Mediastinum

“Tuan..”

“Ack!!!” Haechan terpekik kaget, renjun tiba tiba sudah berada di belakangnya.

“Maaf mengagetkan tuan” Renjun berkata lembut dengan senyuman di mukanya.

“Kalau mau tertawa, tertawa saja. Aku tidak suka memarahi orang” Haechan menggeser badannya, memberikan tempat untuk renjun duduk.

Renjun yang melihat tuannya memberikan ruang untuknya pun dengan cepat duduk.

“Saya hanya mendapatkan apel hari ini, apa tidak apa apa tuan?”

“Tentu, dapat makan saja sudah syukur. Aku bukan pemilih makanan”

“Ini” Renjun menyodorkan satu apel pada haechan, dan haechan mengambilnya.

“Apa jauh?”

“Ya, sekitar 3 perhentian lagi baru kita akan sampai ke kerajaan merld tuan”

Haechan memukul lengan renjun ringan.

“Bukan itu bodoh, maksudku saat kau mengambil apel ini. Apa jauh?”

Renjun tersenyum kecil.

“Tidak tuan, hanya disekitar sini. Saya tidak berani terlalu jauh dari tuan.”

“Oh iya, bagaimana kita tidur malam ini?”

“Oh.. Sebentar..” Renjun berdiri menuju kuda mereka dan membuka satu ransel di kuda tersebut, mengeluarkan sebuah tikar yang hanya muat satu orang.

“Ini tuan, maaf tidak terlalu nyaman tuan. Ini saja yang bisa saya bawa karena perjalanan kita kali ini harus cepat”

Haechan melihat tikar yang dibawa renjun dan mengerenyitkan dahinya.

“Kau tidur dimana?”

“Berdiri”

“HAHAHAHA gurauanmu sungguh bagus”

”...”

”... Kau serius?”

“Serius tuan”

“Baiklah, jangan salahkan aku bila badanmu nanti sakit sakit” Haechan menerima uluran tikar dari renjun, menatanya dan bersiap untuk tidur.

“Tuan akan tidur sekarang?”

“Yap!! Lagian perjalanan besok akan panjang, aku mau menyimpan tenaga”

“Kau juga harus istirahat, renjun”

“Baik tuan”

Haechan berbaring menatap langit malam.

Indah

Walaupun hutan terlarang sangat menyeramkan, langit tetap indah. Tetap seperti langit malam di kerajaan chantrea.

Haechan menutup matanya, tak lama ia pun masuk ke alam mimpi.


tuk tuk tuk

“Hmm” Haechan terganggu di tidurnya, ia pun membuka matanya melihat sekitar takut ada binatang buas atau semacamnya.

“Huh?? hahahaha” Haechan tertawa kecil.

Suara itu ternyata berasal dari renjun, kepalanya terhantuk-hantuk di pohon yang ia sandari.

“Renjun..” Haechan memanggil kecil.

Renjun terkejap mendengar haechan memanggilnya.

“Iya tuan? Ada apa?? Tuan merasa tidak nyaman? Ada yang sakit” Renjun berjalan kearah tikar haechan.

“Haha tidak, kemarilah” Haechan membuka selimutnya dan merentangkan tangannya untuk renjun.

“Maksud tuan?” Renjun kikuk, pasti.

“Sini, tidur bersamaku” Haechan menepuk nepuk sebelahnya.

“T-tuan??”

“Eiyyy, kemarilah. Anggap saja aku adikmu, lagipula kita akan bersama sepekan? Atau bahkan beberapa pekan lagi”

Renjun ragu.

“Aish, sini cepat sebelum aku tidur sambil berdiri juga!”

Renjun pun mau tak mau beranjak masuk ke dalam selimut haechan, berbaring di sebelahnya.

“P-permisi tuan”

“Nahh, gitu dong dari tadi”

Haechan memeluk renjun dari samping, mereka sama sama menghadap sebelah kanan.

Renjun yang dipeluk pun menjadi kaku, ia tidak bisa bergerak sama sekali. Akhirnya pun ia mendengar tuannya mendengkur di belakangnya. Ia tersenyum lembut.

Ini terasa seperti waktu dulu ya, tuan. ia pun terlelap menyusul haechan ke alam mimpi.

“Gileee ini komen section luu bener bener asrama cewe dah” Aja sedang melihat comment section postingan devan. Sedangkan devan, tidak terlalu memperdulikan perkataan temannya itu dan lanjut minum.

Mereka sekarang sedang duduk di meja vvip, belum turun ke dance floor karena elvin masih belum datang.

“Halo? Vin lu dimana dah?” Kai celingak-celinguk mencari keberadaan temannya itu.

