litaaps

Luka.

**

“DRACOO AYO MASAK MIE LAPERR!!” Hermione mengetuk ngetuk pintu ruangan Draco secara terus menerus hingga akhirnya Draco keluar.

Hermione terkejut ketika melihat style lelaki itu. Hanya menggunakan celana bahan biasa dan atasan hoodie, tapi sungguh sangat tampan! Benar benar tampan hingga Hermione mengira bahwa Draco sebenarnya bukan manusia, melainkan lelaki khayangan yang turun dari langit.

“Hei?” Draco menjentikkan jarinya yang membuat lamunan Hermione buyar.

“Eh astaga! Ya ampun sorry sorry, ayo masak mie.” Hermione jalan lebih dulu.

“Orang tuamu tidak ada?”

“Mama masih di Jogja, Papa ada urusan diluar, besok pagi baru pulang.”

“Apa kau biasa tinggal sendiri seperti ini?”

“Emm sebenernya enggak sih, cuman akhir akhir ini Mama ada bisnis gitu, jadi yaa gitu deh.”

Draco hanya mengangguk saja. Ia terpana melihat dapur dirumah Hermione yang rapi dan bagus. Sangat sangat modern. Ya namanya juga muggle.

“Ayoo masak mie! Lo tau mie kan?”

Draco menggelengkan kepalanya. “Makanan seperti apa?”

“Makanan seperti cacing!” Ucap Hermione diakhiri dengan tawa.

Draco tersenyum, wanita dihadapannya benar benar membuatnya gemas.

“Memangnya muggle memakan cacing?”

Lagi lagi Hermione tertawa. “Enggaklah, nih kayak gini bentuknya.”

“Oh saya pernah makan ini di salah satu restoran muggle! Ini makanan khas Italia kan?”

“Ahh itu spageti namanya. Ini mie, makanan khas Indonesia. Gue masakin ya.”

Draco mengangguk, Ia melihat bagaimana Hermione dengan lihai memasak mie, memotong sayuran, sosis, bakso, memasak telur, menggunting bumbu mie dan merebus mie. Draco tidak pernah melihat seseorang masak, yang Ia tahu, ketika Ia lapar, makanan langsung ada dihadapannya.

“Akkhh sakit.”

Draco segera memegang tangan Hermione yang tidak sengaja teriris pisau.

Saat Hermione hendak menghisap darahnya sendiri, dengan segera Draco menahannya.

“Tidak baik menghisap darah seperti itu, cuci lukamu, sini.”

Hermione diam, sebenarnya Ia tahu, cuman ya dia iseng aja mau ngisep darahnya.

Draco mencuci tangan Hermione dengan air yang mengalir.

“Sebentar.”

Draco mengeluarkan tongkatnya dan dalam sekejap luka dijari Hermione hilang, benar benar hilang dan kembali semula menjadi kulit.

“Draco? Kok bisa?” tanya Hermione.

“Saya mempelajari beberapa ilmu sihir, termasuk mengobati luka luar dan luka dalam. Sudah tidak sakit kan?”

Hermione menggelengkan kepalanya.

“Lain kali hati hati, saya tidak ingin melihatmu terluka lagi.”

Hermione meneguk salivanya dengan susah payah. Malam ini cuaca cukup dingin, tapi mengapa Hermione merasa panas? Apa karna kompor dihadapannya? Iya fix, pasti karna kompor!

***

Untuknya.

**

Sesuai dengan permintaan Draco, sekarang Hermione dan Draco sedang berada didalam mall.

“Jadi mau beli hp aja atau sama beli baju? Kan lo gak mungkin pake setelan kayak gini terus.” Ucap Hermione.

“Boleh, apapun terserah kau saja.” Balas Draco.

“Oke.”

Hermione jalan berdampingan dengan Draco, sepanjang jalan, Draco menjadi pusat perhatian. Selain pakaiannya yang serba hitam, wajahnya yang tampan juga menjadi kan Ia bahan tontonan dan bahan gibahan semua pengunjung mall.

“Nah ini toko hpnya, sini.” Hermione menuntun Draco masuk ke dalam toko itu.

Draco sering berkunjung kedunia muggle bersama teman temannya, jadi Ia tidak kaget dengan kemajuan teknologi dunia muggle.

“Hmm mau Iphone mana? 12? 12 pro max atau apa?” tanya Hermione.

“Sama seperti ponselmu saja.”

“Oke.”

Setelah itu, Hermione memilihkan hp mana yang bagus untuk Draco.

“Jadi 17 juta ya kak. Cash atau debit?”

“Debit ya kak.”

Hermione mengeluarkan uang dari hasil jual emas milik Draco. Percayalah, emas yang Draco jual harganya menjulang tinggi, dan semua uang itu masuk ke dalam rekening Hermione.

“Nih hp lo!” Seru Hermione memberikan ponsel berwarna silver elegan kepada Draco.

“Masukkan nomor telfonmu.”

“Oke. Ini gue masukin nomer hp gue, gue namain Hermione Cantik.”

Draco tersenyum kecil, baginya Hermione sangat menggemaskan.

“Udah! Sekarang kita beli baju buat lo, ayo.”

Hermione menarik tangan Draco yang membuat pipi Draco memerah seketika.

Hari itu, mereka jalan berdua bersama di mall, membeli semua perlengkapan Draco. Dimulai dari kaus, celana, jaket, hoodie, bahkan sampai ke daleman! Ya, semua Hermione lakukan karna Ia merasa kasihan dengan Draco. Ia yakin, dunia sihir bahaya makanya dia sampai kabur kedunia nya.


“Lo diem disini ya?” Hermione masuk kedalam ruangan disebelah kamarnya.

