litaaps

Luka.

**

Malam itu, Draco menaiki motornya dan melajukannya dengan cepat.

Air mata mengalir deras di pipinya. Fikirannya melayang kemana-mana.

Pertama, bayangan akan dirinya yang tak bisa mengontrol emosi ketika bertengkar dengan Adrian. Ia tidak sengaja melayankan batu itu tepat dikepala Adrian. Benar benar tidak sengaja.

Kedua, sang Ayah yang tak menginginkan lagi dirinya.

Ketiga, sang Mama yang selalu menganggapnya beban.

Dan ke-empat, Hermione yang tak lagi menginginkan dirinya. Hermione orang yang Ia sayang kini telah benar benar lelah kepada dirinya.

Ia kehilangan semuanya dalam sekejap.

Kini Ia sendirian.

Untung ada Theo yang masih mau menampung dirinya.

Ia ingin istirahat dari kerasnya kehidupan.

Setelah 30 menit menyusuri jalanan, akhirnya rumah Theo semakin dekat.

Namun, sebelum Ia memasuki perumahan tepat Theo thinggal, Ia dicegat oleh 5 motor yang tiba tiba berhenti dihadapannya.

Draco melepas helmnya dan turun dari motornya menghadapi semua yang ada dihadapannya.

“Woy! Lo kenal siapa gue kan? Gue kakaknya Adrian! Lo yang udah bikin ade gue koma di rumah sakit kan?!” Teriak salah satu lelaki diantara ke 7 orang itu.

“Iya, kenapa? Gue gak sengaja ngelakuin itu. Lagi pula ade lo yang selalu mancing gue buat mukul dia.” Balas Draco dengan santai nya.

“Anjing lo ya! Berani beraninya lo sesantai ini, sedangkan adek gue lagi berjuang di sana!”

Draco menghela nafasnya. Ia benar benar lelah malam ini.

“Kamu itu udah ngelakuin kesalahan! Itu artinya kamu harus dihukum!”

Ia selalu mengingat kalimat yang selalu Sang Mama katakan.

Jika Ia salah, Ia pantas mendapatkan hukuman.

Dan kali ini, Ia melakukan kesalahan, itu artinya Ia pantas mendapatkan hukuman.

Tapi, dengan semua yang hilang apakah itu bukan termasuk hukuman untuknya?

Apa Ia harus mendapatkan hukuman lagi?

Ditengah kehanyutan fikirannya, Draco merasakan pukulan keras mendarat di pipinya.

“Abisin dia!”

Draco mengusap sudut bibirnya yang berdarah, Ia berdiri melawan satu persatu dari ke-6 orang yang menyerang dirinya.

Semua tumbang.

Draco mengalahkan semuanya. Jangan tanyakan lagi seberapa hebat Draco dalam bela diri. Ia benar benar hebat.

“Lo mau lawan gue juga?” Tanya kepada kepada kakaknya Adrian.

“Buat ade gue.”

“Ayo. Buat harga diri gue.”

Mereka pun mulai menyerang satu sama lain. Ternyata, kakaknya Adrian ini hebat juga. Draco bahkan hampir kewalahan melawannya.

Ditengah pertengkaran mereka, 2 orang yang sudah terkapar akibat pukulan Draco bangun dan tiba tiba menahan 2 tangan Draco.

“Anjing!” Pekik Draco memberontak berusaha melepaskan ikatan kedua orang itu.

“Lepasin gue anjing!” Teriak Draco.

“Hahaha, Draco Malfoy. Gimana? Siap harga diri lo gue injak injak?”

“Bangsat!”

bug!

Satu pukulan keras mendarat di perut Draco.

bug!

Pukulan lainnya menghantap pipi kanan dan kirinya.

Draco benar benar diperlakukan seolah olah dirinya adalah samsak.

“Uhuk!”

Draco terbatuk, dan sialnya Ia mengeluarkan darah dari mulutnya akibat pukulan yang terus terusan menimpa dirinya.

“Gimana? Masih mau pertahanin harga diri lo atau lo berlutut dihadapan gue sekarang minta maaf karena lo udah bikin adek gue koma.”