“Sini woi ini gua yang lagi angkat tangan” Kai melambai-lambaikan tangannya.

“Anjir, gua terpaksa bolak balik gara gara kalian” Ucap elvin sambil mengambil tempat duduk.

“Lu makanya lain kali orang ngomong di dengerin” Milo yang membalas kali ini.

Devan tidak terlalu memperhatikan percakapan yang sedang terjadi di antara temannya. Ia sekarang sedang sibuk melihat orang-orang yang menggoyangkan badannya di dance floor.

Seteguk, dua teguk, tiba-tiba ia melihat seseorang yang sendari tadi siang berada dalam pikirannya. Yap, benar sekali. Orang itu celio.

Lah anjir ini gua baru minum segelas masa udah mabok dah

Devan menggosok-gosok matanya, tetapi bayangan celio tetap ada. Masih menari di dance floor dengan antusiasnya.


Setengah jam sebelum celio turun ke dance floor

“Iyoo lu denger apa kata sakti tadi kan?”

“Iyaa ray dengerr”

“Inget jangan minum banyak-banyak ya”

“Iya rayy”

“Gua tinggal dulu ya, cowo gua ngajak dance”

“Iyaa santuyy, sana dah”

Celio melihat bayangan raya yang pergi bergandengan dengan cowonya.

Seperginya mereka, celio mulai meneguk minuman keras di hadapannya. Tak lama setelah ia meneguk minuman tersebut, ia teringat kejadian tadi siang.

“Ale kenapa dah tiba-tiba nolongin gua” Ia bercakap dengan dirinya sendiri.

“Ahhhh!! Bodoamat lah” Ia mengacak rambutnya dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya mengarahkan minuman itu ke mulutnya.

Celio bukan celio namanya kalau ia tidak membangkang, buktinya sekarang sudah ada 2 botol minuman keras yang kosong di hadapannya. Dan sudah dapat dipastikan ia mabuk.

Ia pun berdiri dan berjalan sempoyongan ke dance floor.

Sesampainya di dance floor ia dengan luwes menggoyangkan tubuhnya. Tak bisa dipungkiri, celio memang memiliki badan yang bagus. Kaki jenjang, kulit putih serta bibir plump nya membuat siapa saja yang melihatnya tertarik.

Tak lama ia menggoyangkan badannya mengikuti alunan lagu, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menelusup ke pingganya.

“Hai, sendiri aja?” Orang itu berkata.

Celio mendongkak dan mendapati seorang lelaki yang ia prediksi berumur sekitar 25 tahunan. Dan dari tampilannya sepertinya laki laki ini tidak miskin.

Celio pun mengikuti permainan sang lelaki, melenggak lenggokkan badannya di depan sang lelaki. Yang tentunya membuat sang lelaki bergairah.

Kini mereka sedang berhadapan, dengan badan celio yang tidak berjarak dengan badan laki laki itu.

Belum sempat bibir bertemu dengan bibir, tiba tiba tangan celio ditarik dengan kasar. Celio pun menubruk badan seseorang yang menariknya dengan kasar tadi.

“Aw!” Pekik celio

“Lo apa apaan bro! Punya gue itu!” Teriak lelaki yang berdansa dengan celio tadi.

“Dia bukan barang” Jawab seseorang itu.

“Ya tapi malam ini dia punya gue bro, lepasin tangan lo”

Belum sempat lelaki itu menggapai celio, tulang kering kakinya tiba tiba ditendang oleh seseorang ini.

“Punya lo ini, sudah milik gue sejak lama. Jangan taro tangan lo di milik gue” Ucap seseorang itu tegas.

Lelaki yang bersama celio tadi pun mundur dengan pincang, ia tidak mau ribut dengan seseorang ini karena dari sorot matanya saja dapat terlihat ia tidak main main.

“Semuanya buat barisan sesuai fakultas masing-masing! Jarak setengah rentang tangan!” Suara teriakan jay menggelegar bahkan tanpa toak.

“Sekarang saya mau kalian keluarkan kelengkapan ospek kalian! Taruh di depan kaki kalian, bet tetap menggantung di leher!” Kali ini suara marka, tidak menggelegar seperti jay. Tetapi tegas dan lantang.

Haikal yang berada di belakang soren sekarang pucat, berbanding terbalik saat pagi tadi dimana senyum masih terukir di wajahnya.

Kenapa?

Ia lupa membawa bet

Iya, bet tanda mahasiswa baru. Ia lupa membawanya. Keringat dingin membasahi keningnya. Ia hanya tinggal menunggu kapan ia akan di hukum.