Ruangan ini cukup luas, ruangan ini biasa Hermione gunakan untuk dirinya menyendiri dengan tumpukan buku kesukaannya. Disini juga adalah tempat favorit Hermione ketika Ia ingin belajar bersama teman temannya.

“Ruangan ini penuh buku. Kau suka buku?” tanya Draco.

“Ya, gue suka banget sama buku! Ohiya, ini belanjaan lo gue beresin dulu, bentar gue kosongin dulu lemarinya.”

Saat Hermione hendak berdiri, Draco menahan tangannya.

“Saya tidak ingin membuatmu lelah, biar saya saja yang merapikan semuanya. Kau duduk saja disini.”

Hermione meneguk salivanya, lalu Ia duduk dikasur dan melihat Draco membereskan semuanya dengan tongkat sihirnya.

Mata Hermione tak lepas dari pergerakan Draco, Ia benar benar takjub dengan apa yang ada dihadapannya, semua barang barang itu melayang dibawah kendali Draco, dan rapi dengan sendirinya.

Ah, dia jadi iri kepada lelaki ini. Andai saja Ia terlahir menjadi seorang penyihir, hidupnya pasti akan sangat mudah.

“Wow, keren!” puji Hermione.

“Terima kasih.”

“Lo tidur disini gapapa? Ubah aja ruangannya senyaman lo, kalau ada apa apa lo chat gue aja atau lo ketuk tembok ini karna gue akan denger.”

Draco mengangguk. “Terima kasih.”

“Buat?”

“Terima kasih karna mau membantuku.”

Hermione tersenyum. “Sama sama. Gue mau bantu lo, karna gue yakin dunia lo lagi gak baik baik aja, jadi gue bantu lo.”

Draco tersenyum, ternyata pilihannya untuk kabur kedunia muggle adalah pilihan yang tepat. Bahkan sangat tepat karna Ia tinggal bersama wanita cantik dan baik hati seperti Hermione.

“Aku tidak akan membiarkanmu sedih, Hermione.”

“Hermione.”

“Ya?”

Draco mengeluarkan gelang berwarna silver, gelang itu dihias dengan gambar ular berwarna hijau.

“Untukmu. Anggap saja ini hadiah karna kau mau membantuku.”

Mata Hermione berbinar ketika melihat gelang yang indah itu.

“Wah! Makasih bagus banget ini.”

Hermione menerima gelang itu dan memakaikannya di pergelangan tangannya.

“Jangan dilepas, kau cantik memakai gelang itu.”

“Ah bisa aja lo! Udah ah gue mau belajar dulu, lo disini aja ya oke?”

Draco mengangguk. Hermione pun pergi dari ruangannya yang kini jadi milik Draco.

“Lewat gelang itu, aku bisa tau perasaanmu, Hermione. Aku bisa tau apa yang sedang kau rasakan. Dan lewat gelang itu, aku bisa menjagamu.”

**

Lelaki itu bernama Draco Malfoy.

**

Hermione terkejut ketika melihat ada lelaki yang tidur diatas kasurnya. Lewat mana dia masuk? Dan bagaimana dia bisa masuk?

Dengan penuh keberanian, Hermione mengambil perabotan dapur untuk berjaga jaga, siapa tau lelaki itu maling kan? Dia membawa panci, pentungan, sapu, lap pel, semuanya pokoknya yang bisa Ia jadikan tameng.

Hermione mengendap ngendap menuju kamarnya sendiri. Ia perlahan membuka pintu kamarnya.

“HEH! LO SIAPA ANJIR? MALING YA? KOK BISA MASUK? MASUK LEWAT MANA?!” Teriak Hermione siap siap untuk memukul lelaki yang berada di hadapannya.

Lelaki itu berdiri dan menatap Hermione dengan tajam.

Merasa diselidiki, Hermione segera berbicara lagi.

“Lo kalau diajak ngobrol tuh jawab! Lo siapa? Kenapa bisa dikamar gue?”

“Mengapa bisa kau menciumku?”

Hermione terperangah mendengar itu. “Hah? Siapa yang cium lo? Kenal lo aja gue enggak anjir.”

“Kau menciumku. Kau yang mengubah ku menjadi seperti ini.”

“Apa sih, gak jelas lo ngomong. Bentar, ferret gue mana? Lo makan? Lo buang? IH ITU FERRET KESAYANGAN GUE!!!”

Lelaki itu menghela nafasnya. “Kita harus bicara.”

“Yaudah ayo ngomong baik baik, duduk sana dikasur.”

Hermione duduk lebih dulu diatas kasurnya, disusul oleh lelaki berambut pirang misterius itu.

“Jadi gimana? Lo siapa? Lo darimana? Kenapa bisa ferret gue ilang dan kenapa bisa lo tidur diatas kasur gue?”

Lelaki itu memutar kedua bola matanya. Ternyata muggle satu ini banyak bicara.

“Saya akan cerita, tapi kau mau bantu saya?”

“Saya? Ih gue lo aja sih, jangan saya kau gitu, kuno.”

“Saya saja.”

Hermione hanya menghela nafasnya. “Yaudah, lo siapa?”

“Malfoy, Draco Malfoy.”

“Oh punya nama..” gumam Hermione.

“Lo darimana?” tanya Hermione lagi.

“Saya dari dunia sihir.”

“HAH? IH SEREM! SANA LO JAUH JAUH, PERGI AJA LO DARISINI!!” Teriak Hermione, Ia berdiri dan mengangkat sapu yang ada ditangannya.

“Dengar dulu. Saya tidak berbahaya.”

“Bentar, lo dari dunia sihir? Emang ada dunia sihir?”

