litaaps

Pagi

**

Hermione tersenyum ketika melihat berkas berkasnya sudah beres semua tinggal dikumpulkan dan daftar melalui pendaftaran online. Dia melangkah ke ruang guru memantapkan niatnya untuk ikut acara Olimpiade ini.

“Selamat pagi Pak” sapa Hermione kepada Pak Remus, guru matematika dia.

“Halo selamat pagi Hermione Granger, pasti mau ikut Olimpiade ya? Sudah daftar?” tanya Pak Remus menyambut Hermione dengan ramah.

“Iya Pak, belum Pak kan harus ada surat pengantar dari sekolah” balas Hermione tersenyum.

“Oh iya ya, saya lupa. Yasudah masuk masuk. Langsung ke ruangan Ibu Minerva aja ya, ada Draco Malfoy juga disana”

Hermione menghela nafasnya ketika mendengar nama lelaki brengsek itu.

“Baik, terima kasih Pak, saya permisi” ucap Hermione tersenyum dan menunduk hormat.

Hermione berjalan menuju ruangan Ibu Minerva (Kepala Sekolah di SMA Hogwarts). Saat dia baru sampai ke depan ruangan Ibu Minerva, dia berpapasangan dengan Draco yang menyeringai sebal kearahnya

“Pagi Granger”

“Misi, gue mau masuk. Jangan ngalangin jalan” ketus Hermione mendorong Draco.

“Santai dong, lo cewe kasar banget” ucap Draco mengelus lengannya.

“Bodo”

Hermione pun masuk ke dalam ruangan Ibu Minerva, tanpa Draco sadari, dia tersenyum ketika melihat Hermione.


© urhufflegurl_

Nyebelin.

**

Hermione duduk di salah satu bangku di kantin bersama Harry dan Ron. Dia sedang memakan bakso kuah sambil memainkan handphonenya yang isinya adalah rumus kimia yang bingung dan rumit.

“Harry” sapa Ginny tiba tiba datang dan duduk di sebelah Harry.

“Hai Ginny” balas Harry tersenyum menyambut kekasihnya itu.

“Eh, Mi gimana? Jadi ikut Olimpiade?” tanya Ginny semangat.

“Jadi dong” balas Hermione mengedipkan sebelah matanya.

Ginny terkekeh, “Lo pasti kepilih! Percaya deh sama gue. Lagipula siapa sih yang bisa ngalahin Hermione Granger?”

Hermione dan Harry tertawa, sementara Ron memutarkan kedua bola matanya.

Sett

Dengan satu gerakan, handphone Hermione lepas dari genggaman tangannya.

“Heh apaan sih— ah males gue berurusan sama lo” ucap Hermione menghela nafasnya ketika melihat Draco mengambil handphonenya dengan mudah.

“Balikin hp gue” ucap Hermione dengan nada malas.

“Kimia? Lo ikut Olimpiade? Ah gue lupa. Lo kan Hermione Granger yang selalu ambis dalam hal apapun. Jadi pasti ikut dong ya” ucap Draco menghela nafasnya dan melihat lihat isi hp Hermione.

“Apaan sih gak penting tau gak. Siniin gak hp gue?” Ucap Hermione merebut ponselnya namun Draco dengan sigap mencegahnya.

“Aduuh Draco gue males berurusan sama lo. Balikin gak hp gue?!” Bentak Hermione.

“Wow wow.. Keep calm girl. Chill” ucap Draco dengan seringai khasnya.

Hermione menghela nafasnya dan memutarkan bola matanya, “Malfoy, sumpah ya gue lagi males banget berurusan sama lo. Siniin gak hp gue?”

“Gue ikut Olimpiade juga” ucap Draco memberitau Hermione.

Hermione mengerutkan keningnya,

“Hah? Hahaha ya ampun lucu bangett” ucap Hermione tertawa sarkas.

“Wah ketawa dia” ucap Theo menggelengkan kepalanya.

