Regret.
**
Ginny berlari sekeras mungkin mendekati korban bunuh diri yang dimaksud. Disana sudah ada Pansy yang menangis dipelukan Blaise.
“Ry..” Lirih Ginny saat melihat perempuan itu.
“Sebentar, gue cek..”
Harry berjalan dengan sangat pelan menuju korban bunuh diri itu. Seragamnya adalah seragam yang sama dengannya. Dan rambutnya, adalah rambut Hermione.
Dengan tangan bergetar, Harry menarik tubuh itu hingga wajahnya terlihat.
Saat wajahnya sudah terlihat. Saat itu lah Harry terjatuh. Kakinya lemas. Matanya memandang perempuan itu dengan tatapan kosong.
“Hermione.”
“Enggak!!” teriak Ginny histeris.
“Enggak, itu bukan Hermione. Itu bukan Hermione. Hermione gak mungkin ngelakuin ini, Hermione gak mungkin nyakitin dirinya sendiri, gak mungkiin!” teriak Ginny menangis sejadi jadinya, Ron segera memeluk kembarannya itu.
Draco dan Theo datang dari arah lain, keduanya sama sama terdiam melihat Hermione tergeletak disana.
“Mione..” Lirih Draco.
Demi apapun, rasa sakit yang diderita Draco ini lebih sakit daripada apapun. Hermione Granger, seseorang yang Ia kenal kuat dan ceria, ternyata bisa melakukan hal seperti ini. Ia bunuh diri disungai ini.
“Hermione..”
Draco jalan tertatih tatih menuju Hermione. Walaupun dalam keadaan tak sadar dan wajahnya yang berdarah, Hermione masih terlihat cantik.
“Enggak.. Lo gapapa kan? Iya kan? Harusnya gue percaya lo sama Hermione, harusnya gue percaya sama lo. Maaf, maafin gue, gue minta maaf Hermione.” Ujar Draco memeluk Hermione dengan erat. Tangisnya keluar dengan keras.
“Dra—co.” Lirihan Hermione terdengar sangat jelas ditelinga Draco.
“Hermione? Hermione, kita kerumah sakit sekarang ya. Kita kerumah sakit, lo pasti selamat, gapapa Hermione, lo pasti selamat. Kita kerumah sakit ya?”
Hermione meneteskan air matanya. “Dra—co.”
“Iya, ini gue.. Gue percaya sama lo, lo dijebak. Gue janji gue akan beresin masalahnya. Gue akan kelarin masalah. Kita semua akan kelarin masalahnya. Kita semua percaya sama lo, lo kuat kan? Lo bisa bertahan kan? Tahan sebentar ya, kita kerumah sakit sekarang.” Bisik Draco kepada Hermione.
“Theo! Tolong siapin mobil, kita bawa Hermione kerumah sakit sekarang!” Teriak Draconkepada Theo. Theo dengan segera berlari dan menyiapkan mobil yang dimaksud oleh Draco.
“Ss—ssa—kit.” Lirih Hermione dengan suara yang hampir tak terdengar. Matanya mengedip ngedip lemah.
“Tahan ya? Hermione, lo tau? Gue cinta sama lo, gue sayang sama lo.. Lo tau? Waktu gue pertama kali liat lo, gue yakin kalau lo bisa bikin gue bahagia. Ternyata itu bener, lo bisa bikin gue bahagia. Jadi lo harus tahan ya? Bisa kan? Demi gue.. Demi Ginny, Demi Harry, demi Ron..” Draco terus meracau dengan air matanya yang terus mengalir.
Hermione tersenyum kecil. Matanya terus menatap mata Draco dengan lemah. Nafasnya tersendat sendat bahkan seperti hampir menghilang.
“Hei? Hermione.. Bangun! Hermione, aku mohon.. Jangan kayak gini, Hermione bangun!! Gue mohon, gue mohon sadar, Hermione..”
Draco menepuk pelan pipi Hermione ketika mata Hermione secara perlahan tertutup.
“Dra—co”
“Iya, iya ini gue..”
“Dra—co.”
Setelah itu, mata Hermione benar benar terpejam sempurna.
“Enggak! Hermione buka mata lo!! Hermione!! Hermionee banguunn!! Hermionee!”
© urhufflegurl