“Ada, buktinya saya ada.”

Merasa tertarik, Hermione kembali duduk disebelah Draco.

“Terus, lo kenapa bisa kesini?”

“Saya gak bisa terus terusan hidup didunia saya, jadi saya ingin tinggal didunia muggle. Saya sengaja mengutuk diri saya sendiri menjadi ferret agar bisa berkeliaran didunia muggle tanpa terlihat.”

“HAHH??!” Lagi lagi Hermione teriak. Untung dia tidak punya penyakit jantung, kalau punya, mungkin Ia sudah jantungan untuk yang kesekian kali.

“Kau bisa tidak, tidak teriak?” tanya Draco.

“Ya abis lo sih, bentar bentar. Jadi lo ferret putih yang gue pelihara?!”

Draco mengangguk.

“Mau pingsan gue.”

“Jangan pingsan, saya tidak bisa mengobatimu. Saya tidak punya ilmu itu.”

“Ih bodo amat! Coba, kalau lo emang bener penyihir, buktiin.” ucap Hermione menantang.

“Oke.”

Draco mengeluarkan tongkatnya yang lagi lagi membuat Hermione tercengang.

“Wingardium Leviosa.” bisik Draco yang membuat lap pel yang Hermione bawa melayang.

Mata Hermione melotot secara sempurna, Ia menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangannya.

“Be—bentar.” ucap Hermione gemeteran.

Melihat Hermione gemetar, Draco segera mengembalikan lap pel itu ke tempatnya.

“Kau percaya?”

Hermione mengangguk. “Lo— lo ngapain? Lo ngapain disini?”

“Saya mau kau membantu saya, saya mohon. Saya tidak akan membahayakanmu, keluargamu, atau siapapun. Saya janji.”

Hermione menatap Draco. “Bantu apa?”

“Saya mau tetap tinggal disini, dimanapun itu, yang pasti disini.”

Hermione lagi lagi dibuat menganga. Habis mimpi apa dia semalam? Bisa bisa nya dia terjebak dengan lelaki aneh ini.

“Tt—tapi, gue gak tinggal sendiri disini.”

“Saya bisa sembunyi, dimanapun.”

“T—tapi bener ya lo gak akan ngejerumusin keluarga gue kedalam masalah? Lo janji?”

“Saya janji, saya akan menjagamu dan kedua orang tuamu, saya janji.”

Hermione mengangkat jari kelingkingnya. “Janji dulu.”

“Itu apa?”

“Buat ngiket janji.”

“Kelingking?”

Hermione mengangguk. “Emang didunia sihir bukan kayak gini caranya?”

Draco menggelengkan kepalanya. “Didunia ku, untuk mengikat janji harus dengan kedua tangan yang saling terikat, lalu mengucapkan janji tak terpatahkan.”

“Hah? Aduh gak ngerti gue. Ah pokoknya gini, kan lo ada didunia gue, jadi lo harus ikutin apapun yang ada didunia gue.”

“Baiklah.” Draco mengangkat jari kelingkingnya dan menautkannya ditangan Hermione.

“Hangat. Tangannya hangat.”

“Yaudah, Draco. Lo boleh tinggal disini.”

“Terima kasih, emm— maaf, namamu?”

“Hermione, Hermione Granger.”


“Serius lo gak punya hp?” tanya Hermione.

Draco mengangguk. “Didunia ku bukan dengan alat itu cara berkomunikasinya.”

“Terus pake apa?”

“Surat, nanti akan diantar oleh burung hantu. Atau dengan jaringan flo.”

“Aduh, kagak ngarti gue, otak gue ngelag. Emmm gini aja, lo beli hp gimana?”

“Harganya berapa Galleon?”

“Galleon apa lagi ya Allah mau nangis gue.” Hermione menghela nafasnya.

Draco mengeluarkan uang koin berwarna emas cukup banyak didalam kantungnya.

“Apa ini cukup untuk membeli hp?” tanya Draco.

Hermione mengerutkan keningnya. “Ini uang apa anjir? Kagak laku disini.”

“Atau begini, saya punya emas. Sebentar.”

Lagi lagi, Draco merogok sakunya dan mengeluarkan sebatang emas yang membuat Hermione menganga.

“Saku doraemon ya itu?” tanya Hermione.

“Saya menambahkan mantra peluasan didalam saku saya, jadi saya bisa memasukkan semuanya.”

“Enak banget bisa nyolong di bank.” Gumam Hermione.

“Jadi bagaimana? Apa emas ini bisa dijual didunia muggle?”

Hermione mengangguk. “Bisa.”

“Yasudah, ayo membeli hp.” Ucap Draco semangat.

“Semangat banget lo.”

“Saya ingin berkomunikasi denganmu disaat nanti kau sedang tidak dirumah.” Ucap Draco membuat hati Hermione menjadi gelisah.

**

Morning, ferret.

**

Hermione bangun pagi ini dengan penuh kebahagiaan. Ya bagaimana tidak, Ia tidak tidur hanya dengan kucingnya sekarang, tapi nambah ferret tampan ini!

“Hallo, selamat pagi ferretku.”

Hermione mendekatkan wajahnya dengan wajah ferret itu dan menggesekan hidungnya dengan hidung ferret.

“Muggle ini, dia yang akan menyelamatkanku.”

“Kamu mau mandi? Bentar.”

Hermione mencium badan ferret.

“Waah! Kamu wangi banget! Sumpah, kayak wangi apel gitu, tapi ada mint mintnya. Kamu disemprot parfum ya sebelum dibuang? Huu kasian banget ferret secantik kamu dibuang.”

“Cantik? Jelas jelas aku tampan. Mana ada cantik.”

