triririring
“Oke anak-anak pelajaran bapak hari ini sampai disini saja” Pak joni merapikan bukunya dan berjalan keluar kelas.
“ANJIRRR AKHIRNYAAAA” Raya bangun dari tempat duduknya dan merenggangkan badannya yang daritadi terasa kaku.
“CILOKK PAK MAMANG I'M COMINGG!!!” Celio berlari keluar kelas.
“IYOO GUA DITINGGAL ASLI!!!” Raya menyusul celio berlari keluar kelas.
Sakti mengangkat tangannya agar kedua sahabatnya itu dapat melihatnya, celio dengan cepat berjalan ke arah meja yang sakti sudah booking.
“Gua pesan dulu ya, kalian mo beli berapa ribu?” Raya bertanya.
“Kek biasa aja ray” Jawab sakti, dan celio hanya mengangguk antusias.
“Oke, sakti 5k, gua 8k, iyo 12k kan?” Raya memastikan.
“Iyaaaa, cepetan ray lapeeer” Celio mengusap-usap perutnya.
“Iya-iya elahh” Raya pun pergi mengantri untuk memesan cilok kebanggaan sekolahnya.
“Iyo, lu ga hangover?”
“Kagaa, gua udah biasa”
“Udah biasa pantat lu semok, kemaren lu mabok sampe ga sadar”
“Ihhh orang gua bilang kaga papa kok”
“Udah muntah belum tadi pagi?”
Celio diam
“Nah kan belum, kaga usah banyak-banyak entar makan ciloknya. Tukaran sama gue. Lu kalo mabok harus muntah dulu iyo, lu pasti muntah bentar lagi gua yakin”
Sakti tau sekali, celio setelah mabuk harus muntah at least sekali. Dulu celio pernah mabuk parah dan gamau dengerin katanya dan raya, celio pun makan ayam geprek densa 2 piring. Bener aja malamnya ia muntah, dan hidungnya pedes semua.
“Ini mas pesanannya” Raya berlagak pramusaji memberikan cilok pada sakti dan celio.
“YAYY SELAMAT MAKAN”
“Iyo tukaran sama punya gu-” Belum selesai sakti ngomong, celio sudah melahap ciloknya dan memegang erat mangkoknya.
“Bener bener dah ni anak” Ucap sakti.
“Kenyang~” Celio bersandar di kursi yang ia duduki.
“Iyo, liat arah jam 12” Kata raya.
Celio pun melihat kedepannya dan melihat devan beserta gengnya datang.
Anjir, udah gue bilang jangan datang
“Asek, solmet iyo datang” Kata sakti, mengejek.
“Anjir lu-”
“Eh sori gua ada tugas dari bu vina disuruh ngumpulin tugas temen-temen. Duluan ya gua” Sakti pun bergegas lari dari tempat, ia tak mau diomeli celio.
ririring
“Eh iyoo, pacar gua nelfon. Bentar ya gua angkat dulu” Raya pun permisi dari tempatnya juga.
“Gua ik-”
Anjir ini gua ko tiba tiba mual, tangan kanan celio menutup mulutnya sedangkan tangan kirinya memegang perutnya.
*Ah anjir!!“, celio pun berlari menuju kamar mandi ujung kantin.
“Lo ngapa dah tiba tiba pengen makan cilok?” Tanya kai.
“Pengen aja” Jawab devan.
“Rame banget anjir mau duduk dimana” Kata aja.
“K-kak, boleh duduk sini aja. Kita bisa geser kok” Salah satu anak siswi berkata pada mereka.
“Oh iya neng, boleh” Jawab aja.
Mereka berlima pun duduk berhadapan dengan siswi tersebut beserta teman temannya.
Daritadi siswi tersebut berbisik-bisik malu-malu entah apa yang ia inginkan.
“Udah cepetan ngomong mumpung ada di depan lo” Senggol salah satu siswi di sebelahnya.