“Seorang Draco Malfoy ikutan Olimpiade? Kenapa? Dipecat lo jadi ketua geng motor?” Ucap Hermione menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya.

Draco terkekeh pelan melihat reaksi Hermione ini, dia pun meraih tangan Hermione dan menyimpan ponsel milik wanita itu ditangannya.

“Denger ya, gue bakal buktiin kalau gue bisa ngalahin lo” bisik Draco kepada Hermione yang membuat nafas wanita itu berburu dengan cepat dan tak karuan.

Setelah itu, Draco pergi dari kantin diikuti dengan teman temannya. Sedangkan Hermione menghentakkan kedua kakinya dan mengepalkan kedua tangannya.

Draco Malfoy pagi benar benar menyebalkan.

“Hufftt tarik nafas, sabar Mione.. Setan kayak gitu emang gak perlu di lawan” bisiknya kepada dirinya sendiri sambil menarik nafasnya dalam dalam.

“Udahlah, gak usah didenger omongan dia. Duduk lagi ya? Kamu belum beres makan” ucap Ron meraih tangan Hermione.

Hermione kembali duduk dibangku asalnya tadi dan melanjutkan makannya.

“Lagipula kan aku udah bilang sama kamu. Kamu ngapain ikut Olimpiade itu? Gak penting Mione” ucap Ron dengan santainya.

BRAKK!!

“Ga penting apa sih? Ini mimpi aku Ron!” Pekik Hermione dengan nada yang rendah lalu dia pergi meninggalkan Ron.

“Lo sih. Hermione nya jadi marah kan” ucap Ginny kepada Ron.


© urhufflegurl_

Prolog

**

Malam itu adalah malam yang kelam. Semua dunia berputar 180°. Dunia nya yang awalnya cerah kini menjadi suram dan gelap.

“Kamu gak dengerin apa kata Papa? Papa gak ngizinin kamu berangkat kesana!”

“Tapi aku mau Kak! Aku mau! Kakak gak ngerti, ini impian aku, ini mimpi aku. Aku nabung gila gilaan gak jajan, irit, hemat cuman untuk ini. Tapi kalian semua gak ada yang denger aku. Kalian semua gak ada yang peduli perasaan aku. Kalian semua egois! Bisanya cuman mentingin kepentingan diri sendiri tanpa mikirin perasaan aku!”

Dia menangis, sudah terlalu banyak sesak yang mengendap di dalam dadanya.

Bukannya Ia ingin menjadi anak pembangkang, hanya saja ini mimpinya. Ini impiannya. Selama 1 tahun Ia menabung hanya demi untuk melakukan ini.

“Kamu kenapa jadi nakal gini?”

“Aku gak nakal! Kalian nya aja yang gak ngerti!”

Dia berlari menerobos kerumuman orang orang.

Karena tak ada lagi jalan, Ia pun menyebrang, namun baru saja beberapa langkah, cahaya kendaraan menyorot ke arahnya.

“Aaaaaaa!”

“Awasss!!”

Tubuhnya terdorong, dia hanya bisa melihat seseorang yang Ia sayangi dihadapannya tersungkur.

“Kakaaak!”

BRAKK!!

Kecelakaan tak dapat dihindari. Sang kakak tertabrak truk yang hampir menabraknya.

Sang kakak meninggal ditempat tepat di hadapannya.

Sejak malam itu hingga sekarang, semua kehidupannya berubah.

Tak ada lagi cahaya.

Tak ada lagi kebahagiaan.

Yang ada hanya lah Ia yang berusaha untuk kuat dan tegar menerima semua ini.

Menjadi anak yang sama sekali tak memiliki arti kekeluargaan.

Lagi.

Dan lagi.


© urhufflegurl_

  1. Prolog

**

Malam itu adalah malam yang kelam. Semua dunia berputar 180°. Dunia nya yang awalnya cerah kini menjadi suram dan gelap.

