litaaps

**

Draco sore ini asyik bermain basket dengan yang lainnya, hingga lupa bahwa handphone nya daritadi berbunyi.

Setelah seru bermain hingga malam hari, Draco pun istirahat dan memainkan ponselnya. Ia melotot kaget ketika begitu banyak missed call dari Helena.

“Anjing.” Umpatnya.

Draco segera menelfon Hermione, namun tak ada jawaban, bahkan handphonenya mati, tidak aktif. Ia terus spam chat ke Hermione, tapi percuma ponselnya saja mati, gimana chatnya mau kekirim.

Draco berfikir cepat kemana Hermione pergi, namun Ia mengingat satu tempat. Dan Ia pun segera pergi ke tempat itu.

**

Dan benar saja, dia duduk disana memeluk lututnya sendiri. Matanya sudah lelah untuk menangis.

Draco menghampirinya dan duduk disebelahnya.

“Kamu jangan lagi lagi kayak gini ya?”

Suara berat dari Draco mengejutkan Hermione.

“Draco? Kamu— kamu ngapain disini?” Melihat Draco, pertahanan Hermione runtuh seketika, didepan Draco, wanita itu berubah menjadi gadis yang cengeng.

“Sini.” Draco menarik tubuh Hermione kedalam pelukannya. Ia memeluk Hermione dengan erat.

“Kenapa hmm?” Tanya Draco dengan lembut.

Hermione menenggelamkan wajahnya didada bidang milik Draco.

“A—aku kenapa gak bisa susah lupain kesalahan Ayah? Aku— aku gak tau Drake, susah.”

Draco mengeratkan pelukannya, Ia mencium puncak kepala Hermione.

“Gapapa sayang, melupakan memang susah. Yang penting itu memaafkan. Gini, Tuhan aja maha memaafkan, masa hambanya enggak? Manusia itu gudangnya kesalahan Hermione. Semua orang punya masa lalu, entah itu masa lalu yang kelam atau yang cerah. Mungkin Ayah kamu mempunyai masa lalu yang cukup kelam. Tapi percaya sama aku, Ayah kamu sebenarnya sayang sama kamu, bahkan sayang banget.”

Hermione terdiam mendengar ucapan Draco. Isak tangisnya perlahan mereda.

“Itu semua kecelakaan Hermione. Ayah kamu itu orang baik, bahkan sangat baik, dia gak ada niat untuk menduakan Mama kamu, dan mengkhianatinya, gak ada.”

Hermione perlahan melepaskan pelukannya, Ia menatap wajah Draco.

“Aku salah ya?” Tanya Hermione.

Draco tersenyum dan menghapus air mata Hermione dengan kedua ibu jarinya.

“Enggak, kamu gak salah sayang. Belajar mengikhlaskan apa yang terjadi sama hidup kita ya? Biar hidup kamu tenang. Kamu harus percaya sama aku, setelah kamu memaafkan Ayah kamu, kamu pasti lebih bahagia dari sebelumnya.”

Draco menyelipkan helaian rambut Hermione yang terbang karena angin dibelakang daun telinganya.

“Bisa kan?”

Hermione menatap wajah Draco, lelaki ini benar benar tampan dan dewasa. Draco yang Ia kenal nakal dan liar, kini berubah menjadi lelaki yang lebih dewasa.

Hermione perlahan mengangguk, Ia kembali memeluk Draco.

“Jangan kayak gini lagi ya? Aku khawatir. Mama kamu lebih khawatir sayang. Apapun yang terjadi sama kamu, langsung kabarin aku bisa kan?”

“Maaf Draco, aku lagi pengen sendiri tadi.”

“Gak masalah, tapi tetep kabarin aku ya?”

Hermione mengangguk. Draco tersenyum melihatnya, karena gemas, Draco mencubit hidung Hermione.

“Badan kamu anget, pulang ya? Aku gak mau kamu sakit.” Ucap Draco.

“Iya.”

Draco memakaikan jaket nya ke tubuh Hermione, dan Ia pun menggendong Hermione ala koala style.

“Waah kamu berat juga.”

“Enak aja!” Hermione sedikit memukul Draco.

“Tapi aku seneng gendong kamu kayak gini, gemes.”

“I love you Draco. Jangan tinggalin aku ya?”

“I love you too, Hermione. Iya sayang.”

“Draco, aku sayang kamu, aku harap kamu bukan luka yang takutkan.”

**

**

Draco sore ini asyik bermain basket dengan yang lainnya, hingga lupa bahwa handphone nya daritadi berbunyi.

Setelah seru bermain hingga malam hari, Draco pun istirahat dan memainkan ponselnya. Ia melotot kaget ketika begitu banyak missed call dari Helena.

“Anjing.” Umpatnya.

Draco segera menelfon Hermione, namun tak ada jawaban, bahkan handphonenya mati, tidak aktif. Ia terus spam chat ke Hermione, tapi percuma ponselnya saja mati, gimana chatnya mau kekirim.

Draco berfikir cepat kemana Hermione pergi, namun Ia mengingat satu tempat. Dan Ia pun segera pergi ke tempat itu.

**

Dan benar saja, dia duduk disana memeluk lututnya sendiri. Matanya sudah lelah untuk menangis.

Draco menghampirinya dan duduk disebelahnya.

“Kamu jangan lagi lagi kayak gini ya?”

Suara berat dari Draco mengejutkan Hermione.

