Setelah mendengar kabar haechan di pagi hari, mark bergegas memanggil teman-temannya.
“Gue butuh bantuan kalian”
“Kenapa? Perasaan baru aja kemaren lo bahagia banget haechan bakal stay sama lo. Sekarang kenapa muka lo kusut banget?” Kata johnny.
“Lo diam dulu bisa ga si, lo ga liat situasi lg serius!” Jawab jaehyun sambil memukul kepala johnny
“Sakit anjir!!”
“Kenapa bang?” Kata jeno yang baru saja sampai dengan chenle
“Gue butuh kalian buat bertarung sama gue, disamping gue”
“HAH!!?” Jawab johnny dan jaehyun berbarengan
“Maksud lo bang?” Tanya jeno
“Ayah haechan akan datang, dan dia membawa perang dengan kedatangannya. Gue butuh bantuan kalian untuk bertarung sama sama gue, tapi kalau kalian ga mau. It's okay, gue menghormati pilihan kalian. Karena gue ga bisa menjamin kalian akan selamat”
“Lo kira kita apa? Lo kira kita temen segampangan itu ninggalin lo perang sendirian?” Jawab jaehyun, sedikit sakit hati karena mark menyepelekan kesetiaan mereka
“Bener!! Lo tuh, udah berapa ratus tahun kita temenan. Lagian, kalo beneran kita ga selamat. Berarti sudah waktunya kita pergi, gue juga udah bosan hidup lama begini.” Jawab johnny dengan sedikit gurauan agar tidak terlalu serius.
“Makasih jae, john. Jen? Lo ikut abang?”
“Ikut lah bang, masa gue ninggalin abang gue sendirian. Lagipula jaemin pasti bakal di grada terdepan dan gue gamungkin biarin dia sendiri disana” Jawab jeno
“Oke, chenle?”
“Ikut lah bang!! Kecil kecil gini gue cabe rawit ya!!” Jawab chenle antusias.
“Oke kalo gitu, jen lo bisa tolong bawa prajurit ayah kesini kan?”
“Bisa bang, gue pergi dulu” Jeno dengan pergi dengan kecepatan yang bisa dibilang secepat cahaya. Kelebihan mereka, seorang vampir.
Sore hari telah tiba, matahari masih belum terbenam. Cahaya jingga masi setia tergambar di langit.
Haechan dan mark berdiri di paling depan pasukan mereka. Tak lupa renjun jaemin dan jisung yang berada di sebelahnya.
Johnny jaehyun jeno dan chenle berada di sebelah mark. Mereka semua sekarang berada di depan perbatasan.
Dari kejauhan sudah terlihat pasukan werewolf yang datang, dan mereka juga membawa banyak sekali pasukan. Tapi tidak perlu takut, karena pasukan mark tidak kalah banyak.
“Jadi ini haechan? Anak siwon yang memiliki mate vampir”
Salah satu dari tetinggi werewolf angkat bicara, jarak mereka sekarang hanya sekitar 20 meter lagi.
“Oho, boleh juga. Ternyata kalian punya banyak pasukan”
“Kalian tidak perlu banyak bicara, saya menawarkan satu kesempatan untuk berdamai. Tolong pertimbangkan peperangan ini” Jawab mark, angkuh tentu saja.
“HAHAHAHA, APA KALIAN TAKUT KALAH!!?”
“Tentu saja tidak, kami pasti menang.” Jawab mark dengan percaya diri
“Tentu saja kami tidak akan mundur, mereka benar-benar mempermalukan bangsa kami. Dan kami, akan melenyapkan mereka.”
“Langkahi dulu mayat saya!” Teriak jeno. Ia tau maksud dari kata “mereka” Adalah jaemin jisung dan haechan karena mereka memutuskan untuk menetap di dunianya.
“OKE BERSIAP SIAPLAH!!” teriak tetinggi itu.
“PASUKAN!!” teriak mark tak kalah nyaring.
“SAYA BERI SATU KESEMPATAN UNTUK MEMBERIKAN MEREKA BERTIGA PADA KAMI!!” teriak tetinggi itu
“TIDAK AKAN PERNAH!!” jawab mark
“SER-”
“BERHENTI!!” belum sempat tetinggi itu memimpin pasukannya untuk menyerang. Terdengar suara yang sangat nyaring dan menggelegar menghentikan peperangan itu.
Tetinggi itu menoleh kebelakang, ia tau benar siapa pemilik suara ini.
“A-alpha!!?” Suara tetinggi itu bergetar.
Alpha, pimpinan mereka. Yang paling kuat diantara yang kuat. Yang paling bijaksana dari yang bijaksana. Dan, werewolf pertama yang masuk kedalam keempat faksi werewolf.
“Kenapa kamu menyerang tanpa izin dariku?” Sang alpha sekarang telah berdiri di depan pasukan werewolf, tepat di samping tetinggi itu.