“Gue gak akan pernah ngelakuin hal itu.”

bug!

“Minta maaf atau gue pukul lagi?”

“Gak akan... Pernah..”

bug!

Mata Draco mengedip ngedip lemah, Ia sudah tidak kuasa menahan semuanya. Sakit. Benar benar sakit.

Hermione, tadinya gue mau bunuh diri. Tapi ternyatan Tuhan mengirimkan semua musibah ini, itu artinya gue gak perlu repot repot untuk bunuh diri kan?

bug!

Pukulan terakhir benar benar membuat Draco lemah sekarang.

Pandangannya hanya sebatas bayangan blur yang tak jelas.

“Buat ade gue. Lo inget, nyawa harus dibayar oleh nyawa. Lo tau itu kan?”

Bisik sang kakak Adrian kepada Draco.

Perlahan, Ia mengeluarkan sesuatu didalam saku celananya.

Tangannya melayang, menusukkan benda tajam dengan lancar kepada perut Draco membuat Draco merintih kesakitan.

Draco terjatuh, badannya benar benar tak bisa digerakkan.

Sakit. Semuanya sakit.

Rasanya tak ada sedikit pun cahaya yang kini datang untuknya.

Ia menyerah.

“Her—mione.” lirihnya sebelum Ia benar benar kehilangan kesadarannya.


© urhufflegurl_

Flashback.

**

Draco berlari kecil di halaman rumahnya. Ia sangat senang bermain hujan, saking senangnya Ia tidak peduli bahwa setelah ini Ia akan sakit, dan tanpa sadar Ia tak sengaja menginjak tanaman dan memecahkan pot bunga milik sang Mama.

“DRACO MALFOY!” teriak Narcissa dari dalam rumah.

Draco terdiam mendengar teriakan itu, Ia salah. Itu artinya Ia akan dihukum.

Dan benar saja. Sang Mama segera menghukumnya.

“Anak nakal! Mama sudah bilang berkali kali kamu jangan main dibelakang! Sana! Mama kurung kamu di gudang biar kamu tau rasa! Dasar anak nakal!”

Malam itu, Draco merasakan dingin yang sangat hebat menusuk ke dalam badannya, Ia menangis dan hingga semuanya menjadi gelap.

Ia demam tinggi, tak ada yang peduli kepadanya.

Usianya yang masih menginjak 7 tahun harus mengurus dirinya sendiri.

Untung Ia bertemu dengan seorang wanita cantik berambut keriting sore itu.

“Kamu sakit?”

Gadis itu memegang dahi Draco.

“Astaga, MAMAAAA!! DIA DEMAMM!! Liat mukanya kayak monster!!”

Sang Mama berlari ketika anak itu berteriak, wajahnya memancarkan wajah panik.

“Astaga, kamu siapa nak? Kamu sakit?”

Draco mengangguk, Ia menghapus air matanya sesegera mungkin.

Tidak, lelaki tidak boleh menangis.

Itu prinsipnya.

“Mama, kasian dia. Ayo bawa ke rumah.” pinta sang anak.

“Ayo sayang, kamu pulang ke rumah tante ya? Kita istirahat disana ya sayang?”

Wanita cantik itu adalah Hermione. Semenjak itu lah, Hermione dan Draco berteman. Bahkan sampai mereka remaja seperti sekarang.


“Draco ih! Aku cari kamu kemana mana tau!”

“Hahaha maaf, kamu lagi apa?”

“Lagi ngegambar. Liat. Ada mama, papa, kamu, aku.”

“Kamu punya papa? Tapi aku gak pernah liat papa kamu.”

“Papa udah meninggal dari aku kecil, umur 3 tahun.”

“Papa aku ada, tapi jahat.”

“Draco, gak boleh gitu. Kan ada aku sama mama.”

Draco tersenyum, Ia beruntung bertemu dengan Hermione sore itu.


“Anak nakal! Papa udah bilang belajar yang bener! Liat nilai matematika kamu 80 sedangkan Adrian 95! Anak bodoh! Bagaimana bisa kamu nanti jadi penerus papa kalau kayak gini, huh?! Anak gak berguna!”