“Draco? Kamu— kamu ngapain disini?” Melihat Draco, pertahanan Hermione runtuh seketika, didepan Draco, wanita itu berubah menjadi gadis yang cengeng.

“Sini.” Draco menarik tubuh Hermione kedalam pelukannya. Ia memeluk Hermione dengan erat.

“Kenapa hmm?” Tanya Draco dengan lembut.

Hermione menenggelamkan wajahnya didada bidang milik Draco.

“A—aku kenapa gak bisa susah lupain kesalahan Ayah? Aku— aku gak tau Drake, susah.”

Draco mengeratkan pelukannya, Ia mencium puncak kepala Hermione.

“Gapapa sayang, melupakan memang susah. Yang penting itu memaafkan. Gini, Tuhan aja maha memaafkan, masa hambanya enggak? Manusia itu gudangnya kesalahan Hermione. Semua orang punya masa lalu, entah itu masa lalu yang kelam atau yang cerah. Mungkin Ayah kamu mempunyai masa lalu yang cukup kelam. Tapi percaya sama aku, Ayah kamu sebenarnya sayang sama kamu, bahkan sayang banget.”

Hermione terdiam mendengar ucapan Draco. Isak tangisnya perlahan mereda.

“Itu semua kecelakaan Hermione. Ayah kamu itu orang baik, bahkan sangat baik, dia gak ada niat untuk menduakan Mama kamu, dan mengkhianatinya, gak ada.”

Hermione perlahan melepaskan pelukannya, Ia menatap wajah Draco.

“Aku salah ya?” Tanya Hermione.

Draco tersenyum dan menghapus air mata Hermione dengan kedua ibu jarinya.

“Enggak, kamu gak salah sayang. Belajar mengikhlaskan apa yang terjadi sama hidup kita ya? Biar hidup kamu tenang. Kamu harus percaya sama aku, setelah kamu memaafkan Ayah kamu, kamu pasti lebih bahagia dari sebelumnya.”

Draco menyelipkan helaian rambut Hermione yang terbang karena angin dibelakang daun telinganya.

“Bisa kan?”

Hermione menatap wajah Draco, lelaki ini benar benar tampan dan dewasa. Draco yang Ia kenal nakal dan liar, kini berubah menjadi lelaki yang lebih dewasa.

Hermione perlahan mengangguk, Ia kembali memeluk Draco.

“Jangan kayak gini lagi ya? Aku khawatir. Mama kamu lebih khawatir sayang. Apapun yang terjadi sama kamu, langsung kabarin aku bisa kan?”

“Maaf Draco, aku lagi pengen sendiri tadi.”

“Gak masalah, tapi tetep kabarin aku ya?”

Hermione mengangguk. Draco tersenyum melihatnya, karena gemas, Draco mencubit hidung Hermione.

“Badan kamu anget, pulang ya? Aku gak mau kamu sakit.” Ucap Draco.

“Iya.”

Draco memakaikan jaket nya ke tubuh Hermione, dan Ia pun menggendong Hermione ala koala style.

“Waah kamu berat juga.”

“Enak aja!” Hermione sedikit memukul Draco.

“Tapi aku seneng gendong kamu kayak gini, gemes.”

“I love you Draco. Jangan tinggalin aku ya?”

“I love you too, Hermione. Iya sayang.”

Draco, aku sayang kamu, aku harap kamu bukan luka yang takutkan.

**

**

Sesuai dengan rencananya, Hermione dan Helena pergi berdua ke mall untuk menikmati waktu mereka. Mereka menonton film yang sebelumnya di rekomendasikan oleh Draco, dan ternyata benar film itu bagus sekali! Setelah menonton, mereka berdua menghabiskan waktu belanja berdua. Dan setelah belanja, akhirnya mereka makan.

“Hermione mau ramen sama sushi ya Ma.” Ucap Hermione.

“Mama apa aja deh, yang penting enak.”

Hermione hanya tersenyum, lalu Ia memesan makanan untuk mereka berdua.

Tak perlu menunggu lama, akhirnya makanan yang mereka pesan pun datang.

“Masih sama kayak dulu, tetep enak!” seru Helena memakan salah satu sushi.

“Iyaa dong, masih enak dan akan selalu enak Ma.” balas Hermione.

“Oh iya sayang, kamu hubungan sama Draco berarti udah berapa lama ya?”

“Emm 3 bulan Ma, jalan 4 bulan. Masih sebentar.”

“Mudah mudahan langgeng ya. Mama inget banget dulu kamu nangis nangis kekamar Mama karna diejek dan diledekin Draco terus. Eh tau nya pacaran juga.”

Hermione sedikit tertawa mendengar itu. Hermione dan Draco dulu satu SMA, dan mereka selalu bertengkar setiap bertemu. Tak jarang juga Hermione menangis karena Draco.

“Draco tuh ternyata orangnya baik tau Ma, dia juga bisa ngebuktiin kalau dia beneran sayang sama aku.”

“Iya sayang, Mama bisa ngeliat semua itu. Draco tulus sayang sama kamu.”

Hermione tersenyum, Ia merasa semakin beruntung memiliki Draco. Rasanya Ia sangat ingin berterima kasih kepada lelaki itu, berterima kasih karena telah mencintai dan menyayanginya dengan tulus.

**

Setelah selesai makan, Hermione izin sebentar ke kamar mandi. Ia ingin buang air kecil.

Tak lama Hermione dikamar mandi, Ia pun kembali. Namun saat Ia kembali, Ia mengerutkan keningnya ketika melihat Ayahnya ada disana. Sedang duduk dikursinya.

