Mediastinum

Setelah keputusan mereka, haikal kacau. Tentu saja. Haikal begitu mencintai ian, cinta pertamanya.

Haikal mencoba mencari pelarian, ikut acara acara menjadi panitia. Terus menjadi volunteer tapi nihil. Ia terus memikirkan ian, yang ada ia malah jatuh sakit.

“Haikal... Udah ya jangan siksa diri lo sendiri ya? Kalo lo terus maksa diri lo gini, yang sakit lo kal, yang rugi lo” Kata jean

“Iya kal, cowo brengsek itu ga pantas buat lo galauin. Udah ya kal, gue sama jean gabisa liat lo gini”

Hari ini rendi dan jean sedang berada di rumah haikal. Haikal lagi-lagi jatuh sakit.

“Hiks.. Gue.. Kenapa.. Kenapa semua gini si” Haikal menangis

Jean dan rendi sudah tidak bisa apa apa, mereka hanya memeluk haikal dalam diam.


Four Years Later

Haikal baru saja pulang dari kantornya, hari ini sangat melelahkan.

“Sayang”

Panggil seseorang dari belakang haikal

“Ka marka!! Ih ngapain disinii”

“Hahah jemputin kamu, udah selesai kan kerjaannya. Ayo pulang bareng”

“Hehe udahh, ayoo”

Haikal sudah menemukan kebahagiaannya yang lain. Kebahagiaan yang awalnya bersama ian, berganti ke marka.


“Ehh denger denger katanya ntar ketua tim kita bakal ganti”

“Hah iya? Sama siapa”

“Gue denger denger si anak bos”

“Oh pantes langsung jadi ketua tim”

“Heh jangan salah ngomong luu, dia sekolah di kanada gilaa. Cumlaude”

“Hahh iya!! Berarti bukan kaleng kaleng”

Haikal dari tadi hanya mengerjakan pekerjaannya, malas mendengarkan gosip-gosip diantara pegawai.

Saat mendengar kata kanada haikal teringat dengan kenangan masa lalunya, ian. Kali ini ia hanya tersenyum, ia sudah berdamai dengan masa lalunya.


Haikal hari ini terlambat, karena alaramnya tidak bunyi.

“Maaf saya terlambat!” Kata haikal masih mengatur nafas sembari menunduk ke lantai

“Tidak apa apa, haikal”

deg

Ia tau persis siapa pemilik suara ini..

Ian.


“Maaf pak, saya sudah menyelesaikan semua dokumen yang harus saya kerjakan hari ini. Saya pulang deluan ya pak”

Kata haikal, meminta izin dari ketua tim barunya yang kebetulan adalah mantannya.

“Boleh, silahkan haikal”

Sebelum haikal keluar dari ruangan, ia merasa tangannya ditarik kedalam lagi.

“Haikal”

“Ada apa pak?”

Haikal menjawab dengan sepantasnya ia menjawab bos nya.

“Haikal, kamu sudah lupa sama aku”

Haikal tertawa miring

“Tidak pernah, kamu adalah cinta pertamaku bagaimana bisa aku lupa?”

Jeffrian menatap mata haikal, terdapat sorot kesedihan di dalamnya

“Haikal aku minta maaf, biarin aku menjelaskan semuanya” Jeffrian menunduk

“Oke”

Jawaban yang jeffrian tak kira kira keluar dari mulut haikal.

“Besok hari minggu, kita bisa bicarakan semuanya”


Hari ini haikal akan mendapatkan validasi atas hubungannya yang kandas tanpa alasan yang jelas. Jeffrian yang nantinya akan menjemputnya.

Tau dari mana alamat haikal?

Well.. Alamat haikal tidak pernah berubah. Masih sama, saat mereka bersama dulu.


Mereka sekarang sedang berada di dalam mobil. Hening, adalah satu kata yang menggambarkan keadaan mereka sekarang.

“Mau kemana?” Haikal membuka pembicaraan

“Ke pantai, kamu masih suka pantai kan?”

Haikal mengangguk ringan


“Silahkan jelaskan apa yang perlu kamu jelaskan” Kata haikal

Mereka sedang duduk di atas pasir, mengamati matahari yang sebentar lagi turun.