“Anjir bener bener kaga pernah hoki dah gue” Bisiknya kecil.

“Yang tidak lengkap, dimohon maju kedepan sekarang. sadar diri aja ya, sebelum saya yang datang ke barisan kalian” Suara marka terdengar menusuk dan dingin di telinga haikal. Ia pun akhirnya keluar dari barisan dan maju kedepan.

“Kenapa maju kedepan?” Marka bertanya.

lah, tadi lu yang suruh kedepan kenapa sekarang gue ditanya batin haikal.

“Saya tidak membawa bet kak!” Jawab haikal, ia tak berani menatap mata marka. Seram, benar benar mirip singa yang ingin memakan mangsanya.

“Berdiri di belakang saya” Kata marka

Haikal pun berdiri di belakang marka, beserta beberapa mahasiswa lain yang lupa membawa bet dan tumblr.

“Wah, banyak sekali anak arsitektur yang lupa membawa bet ya” Marka memulai ultimatumnya.

“Kalau gitu saya beri hukuman lari lapangan basket dan voli kampus, 30 putaran” Tegas marka.

“Bagaimana ini arsitektur? Masa ga ada kekeluargaannya. Keluarganya lagi di hukum nih, masa kalian enak enakan adem di aula” Lanjut jay. provokasi biasa

“Maaf kak, intrupsi”

Jay dan marka menoleh ke arah orang itu, yang tak lain dan tak bukan adalah haikal.

“Iya, ada apa?” Tanya jay sedangkan marka hanya menatapnya tajam.

“Kami memang satu fakultas kak, tapi ini adalah kesalahan saya. Jadi saya rasa kakak tidak butuh berkata seperti itu, saya dan teman saya yang salah akan menjalani hukuman kak” Kata haikal, lantang. Tetapi terdapat getaran pada suaranya.

“Oh.. Wowww...” Jay tepuk tangan dengan sinis

“Maba sekarang hebat-hebat ya, berani berani. Kalau gitu kenapa ga sekalian kamu lari 60 kali? Ini ada keluargamu yang asma. Sekalian dong dibantu, kan sama sama salah” Kali ini marka yang berkata.

Haikal menatap kakak tingkatnya tidak percaya, tetapi ia memiliki pride yang tinggi.

“Baik kak, saya akan berlari untuk teman saya” Kata haikal.

“Baik! Kalian semua dengar, jika ada yang seperti dia lagi. Maka hukuman kalian akan kami dobel! Paham!” Teriak marka

“Paham kak!!”

“Kalau begitu kalian lanjutkan acara di aula, kami akan pergi ke lapangan”


Sudah 25 putaran yang haikal lakukan. masih tersisa 35 lagi batinnya. Kondisi haikal saat ini ngos ngosan parah. Biarpun ia sering lari pagi, tapi tak pernah sejauh ini. Bayangkan saja, lapangan basket dan lapangan voli. Sebesar apa.

Marka di samping lapangan menyilangkan tangannya di depan dada, memperhatikan haikal.

bruk

“Ow!!”

Haikal terjatuh pada putaran ke 26, ia memegang lututnya yang ternyata berdarah. Marka dengan sigap mendatanginya.

Haikal yang melihat marka datang takut dimarahi, ia tak berani menatap marka.

“Maaf ka- ehhh”

Marka menggendong haikal ala bridal style, membawanya ke tepi lapangan. Menjadikan mereka perhatian dari maba lainnya yang sedang berlari.

“Liat apa kalian? Mau saya tambah hukumannya?” Tanya marka, tidak teriak, hanya tegas.

Maba lainnya pun bergegas mengalihkan pandangan dan berlari 4 putaran lagi.

“Lo tunggu sini” Kata marka.

“Jay, lu ambil kotak p3k di uks. Obatin maba ini”

“Lu mo kemana?” Tanya jay sebelum ke uks.

“Lanjutin larinya, masi 34 putaran.”

“Lah lu gila ka?” Tanya jay

“Kaga, kita harus adil. Karena gue bawa dia duduk, gue harus gantiin dia lari” Jawab marka enteng.

“Yaudah, lu obatin gue lari dulu” Marka berlari ke arah lapangan, memutarinya sesuai dengan apa yang ia bilang.

Haikal, tentu terpesona.

Pagi hari ini, haechan sudah siap dengan segala persiapannya untuk perjalanannya menuju kerajaan merld.

Ia akan melewati hutan terlarang, dan ia tidak tau ada hewan buas atau bahkan monster apa saja yang berada disana. Ia memakai baju yang sebisa mungkin tidak mengganggu pergerakannya.

