Lelaki itu bernama Draco Malfoy.
**
Hermione terkejut ketika melihat ada lelaki yang tidur diatas kasurnya. Lewat mana dia masuk? Dan bagaimana dia bisa masuk?
Dengan penuh keberanian, Hermione mengambil perabotan dapur untuk berjaga jaga, siapa tau lelaki itu maling kan? Dia membawa panci, pentungan, sapu, lap pel, semuanya pokoknya yang bisa Ia jadikan tameng.
Hermione mengendap ngendap menuju kamarnya sendiri. Ia perlahan membuka pintu kamarnya.
“HEH! LO SIAPA ANJIR? MALING YA? KOK BISA MASUK? MASUK LEWAT MANA?!” Teriak Hermione siap siap untuk memukul lelaki yang berada di hadapannya.
Lelaki itu berdiri dan menatap Hermione dengan tajam.
Merasa diselidiki, Hermione segera berbicara lagi.
“Lo kalau diajak ngobrol tuh jawab! Lo siapa? Kenapa bisa dikamar gue?”
“Mengapa bisa kau menciumku?”
Hermione terperangah mendengar itu. “Hah? Siapa yang cium lo? Kenal lo aja gue enggak anjir.”
“Kau menciumku. Kau yang mengubah ku menjadi seperti ini.”
“Apa sih, gak jelas lo ngomong. Bentar, ferret gue mana? Lo makan? Lo buang? IH ITU FERRET KESAYANGAN GUE!!!”
Lelaki itu menghela nafasnya. “Kita harus bicara.”
“Yaudah ayo ngomong baik baik, duduk sana dikasur.”
Hermione duduk lebih dulu diatas kasurnya, disusul oleh lelaki berambut pirang misterius itu.
“Jadi gimana? Lo siapa? Lo darimana? Kenapa bisa ferret gue ilang dan kenapa bisa lo tidur diatas kasur gue?”
Lelaki itu memutar kedua bola matanya. Ternyata muggle satu ini banyak bicara.
“Saya akan cerita, tapi kau mau bantu saya?”
“Saya? Ih gue lo aja sih, jangan saya kau gitu, kuno.”
“Saya saja.”
Hermione hanya menghela nafasnya. “Yaudah, lo siapa?”
“Malfoy, Draco Malfoy.”
“Oh punya nama..” gumam Hermione.
“Lo darimana?” tanya Hermione lagi.
“Saya dari dunia sihir.”
“HAH? IH SEREM! SANA LO JAUH JAUH, PERGI AJA LO DARISINI!!” Teriak Hermione, Ia berdiri dan mengangkat sapu yang ada ditangannya.
“Dengar dulu. Saya tidak berbahaya.”
“Bentar, lo dari dunia sihir? Emang ada dunia sihir?”
“Ada, buktinya saya ada.”
Merasa tertarik, Hermione kembali duduk disebelah Draco.
“Terus, lo kenapa bisa kesini?”
“Saya gak bisa terus terusan hidup didunia saya, jadi saya ingin tinggal didunia muggle. Saya sengaja mengutuk diri saya sendiri menjadi ferret agar bisa berkeliaran didunia muggle tanpa terlihat.”
“HAHH??!” Lagi lagi Hermione teriak. Untung dia tidak punya penyakit jantung, kalau punya, mungkin Ia sudah jantungan untuk yang kesekian kali.
“Kau bisa tidak, tidak teriak?” tanya Draco.
“Ya abis lo sih, bentar bentar. Jadi lo ferret putih yang gue pelihara?!”
Draco mengangguk.
“Mau pingsan gue.”
“Jangan pingsan, saya tidak bisa mengobatimu. Saya tidak punya ilmu itu.”
“Ih bodo amat! Coba, kalau lo emang bener penyihir, buktiin.” ucap Hermione menantang.
“Oke.”
Draco mengeluarkan tongkatnya yang lagi lagi membuat Hermione tercengang.
“Wingardium Leviosa.” bisik Draco yang membuat lap pel yang Hermione bawa melayang.
Mata Hermione melotot secara sempurna, Ia menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangannya.
“Be—bentar.” ucap Hermione gemeteran.
Melihat Hermione gemetar, Draco segera mengembalikan lap pel itu ke tempatnya.
“Kau percaya?”
Hermione mengangguk. “Lo— lo ngapain? Lo ngapain disini?”
“Saya mau kau membantu saya, saya mohon. Saya tidak akan membahayakanmu, keluargamu, atau siapapun. Saya janji.”
Hermione menatap Draco. “Bantu apa?”
“Saya mau tetap tinggal disini, dimanapun itu, yang pasti disini.”
Hermione lagi lagi dibuat menganga. Habis mimpi apa dia semalam? Bisa bisa nya dia terjebak dengan lelaki aneh ini.
“Tt—tapi, gue gak tinggal sendiri disini.”
“Saya bisa sembunyi, dimanapun.”
“T—tapi bener ya lo gak akan ngejerumusin keluarga gue kedalam masalah? Lo janji?”
“Saya janji, saya akan menjagamu dan kedua orang tuamu, saya janji.”
Hermione mengangkat jari kelingkingnya. “Janji dulu.”
“Itu apa?”
“Buat ngiket janji.”
“Kelingking?”
Hermione mengangguk. “Emang didunia sihir bukan kayak gini caranya?”
Draco menggelengkan kepalanya. “Didunia ku, untuk mengikat janji harus dengan kedua tangan yang saling terikat, lalu mengucapkan janji tak terpatahkan.”
“Hah? Aduh gak ngerti gue. Ah pokoknya gini, kan lo ada didunia gue, jadi lo harus ikutin apapun yang ada didunia gue.”
“Baiklah.” Draco mengangkat jari kelingkingnya dan menautkannya ditangan Hermione.
“Hangat. Tangannya hangat.”
“Yaudah, Draco. Lo boleh tinggal disini.”
“Terima kasih, emm— maaf, namamu?”
“Hermione, Hermione Granger.”
“Serius lo gak punya hp?” tanya Hermione.
Draco mengangguk. “Didunia ku bukan dengan alat itu cara berkomunikasinya.”
“Terus pake apa?”
“Surat, nanti akan diantar oleh burung hantu. Atau dengan jaringan flo.”
“Aduh, kagak ngarti gue, otak gue ngelag. Emmm gini aja, lo beli hp gimana?”
“Harganya berapa Galleon?”
“Galleon apa lagi ya Allah mau nangis gue.” Hermione menghela nafasnya.
Draco mengeluarkan uang koin berwarna emas cukup banyak didalam kantungnya.
“Apa ini cukup untuk membeli hp?” tanya Draco.
Hermione mengerutkan keningnya. “Ini uang apa anjir? Kagak laku disini.”
“Atau begini, saya punya emas. Sebentar.”
Lagi lagi, Draco merogok sakunya dan mengeluarkan sebatang emas yang membuat Hermione menganga.
“Saku doraemon ya itu?” tanya Hermione.
“Saya menambahkan mantra peluasan didalam saku saya, jadi saya bisa memasukkan semuanya.”
“Enak banget bisa nyolong di bank.” Gumam Hermione.
“Jadi bagaimana? Apa emas ini bisa dijual didunia muggle?”
Hermione mengangguk. “Bisa.”
“Yasudah, ayo membeli hp.” Ucap Draco semangat.
“Semangat banget lo.”
“Saya ingin berkomunikasi denganmu disaat nanti kau sedang tidak dirumah.” Ucap Draco membuat hati Hermione menjadi gelisah.
**