“Eh! Kita mandi yuk? Mandi bareng. Jangan ajak kucingku, dia kayak reog kalau diajak mandi.”

Percayalah, jika Draco berwujud manusia, dia pasti akan tersenyum saat ini. Namun karena wujudnya ferret, dia gak bisa senyum.

“Ayo mandi! Yeaayy mandi sama ferret sayang!”

“Aduh, mana masih pagi lagi. Dingin pasti. Ah sudahlah, aku pasrah saja.”

Hermione membawa ferret kekamar mandi dan mulai memandikannya dengan baik dan benar. Ia sudah berpengalaman memandikan crookshanks, jadi Ia juga sedikit mengerti memandikan ferret. Seharusnya sama saja kan?

Setelah selesai memandikannya, Hermione mengambil handuk dan menderikan badan ferret.

“Segar juga. Dia sangat baik memandikan hewan.”

“Beres yeaay! Sekarang jemur.”

Hermione menaruh ferret dibawah sinar matahari, Ia menjemurnya. Tidak lama, hanya beberapa menit saja. Lalu Ia kembali ke dalam rumah membawa ferret itu.

“Aku bajuin ya, biar aurat kamu terjaga.”

Dengan lancar dan lihai, Hermione memakaikan baju ke badan ferret.

“Muggle ini benar benar.”

Setelah selesai memakaikan pakaian, Hermione menaruh ferret dan kini giliran Ia yang mandi.

“Aku mandi dulu, kamu disini makan dulu ya ferret.”

Hermione menaruh ferret yang didepannya ada makanan, lalu Ia mandi.

“Daging? Makanan muggle?”

“Jujur, aku tak mau. Tapi sudahlah, aku lapar.”

Dengan terpaksa, Draco yang berwujud ferret makan makanan yang Hermione beri.

“Enak juga makanan ferret. Ternyata begini rasanya jadi hewan. Enak juga. Jadi manusia sangat membuatku pusing.”

***

Ferret

**

“Disini aja.” Ucap Pansy menurunkan Draco yang berwujud ferret.

“Drake, bener mau disini? Kau sungguh sungguh?” Tanya Pansy. Ferret itu mengangguk lalu membalikkan badannya.

Ferret itu duduk dan melingkarkan badannya, memeluk dirinya sendiri.

“Aku tak tega.” Ucap Pansy bersedih.

“Sudahlah, lagipula kita masih bisa mengawasinya dari jauh. Kalau kita ikut dengannya disini, keluarga Malfoy akan curiga.” Ucap Blaise.

“Benar apa kata Blaise. Kita pergi saja, aku yakin sebentar lagi pasti akan ada yang membawanya.” Ucap Theo.

“Iya, aku pun demikian Theo.”

Mereka bertiga dengan berat hati meninggalkan Draco yang berwujud Ferret itu sendirian.

“Keputusanku sudah benar. Aku tak sudi jika terus menerus jadi boneka didalam keluarga ku sendiri.”


Bel pulang sekolah rasanya sangat menyenangkan. Semua murid berhamburan untuk pulang. Jam 1 itu harusnya bel masuk setelah istirahat, namun kini berubah menjadi bel pulang karna guru guru mengadakan rapat dadakan siang ini.

Hermione pulang sendiri. Ia menaiki taksi online yang sudah Ia pesan.

Setelah sampai didepan komplek rumahnya, Ia pun turun. Ia sengaja tidak menaiki taksi online sampai didepan rumahnya, Ia ingin membeli minuman segar terlebih dahulu.

Setelah membeli minuman, Hermione jalan menuju rumahnya.

Namun ditengah perjalanan, Ia menemukan binatang yang lucu.

“Hah? Ferret? Astaga, lucu bangeett.”

Hermione mengambil ferret itu dan menggendongnya.

“Hallo ferret, kamu ngapain disini sendiri? Orang tua kamu dimana?”

Ferret itu diam. Ya iya, ferret kan tidak bisa bicara.

“Lucu bangett kamu. Aku kasih nama apa ya? Eh bentar, kamu aku asuh ya? Ada kucingku dirumah, namanya Crookshanks. Galak mukanya, tapi manis kok kucingnya, baik. Jadi kalian bisa temenan oke?”

Hermione bicara sendiri seperti orang gila.

“Yaudah, ayo kita pulang ferret!!”

Hermione menggendong ferret itu dan membawanya ke rumah.

**

“Hallo pa. Udah pulang?” Hermione mencium kedua pipi sang Papa ketika sampe rumah.

“Hai sayang, udah. Tapi sore ini papa berangkat lagi ke rumah sakit, ada sedikit urusan.” Balas Richard, papa Hermione.

“Emmiyaa. Pa, liat deh Hermione nemu ferret dijalan lucu banget kan warna putih. Hermione mau melihara ya?”

Richard melihat ferret itu dan menyelidikinya.

“Wah ini mah ferret mahal! Liat nih warna nya aja putih gini, bagus. Kamu nemu dimana? Awas majikannya nyariin.”

“Didepan komplek, gatau deh. Gaada siapa siapa lagian disana, yaudah Hermione bawa. Mau pelihara ya? Yayayaya pliiis.”

“Iya boleh asal kamu seneng aja.”

“Yeaaay! Makasih papa sayang!”

Hermione mencium sang Papa. Ia segera pergi menuju kamarnya.

Andai Hermione tau bahwa Ferret ini bisa mendengar apapun yang Ia katakan, dan tahu apa saja yang sedang Hermione lakukan. Dan andai Hermione tau, bahwa Ferret ini iri dengan kedekatannya dan Papanya.

**

Asal muasal ferret.