“Kamu gak dengerin apa kata Papa? Papa gak ngizinin kamu berangkat kesana!”

“Tapi aku mau Kak! Aku mau! Kakak gak ngerti, ini impian aku, ini mimpi aku. Aku nabung gila gilaan gak jajan, irit, hemat cuman untuk ini. Tapi kalian semua gak ada yang denger aku. Kalian semua gak ada yang peduli perasaan aku. Kalian semua egois! Bisanya cuman mentingin kepentingan diri sendiri tanpa mikirin perasaan aku!”

Dia menangis, sudah terlalu banyak sesak yang mengendap di dalam dadanya.

Bukannya Ia ingin menjadi anak pembangkang, hanya saja ini mimpinya. Ini impiannya. Selama 1 tahun Ia menabung hanya demi untuk melakukan ini.

“Kamu kenapa jadi nakal gini?”

“Aku gak nakal! Kalian nya aja yang gak ngerti!”

Dia berlari menerobos kerumuman orang orang.

Karena tak ada lagi jalan, Ia pun menyebrang, namun baru saja beberapa langkah, cahaya kendaraan menyorot ke arahnya.

“Aaaaaaa!”

“Awasss!!”

Tubuhnya terdorong, dia hanya bisa melihat seseorang yang Ia sayangi dihadapannya tersungkur.

“Kakaaak!”

BRAKK!!

Kecelakaan tak dapat dihindari. Sang kakak tertabrak truk yang hampir menabraknya.

Sang kakak meninggal ditempat tepat di hadapannya.

Sejak malam itu hingga sekarang, semua kehidupannya berubah.

Tak ada lagi cahaya.

Tak ada lagi kebahagiaan.

Yang ada hanya lah Ia yang berusaha untuk kuat dan tegar menerima semua ini.

Menjadi anak yang sama sekali tak memiliki arti kekeluargaan.

Lagi.

Dan lagi.


© urhufflegurl_

Titik.

**

“Bisa kalian jelaskan mengapa bisa bertengkar seperti ini?” Tanya Pak Snape.

“Dia hina Hermione, Pak.” Ucap Draco dengan tegas.

“Benar begitu, Cormac?”

“Saya hanya bercanda. Hermione nya juga fine fine aja kok. Dia nya aja yang berlebihan.” Bantah Cormac.

“Berlebihan? Cewek gue dihina sama cowok brengsek kayak lo, lo bilang berlebihan?”

“Ya berlebihan. Kenapa? Lo takut cewek lo direbut sama gue kan?”

“Sakit lo.”

“Sudah sudah! Siapa yang mukul duluan?” tanya Pak Snape.

“Draco.”

“Draco, minta maaf kepada Cormac.”

“Saya? Minta maaf ke orang kayak gini? Harusnya dia yang minta maaf ke Hermione karna dia udah hina Hermione, pak. Saya hanya melindungi perempuan saya. Saya tidak sudi minta maaf ke bajingan kotor kayak dia.”

Pak Snape menghela nafasnya. Permasalahan anak muda memang sedikit sulit.

“Yasudah, Cormac minta maaf ke Hermione setelah ini.”

“Saya mau dia dikeluarkan dari sekolah ini, Pak.”

Baik Cormac atau Pak Snape sama sama terkejut dengan penuturan Draco.

“Draco, semua bisa dibicarakan baik baik.”

“Kenapa? Bapak gak terima? Saya gak mau tau, saya mau dia dikeluarkan dari sekolah ini. Titik.” tegas Draco sambil pergi dari ruang guru.


© urhufflegurl_

Tragedi.

**

**

Hermione duduk didekat jendela. Ia nurut kepada Draco. Dan Draco sendiri, Ia latihan basket di lapangan.

Selalu seperti ini, Hermione rapat, dan Draco main basket. Untung ruangan osis dekat dengan lapangan basket, jadi Draco bisa mengawasi Hermione secara langsung.