Sekarang ia sedang berada di depan pintu ruangan kerja ayahnya, untuk mengambil surat yang harus diantarkannya.

ceklek

“Matahari sudah hampir sampai ke tengah dan kamu baru kesini” Itu adalah sapaan pagi dari ayahnya. Haechan hanya diam saja, ia tidak ingin bertengkar di pagi hari.

“Ini surat yang akan kamu antarkan ke kerajaan merld, pastikan surat ini sampai dengan selamat” Sang ayah melmparkan secarik surat ke atas mejanya dan haechan dapat liat ukiran di surat tersebut yang ia tebak terbuat dari emas.

“Dan ini renjun, dia yang akan menemanimu dalam perjalananmu kali ini”

Haechan menoleh kearah kanan dan mendapati seorang royal guard yang gagah. Ia dapat melihat bahwa royal guard ini tidak lebih tinggi darinya, tapi dapat ia pastikan dari bentuk tubuhnya, royal guard yang ini sangat terlatih dan kuat.

“Kalau begitu saya pergi dulu, raja.” Haechan menundukkan kepalanya dan beranjak pergi.

“Renjun, pastikan suratnya sampai dengan selamat” Itu kata terakhir ayahnya.

Lucu sekali bukan, bahkan secarik surat lebih penting daripada nyawa anaknya sendiri. Haechan tersenyum miring dan pergi, renjun pun mengikuti dari belakang.


“E-em.. Apa kita hanya akan menggunakan satu kuda?”

Di hadapan haechan saat ini hanya ada satu kuda hitam yang besar

“Iya tuan”

“Apa kamu akan berjalan kaki?”

“Tidak tuan”

“Lalu, bag- aaaahh!!”

Haechan terpekik ketika renjun naik keatas kuda dan menarik pinggangnya untuk naik diatas kuda bersamanya. Posisi mereka sekarang adalah haechan yang berada di depan renjun, dan renjun yang duduk di belakang haechan.

ini terlalu dekat muka haechan memerah

“A-apakah ini tidak terlalu dekat? Aku yakin kamu tidak nya-”

“Saya sangat nyaman tuan”

“Kamu sungguh suka memotong kata orang lain huh” Haechan mendecak, tetapi renjun hanya diam saja.

“Apakah tidak lebih baik kalau aku menggunakan kuda sendiri?”

“Tidak tuan, hutan terlarang sangat berbahaya dan saya harus menjaga tuan dan memastikan tuan tetap berada dekat dengan saya”

“Hahh...” Haechan menghela nafas

“Baiklah kalau begitu, tapi bisakah kamu menyingkirkan tanganmu dari pinggangku?”

Sendari tadi ia ditarik naik oleh renjun, tangan renjun tetap setia memeluk pinggangnya.

“Maaf tuan, untuk mencegah hal yang tidak di inginkan terjadi. Anggap saja tangan saya sebagai pelindung anda tidak jatuh dari kuda”

“Saya sudah terbiasa naik kuda jadii-egghgg kamu-ugggghh tidak-ihhhh perlu-hhhh memegangku” Daritadi haechan mencoba menarik tangan renjun lepas dari pinggangnya tapi nihil, tangannya tetap berada di pinggangnya dengan kokoh.

sekuat apa orang ini? batin haechan

“Kalau tuan sudah siap, mari kita mulai perjalanan ini”

Renjun pun memacu kuda mereka.

chrip chrip chrip

Suara burung yang saling bernyanyi bersaut-sautan. Andai kemarin mark tidak mengirim pesan kepada haechan, ia pasti bangun dengan muka yang berseri.

“Hyung, apa yang terjadi dengan mukamu? Perasaan kemarin hyung sangat senang setelah dari festival?”

Chenle yang daritadi menyiapkan air hangat untuk haechan mandi heran karena haechan menekuk mukanya.

“Hhhh.. Ada harimau yang menggangguku kemarin” Haechan menjawab malas, sanbil masuk kedalam bathtub.

“EOHHH!!! H-HARIMAU DI DALAM ISTANA!!? HYUNG!! KAU TIDAK APA? TIDAK TERLUKA”

Chenle tentunya panik, 'siapa yang tidak panik kalau tiba-tiba ada harimau di rumahnya'

Haechan terkekeh kecil

“Tidak, hanya seekor bayi harimau. Ia sudah pergi kemarin.”

“O-ohh... Hyung, lain kali hyung harus berhati-hati. Apa perlu aku menjagamu di kamar malam ini?”

'Kamu tidak dapat menjagaku lele, menjagaku hanya membawamu pada kebinasaan'

“Hahaha tidak perlu, le siapkan bajuku yang paling biasa”

“Oke hyung!!”