“Haikal, aku minta maaf. Maaf begitu saja pergi, maaf tiba tiba menghilang, maaf mengakhiri hubungan kita seperti itu-”

“Kamu tau kan aku sangat hancur kala itu?” Tanya haikal masih setia menatap langit.

“Alasan kamu pergi apa?” Tanya haikal lagi

“Haikal.. Saat itu orang tua aku hampir bangkrut. Dan aku sebagai penerus harus bisa membangun kembali citra kantor. Maka dari itu aku mengejar beasiswa ke kanada” Jeffrian menunduk menceritakan hal itu, ia malu dan ia takut menatap haikal

“Hmm.. Terus”

Jeffrian akhirnya menatap ke arah haikal

“Saat kita pisah, aku juga hancur haikal. Satu satunya support sistemku pergi. Dan, itu gara gara kebodohanku sendiri”

Haikal masih diam, masih setia menatap matahari yang sebentar lagi turun.

“Haikal”

Haikal menoleh ke arah jeffrian

“Haikal, aku minta maaf”

“Aku sudah memaafkanmu”

Jeffrian yang mendengar hal itu tentu kaget, tapi ia juga senang.

“Haikal”

“Hmm”

“Apa masih ada kesempatan untukku?”

Jeffrian menatap haikal lekat, haikalnya masih cantik, masih indah, masih membawa kehangatan di hatinya.

“Maaf ka ian”

Panggilan itu kembali, panggilan yang ia rindukan.

“Tapi, aku sudah menemukan kebahagiaan aku. Saat tempat itu kamu tinggalkan dulu, aku biarkan kosong. Aku mengira kamu akan kembali, meminta maaf dan memulai kembali semuanya”

Haikal bercerita dengan tenang, ia memang sudah menerima semuanya. Ia sudah berdamai.

“Tapi, kamu tidak datang kembali. Kamu benar benar hilang, tanpa jejak. Aku mencarimu, tapi sepertinya memang kita tidak ditakdirkan bersama.” Jawab haikal tersenyum sedih

“Semua sudah di masa lalu, aku memaafkanmu ka ian. Kalau mau kita bisa mengulang kembali, sebagai teman”

Jujur, hati jeffrian sekarang tengah hancur. Tapi melihat haikal di depannya, ia pasti lebih hancur dulu.

“Sebagai teman, baiklah” Jawab jeffrian

“Haikal”

“Iya ka ian?”

The sunset is beautiful, isn't it

Haikal tersenyum

It is

Haikal sekarang sedang menunggu di depan rumahnya. Menunggu jeffrian tentunnya. Saat ia sedang bermain hp, ia melihat ada mobil hitam berhenti tepat di depannya.

Mobil siapa dah markir sembarangan batinnya

Pintu mobil terbuka, haikal dapat melihat seseorang turun.

“Kak ian!!” Antusias haikal

“Haii udah nunggu lama ya??”

“Engga ko kak, baru keluar juga ini”

“Yauda kalo gitu, ayo!”

Haikal masuk kedalam mobil jeffrian

“Ih kaget tau, baru pertama kali ka ian bawa mobil”

“Hehe iyaa, hari ini spesial jadi gue bawa mobil”

“Ih ada apatu hari ini”

“Ada dehh”


Mereka sekarang telah sampai di puncak gunung, tempat biasa orang-orang kota ini mengamati bintang

“Wahhhh.. Indah banget” Kata haikal

Jeffrian yang sendari tadi gugup tidak tau harus memulai dari mana, melihat haikal yang senang, hatinya menghangat.

“Haikal”

“Iya kak ian?”

Haikal menoleh. Cahaya bulan tepat di belakang tubuh haikal, membuatnya semakin cantik.

“Haikal”

“Iya ka ian? Jangan bikin gugup dong ini”

“Hahaha serius ini. Haikal, sebelum kamu hadir di hidup aku semuanya terasa monokrom. Setelah kamu hadir, hari hari aku bener bener berwarna. Pagi siang sore bahkan malam cuma kamu yang ada di pikiran aku”

Jeffrian melangkah mendekat, memegang tangan haikal.