“Mereka telah mempermalukan bangsa kita, alpha. Mereka pantas mat-”
Belum sempat tetinggi itu menyelesaikan kalimatnya, sang alpha memotong pembicaraannya.
“LANCANG!! Atas dasar apa kamu berpikir kamu berhak menghukum mati rakyatku? Rakyat yang aku jaga dan aku cintai?”
Tetinggi itu diam
“Saya pikir, mengangkatmu menjadi salah satu tetinggi di bangsa ini akan membawa bangsa ini lebih baik. Ternyata saya salah.”
Sang alpha melanjutkan
“Prajurit, bawa dia kembali dan tempatkan dia ke ruang pengadilan”
Dua orang prajurit di samping tetinggi itu langsung membawa pergi tetinggi tersebut.
“TIDAK!! MEREKA YANG BERSALAH!! KENAPA SAYA YANG DIBAWA!! LEPASKAN!! KALIAN TIDAK DENGAR AKU!! LEPASKAN!!”
Setelah kepergian tetinggi itu, suasana tidak lagi mencekam. Tetapi mark serta yang lain masih dalam mode waspada.
Sang alpha, berjalan mendekat ke arah mereka sendirian.
“Alpha!” Teriak salah satu pengawal sang alpha
“Tidak apa apa, mereka tidak akan melukaiku”
Setelah sampai di depan mark dan haechan, sang alpha mengulurkan tangannya kearah haechan. Haechan yang kaget pun mundur dan mark dengan sigap berdiri didepannya.
“Hahaha, aku tidak akan mencelakakan matemu. Dia adalah rakyatku, aku tidak menyakiti rakyatku.” Sang alpha berkata sembari tersenyum
Mark yang mendengar itu masih kekeh berada di depan haechan, tidak sekalipun ia goyah.
“Haechan, aku mau berbicara denganmu. Boleh kan?” Kata sang alpha
Haechan yang awalnya takut takut akhirnya menepuk pundak mark. Setelah mark menoleh haechan berbisik tidak apa apa, dia tidak akan mencelakakan ku. mark yang mendengar itu masih tidak ingin minggir. Haechan yang melihat hal itu pun menggenggam tangan mark.
“Tidak apa apa mark, percaya padaku.” Mark akhirnya bergeser dan haechan sekarang sedang berdiri di depan alphanya.
“Alpha” Haechan menundukkan kepalanya memberi hormat.
Sang alpha pun mengulurkan tangannya lagi dan mengusap pucuk kepala haechan dengan lembut.
“Haechan, jadi benar matemu adalah seorang vampir?”
“Benar alpha”
“Hmm.. Apa kamu benar-benar bersedia tinggal di dunia vampir?”
“Aku bersedia alpha”
“Baiklah kalau gitu, aku tidak mau memperpanjang masalah.”
“A-alpha tidak akan menghukumku?”
“HAHAHA, untuk apa aku menghukummu? Lagi pula, mate adalah takdir yang ditentukan oleng sang maha kuasa. Aku tidak mungkin menentangnya”
“Terimakasih alpha”
Mata haechan sekarang sedang berkaca kaca. Lalu ia teringat, bagaimana bisa alpha tiba tiba datang kesini.
“A-alpha?”
“Iya haechan?”
“Bagaimana anda bisa datang kemari?”
“Oh.. Itu, ayahmu yang memberitahukan soal hal ini”
“Apa?”
“Ia datang menemuiku pagi pagi buta, aku tentunya terkejut melihatnya. Ia tidak pernah seperti itu. Dan ia memberitahukan soal kejadian yang akan terjadi ini.”
Haechan menatap tanah, berpikir kenapa ayahnya berbuat seperti itu? Bukannya ayahnya membencinya?
“Ayahmu mengakui kesalahannya”
“Maaf alpha aku tidak mengerti”
“Ia mengaku bahwa ia telah menyiksamu, dan ia berkata bahwa ia dan istrinya akan menyerahkan diri jika aku datang dan menghentikan peperangan ini”
Mata haechan semakin berair, dan akhirnya ia pun menangis. Tidak menyangka ayahnya akan berbuat seperti itu.
“Berbahagialah, haechan.”
Kata terakhir sang alpha sebelum memimpin pasukan mundur.
Baru saja mark mau membawa pasukannya mundur terdengar suara dari jauh.
“Jaemin”
“Jisung”
“Renjun”
Jaemin, jisung dan renjun yang namanya disebut pun menoleh lagi dan mereka melihat orang tua mereka.
“Jaemin, pulang ya nak? Mama dan papa janji tidak akan bertengkar lagi”
“Ma..” Mata jaemin berkaca-kaca
“Jisung-ah.. Maafin mama sama papa ya nak. Maafin kami karena menelantarkan kamu. Kami janji akan memperlakukan kamu dengan lebih baik. Ayo pulang ya nak”
Jisung yang mendengar hal itu menunduk kebawah.