**

“DRACO!”

“DRACO MALFOY!”

“BERHENTI ATAU SEKARANG JUGA KAU AKAN SAYA KURUNG DI TAHANAN RUMAH INI?!”

Pria bernama Draco Malfoy itu terus berjalan, malah sekarang Ia menghilang.

“Arrghh! Anak sialan!”

**

Draco berapparate ke rumah temannya, Blaise. Disana kebetulan sedang ada Blaise, Theo dan Pansy.

“Draco? Kenapa kau bisa kabur?” tanya Pansy.

“Aku tak mau tinggal dirumah sialan itu. Blaise, kau bisa ilmu transfigurasi kan? Ubah aku menjadi apapun itu, lalu buang aku ke dunia muggle.” pinta Draco yang membuat semuanya tercengang.

“Hei! Kau ini bicara apa? Dunia muggle bukan dunia mu, kau bahaya disana.”

“Tapi aku tidak bisa tinggal didunia ini Pans. Aku tidak mau di jodohkan dengan keluarga Greengrass. Aku tidak mencintainya. Aku tidak mau terus terusan hidup dibawah tekanan Father, itu melelahkan. Selama 7 tahun aku tinggal di Hogwarts rasanya aku sudah cukup tersiksa dan aku tidak mau lagi.”

“Lalu bagaimana dengan Mother mu?” Tanya lelaki berambut coklat bernama Theo.

“Mother? Mother bisa menjaga dirinya sendiri, aku yakin. Aku akan terus mengirim surat untuk mother.”

“Bagaimana bisa kau kabur ke dunia muggle kalau seperti itu? Kalau kau mengirim surat, jejakmu akan terlihat.” Ucap Blaise.

“Ah sial! Bagaimana ini? Aku benar benar tidak mau dijodohkan. Lebih baik berjodoh dengan seorang muggle daripada menikah dengan keluarga Greengrass.”

“Kau benar benar ingin ke dunia muggle?”

Draco menatap Blaise dengan tajam, lalu mengangguk.

“Ubah aku menjadi ferret.” Pinta Draco.

“Hah? Tak ada yang lebih keren? Mengapa tidak naga?” Tanya Theo.

“Hei kau bayangkan saja naga berkeliaran didunia muggle! Yang ada baru sampai sana aku sudah dibunuh, bodoh!”

“Apa muggle tidak bermain dengan naga?” Tanya Theo kebingungan.

“Ya kau fikir saja sendiri.”

Blaise menghela nafasnya. “Yasudah, kau mau aku ubah menjadi ferret seperti yang dilakukan oleh Prof. Mad eye saat itu?”

Semua tertawa mendengar pertanyaan Blaise.

“Jangan mengingat itu lagi, sialan.”

“Memang benar.”

“Yayaya terserah kau saja. Cepat ubah aku, dan kalian tinggalkan aku didunia muggle.”

“Tapi ada satu syarat. Karna kau tidak bisa berubah sendiri menjadi manusia, dan aku tidak bisa mengubah kau menjadi manusia. Jadi—”

“Jadi apa?”

“Jadi apa ya? Apa kalian ada ide?”

“Ah begini saja! Aku pernah berteman dengan salah satu muggle, dia pernah bercerita tentang maleficent, di film itu ada princess yang bernama princess Aurora. Ia dikutuk akan tertidur panjang hingga ada cinta sejati yang menciumnya, lalu Ia terbangun.”

Mendengar ide konyol itu, Draco mengeluarkan tongkatnya dan mengacungkannya kepada Theo.

“Hei hei hei, kau tidak boleh mengutukku!”

“Kau memberi ide sangat buruk!”

“Ya bagaimana lagi?”

“Mana ada muggle yang mencium seekor ferret!”

“Sudah sudah!” Teriak Pansy membuat mereka terdiam.

“Aku setuju dengan Theo. Jika kau dicium oleh seorang muggle, itu artinya muggle itu memelihara mu sebagai ferret. Dan itu artinya, dia mencintaimu sebagai ferret. Bagaimana?”

“Tidak ada kah diantara kalian yang benar sedikit? Yang benar saja!”

“Yasudah jangan menjadi ferret, jadi aspal saja jika seperti itu.” Ucap Theo yang menerima tatapan tajam dari Draco.

“Hehehe bercanda.” Theo nyengir.

“Ah yasudah! Aku setuju dengan ide gila itu.”

“Kau yakin?” Tanya Pansy.

“Ya, aku yakin.”

Draco memberikan kode kepada Blaise. Lalu, Blaise berkonsentrasi dan mengubah Draco menjadi seekor ferret berwarna putih.

Lebih baik menjadi seekor ferret selamanya daripada harus menikahi seseorang yang tidak Ia cintai. Itu yang Draco fikirkan.

**

Bunga mawar untuknya.

**

Hermione duduk disebelah gundukan tanah, Ia menabur bunga dan air diatas tanah itu. Lalu Ia mengelus batu nisan bertuliskan nama kekasihnya.

Ia tersenyum, dan menangis. Sudah 2 tahun semenjak kepergiannya, masih saja sakit, masih ada sisa rasa di dada yang begitu menyesakkan.

“Hei, apa kabar? Kamu baik baik aja kan disana Drake? Kamu tau? Aku lulus cumlaude! Yeaayy!! Aku mau sekolah lebih lanjut lagi dan jadi dokter yang sukses! Pokoknya, kamu tenang aja. Aku akan selalu jaga jantung itu baik baik, akan, dan itu selalu.”

“Makasih ya sayang? Makasih karna telah menjadikan aku cinta terakhir kamu. Aku sayang kamu, Draco. Makasih.”