Mark sekarang sedang berada di dalam kereta sendirian, menuju kediaman seseorang yang beberapa hari ini menenuhi pikirannya.

Sesampainya di depan istana, ia disambut beberapa penjaga.

“Eoh? Mark hyung?”

Mark menoleh ke arah kanan dan mendapati shotaro disana.

“Selamat pagi pangeran ketiga” Mark membungkukkan badannya sedikit untuk menunjukkan rasa hormat.

Shotaro yang melihat itu pun membungkukkan badannya juga.

“Hyung ada apa datang kemari? Perasaan hyung tidak membuat janji apa apa dengan siapapun hari ini?”

“Oh.. Sebenarnya aku sudah membuat janji dengan haechan. Tapi sepertinya ia tidak memberitahu kalian”

“Oh..” Shotaro mengangguk paham

“Shotaro, dimana hyungmu?”

“Ah, haechan hyung sekarang sedang berada di tamannya.”

“Kalau begitu aku permisi kesana” Mark menunduk sekali lagi lalu pergi menuju kediaman haechan.


Sesampainya disana, ia dapat melihat seorang laki-laki dengan kemeja putih dan celana emas berjalan ditengah tengah bunga-bunga yang berwarna warni. Dengan cahaya matahari yang menyentuh kulitnya dengan lembut.

'cantik' pikir mark

Ia terus mengamati pemuda tersebut dan melihat ekspresi yang dibuat olehnya. Sesekali ia mengadah keatas untuk melihat cerahnya matahari, membuat mark dapat melihat dengan jelas garis wajahnya.

Mark tak sadar ia berjalan mendekat dan saat pemuda itu sadar, ia pun terkejut. Dan bahkan, muka terkejutnya sangat cantik.

“Hai” Mark menyapanya dengan sedikit senyuman di mukanya

Karena alasan “etika” dan “sopan santun” Haechan pun membalas sapaannya.

“Jadi, ayo pergi”

“Tapi aku tidak bilang bahwa aku mau pergi denganmu” Jawab haechan, sinis.

“Ah.. Begitukah? Tapi ayahmu menyuruhmu untuk pergi denganku” Bohong mark

Haechan yang mendengar itu dengan cepat memfokuskan kembali atensinya pada mark, dan menghela nafas.

“Jadi? Ayo?” Mark mengulurkan tangannya.

Haechan menghela nafas sekali lagi dan menggenggam tangan mark.


Sekarang mereka berdua tengah berada di dalam kereta, entah kemana mark mau membawanya.

“Kita sebenarnya mau kemana?” Tanya haechan tanpa memandang mark, ia menatap keluar jendela kereta.

“Kamu ngomong dengan siapa?” Mark menggoda, dapat ia lihat sekarang haechan menoleh dan menatapnya dengan tatapan geram

“Denganmu lah, siapa lagi yang ada disini?” Haechan mendengus kesal

“Kau harus menatapku jika ingin berbicara denganku” Balas mark

“Kita mau ke tempat indah” Jawab mark lagi

“Tempat indah?”

“Ya, tunggu saja. Aku yakin kamu akan suka”


Kereta berjalan cukup lama sampai akhirnya berhenti, haechan yang merasa keretanya berhenti pun hendak keluar dari kereta. Dibawah sudah ada mark yang mengulurkan tangannya untuk membantu haechan turun, tetapi haechan tidak menggubrisnya. Mark? Ia hanya tersenyum menggoda, lagi.

“Woahhhh!!!” Kagum haechan

Dari iris matanya, ia sekarang dapat melihat ladang lavender yang ia yakini berada di hutan area voltra.

“Woaaahhh jadi disini terdapat ladang lavender? Sungguh indahh” Haechan tersenyum senang melihat hamparan lavender didepannya. Indah, ditambah cahaya matahari yang hari ini mendukung. Tidak terlalu silau dan tidak mendung.

Mark yang melihat haechan terkagum dan senang pun tersenyum. Ia dapat merasakan dadanya menghangat. Ia memegang dadanya, 'perasaan apa ini'.

Haechan sekarang tengah berada di tengah-tengah dan memutar-mutar badannya. Ia sungguh senang, apalagi lavender memiliki aroma yang enak. Mark hanya melihat dari ujung, memperhatikan dan menjaga jika-jika haechan terjatuh.

Tetapi, ketentraman mereka tidak berlangsung lama. Dari ujung mata mark, ia dapat melihat kilauan yang dia yakini itu adalah panah. Ia sudah familiar dengan kilauan seperti itu, ia sudah berperang berkali kali.

“HAECHAN MENUNDUK!!”