“Haikal, aku gatau kalo ini terlalu cepat atau engga. Tapi perasaanku sudah gabisa aku simpan lagi”

Haikal yang mendengar itu gugup, mereka sama sama gugup.

“Haikal, mau gak jadi pacar jeffrian?”

Haikal yang mendengar itu, menatap jeffrian tepat di matanya. Angin berhembus mengenai rambut mereka.

“Ka ian...”

“Kalo kamu gamau jawab sekarang gapapa, aku cuma mau nyatain perasaan aku doang kok” Kata jeffrian, tersirat sedikit kekecewaan di nadanya.

“Bukan gitu ka ian, aku kaget aja. Aku kira ka ian gabakal nanyain ini”

“Dan iya.. Aku mau jadi pacar ka ian”

“BENERAN!!” jeffrian excited

“Iya ka ian!”

YAYY, jeffrian mengangkat haikal memeluknya sambil berputar. Hari itu, mereka berdua

Bahagia.

Haikal memacu motornya dengan kecepatan tinggi ke kampus.

Bodoh banget anjir bisa bisanya lupa batinnya.

Sesampainya ia ke kampus, ia memarkirkan motornya tepat di sebelah gerbang. Lagipula ia akan cepat pulang, pikirnya.


Lapangan basket kampus ink cukup luas, ya karena kampus ini terkenal dengan kehebatan mahasiswanya yang bukan main-main dalam bidang olahraga itu.

Dimana ya ka jeffrian? batinnya

Haikal melihat ada kakak tingkat yang duduk di tepi lapangan, ia memutuskan untuk bertanya.

“Permisi kak, maaf mengganggu waktunya. Saya mau bertanya kakak kenal ka jeffrian?”

“Loh, iya kenal. Kamu haikal ya?” Tanya salah satu kakak tingkat dengan muka yang mirip anjing samoyed.

“Ah iya kak” Haikal menjawab agak canggung.

“Duduk disini aja dulu kal, tuh jeffrian lagi di tengah”

“Widih, gue kira cuma fotonya doang yang gemes. Aslinya gemes juga ternyata ya! Btw gue luca salam kenal” Luca mengulurkan tangannya

“Ah iya kak, haikal. Salam kenal” Haikal membalas uluran tangan luca

“Gue noah, salam kenal”

“Ah iya kak”

Haikal akhirnya duduk bersama kedua kating tadi, melihat ke arah lapangan. Tepat saat haikal menaruh atensinya pada jeffrian, ia sedang melakukan shoot 3 point. Saat bola masuk, kedua temannya bersorak.

deg

Eh? Apa ini? Hati lu jangan macam macam ya! Ini ngobrol aja belum lu asal dag dig dag dug batin haikal sambil memukul dadanya.

Jeffrian yang sudah selesai mencetak poin akhirnya bergegas ke pinggir lapangan, karena dilihatnya ada anak baru yang duduk bersama teman-temannya yang dapat ia pastikan itu haikal.

“Hai, haikal ya?” Tanya jeffrian

“Ah, eh, iya kak” Jawab haikal gugup

Gemes banget batin jeffrian

“Gausa gugup, santai aja sama kita-kita”

“Oh iya kak, hehehe”

“Bentar ya aku ambilin name tag kamu”

“Elah jeprian liat yang bening dikit langsung pake aku kamu” Timpal luca

“Kan sopan anjir, namanya baru kenal” Jawab jeffrian

“Ini ya”

Haikal menerima uluran name tagnya

“Kalo gitu saya pulang dulu ya kak, permisi”

“Cepet banget gamau main sama kita-kita dulu?” Tanya noah

“Oh ga kak, heheh ada urusan”

“Oh yaudah kalo gitu, hati-hati”

Haikal dengan cepat pergi dari sana.

Haechan sekarang sedang berbaring di kasurnya, tidak sabar untuk hari esok.

Kantuk pun akhirnya datang, ia menutup mata dan pergi ke alam mimpi.

“BAWA DIA KE PENJARA BAWAH TANAH!!”