“Kamu tenang disana ya? Kamu pasti udah sehat banget nih sekarang, hehe. Aku ikut seneng sayang. Setelah sekian lama, akhirnya aku rela, aku ikhlas dengan kepergian kamu Drake, makasih.”

Hermione menaruh setangkai mawar merah. Itu adalah mawar yang pertama kali Draco berikan kepadanya. Ya, mawar 3 tahun yang lalu yang sudah usang.

Lalu, Hermione mengeluarkan sebucket mawar merah segar.

“Ini mawar merah untuk kamu, untuk ngehias rumah kamu yang baru ini. Istirahat yang nyenyak ya? Tidur yang nyenyak sayangku. Aku selalu cinta sama kamu. Kamu harus tau, sebanyak apapun tokoh yang datang ke dalam kehidupanku, hanya kamu lah tokoh favorit yang akan selalu aku cinta dan aku sayang. Cuman kamu, Draco, hanya kamu.”

Hermione menghapus air matanya lagi dan lagi, Ia tersenyum melihat nama Draco Malfoy diatas batu nisan itu. Lalu, Ia mencium batu nisan itu.

“Istirahat yang tenang sayang, jangan lupa dateng lagi ke mimpi aku ya?”

Seseorang berdiri jauh disana, Ia menatap Hermione penuh dengan senyuman, senyuman yang sangat cerah, wajah yang begitu berseri, dan badan tegap yang sangat bagus.

“Hermione, bahagia selalu.” katanya sebelum dia ikut terbang dan menghilang dengan angin.

**

Kotak milik Draco.

**

Proses pemakaman Draco hari ini lancar. Draco sudah benar benar pulang, dia sudah tidak ada didunia ini lagi.

Hermione melakukan tranplantasi jantung dirumah sakit amerika. Ia menerima donor jantung dari Draco, dan dalam keadaan masih belum stabil, Hermione memaksakan untuk ikut pulang dengan yang lainnya ke Indonesia. Jadi dia bisa mengikuti pemakaman Draco hari ini.

Hermione pulang kerumahnya dengan perasaan yang hancur, berantakan, sudah tak ada lagi seseorang yang akan menjadi teman ceritanya, sudah tak akan ada lagi seseorang yang mencintainya dengan tulus.

“Tanpa berpamitan kamu menghilang bagaikan ditelan samudera.”

Hermione menghela nafasnya, kepergian Draco benar benar membuatnya terpukul, sangat terpukul.

Mengapa tiba tiba? Bahkan Draco belum sempat berpamitan kepadanya.

Hermione menoleh ke arah kanan, kotak berwarna merah pemberian dari Draco belum sempat Ia buka.

Dan hari ini, Ia ingin membukanya.

Ia membuka kotak itu perlahan. Dan yang pertama Ia lihat adalah bunga mawar didalam sebuah tempat kaca yang indah. Disana ada surat yang bertuliskan.

“Bunga mawar spesial untuk orang yang spesial. Ini untuk kamu Hermione, jaga selalu bunga mawar ini ya? Bunga nya gak akan layu ataupun rusak, bunga ini akan abadi.

I love you, Hermione Granger. Terus bersemi sepergi bunga mawar ini.

Hermione menyimpan mawar itu, lalu Ia lanjut kw barang selanjutnya, yaitu boneka.

Ia mengambil boneka itu dan mengambil suratnya.

“Hai! Hehe cringe banget gak sih aku nyimpen boneka ini? Ini boneka yang asalnya aku mau pake buat nembak kamu, tapi ternyata sesi tembak-tembakannya malah di rumah sakit. Tapi gapapa, boneka ini tetep punya kamu, milik kamu sekarang. Jaga terus ya sayang? Peluk boneka ini kalau kamu lagi kangen aku. – D.M

Hermione memeluk boneka itu. Ia menangis tersedu sedu sambil terus memanggil nama Draco.

Selanjutnya, Ia melihat ada hoodie berwarna hijau. Ini adalah hoodie kesayangan Draco, Draco selalu memakainya kemanapun.

“Ini hoodie punyaku, sekarang jadi punya kamu. Pake terus ya hoodie nya? Apalagi waktu kamu kedinginan, pokoknya harus! Oke? Aku sayang kamu, Hermione. Aku ingin kamu hangat didalam lindungan hoodie ini.”

Hermione memakai hoodie itu, wangi. Sangat wangi khas Draco. Hermione sangat suka wangi Draco.

Dia tersenyum, lalu Ia mencium hoodie itu lama, sangat lama.

Selanjutnya, Hermione terkesima melihat album foto yang ditata sangat rapi dengan cover berwarna hitam elegan.

Ia buka album foto itu, isinya foto dia semua. Ada fotonya bersama Draco, namun hanya beberapa. Kebanyakan hanya ada foto Hermione.

“Draco..”

Hermione memeluk album foto itu dan menciumnya. Ini akan menjadi barang yang amat Ia sayang, dan akan Ia jaga.

Selanjutnya, ada alat musik, seperti komedi putar namun dalam bentuk yang kecil. Dan ketika Ia mainkan, akan mengeluarkan musik yang sangat tentram dan nyaman.

“Makasih, Draco. Ini cantik banget.”

Selanjutnya ke barang yang terakhir, yaitu surat. Hermione membuka surat itu perlahan dan membacanya.

