chrip chrip chrip
Suara burung yang saling bernyanyi bersaut-sautan. Andai kemarin mark tidak mengirim pesan kepada haechan, ia pasti bangun dengan muka yang berseri.
“Hyung, apa yang terjadi dengan mukamu? Perasaan kemarin hyung sangat senang setelah dari festival?”
Chenle yang daritadi menyiapkan air hangat untuk haechan mandi heran karena haechan menekuk mukanya.
“Hhhh.. Ada harimau yang menggangguku kemarin” Haechan menjawab malas, sanbil masuk kedalam bathtub.
“EOHHH!!! H-HARIMAU DI DALAM ISTANA!!? HYUNG!! KAU TIDAK APA? TIDAK TERLUKA”
Chenle tentunya panik, 'siapa yang tidak panik kalau tiba-tiba ada harimau di rumahnya'
Haechan terkekeh kecil
“Tidak, hanya seekor bayi harimau. Ia sudah pergi kemarin.”
“O-ohh... Hyung, lain kali hyung harus berhati-hati. Apa perlu aku menjagamu di kamar malam ini?”
'Kamu tidak dapat menjagaku lele, menjagaku hanya membawamu pada kebinasaan'
“Hahaha tidak perlu, le siapkan bajuku yang paling biasa”
“Oke hyung!!”
Mark sekarang sedang berada di dalam kereta sendirian, menuju kediaman seseorang yang beberapa hari ini menenuhi pikirannya.
Sesampainya di depan istana, ia disambut beberapa penjaga.
“Eoh? Mark hyung?”
Mark menoleh ke arah kanan dan mendapati shotaro disana.
“Selamat pagi pangeran ketiga” Mark membungkukkan badannya sedikit untuk menunjukkan rasa hormat.
Shotaro yang melihat itu pun membungkukkan badannya juga.
“Hyung ada apa datang kemari? Perasaan hyung tidak membuat janji apa apa dengan siapapun hari ini?”
“Oh.. Sebenarnya aku sudah membuat janji dengan haechan. Tapi sepertinya ia tidak memberitahu kalian”
“Oh..” Shotaro mengangguk paham
“Shotaro, dimana hyungmu?”
“Ah, haechan hyung sekarang sedang berada di tamannya.”
“Kalau begitu aku permisi kesana” Mark menunduk sekali lagi lalu pergi menuju kediaman haechan.
Sesampainya disana, ia dapat melihat seorang laki-laki dengan kemeja putih dan celana emas berjalan ditengah tengah bunga-bunga yang berwarna warni. Dengan cahaya matahari yang menyentuh kulitnya dengan lembut.
'cantik' pikir mark
Ia terus mengamati pemuda tersebut dan melihat ekspresi yang dibuat olehnya. Sesekali ia mengadah keatas untuk melihat cerahnya matahari, membuat mark dapat melihat dengan jelas garis wajahnya.
Mark tak sadar ia berjalan mendekat dan saat pemuda itu sadar, ia pun terkejut. Dan bahkan, muka terkejutnya sangat cantik.
“Hai” Mark menyapanya dengan sedikit senyuman di mukanya
Karena alasan “etika” dan “sopan santun” Haechan pun membalas sapaannya.
“Jadi, ayo pergi”
“Tapi aku tidak bilang bahwa aku mau pergi denganmu” Jawab haechan, sinis.
“Ah.. Begitukah? Tapi ayahmu menyuruhmu untuk pergi denganku” Bohong mark
Haechan yang mendengar itu dengan cepat memfokuskan kembali atensinya pada mark, dan menghela nafas.
“Jadi? Ayo?” Mark mengulurkan tangannya.
Haechan menghela nafas sekali lagi dan menggenggam tangan mark.
Sekarang mereka berdua tengah berada di dalam kereta, entah kemana mark mau membawanya.
“Kita sebenarnya mau kemana?” Tanya haechan tanpa memandang mark, ia menatap keluar jendela kereta.
“Kamu ngomong dengan siapa?” Mark menggoda, dapat ia lihat sekarang haechan menoleh dan menatapnya dengan tatapan geram
“Denganmu lah, siapa lagi yang ada disini?” Haechan mendengus kesal
“Kau harus menatapku jika ingin berbicara denganku” Balas mark
“Kita mau ke tempat indah” Jawab mark lagi
“Tempat indah?”