Sore ini semua berjalan dengan lancar. Hermione dengan lancar menjalani rapatnya, dan Ia mengusulkan beberapa ide untuk acara penggalangan dana ini.

Hermione cerdas, sehingga semua ide nya pasti akan diterima dengan mudah oleh semua pengurus.

Setelah selesai rapat, kini Hermione menghampiri Draco ke lapangan basket.

“Hermione!” panggil Cedric menghentikan langkah Hermione.

“Iya kak?”

“Sorry, gue lupa bilang kalau nanti notulensinya dirapihin ya? Soalnya mau gue kirim ke bu Minerva, beliau minta notulensi hasil rapat hari ini.”

“Ah gitu, oke kak. Ntar malem gue kirim ya.”

“Siap, makasih ya.”

Baru Hermione mau membalikkan badannya, tiba tiba ada seseorang yang merangkulnya.

“Astaga, Cormac! Bikin kaget aja.” ucap Hermione melepaskan rangkulannya.

“Hahaha sorry. Eh gimana? Kemarin si Draco gak marah kan?”

“Hmm marah sih.”

“Posesif banget jadi cowok.”

“Gitu gitu dia sayang gue.”

“Yakin dia sayang sama lo? Emang lo mau di kekang kayak begitu? Sampe sampe dia berani ngundur acara rapat cuman karna ego dia.”

“Bukan ego, dia itu sayang sama gue.”

“Atau mungkin lo emang pantes kali ya di posesifin?”

“Maksud lo?”

“Ya, Draco saking takutnya kehilangan lo, dia posesif sama lo. Makanya, jadi cewek jangan terlalu liar. Di posesifin kan sama cowok nya.”

Hermione mengerutkan keningnya bingung. “Bentar, maksud lo liar?”

“Ya liar. Secara kan, lo sahabatan sama Harry, Ron. Lo juga banyak akrab sama cowok cowok. Jadi Draco takut lo direbut sama mereka. Makanya jadi cewek jangan nempel sana nempel sini Mi.” bisik Cormac mendekatkan mulutnya dengan telinga Hermione.

“ANJING!”

Bugh!

“Draco?!” teriak Hermione terkejut dengan kedatangan Draco.

Mengabaikan teriakan Hermione, Draco terus memukul Cormac dengan keras membuatnya menjadi pusat perhatian saat ini.

“Maksud lo apa anjing ngehina cewek gue? Lo bangsat! Lo yang liar anjing!” teriak Draco memukul Cormac dengan mantap.

Tak terima dengan serangan Draco yang tiba tiba, Cormac juga memukul Draco. Dan mereka berkelahi seolah olah dunia hanya ada mereka.

“Draco cukup! Draco!” Hermione berusaha untuk melerai Draco, namun usahanya terus gagal.

“Apa apaan ini?! Berhenti berhenti! Kenapa kalian?!” Teriak Pak Snape, datang dari ruang guru.

Draco dan Cormac berhenti berkelahi. Wajah Cormac cukup parah karena pukulan Draco benar benar keras.

“Ikut saya ke ruang guru!”


© urhufflegurl_

Kecewa.

**

Malam ini, Hermione dan Cormac sampai dirumah Hermione.

Cormac mengantar Hermione pulang kembali karena tadi Cormac lah yang menjemput Hermione.

“Ada cowok lo gak? Gak ada kan?” tanya Cormac kepada Hermione.

Hermione melihat lihat ke sekitar rumahnya. Sepi. Pasti Draco tidak ada disana.

“Gak ada kayaknya. Aman. Thanks ya lo udah ngajak gue rapat tadi.”

“Santai, gue seneng kok ngajakin lo. Istirahat. Lo masih agak anget soalnya.”

Hermione tersenyum kecil. “Makasih, lo hati hati baliknya.”

“Siap.”

Setelah itu, Hermione masuk ke dalam rumahnya.

Saat Ia membuka pintu, saat itu lah kaki nya lemas seketika, bulu bulu nya merinding dan jantungnya berdetak berkali kali lipat.