“Hai, Hermione Granger. Kalau kamu udah baca surat ini dan menerima kotak spesial ini, itu artinya kamu udah sembuh dari sakit jantung kamu ya? Yang artinya juga, aku udah gak ada didunia, aku udah gak ada disisi kamu. Gimana? Suka sama barang barang yang aku kasih? Maaf aku cuman bisa ngasih semua ini, gak lebih, sayang. Maaf Hermione, maaf kalau kamu menerima kotak ini bukan langsung dari tanganku, maaf. Aku duluan ya sayang? Aku duluan bukan berarti aku gak sayang kamu, tapi aku sayang kamu, Hermione. Tapi ternyata, Tuhan lebih sayang aku hehe. Kalau kamu menerima kotak ini dari tanganku langsung, itu artinya kita bersama sama nanti, dan kamu akan liat langsung gimana aku berobat dan berusaha untuk sembuh. Hermione, terima kasih telah menjadi cinta terakhir untuk aku. Makasih.. Setelah ini, hidup dengan semestinya ya? Jangan terlalu larut dalam kesedihan, aku gak mau sayang, aku gak mau kamu sedih, aku akan lebih sedih di akhirat nanti. Jadi, kamu harus bahagia ya? Terakhir, aku sayang kamu, Hermione. Sayang banget. Jangan tutup hati untuk orang lain yang mau masuk ke dalam hati kamu ya? Terima orang lain, jatuh cinta lah dengan orang lain, lagi. Oh iya, aku punya akun twitter gembokan, buka ya? Baca baik baik, boleh kok baca semua tweet aku disitu hehe, tapi jangan ketawa ya? Aku malu. username : malfoypapoy password : hermionegranger Baca baik baik, tapi jangan pake air mata ya? I love you so much, Hermione Granger.

With Love, Draco Malfoy.

Hermione menangis semakin kencang ketika membaca surat itu, Ia memeluk surat pemberian Draco.

“Meski sejuta senja aku Menangis merindukan bayanganmu Namun hidupku harus terus berjalan dengan hati Rela.”

“Aku rela Draco, aku ikhlas. Aku ikhlas sayang. Istirahat yang tenang disana ya?”

**

Heart.

**

Hermione's POV

Aku terbangun dari mimpi burukku. Ya, aku berharap semuanya adalah mimpi buruk.

Aku terbangun dengan keadaan rambutku berantakan dan wajahku penuh dengan air mata. Aku langsung berlari menuju ruangannya.

Dia benar benar sudah tidak ada, dia sudah pergi.

Ya Tuhan, mengapa kau mengambilnya sangat cepat? Tidak bisa kah tahan dia sebentar?

Sebentar, hanya 1 menit. Hanya 1 menit, bahkan 1 detik. Aku ingin memeluknya, aku ingin melihat senyumnya, aku ingin kembali merasakan belaian tangannya.

Ya Tuhan, aku sangat mencintainya. Mengapa kau ambil dia? Mengapa kau ambil dia dengan begitu cepat bahkan saat aku tidak ada di akhir nafasnya.

Tuhan, aku mohon.. Jika ini semua adalah mimpi burukku, tolong kembalikan aku, sadarkan aku. Namun, jika ini semua adalah nyata, tolong kembalikan dia. Jangan ambil dia.

Sakit.

Sakit sekali rasanya. Bahkan dadaku sangat sesak, oksigen disekitarku rasanya menghilang seketika. Hancur. Semuanya benar benar hancur. Yang aku lihat dan aku genggam saat ini hanyalah raganya, raga yang sudah tidak bernyawa.

Aku memeluk tubuhnya, aku mencium pipi, kening, dan bibir pucatnya. Aku menempelkan keningku dengan keningnya, dia benar benar sudah tidak bernafas.

“Hei, Draco.”

Demi Tuhan, rasanya sangat sakit.

“Drake.”

Aku tak sanggup berbicara apapun lagi dihadapannya. Aku tidak sanggup. Aku hanya bisa menggenggam tangannya dan menciumnya. Hanya itu yang bisa aku lakukan.

“Sakit ya? Capek ya?”

Aku menggigit bibirku menahan rasa sakit didada.

“Lelah ya sayang? Hmm? Kamu mau aku ikhlas? Kalau aku gak ikhlas gimana Drake..”

“Aku cuman butuh waktu kamu 1 detik, 1 detik aja Drake. Aku mau liat senyum kamu, sayang. Aku mau liat senyum kamu.”

Aku menghela nafasku, menarik dalam dalam udara disekitarku, tapi tak bisa. Masih sesak. Bahkan semakin sesak.

“Draco..”

“Aku sayang kamu.”

“Aku belum ikhlas Drake, aku minta maaf, aku belum rela, maaf Draco..”

Aku menciumnya lagi dan lagi, aku benar benar merindukannya. Aku benar benar menyayanginya. Tapi dia sudah tidak ada, dia sudah pergi, terbang bersama burung burung menuju surga.

Dia pernah bilang kalau dia ingin sekali tidur diatas pangkuanku. Jadi, aku duduk diatas ranjang dan mengangkat kepalanya. Aku mengelus lembut rambut putihnya. Dia tampan. Wajahnya cerah, apa dia sudah bahagia? Apa dia sudah tenang disana?

Kamu pergi Draco, kamu sudah tidak sakit. Tapi maaf, maaf aku belum ikhlas dengan kepergianmu.

“Draco, tolong datang ke mimpi aku ya? Tolong.”

Aku mencium keningnya, lama. Sungguh, aku sangat mencintainya.

“Selamat jalan kekasih Kaulah cinta dalam hidupku Aku kehilanganmu Untuk selama-lamanya.”


Normal POV

“Draco dimakamkan di Indonesia.” ucap Lucius memberitahu.

Narcissa mengangguk, Ia menghampiri Hermione yang sedang menatap kearah depan dengan tatapan kosong. Ia menyenderkan kepalanya ke bahu Pansy.

“Hermione..”

Hermione menoleh, Ia meneteskan air matanya lagi.