Haechan yang mendengar itupun panik dan langsung menunduk, dan benar saja satu anak panah terlepas mengenai pohon di depan haechan.

Mark berlari kearah haechan dan menarik tangannya.

“AYO!!”

Mark panik, tentu saja. Kalau saja ia sendirian, ia dapat dengan mudah maju dan mengalahkan mereka. Tetapi, hari ini ia bersama haechan. Dan bodohnya, ia tidak membawa pengawal bersamanya karena ia kira akan aman.

“Mark ada apa!!” Panik haechan

“Sepertinya musuhku tau aku sedang berada disini” Jawab mark, masih berlari.

Kemana kereta mereka?

Mark menyuruh mereka pulang dan menjemputnya kembali di jam 12 saat makan siang.

“Arghhh mark!! Kenapa kamu menyuruh mereka pulang!!”

Haechan masih setia menggenggam tangan mark dan berlari, mencari tempat untuk berlindung.

Masih terus berlari, sampai akhirnya ada satu anak panah yang mengarah ke arah perut haechan. Mark yang melihat itu dengan sigap memasang badannya di depan haechan dan memblok panah tersebut.

“Arghh!!”

“MARK!!”

Panah mengenai pinggang mark. Haechan yang panik pun langsung mengarahkan pandangan ke segala arah, jika siapatau ada gua kecil disana. Dan benar saja, ada sebuah gua kecil dengan jarak sekitar 8 meter dari arah mereka. Haechan menarik mark dan membawanya kesana.

Gua yang mereka masuki cukup kecil, hanya mereka berdua disana pun terasa sempit.

Haechan mengintip keluar dan melihat orang dengan jubah dan penutup muka hitam yang menanah mereka sepertinya sudah pergi. Sepertinya mereka pikir panah tersebut telah mengenai titik vital mark, oleh karena itu mereka mundur.

Haechan masuk kembali dan mengecek mark.

“Kamu tidak papa?” Tanya haechan khawatir

Mark memegangi lukanya di perut, dan menjawab

“Tidak apa, aku tidak apa apa”

“Haaaah” Haechan menghela nafas

“Jangan keras kepala, buka bajumu cepat. Biar aku lihat lukanya”

Haechan mencoba membuka baju mark dengan paksa, karena gua yang sempit ia terpaksa pindah dari sisi mark ke atas pangkuan mark agar ia bisa melihat dengan jelas.

“Huh untung saja panahnya hanya menggores pinggangmu saja” Haechan berkata sambil merobek bajunya di area perut, karena bajunya cukup panjang. Dan membalutkan bajunya pada luka mark.

Haechan yang sibuk merawat luka mark tiba-tiba merasakan sesuatu di “bawah” Tempat ia duduk.

“Setelah kamu merawat lukaku, bisakah kamu merawat itu juga” Mark berkata tersenyum menggoda.

Haechan? Sekarang sedang menjadi kepiting rebus.

DRAP DRAP DRAP

“WOII CELIO SAMA DEVAN BERANTEM LAGI!!!”

dan.. Seperti itulah pagi hari ini dimulai..


Senin, hari dimana anak-anak kesekolah dan upacara. Dihukum karena tidak membawa topi dan dasi, rambut panjang dan celana yang dikecilkan. Hari ini hampir menjadi hari senin normal yang sempurna, sampai celio dan devan kembali bertengkar.


Sekarang mereka berdua sudah berada di ruangan kepala sekolah, tentunya. Berkelahi di tengah lapangan sehabis upacara, stamina mereka luar biasa juga.

“Jadi.. Siapa yang mau menjelaskan kenapa kalian berkelahi?”

Itu suara kepala sekolah, tentu sudah lelah dengan mereka yang selalu bertengkar dua tahunan ini.

Keduanya tak ada yang membuka suara, masih punya harga diri yang tinggi.

“Devan pak”

Itu celio, dia akhirnya buka suara setelah 15 menit diam diaman. Mereka tidak duduk, mereka berdiri tepat di depan meja kepala sekolah. Istilahnya dihukum berdiri.

“Kenapa devan, celio?”

Kepala sekolah memijit-mijit kepalanya yang dirasa sakit.

“Devan bilang saya pendek pak”

DUARRR Suara kepala pak kepala sekolah yang meledak.

“Jadi kamu berkelahi, tonjok-tonjokkan sama devan cuma gara-gara dibilang pendek!!” Suara kepala sekolah meninggi.

Kondisi devan dan celio saat ini bisa dibilang berbeda, devan memiliki luka memar di bagian kiri pipinya dan sudut bibir yang berdarah sedangkan celio.. Bibirnya bengkak, itu saja. Tidak ada luka lain.