“TIDAK! AKU TIDAK BERSALAH! TOLONG! DENGARKAN AKU! AKU TIDAK BERSALAH!”

“BORGOL TANGAN DAN KAKINYA, PASTIKAN DIA TIDAK NYAMAN DISANA”

“TOLONG! HIKS”

”..ung, hyung!! Hyung!!!”

eoh..

Haechan tersadar dari tidurnya, peluh bercucuran di dahinya.

“Hyung! Tidak apa apa? Apa hyung sakit? Jika hyung sakit kita tidak perlu pergi hyung..” Itu chenle, bisa ia lihat chenle terlihat sangat khawatir sekarang

“Aku baik baik saja, hanya mimpi buruk”

ah.. Mimpi itu lagi.. Kapan aku bisa terbebas dari itu.. batinnya.

Ia menatap chenle yang berada di sisi kasurnya, terlihat khawatir. Ia tersenyum dan mencoba ceria.

“Chenle-ya, kamu bawa bajunya?”

“Oh! Ya! Aku membawa bajuku yang paling bagus untuk hyung!!”

“Benarkah? Kalau begitu bantu aku memakainya”

“Baik hyung!!”


“Wahh!! Festival di kota hari ini benar benar ramai!!!”

Chenle sedang menatap sekeliling dengan gembira

“Iya, hari ini sungguh ramai” Haechan menjawab

Hari ini di kota sedang ada festival bulanan, banyak orang menari dan memainkan alat musik dimana mana. Banyak aneka ragam makanan dan atraksi.

Berjalan jalan memang pilihan yang tepat pikir haechan

“Hyung!! Tunggu disini sebentar aku akan membelikan kita sate!!”

“Hahha baiklah, hati hati chenle-ya!”

Haechan sedang duduk di air mancur tengah kota sekarang, ia senang berada di sini. Ricuhnya kota membuatnya merasa tidak sendirian.

Tak lama ia duduk disana, tiba-tiba ia melihat seorang pria yang sedang memberi makan kucing. Tetapi ada kereta yang menuju kearahnya.

“AWAS!!”

Haechan tanpa sadar berlari ke arah pria tersebut, dan mendorongnya ke sisi jalanan.

“Aw!!” Pekik haechan

“Kamu tidak apa apa?” Tanya haechan

“Oh! Aku tidak apa apa, seharusnya aku yang bertanya apa kamu tidak apa apa?” Tanya pria itu balik

“Ah iya aku tidak apa apa”

Haechan tidak menyadari ia sedang berada diatas pria tersebut

“O-oh maaf!”

Haechan segera berdiri. Pria itu pun juga berdiri. Menepuk nepuk debu dari tubuhnya.

“Terimakasih sudah menyelamatkanku. Kalau tadi kamu tidak mendorongku, mungkin sekarang kakiku sudah patah satu hahaha” Kata pria itu

“Haha leluconmu sangat buruk, tapi sama sama.” Jawab haechan

“Oh iya, namamu siapa? Aku tidak ingin berhutang budi.”

“Aku haechan”

“Dan kamu?” Lanjut haechan

“Aku jaehyun, salam kenal”

Belum sempat ia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan haechan. Haechan sudah permisi karena ia melihat chenle di depan air mancur mencarinya.

“Ah! Aku permisi dulu! Temanku sedang mencariku. Sampai bertemu lagi” Haechan melambaikan tangan

Iya.. Sampai bertemu lagi

Makan malam ini sungguh tidak nyaman bagi haechan. Ia harus duduk bersebelahan dengan orang yang ia ingin jauhi, mark.

Di samping itu, mark terus-terusan menatapnya.

“Matamu akan keluar jika menatapku seperti itu terus” Bisik haechan dengan suara kecil pada mark

“Well.. Kamu cantik, aku tidak bisa tidak menatapmu” Balas mark, menggoda.

Ugh.. Just shut your mouth dan fokus pada makananmu” Jawab haechan malas

“Ah.. Tapi aku lebih suka memfokuskan diriku pada sesuatu yang menarik, seperti dirimu”

Haechan menoleh, memicingkan matanya dengan sinis ke arah mark. Dan mark hanya terkekeh kecil.