“Ampun Pa! Sakit!”

Ia merintih kesakitan ketika tubuh kecilnya dipukul sang Ayah.

Badannya sudah habis dipukul.

Merah, berdarah, perih.

Itu yang Ia rasakan setiap harinya.


Plak!

“Berantem lagi, berantem terus! Mau jadi apa kamu huh?!”

“Draco Malfoy! Papa bicara sama kamu!”

“Apa sih Pa? Papa gak capek teriak teriak kayak gitu? Draco aja capek dengernya.”

Plak!

“Pukul terus Pa, Draco ikhlas kalau emang itu bikin Papa lega dan bahagia.”


“Draco, lo gapapa? Kenapa pipinya? Di tampar lagi ya?”

“Gapapa, sakit biasa doang.”

“Sini, gue obatin.”

Hermione mengambil obat obatan didalam kotak P3K dan langsung mengobati pipi Draco.

“Mi, surga tuh gimana sih?”

“Surga?”

“Iya, enak gak?”

“Enak, kata Mama sih gitu.”

“Kalau neraka?”

“Ih jangan mau masuk neraka, sakit, tempatnya orang yang berdosa. Kenapa deh lo nanya gituan?”

“Enggak, iseng aja. Kalau orang bunuh diri itu masuk surga atau neraka?”

Hermione terdiam mendengar pertanyaan Draco, Ia menatap wajah Draco lekat-lekat.

“Orang bunuh diri gak akan diterima dimanapun, Draco. Jadi jangan pernah lo nyoba itu.”


© urhufflegurl_

Kenapa harus lo?

**

Hermione segera berlari masuk ke dalam rumahnya ketika Ia sampai dirumahnya. Bahkan Ia tidak sempat untuk berterima kasih kepada Ron.

Namun, karena kedatangan mereka disambut oleh Helena, mama Hermione, jadi Ron disuruh masuk dulu.

“Drake?”

Hermione masuk ke dalam kamar tamu yang didalamnya ada Draco sedang tertidur dengan keringat bercucuran di dahi nya.

“Hei.”

Hermione menggenggam tangan Draco yang sangat panas. Ia mengusap lembut dahi Draco dan tanpa sadar Ia menangis disana.

“Sorry, sorry gue udah kasar sama lo. Kenapa lo mabuk lagi sih? Kan gue udah bilang gue gak suka cowok pemabuk! Tapi kenapa lo sering mabuk sih? Kenapa gue tanya?”

“Her—mione.”

Hermione mengangkat kepalanya, Ia menatap Draco dengan tatapan khawatir.

“Gue disini, gue disini Drake.”

“Sss-akit.”

“Sakit dimana?”

Draco perlahan membuka matanya. “Sorry.”

“Lo selalu minta maaf dengan kesalahan yang sama. Kenapa Drake?”

“Kadang gue selalu mikir, kenapa harus lo yang dikirim Tuhan buat jadi orang baik untuk gue. Gue ngerasa gak pantes untuk itu, Mi.”

“Drake..”

“Mi, gue gak pernah minta lo jadi temen gue. Tapi kenapa lo mau jadi temen gue? Lo tau hidup gue gak sempurna.”

Hermione terdiam mendengar semua ucapan Draco.

“Gue selalu nyakitin lo dengan kata kata gue. Gue selalu bikin lo nangis, khawatir, cemas. Tapi kenapa lo bertahan disisi gue Mi, kenapa?”

“Karena gue sayang sama lo, Draco. Sayang melebihi semua yang lo tau.”

“Kenapa Mi? Kenapa harus lo?”

“Drake, gue sayang sama lo.”

“Gue gak pantes untuk itu, Mi.”

“Lo pantes, bahkan sangat pantes.”

Draco menarik Hermione ke dalam pelukannya. Malam itu, Ia merasa menjadi orang yang sangat bodoh. Bodoh karena Ia menyia-nyiakan orang sebaik Hermione, dan bodoh karena Ia telah menjadi orang tak berguna untuknya.