“Bukan cuma pak, ini masalah harga diri” Balas celio

“Pfft” Devan di sebelahnya sudah tidak bisa menahan tawa

“ANJING LO BERANI KETAWA!!” Teriak celio

“CUKUP!!” Kali ini kepala sekolah benar-benar berteriak. Menghentakkan tangan di meja.

Kembali duduk, kepala sekolah pun berucap

“Celio, sekarang kamu sudah kelas 12. Sebentar lagi akan ada ujian nasional, kalian akan lulus. Mau jadi apa jika kalian terus berkelahi seperti ini?”

Keduanya tak menjawab pertanyaan kepala sekolah, hanya menunduk dan mendengarkan.

“Hahh... Kalian saya hukum menghadap tiang bendera sampai istirahat pertama”

“Tapi pak kita baru upacara!” Tegas celio

“Ya sudah tau baru upacara kenapa berkelahi!!?” Kepala sekolah memijat keningnya

“Sudah, silahkan keluar sebelum saya berubah pikiran dan memanggil orang tua kalian”

“Dan celio.. Setidaknya kalau kamu mau berbuat onar, kamu harus pintar dalam pelajaran seperti devan. Kalau begini, mau seperti apa kamu kedepannya?”

Celio hanya diam dan berjalan keluar kantor kepala sekolah, ia tidak mau membantah. Biar berandalan, devan memang ia akui pintar. Tidak seperti dia, anak XII ips 3, devan XII ipa 1. Tentu bisa jadi perbandingan kan.


'Hari ini kenapa panas banget dah'

Celio masih setia memandang bendera di hadapannya dengan tangan yang mensimbolkan hormat. Peluh banyak yang turun dari kepala celio. Saat menoleh ke kanan, ia melihat devan yang kelihatan masih kuat bahkan sampai istirahat kedua pun devan ga bakal tumbang.

“Kenapa? Mo pingsan lo?” Devan berkata tanpa menoleh ke arah celio

“Siapa bilang? Lo kali mo pingsan”

Devan diam saja mendengar perkataan celio.


Terhitung satu jam sudah celio dan devan menghadap bendera. Dan, celio sekarang merasakan pusing di kepalanya. Kakinya sudah mulai tidak kuat menopang badannya dan..

Bruk

..celio pun tumbang.


Cahaya mentari yang masuk hari ini sangat menyilaukan, mengganggu seseorang yang sekarang masih terlelap di kasurnya.

Posisi tidur orang ini luarbiasa unik, saya menyebutnya posisi bintang laut. Dengan kepala yang berada di kaki kasur dan hampir jatuh. Tangan terlentang selebar lebarnya. Kaki yang menendang kedua bantal sampai jatuh dan baju yang tersingkap, sungguh normal.

Akhirnya merasa terganggu oleh cahaya mentari, ia pun membuka matanya.

“HOAAAM!!”

Buset dah anak muda malu maluin author aja

Ia menguap, mengkejap-kejapkan matanya.

Matanya yang sekarang sudah hampir terbuka sempurna, melihat kearah jam dinding di sebelah kanan.

'Oh, baru jam 9 hehehe'

Ia tersenyum dan menutup mata lagi.

'Jam 9??'

“JAM SEMBILAN!!?”

Ia terlonjak bangun dari tempat tidurnya.

“ANJIR HARI INI KAN AMBIL BET JAM 8”

Panik, tentu saja. Ia langsung mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

“Mampus banget gue”

Masih bersiap siap sambil mengumpat di depan kaca. Ia memakai sedikit lip balm di bibirnya yang pucat.

Setelah merasa sudah siap, ia pun keluar memesan ojek online dan pergi menuju kampus.


Haikal Runa Chandra, namanya.

Anak satu-satunya dari keluarga yang harmonis. Pergi merantau untuk menjemput ilmu.

Memiliki rambut coklat karamel, dengan wajah yang manis. Mata yang bulat dengan kaki yang jenjang. Banyak orang yang bilang kalau ia mirip beruang, tapi ia tak suka di bandingkan dengan beruang.

'Apaan masa gue mirip beruang, gendut dong!!'. Itu katanya, padahal beruang lucu kan ya!


Sesampainya di gerbang kampus, ia bergegas turun dan berlari kedalam kampus. Tak lupa membayar tentunnya.

“Ambil aja kembaliannya mas!!” Katanya, padahal uangnya mah pas.

Masih berlari kedalam kampus, karena kampus yang ia datangi lumayan besar.

Akhirnya, ia sampai di depan aula dengan kondisi ya.. Sebagaimana orang habis lari marathon.

