**
Sesampainya di coffee shop, Draco segera memesan 2 kue dan 2 minuman untuknya dan untuk Hermione.
“Lo pesen kopi?” Tanya Hermione.
“Ya, kenapa? Lo mau kopi juga?”
“Es krim aja gak bisa, apalagi kopi.”
Draco terdiam mendengar itu. Ia mengerutkan keningnya, Ia ingin bertanya lebih lanjut tapi lebih baik Ia diam saja, Ia tidak ingin merusak suasana disini.
“Oh iya, gue liat liat lo akhir akhir ini semakin ini deh Granger.. Emm semakin apa ya..”
“Apa?”
“Semakin cantik.”
Hermione mengerutkan keningnya, Ia hanya tersenyum kecil.
“Gombal.” Ucapnya.
“Eh serius gue, lo itu wanita tercantik yang pernah gue temui.”
“Aduh Malfoy.. Stop deh kalau mau ngibulin gue, gue tau banget tipe cowok kayak lo itu kayak gimana. Buaya. Semua cewek lo katain cantik.”
“Tapi serius, lo cantik.”
“Yayayaa terserah lo.”
Suasana menjadi hening seketika. Karena bosan, Draco mengeluarkan satu kotak rokok dan korek.
“Jangan ngerokok.” Perintah Hermione.
“Loh, kenapa? Outdoor ini, boleh kok ngerokok.” Ucap Draco.
“Jangan aja, gue gak suka cowok ngerokok.”
Draco kembali terdiam, Ia langsung memasukkan rokok dan koreknya ke dalam tas.
Suasana menjadi canggung, Draco jadi tak enak kepada Hermione.
“Emm Granger..”
“Hmm?”
“Suka minumannya?”
“Suka, lo sering nongkrong kayak gini?”
“Sering, lo mau sering juga?”
“Jangan lah, nanti lo gak ada waktu buat temen temen lo.”
“Temen temen gue kan kenal sama lo. Gimana sih.”
“Iya sih..”
Mereka pun mengobrol, obrolan mereka mengalir begitu saja. Draco yang tak habis topik obrolannya, kini ditambah Hermione yang penasaran akan bagaimana kehidupan seorang Draco Malfoy.
Pukul 7 malam, mereka keluar dari coffee shop. Ini pertama kalinya Hermione keluar hingga malam selain dengan Harry, Ginny, Ron dan Luna. Ya, pertama kalinya dan itu dengan Draco.
Saat mereka keluar dari cafe, langkah Hermione terhenti. Ia melihat seorang lelaki yang selama ini Ia benci, Ayahnya.
“Hermione?”
Draco menoleh ke arah Hermione. Ia dapat melihat wajah Hermione yang panik, takut, sekaligus khawatir.
Hermione segera menarik tangan Draco, Ia berjalan cepat meninggalkan cafe. Namun, sang Ayah masih mengejar dirinya.
“Hermione, Hermione sayang!”
Sang Ayah berdiri tepat dihadapan Hermione yang terpaksa membuatnya diam.
“Dengerin ayah dulu ya? Kita bertiga ngobrol bareng bareng ya? Ayah mohon sayang.”
“Gak, ayah gak ngerti, ayah gak tau gimana rasanya jadi aku yah, ayah gak ngerti.”
Hermione menangis, dan hal itu membuat Draco jadi semakin panik, lelaki ini adalah ayahnya, dan Draco tidak tahu akan hal itu.
“Makanya biar ayah jelasin semuanya, ayah kangen sekali sama kamu sayang, tidur bareng ayah ya? Kita perbaiki semuanya dari awal, ayah mohon Hermione..” Lelaki itu memegang tangan Hermione, namun Hermione segera menepisnya.
“Enggak! Ayah pergi sekarang juga dari hadapan aku! Ayah pergi!”
“Hermione, ayah mohon..”
“ENGGAK! JANGAN PANGGIL NAMA AKU AKU BENCI SAMA AYAH!”
Hermione berlari dengan wajah yang dipenuhi air mata. Ayahnya ingin menyusul, namun ditahan oleh Draco.
“Maaf om, tanpa mengurangi rasa hormat saya, saya mohon jangan maksa Hermione. Permisi.”
Draco segera menyusul Hermione.
**
Draco terdiam ketika melihat Hermione duduk sambil menangis. Ia menyandarkan tubuhnya ke tembok, sakit rasanya melihat wanita itu menangis. Hancur.
Draco menghampirinya, Ia berlutut di sebelahnya.
“Hei..”
Hermione menoleh. “Dra—co, sorry.”
“No no, it's okey.”
Dengan penuh keberanian, Draco menarik Hermione ke dalam pelukannya. Ia memang tidak mengerti apa masalahnya, tapi Ia yakin ayahnya sudah melakukan kesalahan sehingga membuat Hermione seperti ini. Ia sangat yakin, dan kesalahan itu adalah kesalahan yang sangat fatal.
“It's okey, gapapa lo nangis aja ya?”
Hermione menangis semakin menjadi-jadi, Ia menenggelamkan wajahnya di dada Draco.
“Tumpahin semuanya, Hermione. Asal setelah ini, senyum lagi ya?”
**