Hermione menghampiri Ayah dan Mama nya.

“Ayah ngapain kesini?” Tanya Hermione jutek.

“Eh sayang, Ayah kebetulan aja kesini. Kemarin baru sampai Jakarta, dan Ayah mau jalan jalan sebentar disini.”

Hermione menatap Helena dan Richard curiga, Ia yakin sakali bahwa ini hanyalah akal akalan mereka saja agar Hermione bisa jalan dengan mereka berdua.

“Ma, pulang yuk. Hermione udah kenyang dan Hermione mau ngerjain tugas.” Ucap Hermione tanpa melirik sedikitpun ke Ayahnya. Ia langsung mengambil tasnya.

“Hermione sayang, kita bicarain semuanya ya? Biar cepet selesai masalahnya. Mama aja udah bisa maafin Ayah kamu, masa kamu enggak?” Helena berdiri dan memegang kedua tangan Hermione, menahan agar anaknya itu tidak pergi.

“Hermione capek Ma, Hermione mau pulang.”

“Mama mohon Hermione. Kita bisa bicarain semuanya baik baik. Mam—”

“Ayah udah cerai dengan tante Karina.” ucap Richard dengan segera yang membuat Hermione mematung seketika.

“Ayah sudah cerai dengan tante Karina sayang, dan Ayah ingin kembali dengan kalian berdua. Ayah mohon ya? Kita bisa mulai semuanya dari awal, Hermione.”

Hermione menunduk. Ia menangis. Karina adalah wanita yang sudah menghancurkan semuanya. Sebenarnya bukan salah Karina juga, tapi bukan salah Richard juga. Ya, seperti apa kata semua orang, ini semua kecelakaan.

“Hermione...” Richard berdiri di sebelah Hermione.

“Ayah kapan cerai sama wanita itu? Kenapa baru sekarang yah?”

“Ayah nunggu anak Karina berusia 3 tahun dulu sayang, dan Karina juga sudah menerimanya, kita sudah bercerai minggu lalu, dan baru selesai sidangnya tadi.”

Hermione menatap Richard, matanya hangat, coklat, sama seperti milik Hermione. Tapi entah, didalam matanya yang hangat, Hermione seperti merasakan rasa sakit yang mendalam.

“Hermione capek yah, Hermione mau pulang.”

Tanpa memperdulikan apapun, Hermione langsung pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Helena ingin menyusul, namun Richard menahannya, Ia sudah tahu bahwa anaknya itu butuh waktu untuk sendiri.

“Kasih tau Draco saja, jangan kita.” Ucap Richard yang dibalas anggukan oleh Helena.

**

Hug

**

Hermione memutuskan untuk menunggu Draco di halaman rumahnya. Ia senang Draco akan datang, tapi ini sudah terlalu larut malam, Ia juga khawatir. Takut dijalan ada apa apa.

“Kamu nunggunya didalem aja sayang, dingin diluar.” ucap Helena menghampiri Hermione yang sedang duduk diluar.

“Gapapa Ma, Hermione nunggu disini biar nanti Draco dateng, Hermione langsung bisa sambut dia.” balas Hermione tersenyum senang.

“Yaudah kalau gitu, Mama bikinin susu anget ya? Untuk Draco juga.”

Hermione mengangguk. “Makasih ya Ma.”

“Sama sama sayang.”

Tak lama kemudian Hermione menunggu, akhirnya yang di tunggu pun tiba. Ternyata Draco membawa motor, bukan mobil, pantas saja cepat. Melihat motor Draco memasuki halaman rumahnya, Hermione segera bangkit dari duduknya dan menghampirinya.

“Hai!” sapa Hermione sedikit bersemangat.

“Hai, kamu ngapain nunggu diluar hm? Dingin sayang.” ucap Draco sambil melepas helmnya. Percayalah, wajahnya benar benar tampan! Apalagi saat dia merapikan rambut pirangnya.

“Gapapa, aku mau nunggu diluar. Yaudah ayo masuk. Mama udah bikinin susu hangat buat kita, angetin badan kamu.”

Draco hanya tersenyum dan mengambil kantung kresek yang Ia simpan di motornya.

“Cheesecake buat kamu.”

“Ya ampun, masih ada yang buka?”

“Ada dong, apa sih yang enggak ada buat kamu?”

“Gombal! Yaudah ayo masuk.”

Draco menurut, mereka pun masuk ke dalam rumah Hermione yang sudah sepi karena Helena sudah tidur, sementara Richard sedang berada diluar kota.

“Gimana basketnya? Seru?” Tanya Hermione.

“Seru, kapan kapan kamu ikut ya? Nanti aku ajak Pansy.”

“Iyaa mau! Kamu jago main basketnya.”

“Iya dong, Draco gitu loh.”

Hermione tertawa melihat reaksi Draco. “Apa sih kamu.”

“Oh iya Hermione.. Soal emm itu—”

“Apa?”

“Mau pinjem peluk kamu, boleh?”

Hermione mematung seketika. Ia menoleh kesana kemari melihat apakah ada Mama nya atau tidak.

“Cuman peluk sayang.” Ucap Draco.

Hermione mengangguk. Ia menggeserkan badannya sedikit lebih dekat dengan Draco. Lalu, Draco memeluk Hermione saat itu juga.

Nyaman.