Ia mengetuk pintu aula, yang seharusnya tak perlu diketuk dan membukannya.

“Woahh..”

Matanya berbinar melihat aula yang sangat besar dan megah, tapi tak berlangsung lama karena sekarang aula sudah sepi.

Jam sudah menunjukkan pukul 10.59 yang berarti, ia sudah sangat telat.

Saat ia membuka pintu, ia menjadi pusat perhatian dari kating yang membagikan bet, yang sudah selesai membagikan bet lebih tepatnya.

Haikal berjalan masuk kedalam aula menuju meja yang ia yakini dimana maba mengambil bet, tadi.

Jujur, ia merasa sedikit merinding karena tatapan kating yang tidak biasa saja.

“Ada apa kesini?”

Salah satu kating dengan muka yang paling seram berucap.

“M-mau ambil bet kak”

'Mampus gue, begeter lagi suara'

“Jam berapa ini? Apa kita yang buta waktu” Kating itu menekankan pada kata buta.

“Maaf kak, tidak kak. Saya telat bangun kak”

“Oh.. Telat bangun, kalo gitu ntar pas ospek kita telat bangun aja” Kata kating lainnya.

Haikal pun memegang ujung bajunya dan menunduk.

“Siapa nama kamu?” Ucap kating yang kata haikal paling seram

“H-haikal kak”

“Ini bet nya dan buku panduan. Jangan telat lagi ya, ini peringatan. Saya gamau marahin kamu.”

Haikal menatap mata kating yang ia anggap seram tadi.

'Tampan'

Ia dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran itu dari pikirannya. Dan menerima uluran bet serta buku panduan dari kating tersebut.

“T-terimakasih kak”

“Hmm”


Marka hari ini sedang badmood, karena? Tidak karena apa apa. Ia memang selalu badmood saat jadi panitia.

Jam sekarang hampir menunjukkan pukul 11, saat ia dan yang lainnya mau berberes pintu aula terbuka dan menunjukkan seseorang.

Ia memperhatikan orang tersebut yang kagum dengan aula yang besar dan gugup berjalan kearahnya dan teman temannya.

'Gemas' pikirnya.


Haikal kini sudah berada di luar aula, mengatur nafas serta hatinya yang dari tadi mau melompat keluar.

'Serem banget anjir, gue gimana caranya bisa selamat besok' pikirnya

Belum sempat berjalan, ia didatangi oleh 3 orang lagi. Ia berasumsi bahwa 3 orang tersebut adalah kating jadi ia menunduk kembali.

“Hai, maba ya?” Tanya salah satu kating yang mirip kelinci.

“Iya kak”

“Et dah gausah gugup, kita juga maba anjir” Orang ini menepuk haikal di pundak

Haikal yang mendengar itu pun lega dan bersikap seperti biasa.

“Gue soren, ini yang tadi nyapa lo jean dan satu lagi yang di sebelah gue elijah, panggil aja eli”

“Oh iya salam kenal”

“Gausah canggung, kita bertiga juga baru kenalan tadi.” Soren menepuk-nepuk kembali pundak haikal

“Hehehe iyaa”

“Gile lu berani pol ya telat, untung bukan pas ospek” Eli nimbrung

“Telat bangun gue, mana katingnya serem banget”

“Hahahaha yang serem yang mana” Jean tertawa

“Yang itu, yang paling tengah pokoknya” Jawab haikal

“Ohh.. Keknya kak marka deh itu. Lo dimarahin ga?”

“Emm.. Engga si langsung dikasi bet sama buku panduan. Cuma ya, disindir sama kating yang lain”

“Ehh?? Sungguhan?” Kata eli

“Iyaa”

“Ih tumbenan, perasaan tadi si aji. Kaga telat, cuma salah ambil jalur aja di sarkasin ka marka” Kata eli

“Huh? Emang iya?”

“Iyaa anjir, kata orang sini si ka marka tu pandis yang paling serem”

'Anjir untung aja tadi gue kaga diapa apain' batin haikal.

“Yaudah gue mo pulang dulu ini mo siap siap besok takut telat”

Belum sempat haikal melangkah, lagi. Jean berkata

“Kall, bagi nomor dong ntar gue masukin ke grup imess”

“Eh, oh, okee”

Haikal kira ia akan sendirian di kota baru dan lingkungan baru ini. Tapi ternyata, ia bertemu dengan teman-teman yang baik.

“Sebelum ada perubahan, pasti ada proses. So enjoy proses si es batu yang mencair”

Jadi gini, kalo takdir udah menyatukan. Emang semesta bisa apa?

Jadi gini, kalo takdir udah menyatukan. Emang semesta bisa apa?