Dunianya hancur.
**
Suara dentuman musik bergema dimana mana. Ia memasuki ruangan ini. Entah mengapa Ia sangat ingin memasuki ruangan ini.
Draco Malfoy dengan baju yang sangat berantakan dan wajah tak karuan memasuki suatu bar di salah satu kota Jakarta. Jalannya sempoyongan karena sudah 2 minggu ini Ia tidak benar benar baik dalam hal makan.
“Hermione, gue masuk ya? Lo inget kan, dulu lo sering larang gue minum kopi. Sekarang gue mau minum alkohol, lo pasti akan sangat larang kan? Ayo Hermione, larang gue.”
Draco masuk dan memesan 4 botol alkohol sekaligus.
Ia meminumnya dengan sangat lancar.
Semua orang yang melihatnya pasti akan mengira Ia orang gila.
Rambut acak-acakan, baju berantakan, muka tak terawat, badan kurus karna badannya sangat jarang di beri makan.
Semua ini karena rasa penyesalannya. Rasa penyesalannya yang berujung stress berat.
1 botol alkohol telah habis diminum oleh Draco. Ia sudah mabuk.
“Hahahaha, Mi, suara bar nya berisik ya? Lo pasti gak akan seneng kalau gue ajak kesini. Iya kan? Secara, lo paling suka perpustakaan, tempat sepi dan tempat tenang. Beda jauh sama gue.”
Botol kedua Ia kembali buka. Dan Ia meminumnya dengan segera.
Draco berdiri. Ia menggerakan badannya asal mengikuti irama musik.
“Mi, ayo joget lagi. Lo seneng ya gue bawa kesini?”
Draco berbicara sendiri seolah-olah di hadapannya ini benar benar ada sosok Hermione.
Botol kedua telah habis Ia minum.
Ia membuka botolnya yang ketiga.
Badannya sudah benar benar tidak bisa digerakkan sekarang. Ia terjatuh namun masih memegang botol alkoholnya. Dan Ia kembali meminumnya.
Draco tersenyum. Bayangannya kembali muncul. Yang asalnya selalu tersenyum, kini Ia menangis.
Ia menggelengkan kepalanya. Di matanya terpancar rasa pedih dan kecewa.
Draco sontak terdiam seolah olah dunia nya berhenti saat itu juga.
Ia menangis.
Menangis di barengi oleh tawa yang entah tawa apa yang Ia keluarkan.
“Mi.”
“Draco, gak kayak gini. Gue mohon..”
“Sakit Mi. Sakit.” lirih Draco memukul mukul keras dada nya.
“Sakit. Rasanya udah gak ada ruang buat nafas. Udah gak ada semangat buat gue lanjutin semuanya. Sakit Mi. Semua nya sesak.”
“Draco.. Bertahan.. Gue mohon, pulang. Lo gak boleh kayak gini Draco, gue mohon.”
Draco menangis, wajahnya memerah. Sesak. Rasanya sangat sesak.
Ia sangat menyesali semua perbuatannya. Bayangan jahat terus menghantui dirinya. Bayangan disaat Ia memaki Hermione, melirik Hermione dengan tatapan jijik, kejam, dan tajam. Bayangan dimana Ia menolak mentah mentah masakan Hermione yang bahkan sampai akhir hayat Hermione, Ia tidak sempat memakannya. Ia belum pernah memakan masakan Hermione.
Sekali pun belum pernah.
Bayangan dimana Hermione ditemukan di sungai. Itu sangat menyakitkan.
Ia mencintai Hermione, namun jauh didalam lubuk hatinya, Ia sangat merasa tak pantas bersanding dengan Hermione. Wanita yang sangat sempurna. Sementara Ia adalah lelaki brengsek.
Penyesalan itu datang bertubi tubi hingga akhirnya Hermione meninggal dunia.
Hanya ada rasa sesak yang Ia rasakan. Tidak kurang, namun sangat lebih.
Sesak. Rasanya Ia tidak mampu melakukan apapun.
Dunia runtuh. Runtuh karena perbuatannya sendiri.
“Mi, tunggu gue.”
Draco Malfoy malam itu benar benar menghabiskan 4 botol alkohol yang Ia pesan.
“DRACO! LEPAS!”
Pansy datang merebut paksa botol yang sedang Draco pegang.
Pansy menangis melihat sahabatnya hancur. Benar benar hancur.
“Lo gak boleh kayak gini Drake. Enggak.” Lirih Pansy memeluk Draco.
“Her-mione.” Lirih Draco dengan suaranya yang tercekat.
Blaise dan Theo juga hanya bisa menangis melihat Draco sekacau ini.
Mereka tidak menyangka kepergian Hermione dapat merubah banyak dunia orang.
Pertama sudah pasti kedua orang tua Hermione yang sangat menyesal.
Kedua, Ginny, Harry dan Ron yang kini sudah tidak dekat satu sama lain.
Dan yang ketiga, Draco Malfoy yang mengalami depresi berat akibat penuh dengan penyesalan.
Pansy terus memeluk Draco sambil menangis.
“Drake, gue mohon.. Gak kayak gini.”
“Her—mione.”
“Iya, iya lo mau ketemu Hermione kan? Ayo kita ketemu Hermione ya? Tempat Hermione bukan disini Drake. Bukan disini.”
Mata Draco melirik Pansy. Ia meneteskan air matanya namun badannya tidak bergerak sama sekali.
Badan Draco sangat kaku seolah olah benar benar tidak bisa digerakkan. Badannya benar benar panas.
“Draco? Blaise, Theo!”
Lensa mata silver milik Draco perlahan berputar keatas tertutupi sempurna oleh selaput putih miliknya. Badannya kejang kejang hebat.
Pansy yang melihat sontak berteriak histeris. Kini giliran Blaise dan Theo yang menangani nya.
Namun, baru saja Blaise akan membawa Draco, badan Draco terdiam.
Dan mulutnya mengeluarkan busa yang sangat banyak.
Perlahan, Draco menutup matanya dan badannya berubah drastis menjadi sangat dingin.
© urhufflegurl