For you.
**

“ADRIAN BANGSAT!! KELUAR LO ANJING!!”
Draco terus berusaha mendobrak pintu tua itu. Dengan semua emosi yang sudah memuncak, Ia akhirnya bisa membuka pintu itu.
Matanya membulat sempurna ketika Ia melihat Hermione pingsan dengan kaki dan tangan yang diikat.
“Hermione.”
Draco segera berlari menghampiri Hermione. Ia melepas tali yang mengikat di tangan dan kakinya.
“Hei, hei bangun. Hermione..” bisik Draco menepuk nepuk pelan pipi Hermione.
“No, no.. Hermione.”
Draco sangat panik karena Hermione tak kunjung bangun, bahkan kini badannya cukup dingin.
“Draco Malfoy. Setelah 2 tahun akhirnya kita bertemu kembali, sahabat.”
Draco menggretakan gigi nya geram. Ia melepaskan Hermione dan menidurkannya di tempat yang menurutnya aman. Lalu Ia menghadapi Adrian.
“Masih nganggap sahabat lo?” Tanya Draco.
Adrian tertawa dan melangkah satu langkah mendekati Draco. “Dari dulu lo nggak pernah berubah. Selalu dan akan tetap menjadi Draco Malfoy.”
“Ya, dan lo akan selalu dan tetap menjadi pecundang.”
Adrian berhenti mengeluarkan seringainya. Ia menatap Draco dengan geram.
“Gimana cewek lo? Cantik juga dia, tapi lo tenang aja. Belum gue pake.”
Draco mengepalkan tangannya cukup keras. “Bangsat. Gak cukup Astoria? Atau udah berapa banyak cewek yang lo tidurin dan lo bikin hamil?”
Tak terima dengan perkataan Draco, Adrian mendaratkan satu pukulannya kepada Draco.
Adrian mencengkram kerah baju Draco.
“Gue mau lo mati hari ini, anjing!”
Berbarengan dengan itu, 9 orang lelaki termasuk Tom muncul dari segala arah. Mereka menatap Draco seperti harimau yang siap memangsa mangsanya.
“A-adrian?”
Adrian tertawa. “Hahaha Draco Malfoy. Lo kesini untuk mati kan?”
“Maksud lo?”
“Cewek lo ternyata berhasil gue jadiin umpan. Karna sasaran sebenernya itu adalah lo, Draco Malfoy.”
Draco melirik Hermione yang masih tak sadarkan diri. Demi Hermione. Ya, demi Hermione Ia rela melakukan apapun, yang penting Hermione selamat.
“Lakuin apapun yang mau lo lakuin ke gue, tapi lo janji setelah ini, jangan pernah sentuh Hermione sedikitpun.” ucap Draco menatap Adrian dengan tatapan tajam.
“Deal.”
Setelah itu, pertarungan pun dimulai. Satu persatu orang orang itu memukul Draco. Draco tidak diam saja, Ia melawan dengan sekuat tenaga. Draco jago dalam bela diri, jadi mudah mudahan Ia bisa melawan orang orang ini.
Di tengah pertarungan Draco melawan 10 orang itu, Hermione terbangun. Ia sangat terkejut melihat Draco melawan 10 orang sekaligus.
“Draco..”
Mendengar lirihan itu, Draco terdiam, Ia menghentikkan pertarungannya dan melirik Hermione.
“Hermione..”
“Draco.”
“Hermione, lari.”
Hermione menggelengkan kepalanya. “Enggak.”
“Hermione, lari.”
Hermione menangis melihat Draco babak belur. Sudut pipinya mengeluarkan darah dan kepalanya memar.
Hermione menutup mulutnya dan nangis sekencang mungkin tanpa mengeluarkan suara.
Draco melanjutkan pertarungannya. Ia mendapatkan serangan di kepalanya yang membuatnya terjatuh dan matanya berkunang kunang.
Adrian yang melihat Draco mulai melemah langsung menghampirinya.
“Akhirnya, setelah sekian lama, gua bisa bunuh lo, Draco Malfoy.”
“NO!! DRACO!!” Hermione mengambil salah satu kotak besar disampingnya. Ia ingin memukul kepala Adrian. Namun, baru saja Ia melangkah, 2 orang langsung menahannya.
“LEPAS!! LEPASIN GUE! DRACOO!!”
Draco mengedip ngedip lemah, Ia ingin sekali berdiri namun kepalanya sangat sakit.
Dengan sekuat tenaga, Draco berdiri.
“Lepasin Hermione. Lo janji gak akan sentuh dia.”