© urhufflegurl_

Prolog.

**

Cerita ini, aku persembahkan untuk seseorang yang sangat aku sayang.

Dia baik, sangat baik, bahkan melebihi apapun.

Tapi, Tuhan lebih sayang kepadanya, sehingga Ia pergi meninggalkan aku sendiri.

Hai, apa kabarmu disana? Bagaimana surga? Apakah menyenangkan seperti apa yang selalu kamu bayangkan setiap hari?

Pasti sangat menyenangkan bukan? Aku yang membayangkannya saja disini sangat senang. Apalagi kamu yang merasakannya langsung.

Bahagia disana ya orang baik? Kamu tenang saja, aku disini akan selalu mendoakanmu, dan senantiasa selalu mengunjungi rumahmu.

Aku akan bercerita banyak disana. Menumpahkan segala emosi dan air mata, serta kebahagiaan. Jadi, kamu tidak akan sendiri.

Aku sayang kepadamu, sangat menyayangimu walau pun kau bukan milikmu, dan kita tidak saling memiliki, aku sangat menyayangimu.

Aku merindukanmu.


“Kenapa? Di pukul lagi ya?”

“Iya, papa marah gara-gara nilai matematika aku nilainya 80. Ada yang lebih gede dari 80.”

“Hah? Kamu serius? Padahal nilai 80 itu bagus banget tau!”

“Katamu, tapi tidak dengan kata papa ku.”

“Yaudah, jangan cemberut. Kamu tau kan aku disini untuk kamu?”

“Iya aku tau.”

“Aku gak akan ninggalin kamu.”

“Iya, aku percaya.”

Saat itu, kamu percaya aku tidak akan meninggalkanmu, karena ternyata nyatanya, kamu lah yang akan meninggalkanku.


Sesak rasanya mengingat semua ini, tapi aku ingin menceritakannya kepada kalian.

Lihat dan pahamilah bagaimana dia tumbuh menjadi seseorang yang sangat baik.

Dia baik, dia orang baik.

Dan aku sangat menyayanginya.


© urhufflegurl_

Photograph.

**

Draco menghampiri Hermione yang sudah siap untuk pulang.

“Wih udah siap pulang nih?” Tanya Draco saat jaraknya hanya tinggal 5 langkah dari Hermione.

Hermione tersenyum kecil, “Mau ngapain sih pulang bareng?”

“Kan bener kan, lo pura pura tidur. Buat apa sih pura pura tidur?”

“Ih enggak, gue gak pura pura tidur! Gue emang tidur cuman belum nyenyak banget gitu loh.”

Draco memasang wajah meledek. “Masa iya?”

“Iya ih! So tau banget sih.”

Draco mengangkat halisnya. “Yaudah kalau gitu. Ayo balik.”

“Naik apa?”

“Angkot.”

“Draco Malfoy anak pemilik sekolah mana mungkin bisa naik angkot. Kalau enggak motor ya pasti mobil lah.”

“Itu tau, kenapa masih nanya?”

Hermione mendelik kesal atas respon Draco, namun tetap saja sekesal apapun dia kepada Draco, Ia akan tetap cinta.

“Yaudah ayo.”

Hermione hanya mengangguk, Ia mengikuti langkah Draco.

Draco jalan didepan, Hermione jalan di belakang. Seperti sedang baris berbaris.

“Naik motor? Tumben?” Tanya Hermione.

“Gapapa, gue sebenernya sering naik motor. Cuman lo nya aja gak tau. Makanya tiap hari dong pulang bareng gue biar tau.”

“Jijik banget sih lo, najis.”

Draco hanya tertawa mendengar respom Hermione. Mereka pun sama sama menaiki motor.


Sepanjang jalan, Draco terus berbicara. Draco yang dikenal dingin dan pendiam seolah olah hilang. Kini, hanya ada Draco yang banyak berbicara.

“Nah itu namanya pohon. Lo tau kan?” Tanya Draco.

“Tau lah!”

“Itu tuh, namanya satpam, nama satpamnya Pak Jaka.”