Hanya itu yang dirasakan oleh keduanya, tidak ada yang berbicara, yang ada hanya nafas mereka yang saling memburu. Draco sangat suka bau Hermione, bau vanilla yang menenangkan. Dan Hermione, sangat suka bau Draco, bau green apple yang menyegarkan.

“Draco..”

“Kenapa sayang?”

“Jangan tinggalin aku ya? Aku sayang banget sama kamu.”

Draco hanya tersenyum dan mengeratkan pelukannya.

**

Officialy.

**

Draco menghela nafasnya. Ia duduk disebelah Hermione yang masih belum sadarkan diri. Obrolannya dengan dokter tadi benar benar membuatnya syok dan takut.

Draco menggenggam tangan Hermione dan menciumnya. Rasanya sakit. Bahkan sangat sakit. Ia menyadarinya sekarang, Ia benar benar mencintai Hermione.

Tak lama menunggu, akhirnya Hermione sadar dan Ia terkejut ketika Ia tahu bahwa Ia sedang berada di rumah sakit.

“Malfoy.” Ucap Hermione dengan suaranya yang lemah.

“Udah sadar? Bagus lah, gue khawatir banget sama lo. Istirahat ya?”

“Gu—gue gapapa, gue harus pulang Malfoy.”

“Enggak, lo disini aja oke? Libur dulu 3 hari gapapa kan? Gak akan bikin lo telat lulus.”

“Tapi-”

“Nurut sama gue ya?”

Hermione hanya diam saja. Ia juga merasa masih sangat lemas untuk melawan apa kata Draco.

Mungkin besok adalah waktu untuk Draco membicarakan semuanya dengan Hermione.

**

Keesokan harinya, Draco tidak kuliah, Ia izin. Ia juga sudah memberitahu orang tua, dan sahabat Hermione jika Hermione dirawat dirumah sakit. Dan malam ini, Draco menjaga Hermione sendirian.

“Gue mau ngomong sama lo, boleh?”

Hermione menoleh. “Boleh, kenapa?”

“Sejak kapan?”

“Maksudnya?”

“Sejak kapan lo sembunyiin semuanya?”

Hermione meneguk salivanya, wajah serius Draco cukup menyeramkan.

“Sembunyi? Sembunyi apa maksudnya gue gak ngerti.”

“Lo gak bisa bohong didepan gue, dan gue mohon lo jangan bohong kali ini.”

“Lo ngomong apa sih Malfoy? Gue bener bener gak ngerti.”

“Lo sakit kan? Jantung lo rusak, dan lo dalam masa penyembuhan sekarang?”

Hermione melotot mendengar itu, darimana Draco tau soal ini?

“Ma—Malfoy.”

“Gue tanya, udah berapa lama?”

Hermione menunduk, Ia meremas jari-jarinya. Melihat itu, Draco segera menggenggam tangannya.

“Hei, liat gue. Gue cuman mau yang terbaik buat lo. Kalau gue tau lo sakit, gue akan nyari cara supaya lo sembuh, apapun itu akan gue lakuin. Jadi gue mohon, sekarang lo jujur sama gue tentang apapun itu ya? Jangan ada yang disembunyiin.”

“Lo bukan siapa siapa gue, jadi gue rasa lo gak perlu ikut campur lebih jauh soal ini.”

Draco tersenyum. “Yaudah kalau gitu, lo mulai sekarang jadi pacar gue.”

“Hah? Eh enak aja, main pacar pacaran.”

“Ya abis, kalau emang untuk tahu tentang kehidupan lo gue harus ada status dulu, yaudah lebih baik kita pacaran sekarang. Biar lo ada yang jaga, biar lo juga ada yang ngingetin. Gue kan udah bilang, gue sayang sama lo Hermione. Gue cinta sama lo, gue mau bantu lo sembuh, gue mau bahagiain lo. Udah itu aja cukup.”

“Draco, lo tau kan gue punya trauma?”

“Gue tau. Dan tolong, izinin gue untuk bantu lo sembuh dari trauma itu, tolong. Gue udah janji sama lo, gue gak akan ninggalin lo, gue akan selalu ada di sisi lo.”

“Dulu Ayah juga janji kayak gitu ke Mama. Tapi Ayah ingkar.”

Draco menatap Hermione dalam dalam, Ia mengerti, bahkan sangat mengerti dengan perasaan takut Hermione.

“Janji emang gak akan bisa menjamin semuanya. Tapi gue akan selalu berusaha untuk selalu ada disisi lo, dan gak ninggalin lo.”

Hermione menggenggam tangan Draco, mungkin memang ini lah saatnya Ia melepas semua rasa trauma nya.

“Lo beneran? Janji?”

Draco mengangguk. “Gue akan berusaha. Gue janji.”

Hermione tersenyum. “Oke kalau gitu.”

“Jadi kita pacaran?” tanya Draco.

Hermione mengangguk. “Gak romantis banget nembaknya di rumah sakit.”

Draco berdiri dari duduknya, Ia menarik tubuh Hermione ke dalam pelukannya. “Gapapa, yang penting kamu milikku sekarang.”

Hermione balik memeluk Draco, ternyata rasanya menenangkan.

“Jadi dari kapan?” tanya Draco kembali ke pembicaraan sebelumnya.

“Setahun yang lalu. Aku sakit semenjak Mama sembuh dari sakit mentalnya. Aku terlalu capek saat itu dan ya— jantungku kena. Dari situ, tiap bulan aku rutin check up dan minum obat. Tapi kamu sendiri tau akhir akhir ini aku sering sibuk dan kecapean, jadi drop deh.”