“Nah itu Hermione nya pulang. Tante tinggal dulu ya Draco?”

Draco tersenyum. “Makasih tante.”

Hermione meneguk salivanya dan jalan menghampiri Draco secara perlahan.

“Seru rapatnya?” tanya Draco dingin.

“H— hah?”

“Aku tanya. Seru rapatnya?”

“Kamu.. Tau?”

Draco tidak menjawab, Ia menghela nafasnya dan mengeluarkan ponselnya. Disana ada beberapa foto Hermione yang sedang duduk di antara para anak osis, lalu ada foto Hermione yang di bonceng oleh Cormac.

“Aku.. Aku bosen, Drake.”

“Bosen sama aku?”

“Hah? Enggak, bukan. Maksudnya—”

“Kenapa harus bohong?”

Draco menatap Hermione dengan lembut. Tatapannya lembut, namun dingin. Jadi tetap saja membuat Hermione takut.

“Kamu jangan kayak gini dong, Drake.”

“Kayak gini gimana?”

“Aku gak suka dikekang. Kamu terlalu posesif. Aku cuman mau ikut rapat kenapa susah sih? Kan aku udah bilang, ini acara penting buat aku, dan aku udah sembuh. Jadi aku mau dateng.”

“Kamu gak pernah ngertiin aku. Atau kamu gak percaya ya sama aku? Jadi kamu kayak gini?”

Draco mengangkat halisnya sebelah. “Maksud kamu?”

“Kamu gak percaya aku udah sehat, jadi kamu posesif kayak gini?”

“Aku posesif?”

“Iya, kamu posesif!” Hermione meninggikan nada bicaranya.

“Jangan teriak teriak, Mama kamu lagi tidur.”

“Ya abis kamu nyebelin, keras kepala, so ngatur. Semua yang mau aku lakuin harus sesuai dengan perintah kamu. Bahkan makan, minum aja kamu atur. Aku mau pergi sama siapa harus lapor kamu, aku mau ngapain harus lapor kamu. Terus aku juga harus nurut sama kamu.”

Hermione menghela nafasnya. “Aku kecewa sama kamu. Kamu berlebihan!”

“Aku kayak gini karna aku sayang kamu, Hermione.”

“Sayang aku apanya? Sayang aku dimananya? Kamu gak sayang aku. Kalau kamu sayang aku, harusnya kamu gak ngekang aku. Bebasin aku.”

“Kamu mau aku bebasin?”

Hermione menoleh, entah apa yang dimaksud Draco, arti kata “bebas” menurutnya dan menurut Draco pasti berbeda.

“Maksud kamu?”

“Kamu mau aku bebasin?”

“Iya.”

“Oke. Yaudah, kamu bebas mulai hari ini.” ucap Draco sambil berdiri dan hendak pergi, namun Hermione segera menahannya.

Hermione memeluk Draco dari belakang.

“Maaf, maaf.. Maaf aku udah gak nurut sama kamu. Maaf..” Lirih Hermione menangis.

Draco terdiam. Ia hanya takut kehilangan Hermione. Ia takut menjadi lelaki yang gagal. Ia terlalu menyayangi Hermione. Apa semua ini salah?

“Maaf..” Lirih Hermione.

“Badan kamu anget. Aku udah bilang, kamu masih sakit. Terus tadi keluar gak pake jaket?” Tanya Draco menggenggam tangan Hermione.

Hermione menatap mata Draco. Apa Ia sudah keterlaluan?

“Kamu gak marah?”

“Aku kecewa. Tapi aku lebih kecewa sama diri aku sendiri. Ternyata, selama ini kamu ngerasa ke kekang ya sama aku?”

Hermione menggeleng perlahan.

“Maaf ya, kalau kamu gak bahagia. Aku gagal ya?”