Hermione tertawa, “lo kenal?”

“Enggak, so kenal aja.”

Mereka lagi-lagi tertawa.

“Eh gue ada kamera, lo bisa foto kan? Gue tau lo jago foto.” Ucap Draco berhenti disuatu taman.

“Eh? Kenapa berhenti?”

“Foto foto dulu, lo fotoin gue, gue fotoin lo. Kita foto bareng.”

Draco mengeluarkan kamera miliknya dan memberikannya kepada Hermione.

“Ayo foto gue.” Ucap Draco berlari kecil menjauhi Hermione.

Sore itu adalah sore yang paling membahagiakan bagi Hermione.

Sore itu, Ia kembali merasakan kupu-kupu berterbangan didalam perutnya setelah sekian lama.

Sore itu indah. Indah karena ada seseorang yang Ia cinta. Dan Ia bahagia bersamanya.

“Didalam kamera ini, foto kita akan abadi. Mudah mudahan kisah kita pun demikian.”


© urhufflegurl_

Photograph.

**

Draco menghampiri Hermione yang sudah siap untuk pulang.

“Wih udah siap pulang nih?” Tanya Draco saat jaraknya hanya tinggal 5 langkah dari Hermione.

Hermione tersenyum kecil, “Mau ngapain sih pulang bareng?”

“Kan bener kan, lo pura pura tidur. Buat apa sih pura pura tidur?”

“Ih enggak, gue gak pura pura tidur! Gue emang tidur cuman belum nyenyak banget gitu loh.”

Draco memasang wajah meledek. “Masa iya?”

“Iya ih! So tau banget sih.”

Draco mengangkat halisnya. “Yaudah kalau gitu. Ayo balik.”

“Naik apa?”

“Angkot.”

“Draco Malfoy anak pemilik sekolah mana mungkin bisa naik angkot. Kalau enggak motor ya pasti mobil lah.”

“Itu tau, kenapa masih nanya?”

Hermione mendelik kesal atas respon Draco, namun tetap saja sekesal apapun dia kepada Draco, Ia akan tetap cinta.

“Yaudah ayo.”

Hermione hanya mengangguk, Ia mengikuti langkah Draco.

Draco jalan didepan, Hermione jalan di belakang. Seperti sedang baris berbaris.

“Naik motor? Tumben?” Tanya Hermione.

“Gapapa, gue sebenernya sering naik motor. Cuman lo nya aja gak tau. Makanya tiap hari dong pulang bareng gue biar tau.”

“Jijik banget sih lo, najis.”

Draco hanya tertawa mendengar respom Hermione. Mereka pun sama sama menaiki motor.


Sepanjang jalan, Draco terus berbicara. Draco yang dikenal dingin dan pendiam seolah olah hilang. Kini, hanya ada Draco yang banyak berbicara.

“Nah itu namanya pohon. Lo tau kan?” Tanya Draco.

“Tau lah!”

“Itu tuh, namanya satpam, nama satpamnya Pak Jaka.”

Hermione tertawa, “lo kenal?”

“Enggak, so kenal aja.”

Mereka lagi-lagi tertawa.

“Eh gue ada kamera, lo bisa foto kan? Gue tau lo jago foto.” Ucap Draco berhenti disuatu taman.

“Eh? Kenapa berhenti?”

“Foto foto dulu, lo fotoin gue, gue fotoin lo. Kita foto bareng.”

Draco mengeluarkan kamera miliknya dan memberikannya kepada Hermione.

“Ayo foto gue.” Ucap Draco berlari kecil menjauhi Hermione.

Sore itu adalah sore yang paling membahagiakan bagi Hermione.

Sore itu, Ia kembali merasakan kupu-kupu berterbangan didalam perutnya setelah sekian lama.

Sore itu indah. Indah karena ada seseorang yang Ia cinta. Dan Ia bahagia bersamanya.

“Didalam kamera ini, foto kita akan abadi. Mudah mudahan kisah kita pun demikian.”


© urhufflegurl_

Photograph.

**

Draco menghampiri Hermione yang sudah siap untuk pulang.

