Kecewa.
**
Malam ini, Hermione dan Cormac sampai dirumah Hermione.
Cormac mengantar Hermione pulang kembali karena tadi Cormac lah yang menjemput Hermione.
“Ada cowok lo gak? Gak ada kan?” tanya Cormac kepada Hermione.
Hermione melihat lihat ke sekitar rumahnya. Sepi. Pasti Draco tidak ada disana.
“Gak ada kayaknya. Aman. Thanks ya lo udah ngajak gue rapat tadi.”
“Santai, gue seneng kok ngajakin lo. Istirahat. Lo masih agak anget soalnya.”
Hermione tersenyum kecil. “Makasih, lo hati hati baliknya.”
“Siap.”
Setelah itu, Hermione masuk ke dalam rumahnya.
Saat Ia membuka pintu, saat itu lah kaki nya lemas seketika, bulu bulu nya merinding dan jantungnya berdetak berkali kali lipat.
“Nah itu Hermione nya pulang. Tante tinggal dulu ya Draco?”
Draco tersenyum. “Makasih tante.”
Hermione meneguk salivanya dan jalan menghampiri Draco secara perlahan.
“Seru rapatnya?” tanya Draco dingin.
“H— hah?”
“Aku tanya. Seru rapatnya?”
“Kamu.. Tau?”
Draco tidak menjawab, Ia menghela nafasnya dan mengeluarkan ponselnya. Disana ada beberapa foto Hermione yang sedang duduk di antara para anak osis, lalu ada foto Hermione yang di bonceng oleh Cormac.
“Aku.. Aku bosen, Drake.”
“Bosen sama aku?”
“Hah? Enggak, bukan. Maksudnya—”
“Kenapa harus bohong?”
Draco menatap Hermione dengan lembut. Tatapannya lembut, namun dingin. Jadi tetap saja membuat Hermione takut.
“Kamu jangan kayak gini dong, Drake.”
“Kayak gini gimana?”
“Aku gak suka dikekang. Kamu terlalu posesif. Aku cuman mau ikut rapat kenapa susah sih? Kan aku udah bilang, ini acara penting buat aku, dan aku udah sembuh. Jadi aku mau dateng.”
“Kamu gak pernah ngertiin aku. Atau kamu gak percaya ya sama aku? Jadi kamu kayak gini?”
Draco mengangkat halisnya sebelah. “Maksud kamu?”
“Kamu gak percaya aku udah sehat, jadi kamu posesif kayak gini?”
“Aku posesif?”
“Iya, kamu posesif!” Hermione meninggikan nada bicaranya.
“Jangan teriak teriak, Mama kamu lagi tidur.”
“Ya abis kamu nyebelin, keras kepala, so ngatur. Semua yang mau aku lakuin harus sesuai dengan perintah kamu. Bahkan makan, minum aja kamu atur. Aku mau pergi sama siapa harus lapor kamu, aku mau ngapain harus lapor kamu. Terus aku juga harus nurut sama kamu.”
Hermione menghela nafasnya. “Aku kecewa sama kamu. Kamu berlebihan!”
“Aku kayak gini karna aku sayang kamu, Hermione.”
“Sayang aku apanya? Sayang aku dimananya? Kamu gak sayang aku. Kalau kamu sayang aku, harusnya kamu gak ngekang aku. Bebasin aku.”
“Kamu mau aku bebasin?”
Hermione menoleh, entah apa yang dimaksud Draco, arti kata “bebas” menurutnya dan menurut Draco pasti berbeda.
“Maksud kamu?”
“Kamu mau aku bebasin?”
“Iya.”
“Oke. Yaudah, kamu bebas mulai hari ini.” ucap Draco sambil berdiri dan hendak pergi, namun Hermione segera menahannya.
Hermione memeluk Draco dari belakang.
“Maaf, maaf.. Maaf aku udah gak nurut sama kamu. Maaf..” Lirih Hermione menangis.
Draco terdiam. Ia hanya takut kehilangan Hermione. Ia takut menjadi lelaki yang gagal. Ia terlalu menyayangi Hermione. Apa semua ini salah?
“Maaf..” Lirih Hermione.
“Badan kamu anget. Aku udah bilang, kamu masih sakit. Terus tadi keluar gak pake jaket?” Tanya Draco menggenggam tangan Hermione.
Hermione menatap mata Draco. Apa Ia sudah keterlaluan?
“Kamu gak marah?”
“Aku kecewa. Tapi aku lebih kecewa sama diri aku sendiri. Ternyata, selama ini kamu ngerasa ke kekang ya sama aku?”
Hermione menggeleng perlahan.
“Maaf ya, kalau kamu gak bahagia. Aku gagal ya?”
“Enggak, kamu gak gagal. Aku yang gagal. Aku minta maaf, aku bener bener minta maaf. Aku janji gak akan ngulangin lagi, aku janji.” Hermione mengacungkan jari kelingkingnya.
Draco tersenyum, Ia menautkan jari kelingkingnya di jari kelingking Hermione.
“Istirahat ya? Aku sayang kamu, Hermione.” bisik Draco mengecup kening Hermione.
“Aku juga sayang kamu, Draco. Makasih. Makasih telah hadir.”
© urhufflegurl_