“Enggak, kamu gak gagal. Aku yang gagal. Aku minta maaf, aku bener bener minta maaf. Aku janji gak akan ngulangin lagi, aku janji.” Hermione mengacungkan jari kelingkingnya.

Draco tersenyum, Ia menautkan jari kelingkingnya di jari kelingking Hermione.

“Istirahat ya? Aku sayang kamu, Hermione.” bisik Draco mengecup kening Hermione.

“Aku juga sayang kamu, Draco. Makasih. Makasih telah hadir.”


© urhufflegurl_

Cuman takut.

**

Draco turun dari mobilnya dan langsung menghampiri Hermione yang sedang bersama Luna dan Theo.

Ginny sudah pulang duluan karena dia sudah dijemput Harry daritadi.

“Eh lo sampe duluan yo?” tanya Draco menepuk pundak Theo.

“Yoi dong. Eh, cewek lo nih. Takut lo ngambek katanya.” ucap Theo terkekeh pelan.

Draco melirik Hermione yang sedang menatapnya takut. Melihat mata yang takut itu, Draco segera merangkul pundaknya dan mengusap pelan kepalanya .

“Yaudah Draco, aku pulang duluan sama Theo ya?” ucap Luna.

Draco mengangguk. “Jaga sepupu gue ya yo. Awas aja lo.”

“Pasti. Bidadari gue soalnya. Jiaakkh.”

“Jamet lo.”

Setelah itu, Draco dan Hermione masuk ke dalam mobil Draco.

“Drake—”

“Pake jaketnya. Aku kan udah bilang kalau kemana mana itu bawa jaket.” Draco memakai kan jaket miliknya di badan Hermione.

“Drake, kamu marah ya?”

Draco menatap Hermione dengan hangat, Ia mengusap tangan Hermione.

“Aku cuman gak mau kehilangan kamu. Aku takut, Hermione.”

Hermione tersenyum. Ia mengerti mengapa Draco bersikap seperti ini. Draco berusaha untuk tidak sama seperti sang ayah, Lucius yang meninggalkan Ibu nya, Narcissa sendiri bersama Draco.

Draco berusaha untuk menjadi lelaki yang sempurna untuk Hermione.

“Aku ngerti. Aku minta maaf ya? Maaf karna gak ngasih kabar tadi.”

“Gapapa sayang. Yang penting kamu selalu jujur sama aku ya?”

“Pasti.”


© urhufflegurl_

Bahagia ya?

**

Hermione jalan dengan langkah kaki yang pincang menuju depan rumahnya ketika Ia mendengar bel rumahnya berbunyi.

Ia tersenyum ketika ternyata ada Draco diluar sana dengan Ibu yang berumur kira kira 50 tahun.

“Oh ini non Hermione?” Tanya Ibu itu.

“Iya bik, kakinya lagi sakit.” Bisik Draco.

Hermione tersenyum ramah. “Hehehe maaf ya bu ngerepotin. Ayo masuk bu, Draco.”

“Ayo ayo.. Hati hati nak..”

Melihat Hermione kesakitan, Draco mencoba untuk membantu Hermione masuk ke dalam rumahnya.

Dari kejauhan, Theo melihat Hermione yang sedang bersama Draco.

“Theo?”

Theo menengok ketika mendengar panggilan yang lembut itu.

“Lun..”

“Lagi apa?”

Theo melirik ke rumah Hermione yang membuat Luna ikut melirik ke arah sana juga.

“Hermione? Draco?”

Theo mengangguk.

“Mereka deket ya? Mereka cocok. Mereka juga punya hobi yang sama. Sama sama ganteng dan cantik juga.” Ucap Luna tersenyum.

Theo tidak menanggapinya. Ia hanya menghela nafasnya dan menunduk.

“Mereka pasti bahagia.” Lanjut Luna.

“Bahagia ya?”

“Pasti.”

“Eh iya Theo. Masuk yuk? Luna bikin pudding coklat. Katanya coklat bisa nenangin hati yang lagi sedih.”