“Wih udah siap pulang nih?” Tanya Draco saat jaraknya hanya tinggal 5 langkah dari Hermione.

Hermione tersenyum kecil, “Mau ngapain sih pulang bareng?”

“Kan bener kan, lo pura pura tidur. Buat apa sih pura pura tidur?”

“Ih enggak, gue gak pura pura tidur! Gue emang tidur cuman belum nyenyak banget gitu loh.”

Draco memasang wajah meledek. “Masa iya?”

“Iya ih! So tau banget sih.”

Draco mengangkat halisnya. “Yaudah kalau gitu. Ayo balik.”

“Naik apa?”

“Angkot.”

“Draco Malfoy anak pemilik sekolah mana mungkin bisa naik angkot. Kalau enggak motor ya pasti mobil lah.”

“Itu tau, kenapa masih nanya?”

Hermione mendelik kesal atas respon Draco, namun tetap saja sekesal apapun dia kepada Draco, Ia akan tetap cinta.

“Yaudah ayo.”

Hermione hanya mengangguk, Ia mengikuti langkah Draco.

Draco jalan didepan, Hermione jalan di belakang. Seperti sedang baris berbaris.

“Naik motor? Tumben?” Tanya Hermione.

“Gapapa, gue sebenernya sering naik motor. Cuman lo nya aja gak tau. Makanya tiap hari dong pulang bareng gue biar tau.”

“Jijik banget sih lo, najis.”

Draco hanya tertawa mendengar respom Hermione. Mereka pun sama sama menaiki motor.


Sepanjang jalan, Draco terus berbicara. Draco yang dikenal dingin dan pendiam seolah olah hilang. Kini, hanya ada Draco yang banyak berbicara.

“Nah itu namanya pohon. Lo tau kan?” Tanya Draco.

“Tau lah!”

“Itu tuh, namanya satpam, nama satpamnya Pak Jaka.”

Hermione tertawa, “lo kenal?”

“Enggak, so kenal aja.”

Mereka lagi-lagi tertawa.

“Eh gue ada kamera, lo bisa foto kan? Gue tau lo jago foto.” Ucap Draco berhenti disuatu taman.

“Eh? Kenapa berhenti?”

“Foto foto dulu, lo fotoin gue, gue fotoin lo. Kita foto bareng.”

Draco mengeluarkan kamera miliknya dan memberikannya kepada Hermione.

“Ayo foto gue.” Ucap Draco berlari kecil menjauhi Hermione.

Sore itu adalah sore yang paling membahagiakan bagi Hermione.

Sore itu, Ia kembali merasakan kupu-kupu berterbangan didalam perutnya setelah sekian lama.

Sore itu indah. Indah karena ada seseorang yang Ia cinta. Dan Ia bahagia bersamanya.

“Didalam kamera ini, foto kita akan abadi. Mudah mudahan kisah kita pun demikian.”


© urhufflegurl_

Salting brutal.

**

Hermione menyimpan ponselnya ketika Ia selesai chattingan dengan Draco Malfoy, crushnya dari awal masuk SMA.

Ia pun menutup kedua matanya dengan bibir melengkungkan senyuman.

“Draco, lo tuh ya mending diem. Diem aja lo bikin gue ketar ketir anjir!” pekik Hermione berbisik kepada dirinya sendiri.

Setelah itu, Hermione menutup wajahnya dengan selimut menutupi wajah merahnya.

Tak lama kemudian, Ia mendengar seseorang melangkah menuju bankar nya.

Hermione pun mengintip melalui tirai dan melotot ketika tahu siapa yang datang.

Ia pun langsung loncat ke ranjangnya dan pura pura tertidur.

“Granger dimana?”

“Bankar ke-tiga ya.”

“Thanks.”

“Sama sama Drake.”

Ya, dia Draco yang datang.

Draco menghampiri Hermione dan menaruh kantung kresek diatas nakas.

“Itu ada roti, susu, vitamin, banyak deh buat lo. Cepet sembuh ya.” bisik Draco sambil tersenyum kecil memandang Hermione yang sedang tidur.