Draco membelai lembut rambut Hermione. “Lain kali jangan pernah lupa sama kesehatan kamu aku mohon ya?”

Hermione mengangguk. Ia senang berpacaran dengan Draco walaupun sebenarnya Ia takut.

“Makasih ya Draco.”

“Sama sama Hermione. Cerita apapun tentang keadaan kamu ya? Aku mohon, aku gak mau kehilangan kamu, Hermione. Aku sayang kamu.”

**

**

Kali ini, Draco benar benar menunggu Hermione. Lelaki itu keluar kelas jam 3 sore, dan Ia memutuskan untuk menunggu Hermione. Menurut jadwal yang sudah Ia buat, seharusnya Hermione sudah keluar kelas jam 3 sore, tapi sudah 2 minggu ini Hermione selalu pulang larut malam, jadi Ia tidak tahu jadwal terbarunya.

Tak lama Draco menunggu, akhirnya Hermione keluar. Draco tersenyum senang, Ia melihat jam tangan yang melingkar ditangannya, masih jam 4 sore. Tumben sekali Hermione keluar lebih cepat.

“Loh, Malfoy? Lo ngapain disini?” tanya Hermione dengan ekspresi yang terkejut.

“Hei, muka lo pucet banget? Lo gapapa kan?” Tanya Draco langsung menghampiri Hermione.

Wajah Hermione benar benar pucat, wanita itu mengeluarkan keringat dingin dan tangannya terus meremas dadanya.

“Gapapa, gue gapapa.” Balas Hermione dengan cepat.

“Enggak, lo kenapa napa, muka lo pucet, kenapa? Gue anter balik ya?”

“Gak usah Malfoy, gue balik sendiri.”

“Enggak, lo balik sama gue. Ayo.”

Hermione menurut, Draco segera merangkulnya dan menuntunnya menuju mobil.

Hermione sendiri, Ia merasa dadanya sangat sesak. Kegiatan kuliahnya benar benar menyita waktunya, Ia kehilangan nafsu makannya beberapa minggu ini, bahkan Ia juga tidak pernah tertidur nyenyak. Dan kali ini, Ia benar benar tidak tahan, jadi Ia memutuskan untuk pulang lebih dulu karena hari ini memang tidak ada kegiatan tambahan dikampus.

Hermione merasa kan dadanya sangat sakit, bahkan Ia tidak bisa bernafas dengan lancar. Karena tidak tahan, Ia pun terjatuh.

“Hei astaga, Granger. Gue gendong ya?”

Belum sempat Draco menggendongnya, Hermione sudah kehilangan kesadarannya. Draco sangat panik ketika melihat Hermione tidak sadar, lelaki itu pun langsung menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit.

**

Kakinya gemetar dan tangannya tak bisa diam. Tadi itu benar benar hal yang sangat ditakutkan oleh Draco, Hermione drop hingga sakit seperti ini. Untung saja Draco memutuskan untuk menunggunya hari ini, jika tidak, Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Hermione.

Draco sengaja menempatkan Hermione diruangan VVIP. Ia ingin Hermione mendapatkan fasilitas yang layak.

Setelah 30 menit menunggu, akhirnya dokter keluar dan Draco segera menghampirinya.

“Gimana dok? Gimana keadaannya? Baik kan?”

“Boleh saya berbicara dengan keluarganya?”

Karena tidak tahan, akhirnya Draco berbohong.

“Keluarganya sedang di luar negeri, saya tunangannya. Jadi dokter bisa mengobrol dengan saya.”

“Oh baik jika seperti itu, mari silakan masuk ke dalam ruangan saya.”

Draco mengangguk dan mengikuti Dokter itu dari belakang.

**

“Begini, apa anda sebelumnya tahu, bahwa pasien mengalami gangguan di salah satu bagian tubuhnya?”

Draco mengerutkan keningnya. “Gangguan? Maksudnya?”

“Melalui pemeriksaan yang sudah dilakukan, pasien mengalami sakit yang serius. Dan saya lihat dari riwayat pasien, pasien sedang dalam proses pengobatan.”

“Hah? Ma—maksudnya? Bentar, gangguan? Gangguan apa maksudnya dok? Hermione gak pernah cerita apapun ke saya.”

Dokter itu menghela nafasnya. “Ah, begitu ya..”

“Iya dok, jadi gimana maksudnya?”

“Ada salah satu bagian dari tubuh pasien yang mengalami kerusakan, dan ini cukup serius jika tidak ditangani lebih lanjut.”

“Kerusakan? Dimana?”

“Jantung.”

**

A Day With You

**

Sore ini, Draco dan Hermione pulang bareng lagi. Makin sini, mereka semakin dekat. Draco ternyata benar benar membuktikan keseriusannya. Dia menjadi lelaki yang cuek kepada wanita manapun, yang Ia lihat hanya satu. Yaitu Hermione.

Draco sudah berada didepan jurusan Hermione dari jam 3 sore. Hari ini, Hermione ada urusan di lab, sehingga Ia pulang lebih sore, jadi Draco harus menunggunya sedikit lebih lama.

Setelah menunggu 2 jam, akhirnya Hermione pun keluar dari kelasnya.

“Hai.” Sapa Hermione dengan senyumnya yang merekah.

“Hallo, cantik. Udah beres kelasnya?”

Hermione mengangguk, lalu Ia berpamitan kepada Ginny dan Luna untuk pulang lebih dulu.