“Nak, kamu mau meninggalkan mama sendirian disini? Mama cuma punya kamu, mama gapunya siapa siapa lagi, ikut mama pulang ya” Kata mama renjun
Renjun pun juga tertunduk. Akhirnya mereka bertiga melihat kearah haechan, haechan yang melihat hal itu pun tersenyum dan berkata
“Pulang, gue gapapa. Kalian punya keluarga disana, gue gapapa disini. Ada mark yang bisa jagain gue.”
“Jaga diri ya chan, gue bakal sering datang buat liat lo” Jawab jaemin.
“Jen.. Gue pulang ya?”
“Iya” Jawab jeno singkat, sebenarnya ia tak ingin jaemin pulang. Tapi, mau diapa lagi.
“Jen..” Jaemin mendekat memegang kedua pipi jeno, jeno pun akhirnya menatap mata jaemin.
“Gausah sedih, lo kan bisa datangin gue. Gue juga bakal sering kesini ko, gue pergi dulu ya” Jaemin mengusap pipi jeno pelan, lalu melangkah pergi.
“Gue bakal sering juga datangin lo, tiap hari kalo perlu. Jaga diri ya chan” Kata jisung berpura pura ceria
“Dan, chenle!!” Chenle yang mendengar jisung mengeraskan suaranya dan memanggil namanya pun kaget
“Gue ga nyerah soal lo ya!! Pokoknya gue bakal kejar lo terus sampe lo mau jadi pacar gue!!” Chenle yang mendengar hal itu pun malu, pipinya bersemu merah sampai ke telinganya. Setelah melihat chenle yang bersemu, jisung pun tersenyum dan melangkah pergi.
“Chan.. Gue boleh minta waktu lo sebentar?” Kata renjun
“Boleh”
Renjun dan haechan sekarang tengah berada di bukit perbatasan. Entah apa yang mau dibicarakan renjun sampai ia harus dibawa kesini.
“Chan.. Gue pulang ya?”
“Iya jun, hati-hati ya. Jangan lupa datang kesini buat main bareng gue!”
Haechan berpura-pura ceria. Ia tau saat ini renjun sangat sedih, antara meninggalkannya atau meninggalkan mamanya. Tentu ia akan memilih mamanya, mamanya sudah tidak memiliki siapa siapa lagi.
“Haechan, gue sayang lo”
“Gue juga sayang sama lo jun” Jawab haechan tersenyum
“Gue cinta lo chan”
Haechan yang mendengar itu langsung pun gugup, tidak tau harus berkata apa.
”..dan gue bakal lepasin lo chan, karena gue tau, sebesar apapun cinta gue ke lo, gue bukan mate lo. Gue gabisa apa apa”
Haechan masih diam, tak tau harus membalas apa.
“Boleh gue peluk? Buat terakhir kalinya?”
Haechan pun mengangguk kecil. Renjun maju dan memeluk haechan. Haechan menenggelamkan kepalanya di leher renjun. ah gue selalu suka pheromone renjun, menenangkan. batin haechan.
Selang beberapa menit, akhirnya renjun melepaskan pelukannya.
“Gue pergi ya chan..”
“Iya..”
“Selamat tinggal”
Renjun bukan mengucapkan selamat tinggal pada haechan, tapi pada perasaannya. Yang harus berhenti.
Belum sempat renjun membalikkan badannya, cahaya putih pun meruak di tengah tengah mereka. Dada mereka berdua mengeluarkan sinar yang sama. Setelah sinar itu pudar, mereka pun kebingungan.
apa yang terjadi? batin haechan
“Chan lo gapapa?” Renjun maju mendekati haechan, cahaya pada dada haechan tadi sangat terang.
“Tadi cahayanya terang banget di dada kiri lo” Lanjut renjun.
“Di dada kiri lo juga tadi terang banget jun, dan gue ga ngerasa sakit apa apa ko”
“Ini.. Bukan yang gue pikirin kan?” Tanya renjun
“Maksud lo?”
Renjun lalu menyingkap bajunya keatas, haechan yang melihat itu pun memalingkan muka. Pipinya memerah.
“I-ini?”
Haechan yang mendengar suara renjun bergetar pun menoleh kearahnya, dan ia melihat tanda mate di dada kiri renjun berbentuk kedua tangan yang membentuk wadah dan diatasnya terdapat setangkai bunga matahari.
“Jun, jangan bilang-”
Haechan membuka dua kancing atasnya dan membukannya untuk melihat dada kirinya. Benar saja, tanda yang sama tercetak jelas di dada kirinya.
“Kita mate!!?”
~SEASON 1 END~