“E-em anu.. Kak devan”
“Hmm?” Devan menjawab, tidak menaruh atensinya pada siswi di depannya. Karena sekarang atensi penuhnya berada pada sosok laki-laki pucat yang berlari kearah kamar mandi ujung kantin.
“Kak gua boleh min-”
“Gue ke wc dulu ya” Devan buru-buru berdiri dan menyusul laki-laki tersebut.
Siswi tadi pun menunduk malu. Aja yang melihat itupun tidak tega.
“Lu mo minta apa tadi sama devan?”
“Eh- anu, nomornya kak”
“Oh, ni gua kasi”
“Eh, gapapa kak?”
“Gapapaaa”
“Oh yaudah, makasih kak”
hoeek celio memuntahkan seluruh isi perutnya di wastafel depannya.
hoek
Devan masuk tak berapa lama setelah celio muntah, ia pun dengan cepat berjalan kearah celio. Mengurut lehernya agar ia bisa muntah lebih enak.
Celio pun mengatur nafasnya setelah muntah, devan memberikan tisu pada celio.
“L-lu ngapain disini?” Celio berkata sembari masih mengatur nafasnya.
Devan tidak menjawab perkataan celio, ia menyodorkan sebotol aqua dan obat tadi pagi.
“Ga perlu” Celio menolak.
“Minum”
“Ga”
Devan menghela nafasnya dan berjalan mendekat kearah celio.
Celio pun tentu berjalan mundur. Biasanya ia akan langsung mendorong devan di depannya, tapi kali ini ia sedang lemah.
“Devan stop” Celio menahan dada devan agar berhenti di depannya.
“Lo mau minum atau gua paksa lo minum?” Ancam devan.
“Iya iya anjir!! Sini” Celio mengambil obat di genggaman tangan devan serta aquanya dan meminumnya
“Udah, puas lo!?” Celio menceleng kearah devan.
Devan hanya tersenyum.
“Udah ah males gua ladenin lo” Belum sempat kaki celio mengambil langkah, tangan devan menahan tangannya.
“Apasih?!” Celio tambah menceleng.
Devan pun membuka hpnya dan memperlihatkan video celio muntah, entah kapan ia mengambilnya.
“Anjir hapus!!” Celio meloncat-loncat mencoba meraih hp devan, tetapi naas devan lebih tinggi darinya.
“Kalo gua sebar gimana?” Devan berkata sambil tersenyum miring.
“Lu!!”
“Lu mau apa sih dari gue!!” Tanya celio, dari raut mukanya ia terlihat sangat marah.
“Gue mau lu, iyo” Jawab devan dengan raut muka yang tak bisa dijelaskan.
“Gue gamau terlibat lagi sama lu, ale” Raut wajah celio sekarang sedih.
“Iyo, udah 3 tahun. Gue sayang sama lu iyo. Dengerin penjelasan gue du-”
“Stop, udahlah.. Please..”
Melihat celio yang seperti akan menangis, devan pun diam.
Selang 5 menit mereka diam, masih pada posisi tangan kiri devan memegang tangan kanan celio.
“Ah udah ah anjir gua mo kelas ini, minggir” Celio bergerak menghempas-hempas tangan devan yang tidak terhempas.
Tau mood celio balik, devan pun memanfaatkan kondisi.
“Video lo masi ada sama gue lo”
“Ahh anjir, lu jadi orang ribet banget dah. Cepet mau apa, kecuali yang tadi.”
“Hmmm??” Devan berpura-pura berpikir.
“Apa? Jajanin lo sampe lulus? Hp baru? Mobil?”
“Gue bisa beli sendiri kalo itu”
“Ya terus apa? Bentar lagi gua kelas ini”
“Cium”
“Hah anjir sinting lu, gamau gua”
“Video?”
“Gueee habis muntah devan, lu mau rasa muntahan gue hah?”
“Ga hari ini, tapi besok...”
“Iya iya udah, udah lepas gua mau kelas” Devan pun melepas genggamannya dari tangan celio dan membiarkannya pergi.
”...dan seterusnya” Lanjut devan setelah celio keluar dari kamar mandi.