“Gimana hari ini?” Tanya Draco. Mereka sudah didalam mobil sekarang.

“Lumayan melelahkan, mulai besok jadwal gue padet.”

“Ohya?”

“Heem, soalnya udah mulai praktikum yang berat dan serius. Jadi ya, gitu..”

“Kalau gitu, lo harus ekstra jaga kesehatan lo. Dua kali lipat kalau bisa.”

“Lo kenapa sih harus kayak gini ke gue?”

“Karna gue sayang sama lo.”

**

“Kenapa gak langsung pulang?” Tanya Hermione.

Draco menghentikan mobilnya di salah satu tempat bermain.

“Mau main dulu sama lo disini, seru tau, ayo!”

Draco menarik tangan Hermione dan mengajaknya masuk ke arena bermain ini. Seperti pasar malam, dan banyak mainan disana.

“Wah ada area ngelukis! Ayo sini Drake.” Kini giliran Hermione yang menarik tangam Draco.

“Lo bisa ngelukis?”

“Waah nantangin! Bisa dong!” Balas Hermione dengan semangat.

Hermione membeli satu kanvas, cat air, dan alat untuk melukis. Dengan mahir Ia mulai melukis sedikit demi sedikit.

Sementara Draco, lelaki itu hanya melihat Hermione. Ia sangat kagum dengan kecantikan wanita ini, benar benar cantik bak bidadari yang dikhususkan untuknya.

Diam diam, Draco memotret Hermione, lalu Ia tersenyum melihat hasilnya. Dan tanpa Hermione tau, Draco menjadikan fotonya sebagai wallpaper.

“Selesai!” Seru Hermione.

“Waah mana liat. Serius ini hasilnya?” Tanya Draco.

“Serius, gimana? Bagus gak?”

“Bagus banget! Gila, lo gak berbakat dalam hal apa sih? Kayaknya semua lo bisa.”

“Gue emang seneng ngelukis dari kecil, imajinasi gue kemana mana.”

Draco memotret lukisan milik Hermione. “Buat gue simpen.”

“Dasar.”

“Hermione.”

“Yaa?”

“Terus kayak gini ya? Gue seneng liat lo bahagia.”

Hermione hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah itu, mereka bermain di arena permainan lainnya. Mulai dari memancing ikan-ikanan, kuliner, pencapit boneka, dan yang terakhir mereka naik bianglala.

“Coba liat sana, gue foto. Ala candid candid gitu.” Perintah Draco.

Hermione menurut, Ia menoleh ke arah kiri, lalu tersenyum. Dan Draco memotretnya, tak hanya sekali, bahkan hingga berkali kali.

“Gimana hasilnya?”

“Emm kurang, ayo sekali lagi.” ucap Draco beralasan.

Hermione kembali berpose. Mulai dari pose senyum, datar, pose dua jari, dan segalanya.

“Hahaha Draco! Itu foto gue jelek banget yang ini, hapus hapus!”

“Jangan, ini bagus, gue posting ah!”

“Sialan, jangan ih! Gue malu ah!”

Draco tertawa, Hermione terus merengek agar fotonya dihapus karna menurutnya foto itu jelek, namun tidak bagi Draco, menurutnya Hermione selalu cantik. Bagaimanapun itu.

**

**

Setelah selesai membagikan bunga mawar dan sedikit bercerita dengan pasien disana, kini saatnya Hermione dan Draco untuk istirahat. Mereka memutuskan untuk makan di salah satu restoran didekat sana. Namun, sebelum makan, mereka pamitan sebentar ke Katie.

“Makasih ya Hermione udah dateng lagi, mereka jadi ceria lagi.” ucap Katie memeluk Hermione.

“Sama sama kak, aku seneng kok. Yaudah aku pulang ya kak?”

“Iya, hati hati ya.”

**

“Mau nasi goreng?” tanya Draco.

“Boleh.” balas Hermione.

“Yaudah, gue pesen makan dulu bentar ya?”

“Makasih ya Malfoy.”

Setelah Draco memesan makanan untuk mereka berdua, Draco pun kembali duduk dibangkunya.

“Hey, are you okay? Muka lo pucet..” ucap Draco.

“Cuman capek aja, gapapa kok.” balas Hermione tersenyum.

“Bener? Mau dibungkus aja makannya?”

“Gak usah, gue gapapa. Oh iya, emm gimana? Seru gak?” tanya Hermione.

“Seru, ternyata bener.. Membagi kebahagiaan itu lebih bahagia.”

“Ya emang! Makanya gue selalu ngelakuin ini setiap minggu nya.”

“Gue mau ikut lagi! Ikut terus, dan terus..”

“Hahaha iya boleh.”

Setelah itu, makanan mereka pun datang. Dan mereka masing masing menikmati makanannya.

“Emm Granger, gue mau tanya, boleh?”

“Apa?”

“Soak Bella tadi sempet nyebut nama Mama lo itu..” Draco sebenarnya tak enak menanyakan ini, tapi Ia memberani kan diri.

“Lo udah siap denger cerita gue?”

“Kalau lo belum siap untuk cerita, gapapa, nanti aja.”

“Siap kok, sesek juga kalau gue pendem.”

Draco hanya tersenyum dan menyiapkan dirinya untuk mendengarkan cerita Hermione.