Luna menggenggam tangan Theo dan menuntun nya untuk masuk kedalam rumah Theo.

“Theo, Luna kayaknya udah jatuh cinta sama kamu.”


© urhufflegurl

I'm sorry, Please.

**

Ketika mendengar kabar Ayah meninggal, Hermione segera mengajak Draco untuk ke rumah sakit. Kondisi kakinya yang terkilir sudah membaik, sudah diobati di klinik selama 1 jam 30 menit penuh karena keadaan klinik yang cukup ramai, sehingga Hermione harus mengantri.

Sesampainya dirumah sakit, Hermione berusaha untuk berlari mengabaikan kakinya yang masih terasa sakit.

Draco menyusul dibelakangnya dengan was was.

“Bunda?”

“Hermione.”

Bunda yang asalnya berada dipelukan Luna kini berlari ke pelukan Hermione. Hermione melirik ke arah Theo, lelaki itu benar benar tak melirik ke arah nya.

Tidak ada yang bicara saat itu, fokus Hermione terbagi menjadi beberapa bagian. Pertama, Bunda yang sedang berada di pelukannya. Kedua, Theo yang marah kepadanya. Ketiga, Ayah yang sudah tiada. Ke empat, darimana Theo tau bahwa dirinya berpelukan dengan Draco? Bahkan dirinya tidak berpelukan dengan Draco. Ia tidak sengaja jatuh dan Draco menahannya. Tidak lebih.

“Permisi, jenazah pasien sudah siap untuk dibawa menuju rumah.”

Theo menghela nafasnya dan mengangguk. Kemudian, mereka sama sama membawa jenazab Ayah untuk dikebumikan.


Proses pemakaman sore ini berjalan dengan lancar. Theo dari tadi hanya diam seolah olah jiwanya ikut pergi dengan kepergian sang Ayah.

Kini, mereka sudah berada di rumah Theo.

“Bunda, maaf Hermione gak ada di sisi Bunda saat kepergian Ayah. Maaf..” lirih Hermione memeluk Bunda.

“Tidak apa-apa sayang. Terima kasih sudah mau ikut mengurusi jenazah Ayah ya.”

“Ayah itu udah kayak Ayah kandung Hermione sendiri. Udah pasti Hermione akan ikut andil dalam segala hal yang berhubungan dengan Ayah. Jadi Bunda gak usah makasih.”

“Makasih sayang.” Bunda tersenyum dan memeluk Hermione dengan erat.


Hermione menghampiri Theo yang sedang duduk di taman belakang.

Dengan langkah penuh keraguan, Hermione memberanikan diri untuk berdiri di sampingnya.

“The.. Lo masih marah ya sama gue? Lo udah mau denger penjelasan gue?” tanya Hermione dengan pelan.

Theo diam, Ia menatap ke arah depan dengan tatapan yang kosong.

“The.. Jangan kayak gini dong, gue minta maaf sama lo. Gue—”

“Gue lagi gak mau ngomong sama siapa siapa mi, jadi mending lo pergi dari sini. Lo lebih baik temenin Bunda.”

Hermione menggigit bibir bawahnya. Ia menghapus air matanya yang menetes.

“The, sorry, please.” lirih Hermione.

“Kalau lo gak mau pergi, yaudah gue aja yang pergi.” ucap Theo sambil berdiri dan hendak pergi.

Hermione menahan langkah Theo. “Iya iya, gue yang pergi.”

“Yaudah, sana pergi.”

Hermione menatap Theo dengan penuh tatapan kepedihan. Harusnya disaat ini, Ia bisa memeluknya, menenangkannya dan menghiburnya. Bukan menjadi seseorang yang diusir dan tak diharapkan keberadaannya.

“Yo, sorry ya.. Gue tau lo kecewa sama gue. Tapi lo salah paham. Gue gak pelukan sama Draco.” ucap Hermione pergi meninggalkan Theo kembali sendiri di taman belakang.


© urhufflegurl