-I still love you
“Gila ya, masih ingat Park Sunghoon? Sekarang udah jadi aktor terkenal cuyyy”
“Padahal dulu anaknya pendiam banget, siapa yang bakal tau coba si kulkas berjalan bisa punya bakat terpendam?”
Jay mendengus keras, menatap sinis beberapa teman alumni SMA mereka.
“Gue bawa lo kesini bukan buat nostalgia dia ya”
Jake mendongak, tersenyum tipis kearah Jay.
“Gapapa Jay, emang bener kan sekarang dia udah terkenal?”
“Percuma terkenal kalau nggak berperasaan” ujar Jay, telak.
Menutup mulutnya, Jake lalu kembali menunduk.
Seisi ruangan terus berbincang-bincang mengenai si bintang utama yang tak bisa hadir di acara alumni sekolah. Si Park Sunghoon.
“Sampai kapan lo bakal kayak gini?”
Jake menghela nafasnya. “Sampai gue puas nyiksa diri sama rasa bersalah”
“Jake. Dengerin gue, anak itu nggak pantas cinta lo. Dia yang milih pergi, lo udah berusaha keras buat bertahan.”
Ini bukan pertama kali Jay mewanti-wanti perihal Sunghoon kepadanya.
Tapi apa daya, Jake tak bisa menyembunyikan perasaannya.
“Jake kan?”
Menoleh, baik Jake dan Jay mendongak.
“Minhee?” tanya Jake, mencoba mengenali teman seangkatannya dulu jaman SMA.
Saling melemparkan senyum, Jake lalu berjabat tangan dengannya.
“Apa kabar lo?”
“Baik”
“Sunghoon gimana? Gue denger dia udah jadi terkenal, sahabat lo keren banget. Lain kali titip salam yaa”
Senyuman Jake lantas luntur perlahan, membuat Jay yang sedari tadi menonton mulai tak tahan.
“Lo pulang gih” bisik Jay.
Melirik Jay, Jake lalu berdiri. Tanpa sepatah kata berjalan menjauh dari sana.
Berjalan sendiri, Jake menatap kosong jalanan.
Dia kembali memikirkan sosok Sunghoon.
Jake begitu teramat mencintainya.
Kisah mereka berawal dari bangku SMA. Saat semua cerita cinta labil dimulai.
Hari itu Jake baru pindah sekolah, tepat hari fieldtrip sekolah. Cukup sial.
Dia tak punya teman, hanya memeluk erat tasnya di tengah kerumunan. Jake tak mau ikut, namun orang tuanya memaksa untuk Jake ikut fieldtrip.
Tepat di dalam bus, Jake menatap was-was sekitarnya. Tak tahu harus duduk dimana.
“Sini, duduk sini”
Jake membulatkan matanya, terkejut saat melihat seorang pemuda tinggi menariknya untuk duduk di sisinya.
Menoleh, Jake bisa mengetahui dengan langsung. Pemuda di sebelahnya bukanlah orang yang begitu easy going.
“Gue Jake, lo?”
Pemuda itu meliriknya sekali.
“Sunghoon”
Jake menipiskan bibirnya. Namun telinganya samar-samar bisa mendengarkan suara musik dari earphone Sunghoon.
Mengangkat kedua alisnya, Jake ragu-ragu membuka suara.
“Lo juga suka One ok rock?”
Sunghoon spontan menoleh, menatap Jake tak berkedip.
“Suka, lo juga?”
Jake mengangguk keras.
Tersenyum, keduanya lalu berhasil membuka percakapan ramah.
Itu awal mula.
Sejak saat itu Jake dan Sunghoon seakan-akan diciptakan untuk bersama.
Apa yang Sunghoon suka, Jake pun suka.
Dimana ada Jake disitu ada Sunghoon.
Mereka menyatu, begitu pas untuk satu sama lain.
Seakan-akan ada magnet di tengah-tengah keduanya.
Sampai suatu hari Sunghoon membuka hatinya. Menyatakan perasaannya.
Saat itu jaman kuliah. Sunghoon membawa Jake ke rumah makan terdekat, duduk berdua.
“Gue udah lama suka ama lo. Jadi pacar gue ya? Gue nggak nerima penolakan.”
Jake mengerjap, dia hanya tersenyum lebar dan mengangguk.
Ya karena dia pun sama, punya perasaan untuk sahabatnya.
Semuanya indah. Seperti skenario terindah untuk keduanya.
Sampai suatu hari Sunghoon, memberontak kepada kedua orangtuanya. Diusir karna dianggap durhaka.
“Gue mau jadi aktor Jake, itu cita-cita terpendam gue” ucapnya, menatap Jake serius.
Jake tentu saja mengerti.
Sejak hari itu Jake yang menampung Sunghoon, memberikan dukungan full kepadanya. Memberikan moral support kepadanya.
Sebesar itu cinta Jake kepadanya.
Kebahagiaan mereka bertambah saat tiba-tiba Sunghoon mendapat tawaran untuk berakting meningkat.
Namun hari-hari berikutnya Jake seperti menjadi pajangan.
Hanya menunggu Sunghoon pulang pagi lalu pergi pagi.
“Gue pulang lama Jake, jangan nunggu ya?” ucapnya, meraih tasnya lalu hilang dari balik pintu.
“Oke...” Jake memaksakan senyumannya.
Sampai, hari itu benar-benar datang.
“Kita putus aja”
Mata Jake berkaca-kaca, menggelengkan kepalanya.
“Gue sibuk Jake, nggak ada waktu buat lo. Gue sadar, selama ini gue cuma jadi benalu di kehidupan lo. Maaf.”
Menarik kaosnya, Jake menahan Sunghoon.
Tersenyum miris Sunghoon meraih tangan Jake.
“Jake... kita pisah ya? Terima kasih untuk semuanya, gue pergi”
Jake menangis sesegukan, luruh di lantai.
Sejak saat itu Sunghoon pergi dari kehidupannya.
“JAKE!”
Jake tersentak, menoleh dan mendapati Jay yang menatapnya panik.
Ia mendengar suara klakson keras.
Jake tak mengerti apa yang terjadi, namun ia tahu wajah Jay pucat semakin langkah Jay mendekat dengan cepat.
TIN TIN
BRAK!!!
Jake terhempas jauh sekali, sempat beberapa kali berguling di tanah aspal.
Terbentur keras, nafas Jake tak beraturan.
Ia tak bisa mendengar apapun, namun samar-samar wajah Sunghoon terlintas di kepalanya.
Semua memori indah maupun buruk, Jake ingat.
“G-gue m-mas-ih sa-yang lo Su-nghoon...” bisik Jake pelan sekali.
Untuk terakhir kalinya, sebelum menutup matanya.