“Dulu, 3 tahun yang lalu.. Ayah gue ngelakuin kesalahan, satu kesalahan fatal yang gak bisa gue maafin. Dulu, Ayah gue dijalan pulang kerja, ketemu sama cewek yang mau bunuh diri karna hamil diluar nikah. Cewek itu dibuang sama keluarganya karna cowok yang ngehamilin dia gak mau tanggung jawab. Dan karna Ayah gue terlalu baik, sialnya Ayah gue malah ngejanjiin hal yang gak masuk akal..” Hermione menunduk sebentar dan menarik nafasnya dalam dalam.

Melihat hal itu, Draco segera menggenggam tangan Hermione.

“Ayah gue nikahin cewek itu, biar cewek itu gak jadi bunuh diri. Baik sih sebenernya niatnya, cuman ya anjing aja karna Ayah gue gak ada cerita apa apa ke gue atau ke Mama. Ayah gue sembunyi sembunyi, nikah diem diem, dan punya rumah sama cewek itu diem diem juga. Selama setahun Ayah gue sembunyi, dan akhirnya, ya semuanya terbongkar.”

Hermione meneteskan air matanya, sakit rasanya mengingat hal ini.

“Mama gue stres berat saat itu, dan Mama dirawat dirumah sakit jiwa.. Selama setahun Mama gue berobat, gue yang urus Mama, jadi gue tiap hari bolak balik rumah sakit selama setahun, maka dari itu gue selalu ke rumah sakit itu sekarang, dan pasien disana kenal sama gue termasuk Bella.”

Draco mengangguk paham, ternyata kisah Hermione memang sangat berat. Tapi Ia benar benar kagum karna wanita ini sangat kuat selama ini.

“Jadi itu alesannya lo gak bisa maafin Ayah lo?”

“Yapp, itu alesannya. Dan gue pengen bisa maafin Ayah..”

“Lo pasti bisa, gue yakin. Lo wanita yang hebat, Hermione.”

Hermione tersenyum mendengar itu, banyak yang menasehatinya, menyemangatinya, akan tetapi entah mengapa rasanya semangat dari Draco ini berbeda.

**

**

Hari ini, Draco akan menemani Hermione ke rumah sakit jiwa yang biasa Hermione kunjungi. Mereka sudah dijalan, Draco sengaja membawa mobil hari ini karena bawaan mereka cukup banyak.

Setelah beberapa menit diperjalanan, akhirnya mereka pun sampai disana.

“Hallo Hermione.” sapa salah satu karyawan disana.

“Eh, hallo kak Katie, apa kabar?” tanya Hermione memeluk wanita bernama Katie itu.

“Baik, baik banget.. Kamu udah lama gak kesini, sehat sehat kan?”

“Sehat kok kak, cuman agak lagi hectic aja kuliah. Oh iya, kenalin ini Draco Malfoy, temenku.” ucap Hermione memperkenalkan Draco.

“Saya Katie, salah satu karyawan disini.”

“Saya Draco Malfoy, calon teman hidupnya Hermione.”

Mendengar itu, spontan Hermione segera memukul Draco.

“Akhh sakit.” lirih Draco dengan manjanya.

“Apaan lo ngarang aja kalau ngomong.” ucap Hermione galak, tapi sebenarnya Ia malu.

“Hahaha lucu deh kalian. Yaudah, Hermione mau kemana dulu? Oh iya, ada informasi baik!” seru Katie.

“Apa itu?” tanya Hermione tak kalah seru.

“Bella udah sembuh! Kalau gak ada halangan, besok dia pulang.”

Hermione tersenyum senang mendengar hal itu. “Aku mau ke Bella!”

“Ayoo.”

Mereka memasuki ruangan putih ini. Ini kali pertamanya Draco memasuki rumah sakit jiwa, seperti rumah sakit pada umumnya, malah lebih bagus dan indah. Ya, untuk sembuh dari penyakit biasa memang sedikit mudah. Tapi, untuk sembuh dari penyakit mental itu susah.

“Hallo Bellaa!” seru Hermione memeluk perempuan bernama Bella.

Draco terkejut melihat perempuan itu, perempuan yang mungkin berusia 14 tahun.

“Kak Hermione kemana aja? Kangen tauuu.” ucap Bella dengan lucunya.

“Hahaha iya nih kakak sibuk, kamu apa kabar? Baik?”

“Baik banget! Besok Ibu jemput, kakak besok kesini gak? Aku mau ketemu kakak besok sebelum Ibu jemput.”

“Emm boleh! Waah akhirnya bisa tinggal sama Ibu lagi ya?”

“Iyaaa kak! Bella seneng deh.”

Ucapan Bella terhenti ketika Ia melirik ke arah Draco.

“Ini siapa? Pacar kakak ya?” Tanys Bella dengan cengegesannya.

Draco tersenyum malu mendengar itu. “Iya, pacarnya. Hai Bella, kenalan dulu dong? Saya Draco Malfoy.”

“Ah namanya Draco, waah cocok! Kak Hermione cantik, kak Draco ganteng!”

Mendengar itu, wajah Draco semakin merah.

“Kamu ini ah! Ini ada bunga mawar seperti biasa!” Ucap Hermione dengan semangat. Ia mengeluarkan satu tangkai bunga mawar dari dalam tote bag nya.

“Waaah yeaay! Ini yang aku tunggu tunggu dari kakak! Bunga mawar! Aku boleh minta 2 gak kak? Untuk Ibu besok!”

“Boleh dong, boleh bangett!” Hermione kembali mengeluarkan bunga mawar.

“Makasih kak! Oh iya, Mama Helena apa kabar kak? Aku kangen sekamar sama Mama Helena disini.”