Tidak tidur, tapi pura-pura tertidur lebih tepatnya.

Hermione secara perhalan merinding ketika Ia merasakan Draco dekat dengan tubuhnya.

“Pulang sama gue ya. Gue tau lo pura-pura tidur, jadi gue yakin lo pasti denger apa kata gue.” bisik Draco sebelum Ia pergi dari bankar Hermione.

Setelah memastikan Draco benar-benar pergi, Hermione pun bangun, Ia tidak bisa menahan semuanya. Ia benar benar salah tingkah sekarang.

Ia menutup wajahya yang semakin merah dengan kedua tangannya.

“Aaaaaaaaaaaa!!” teriak Hermione berbisik.

“Hufft Hermione, tenang.. Lo gak boleh salting, harus tenang!”

“Aaaaaaa Draco! Bener bener ya dia tuh gak bisa diem. Diem aja lo bikin gue ketar ketir anjirrr. Apalagi gak diem!”

Hermione berbicara seolah olah Ia benar benar sendiri disana. Namun, tanpa Ia sadari, sebenarnya Ia tidak sendirian.

Karena Draco, masih berdiri dibalik tirai mendengar dan melihat bagaimana Hermione salah tingkah karenanya.


© urhufflegurl_

Jangan lagi ya?

**

Hermione jalan gugup mendekati Draco yang ternyata sudah berada di depan wc perempuan. Seperti biasa, Draco menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Ia saja heran mengapa ada lelaki sedingin Draco.

“Pendek banget celana lo. Pake ini.” Kata Draco menyodorkan celana olahraga ditangannya.

“Punya siapa? Lo pasti nyolong kan?” Tuduh Hermione.

“Gue beli. Lain kali jangan pake celana pendek, celana dibawah lutut kan banyak.”

Hermione memutarkan kedua bola matanya. “Bukan urusan lo juga.”

“Emang bukan urusan gue karena saat ini lo bukan siapa-siapa gue. Tapi nanti akan jadi urusan gue.”

Hermione melotot mendengar kalimat yang Draco lontarkan.

“Ngaco.”

Draco terkekeh pelan.

“Pake, jangan lagi lagi pake celana pendek ya?”

Hermione tertegun mendengar pertanyaan singkat Draco. Ia menelan saliva nya dan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Haduh bisa bisa Hermione bener pingsan beneran.

“Y—ya, thanks.”

“Pleasure.”


© urhufflegurl_

Hmm

**

Draco menghentikan langkahnya ketika melihat Hermione sedang membereskan buku dilantai, entah ada apa dengan wanita itu, apa dia baru saja tabrakan dengan orang?

Draco memberani kan diri untuk mendekati Hermione dan jongkok tepat dihadapannya.

“Tabrakan sama hulk lo?” tanya nya membantu Hermione membereskan buku buku yang berserakan.

Hermione menghela nafasnya, dia berdiri setelah membereskan semua bukunya.

Hermione pun pergi meninggalkan Draco yang memegang 4 buku ditangannya.

“Heh mau kemana?” tanya Draco mengikuti langkah Hermione.

“Kenapa sih?” tanya Hermione sarkas.

“Kalem dong, gue tanya baik baik. Lo harusnya makasih sama gue karna gue udah bantuin lo beresin buku, lagian kenapa sih lo jatohin buku kaya gitu? Tabrakan sama raksasa lo?”

Hermione memutar bola matanya malas, dia malas berdebat dengan Draco. Dia sedang mengalami menstruasi, jadi dia sangat tidak mood meladeni Draco.

“Makasih” ucap Hermione sambil merebut 4 buku ditangan Draco dan melanjutkan perjalanannya menuju perpustakaan.

“GUE LOLOS SELEKSI!!” Teriak Draco yang membuat langkah Hermione terhenti. Dia memang sudah tau bahwa Draco lolos seleksi, makanya mood nya langsung berantakan.

Hermione hanya mendengus kesal dan melanjutkan perjalanannya.

“Muka dia kok pucet ya”


© urhufflegurl_