Birthday.
**
“Balik yuk, eh tapi gue ikut ke rumah lo dong Mi? Yayaya?”
Hermione menoleh ketika mendengar pertanyaan Hannah. Sudah 3 jam mereka di toko buku, dan kini saatnya mereka kembali ke rumah Hermione dan melakukan hal yang telah di rancang sedemikian rupa.
“Ngapain lo kerumah gue?” tanya Hermione.
“Ya gapapa mau main aja, boleh kan? Gue bt di rumah sendirian. Jadi, gue mau main di rumah lo.”
“Yaudah ayo deh.”
Sesampainya di rumah, Hermione membuka pintu rumahnya. Seperti biasa, gelap. Karna memang terakhir Hermione tinggal rumahnya gelap.
Hingga saatnya tiba.
“Surprise!!!” teriak Ginny, Luna dan yang lainnya mengagetkan Hermione.
Hermione terkejut, Ia tersenyum. Saking senangnya, Ia hampir menangis. Rumahnya didekor seindah mungkin, tulisan Happy Birthday menempe di dinding rumahnya.
Sang Mama datang membawa kue yang sangat indah.
“Make a wish dulu dong anaknya Mama yang cantik.”
Hermione tersenyum dan memejamkan matanya. Ia menempelkan kedua tangannya, berdoa selama mungkin. Setelah itu, Ia meniup kedua lilin yang ada di hadapannya.
“Happy birthday!!” teriak Ginny dan Luna berbarengan.
“Ya ampun, thanks guys.” seru Hermione terharu.
Hermione melihat satu persatu teman temannya. Dan kini, netranya berhenti di mata silver milik Draco.
Mereka bertatapan, cukup lama.
“Happy birthday, Hermione.” ucap Draco memberikan paper bag ditangannya.
“Thanks, Draco.”
Acara ulang tahun Hermione berjalan dengan lancar. Mereka kini sedang mengobrol ngobrol santai di halaman depan rumah Hermione.
“Hermione, boleh ngobrol berdua?” ajak Draco.
Hermione mengangguk, mereka berdua menjauh dari posisi teman temannya.
“Ada apa?”
“Hermione, gue minta maaf. Gue tau selama ini lo ngehindar dari gue, gue minta maaf.”
“Gue udah maafin lo. Bener apa kata lo, kita bisa jadi temen. Iya kan?”
“Jadi mau lo temenan sama gue?”
Hermione tersenyum. “Iya mau dong. Kenapa enggak?”
“Makasih Hermione, gue kira lo gak mau temenan sama gue.”
Ya memang tidak mau, Hermione ingin lebih dari sekedar teman. Tapi apa boleh buat jika ternyata semua itu tidak akan bisa.
“DRACO?!” teriak seorang perempuan diluar rumah Hermione yang membuat semua mata tertuju padanya.
Dia Astoria. Astoria menghampiri Hermione dan Draco penuh dengan amarah.
Plak!
Hermione terkejut ketika Astoria menampar pipinya. Bukannya sakit, Ia malah terkejut.
“Apa sih?!” Teriak Hermione tak terima.
“Lo cewek gatel! Gue udah peringatin lo untuk gak deket deket sama Draco tapi apa buktinya? Mana? Lo masih deket deket sama Draco, bahkan gara gara lo, Draco bohong sama gue!” Teriak Astoria.
“Bohong apa? Gue gak ngerti maksud lo apa.”
“Astoria—” sela Draco menarik tangan Astoria, namun Astoria menepisnya dengan kasar.
“Diem kamu!” Teriak Astoria kepada Draco.
“Lo.” Astoria menunjuk Hermione.
“Gara gara lo, Draco bohong sama gue, dia bilangnya mau kerja kelompok tapi apa? Mana buktinya? Dia malah dateng ke acara ulang tahun murahan lo! Emang lo itu cewek gatel, murahan, gak tau diri!”
Hati Hermione rasanya sakit mendengar kata kata kasar itu. Terlebih dari seseorang yang bahkan tidak Ia kenal.
Tangan Hermione mengepal keras dan air matanya mulai keluar.
Sebelum Astoria mengeluarkan kata kata yang lebih kasar lagi, Draco segera menarik Astoria untuk menjauh.
“Maksud lo apa sih? Atas dasar apa lo nampar Hermione huh?!” Pekik Draco kepada Astoria.
“Kamu kok kasar sama aku?” tanya Astoria dengan melas.
“Ya emang lo berhak gue kasarin! Selama ini gue tahan sama semua sikap manja lo, tapi kali ini gue bener bener gak tahan. Gue muak sama lo. Gue mau kita putus, lo jangan pernah ganggu gue lagi!”
“Gak! Kamu gak berhak mutusin aku, Draco. Aku gak mau kita putus!”
“Kita putus, Astoria.”
Astoria menangis, Ia memohon kepada Draco. “Enggak, aku mohon, enggak Drake. Aku gak mau putus sama kamu.”
“Gue mau putus, dan jangan pernah ganggu gue lagi.”
Draco pergi dari tempat itu. Sebelum Ia pergi, Ia menatap Hermione sebentar.
“Kelarin masalah lo.” bisik Ginny kepada Draco.
Draco mengangguk. Ia menarik Astoria untuk ikut bersamanya pergi dari rumah Hermione.
© urhufflegurl