“Ya, tunggu saja. Aku yakin kamu akan suka”
Kereta berjalan cukup lama sampai akhirnya berhenti, haechan yang merasa keretanya berhenti pun hendak keluar dari kereta. Dibawah sudah ada mark yang mengulurkan tangannya untuk membantu haechan turun, tetapi haechan tidak menggubrisnya. Mark? Ia hanya tersenyum menggoda, lagi.
“Woahhhh!!!” Kagum haechan
Dari iris matanya, ia sekarang dapat melihat ladang lavender yang ia yakini berada di hutan area voltra.
“Woaaahhh jadi disini terdapat ladang lavender? Sungguh indahh” Haechan tersenyum senang melihat hamparan lavender didepannya. Indah, ditambah cahaya matahari yang hari ini mendukung. Tidak terlalu silau dan tidak mendung.
Mark yang melihat haechan terkagum dan senang pun tersenyum. Ia dapat merasakan dadanya menghangat. Ia memegang dadanya, 'perasaan apa ini'.
Haechan sekarang tengah berada di tengah-tengah dan memutar-mutar badannya. Ia sungguh senang, apalagi lavender memiliki aroma yang enak. Mark hanya melihat dari ujung, memperhatikan dan menjaga jika-jika haechan terjatuh.
Tetapi, ketentraman mereka tidak berlangsung lama. Dari ujung mata mark, ia dapat melihat kilauan yang dia yakini itu adalah panah. Ia sudah familiar dengan kilauan seperti itu, ia sudah berperang berkali kali.
“HAECHAN MENUNDUK!!”
Haechan yang mendengar itupun panik dan langsung menunduk, dan benar saja satu anak panah terlepas mengenai pohon di depan haechan.
Mark berlari kearah haechan dan menarik tangannya.
“AYO!!”
Mark panik, tentu saja. Kalau saja ia sendirian, ia dapat dengan mudah maju dan mengalahkan mereka. Tetapi, hari ini ia bersama haechan. Dan bodohnya, ia tidak membawa pengawal bersamanya karena ia kira akan aman.
“Mark ada apa!!” Panik haechan
“Sepertinya musuhku tau aku sedang berada disini” Jawab mark, masih berlari.
Kemana kereta mereka?
Mark menyuruh mereka pulang dan menjemputnya kembali di jam 12 saat makan siang.
“Arghhh mark!! Kenapa kamu menyuruh mereka pulang!!”
Haechan masih setia menggenggam tangan mark dan berlari, mencari tempat untuk berlindung.
Masih terus berlari, sampai akhirnya ada satu anak panah yang mengarah ke arah perut haechan. Mark yang melihat itu dengan sigap memasang badannya di depan haechan dan memblok panah tersebut.
“Arghh!!”
“MARK!!”
Panah mengenai pinggang mark. Haechan yang panik pun langsung mengarahkan pandangan ke segala arah, jika siapatau ada gua kecil disana. Dan benar saja, ada sebuah gua kecil dengan jarak sekitar 8 meter dari arah mereka. Haechan menarik mark dan membawanya kesana.
Gua yang mereka masuki cukup kecil, hanya mereka berdua disana pun terasa sempit.
Haechan mengintip keluar dan melihat orang dengan jubah dan penutup muka hitam yang menanah mereka sepertinya sudah pergi. Sepertinya mereka pikir panah tersebut telah mengenai titik vital mark, oleh karena itu mereka mundur.
Haechan masuk kembali dan mengecek mark.
“Kamu tidak papa?” Tanya haechan khawatir
Mark memegangi lukanya di perut, dan menjawab
“Tidak apa, aku tidak apa apa”
“Haaaah” Haechan menghela nafas
“Jangan keras kepala, buka bajumu cepat. Biar aku lihat lukanya”
Haechan mencoba membuka baju mark dengan paksa, karena gua yang sempit ia terpaksa pindah dari sisi mark ke atas pangkuan mark agar ia bisa melihat dengan jelas.
“Huh untung saja panahnya hanya menggores pinggangmu saja” Haechan berkata sambil merobek bajunya di area perut, karena bajunya cukup panjang. Dan membalutkan bajunya pada luka mark.
Haechan yang sibuk merawat luka mark tiba-tiba merasakan sesuatu di “bawah” Tempat ia duduk.
“Setelah kamu merawat lukaku, bisakah kamu merawat itu juga” Mark berkata tersenyum menggoda.
Haechan? Sekarang sedang menjadi kepiting rebus.