Ucapan Bella seolah menjadi besi besar yang langsung menghantam dada Hermione. Langsung sesak rasanya.

“Baik kok, Mama Helena kan udah sembuh. Sama kayak kamu.” Ucap Hermione dengan suaranya yang bergetar.

“Bagus! Mama Helena emang hebat! Mama Helena sembuhnya cepet.”

Hermione tersenyum mendengar itu, Ia memeluk Bella dan mencium keningnya.

“Kamu besok kalau udah sama Ibu, jangan nakal janji?” Ucap Hermione mengeluarkan jari kelingkingnya.

Bella menautkan jari kelingking miliknya. “Janji!”

**

Unconditionally

**

Setelah siap, Hermione segera turun dari kamarnya. Kakinya sudah sembuh 2 hari yang lalu, dan dia bisa jalan seperti biasa.

Benar saja, Draco sudah berada didepan rumahnya. Lelaki itu membawa motor, bukan mobil. Dan lelaki itu malam ini benar benar tampan. Setelan khas berwarna hitam milik Draco benar benar membuat ketampanan Draco naik 100%. Padahal Draco hanya menggunakan celana jeans dan kaos berwarna hitam. Tapi entahlah, dimata Hermione dia tampan.

Hermione pamit kepada Helena, Mamanya. Ia tidak ingin pamit kepada Ayahnya, bahkan sosok Ayahnya itu dilewat begitu saja oleh nya. Masih sakit rasanya.

Setelah pamitan, Hermione menaiki motor Draco dan mereka pun pergi.

“Tumben bawa motor.” Ucap Hermione membuka obrolan.

“Gapapa, jalan jalan malem lebih enak kalau pake motor.” Balas Draco.

“Ah..”

“Mau kemana?” Tanya Hermione.

“Makan malem dipinggir jalan, mau?”

“Mau!” Balas Hermione sedikit bersemangat.

Draco sedikit tertawa mendengar Hermione yang bersemangat.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai. Draco membawa Hermione ke street food di salah satu jalanan dikota Jakarta.

“Wah, banyak banget makanannya.” Hermione benar benar kagum dengan stand makanan yang berjajar rapi.

Disana banyak jenis makanan, dimulai dari makanan khas Indonesia, Jakarta, Korea, Jepang, semua ada. Tapi sayang, Hermione tidak bisa memakan semuanya.

“Mau makan apa? Tinggal pilih.” Ucap Draco.

“Ini banyak banget Malfoy.”

“Udah ayo.”

Draco menarik tangan Hermione, mereka jalan menyusuri stand makanan yang berjajar rapi disana.

“Ini nih, gue yakin lo pasti suka! Sate, sumpah ini sate enak banget, mau?”

Hermione mengangguk, mereka pun duduk disalah satu bangku disana.

“Lo sering kesini?” tanya Hermione.

“Enggak sering sih, cuman sering lewat aja.”

“Emmm..”

“Ohiya, jumat, sabtu, minggu, masih suka ngelakuin hal yang biasa lo lakuin kan?”

“Maksud lo?”

“Ya, jumat ke rumah sakit, sabtu ke jalanan, minggu ke panti asuhan. Masih suka?”

“Masih..”

“Jumat ini, bareng gue mau ya? Plis plis, jangan di batalin lagi, gue mau banget bagiin bunga mawar sama lo.” ucap Draco mengeluarkan puppy eyesnya.

Hermione tersenyum kecil, Draco menggemaskan ketika manja seperti ini.

“Kenapa sih lo mau banget ikut sama gue? Disana banyak orang yang kurang loh. Emang lo mau?”

“Mau dong. Gue boleh tanya sesuatu? Tapi kalau lo gak mau jawab, gapapa, gue gak maksa.”

Hermione hanya mengangguk, Ia terdiam menunggu pertanyaan Draco.

“Kenapa lo setiap jumat ke rumah sakit jiwa buat bagiin bunga mawar merah?”

“Oh itu.. Ya gapapa, gue kan suka bunga mawar merah, dan bunga mawar itu melambangkan cinta, kebahagiaan, jadi gue mau membagikan cinta dan kebahagiaan untuk mereka. Mereka itu butuh orang lain untuk sembuh, mereka sakit, dan mereka lagi berusaha untuk sembuh. Sama kayak gue.”

Draco menatap Hermione dalam, Ia memang tidak tahu apa masalah yang dialami oleh Hermione, akan tetapi Ia yakin bahwa Hermione adalah wanita yang kuat, wanita yang bisa melewati masalah sebesar apapun.

“Lo mau sembuh?”

“Ya, gue mau sembuh Malfoy.. Gue capek, 3 tahun gue ngehindar dari Ayah gue, gue rasanya udah sumpek banget sama kehidupan gue. Gue malu sama Mama yang bisa memaafkan kesalahan Ayah gue, sedangkan gue gak bisa..”

“Lo mau sembuh kan?”

Hermione melirik Draco.

“Mau gue bantu?” Tanya Draco sedikit berbisik dengan suaranya yang berat.

“Gue bantu lo sembuh, Hermione.”

“Lo kenapa bisa sebaik ini sih Malfoy?”

“Karna gue cinta sama lo, Hermione. Gue cinta sama lo tanpa syarat. I love you unconditionally, Hermione.”

“Lo bener cinta sama gue?”

Draco mengangguk dengan mantap.

“Gue cinta sama lo.”

“Gue terima bantuan lo, Malfoy.”

**