“Lo tenang aja, gue gak akan celakain dia. Karna cuman nyawa lo yang gue mau.”
“Anjing.” Draco memukul rahang Adrian.
Adrian segera memberi kode kepada teman temannya untuk memegang tangan Draco.
“Anjing! Adrian bangsat! Gue dari dulu anggap lo sahabat tapi lo khianatin gue!”
“Lo yang anjing! Dari dulu hidup lo selalu enak! Lo punya keluarga harmonis, lo selalu dapet juara satu, nilai lo sempurna, lo banyak uang, lo selalu dimanja oleh kedua orang tua lo. Lo dicintai sama Astoria, orang yang gue sayang. Lo yang populer, lo yang selalu dikelilingi orang orang yang disayang, lo yang sempurna!! Dan gue benci akan hal itu, anjing!” pekik Adrian.
Adrian menendang keras perut Draco sampai Draco terbaruk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.
“NO!!” Hermione berteriak sambil terus menangis. Sangat sakit melihat Draco dalam keadaan sangat parah.
“Dan ini waktunya buat gue bunuh lo, anjing!”
Adrian mengambil satu balok kayu yang besar, dan tanpa tega Ia memukul belakang kepala Draco hingga lelaki itu tersungkur.
“Bangun anjing!”
“ADRIAN STOPP!! STOPP!”
“Lo diem! Lo diem anjing! Lo gak ada urusannya didalam masalah ini. Lo gak tau gimana sakitnya gue selalu dibanding bandingin sama dia, bahkan setelah gue memutuskan pindah ke luar negeri. Mama gue lebih sayang sama dia dibanding gue, mama gue lebih perhatian sama dia dibanding gue, lo gak tau rasanya gimana anjing!”
“Tapi semuanya bisa dibicarain baik baik, dengan lo begini, itu artinya lo menjerumuskan hidup lo ke masa yang kelam lagi.”
“Jangan sok tau jadi cewek, anjing! Kepuasan gue adalah gue bisa bunuh dia dengan tangan gue sendiri.”
Hermione menggelengkan kepalanya. “Enggak, kalau lo bunuh Draco, rasa bersalah akan selalu menghantui lo. Dan orang tua lo akan semakin benci sama lo, bukan hanya orang tua lo, tapi semua dunia akan benci sama lo, Adrian. Dan lo akan menjadi pembunuh. Seumur hidup, lo akan di cap sebagai pembunuh.”
Adrian terdiam mendengar itu, namun Ia tak peduli.
“Tutup mulut dia, gue gak mau lagi denger omongan cewek itu.”
“ADRIANN!! LEPA—mmpphh”
Adrian menatap Draco, Ia menangis namun entah tangisan apa yang Ia keluarkan.
Keadaan Draco benar benar parah sekarang. Bahkan tatapannya sudah blur. Obrolan Adrian dan Hermione tadi tak lebih hanya sekedar degungan yang Ia dengar.
Adrian mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.
Itu sebuah pisau.
“Sorry Drake, gue bener bener gak mau lo hidup.”
Dalam sekejap dan tanpa rasa tega, Ia menancapkan pisau itu ke perut Draco.
“DRACOOO!!!” teriak Hermione histeris.
Draco terjatuh dan tak sadarkan diri saat itu juga.
Melihat Draco sudah tak sadarkan diri, Adrian melempar pisau itu dan mengambil satu balok kayu. Ia belum puas.
Adrian kembali memukul kepala Draco.
“ADRIAN ANJING!! CUKUP!!”
Adrian tertawa puas melihat Draco penuh dengan darah.
“Akhirnya, hahaha.”
Adrian memberi kode kepada seluruh teman temannya untuk pergi.
Kini, diruangan gelap itu hanya ada Hermione dan Draco.
Hermione segera menghampiri Draco yang sudah tak sadarkan diri.
“Draco, hei, Draco bangun.. Aku mohon, Draco..”
Hermione merobek baju nya dan Ia menekan perut Draco agar tidak terus mengeluarkan darah.

“Plis plis plis Draco, bertahan, aku mohon.. Draco bangun, Draco!!”
Hermione memeluk Draco. Sesingkat itu kah cerita mereka? Mengapa semua ini terjadi begitu saja? Mengapa?
Ia hanya ingin bahagia. Apa itu salah? Ia telah menemukan kebahagiaannya, namun mengapa Tuhan merampas semuanya seolah olah Ia tak berhak untuk bahagia?
Mengapa?
“Draco, aku mohon.. Bertahan..”
© justcallmelit