“Ini ada sesuatu untuk kamu, dari Draco.”

Narcissa memberikan satu kotak besar berwarna merah kepada Hermione. Melihat kotak besar itu, Hermione semakin menangis.

“Hermione sayang.. Tante tau ini bukan waktu yang tepat, tapi ini salah satu pesan dari Draco. Ini permintaan terakhirnya sayang.”

“Apa tante?”

“Hermione mau ya menerima salah satu bagian penting didalam tubuh Draco? Mau ya sayang?”

Hermione hanya menoleh, Ia tidak menjawab, Ia hanya memeluk kotak itu dengan sangat erat.

“Ap—apa tante?”

“Jantungnya, sayang.”

Hermione melotot kearah Narcissa. “Tante.”

“Hermione, tante tau. Tante mengerti sayang. Tapi ini permintaan Draco, benar benar dia memohon mohon sampai sujud dikaki tante dan om Lucius. Dia mau mendonorkan jantungnya untuk kamu, jantung Draco sehat sayang meskipun Ia sakit. Jantungnya sehat. Hermione mau ya menerima donor jantung dari Draco.”

“Gimana bisa— gimana bisa—”

Hermione kembali menangis. Ia melepaskan kotak besar itu dan bersandar di Pansy.

“Hermione..” lirih Narcissa.

“Tante mohon sayang. Terima jantungnya Draco ya?”

Hermione menangis tersedu sedu didalam dekapan Pansy. Bagaimana bisa lelaki itu mau mendonorkan jantungnya untuk Hermione?

“Hermione mau kan?”

Perlahan, Hermione mengangguk, namun Ia segera memeluk Pansy dan menangis menjadi jadi dipelukan Pansy.

Setidaknya, ada satu hal yang aku tinggalkan untuk kamu. Itu adalah bagian yang paling berharga untukku. Yaitu jantungku. Jaga jantung itu baik baik ya? Sama seperti aku menjaga cinta kita hingga ke surga. – D.M

**

Kehancuran yang mendalam.

**

20 jam perjalanan kali ini adalah 20 jam perjalanan yang sangat lama untuknya. Benar benar lama seolah olah Ia menaiki pesawat sudah 3 hari lamanya.

10 jam sudah berlalu, Ia mendapatkan pesan bahwa Draco drop, Ia menangis, tak kuasa menahan rasa khawatir dan cemasnya. Pansy yang disebelahnya hanya bisa memeluknya dan menenangkannya.

Hermione terus merapalkan doa kepada Tuhan agar Draco bertahan. Ia hanya ingin Draco bertahan.

Namun semuanya sirna, tepat setelah Ia turun dari pesawat, Ia mendapatkan pesan yang membuat kakinya lemas seketika.

“Mi, Draco udah gak ada. Dia udah pulang.”

Hermione langsung terjatuh dan menangis kencang. Pansy hanya bisa memeluknya dan ikut menangis.

“Draco..”

“Gue cuman butuh waktu dia Pans, gue mau meluk dia, gue mau liat senyum dia, gue—gue kangen dia Pans.”

“Ini semua bohong kan Pans? Draco masih ada, Blaise pasti ngeprank gue kan Pans? Iya, Draco pasti mau ngasih kejutan!”

Hermione berdiri. Ia dan Pansy pun melanjukan perjalanan mereka dengan fikiran bahwa ini adalah prank dari Blaise, padahal bukan.


Sesampainya dirumah sakit, kaki Hermione semakin lemas, lututnya seolah tak kuasa mehanannya.

Ia melihat Blaise dan Theo menangis diluar ruangan Draco.

“Blaise? Theo? Draco gapapa kan?” tanya Hermione.

Theo menggelengkan kepalanya. “Draco udah gak ada Mi, Pans.”

Hermione berlari masuk ke dalam ruangan Draco. Dia disana. Tidur dengan tenang dan nyenyak.

Dia yang selama ini Hermione rindukan, Dia yang selama ini Hermione sayang, Dia yang selama ini Hermione harapkan keberadaannya.

Dia sudah tidak bernyawa. Dan hanya ada raganya saja yang tidur diatas bangkar rumah sakit.

“Enggak, ini semua gak mungkin. Draco mau nunggu gue, dia bilang ke gue, dia mau nunggu gue. Ini prank kan? Draco pasti gapapa.” racau Hermione tak jelas.

Hermione menghampiri Draco. Dia menggenggam tangan kekasihnya yang dingin.

“Hei, aku disini Draco, aku disini. Hei, aku disini sayang. Kamu buka mata ya? Kamu bangun, katanya kamu mau nunggu aku? Kamu mau sembuh bareng aku. Iya kan? Ayo sayang, katanya kamu mau tidur dipangkuan aku kan? Kamu udah gak sabar ketemu aku. Iya kan? Drake—”

Hermione tak kuasa melanjutkan perkataannya. Ia menangis kencang sambil terus menggenggam tangan Draco. Tangan yang selama ini sudah lepas dari genggamannya. Tangan yang selama ini Ia rindukan dan tangan yang selama ini selalu membuatnya merasa hangat.

“Draco bangun!!” Hermione menggoyang goyangkan tubuh Draco.

Pansy yang melihat itu, segera menghampiri Hermione. Ia merangkul Hermione.

“Mi..”

“Draco bangun!! Draco kamu janji sama aku, kamu gak akan tinggalin aku, kamu udah janji sama aku, kamu akan selalu ada disisi aku, Draco bangun, aku mohon, Drake— Drake—”

Sakit sekali rasanya. Ia tidak sanggup melanjutkan kata katanya, hingga Ia kehilangan kesadarannya.

**