi orang jahat buat lo.”

Hermione menggelengkan kepalanya dengan segera.

“Enggak, lo gak jahat. Lo orang baik, lo gak jahat.”

“Makasih.”

“Sekarang lo harus berjuang buat sembuh ya? Gue mohon drake, gue mohon..” Hermione mencium tangan Draco.

Tak ada jawaban dari Draco, Hermione semakin menangis ketika Ia melihat Draco memejamkan matanya.

“Dokter.” Ucap Hermione.

“Dokter, jantung pasien melemah.” Ucap salah satu suster disana.

“Dokter, ini gapapa kan? Dokter?” Tanya Hermione.

“Mohon maaf, tolong tinggalkan pasien sendiri dulu ya?” Pinta dokter.

“Tapi saya mohon dok, saya mohon selamatkan sahabat saya, saya mohon.”

“Kami akan berusaha semaksimal mungkin.”

Hermione keluar dari ruangan operasi dengan kaki dan tangan gemetar.

Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan Draco.

Dan mudah mudahan keajaiban itu ada.


© urhufflegurl_