Jeno yang sendari tadi berada di sebelah mark sedikit terkejut.

Huh? Haechan memang begini ya? Setauku dia hanya pria pemalu dan selalu menunduk. Bukan pria dengan penuh percaya diri seperti ini

“Haha tidak terasa sebentar lagi kita akan menjadi besan huh eunhyuck”

Siwon, ayah haechan tertawa berbincang dengan ayah mark eunhyuck.

“Haha akupun tidak menyangkanya, mereka terlihat serasi bersama” Jawab eunhyuck

Haechan merasa tidak nyaman disana, pertunangan ini bukan kemauannya tetapi ia tidak dapat menolak.

“Maaf.. Saya merasa tidak enak badan. Saya permisi kembali ke ruangan saya”

Haechan berdiri, tapi belum sempat ia meninggalkan ruangan. Eunhyuck menyaut

“Ah, kalau begitu biarkan mark mengantarmu sampai ruanganmu”

“Tidak perlu, maid akan mengantarkan saya. Lagi pula saya percaya mark akan senang berbincang-bincang dengan anda semua” Jawab haechan tanpa berpikir

“Oh, tentu ayah. Kalau begitu saya permisi mengantarkan calon saya ke ruangannya”

Mark menekankan kata calon. Tanpa memperdulikan jawaban haechan, mark sekarang sudah berdiri dan menggenggam tangan haechan. Kedua ayah mereka tersenyum senang melihat hal itu.


“Lepasin tanganku”

Haechan menepis kasar tangannya dari genggaman mark.

“Ouch.. Aku tidak tau kau sekasar ini. Tapi ingat, maid sedang melihat. Berprilaku baiklah” Jawab mark sedikit berbisik pada kalimat akhirnya

Haechan mendengus kesal dan terpaksa menerima kembali tangan mark yang menggenggamnya.


“Terimakasih telah mengantarku, kalau begitu aku permisi”

Haechan baru saja membuka pintu kamarnya tetapi mark mendorong mereka berdua masuk dan mengunci pintu.

“Kamu!!”

Haechan terkejut, mark menaruh tangannya di sisi kanan dan kiri badan haechan. Ia terjebak dan tidak bisa keluar.

Get your hands off me” Kata haechan kasar

“Aku tidak tau kenapa kamu berubah, tapi aku suka dengan kamu yang sekarang. lebih menantang” Balas mark

“Ha.. Kamu benar-benar sinting ya” Haechan menghela nafas

“Ya.. Karenamu”

“Apa maumu, cepat katakan agar kita bisa mengakhiri ini dengan cepat” Haechan menatap mata mark

“Kamu”

Jawab mark langsung tanpa berpikir.

“Gila”

“Menjauh dariku atau aku akan berteriak, jangan lupa bahwa maid masih berada di depan kamarku” Lanjut haechan

Mark terkekeh dan menjauhkan dirinya dari haechan.

“Ahh.. Kamu sungguh tidak seru. Baiklah aku akan pergi dulu, ayah sekarang pasti sedang menungguku.” Kata mark

Mark mendekat kearah kuping haechan dan berbisik

“Selamat malam, dan sampai bertemu lagi”

Mark keluar dengan tampang kemenangan di mukanya.

tok tok tok

Haikal masih setia di alam mimpinya, masih belum menggubris ketukkan di pintu kos nya.

TOK TOK TOK TOK TOK

hhhh yaampunn baru juga gue tidur berapa jam, siapa sih! batin haikal

“Iya iya bentar, sabar. Siapa sih kek mo nagih hutang aja”

Haikal bangun dari tidurnya, mengenakan hoodie yang agak kebesaran di badannya dan celana training pendek yang sendari tadi dipakainya.

ceklek

“Eoh?!”

Haikal terdiam di depan pintu

“Baru bangun lo? Gue kan udah bilang mau jemput?”

Jawab noah, sudah rapih dengan jaket kulit andalannya

“Y-ya tapi ini jam berapa anjir noah!!” Haikal gelagapan

“Yauda mandi gih gue tunggu di depan”

“Yang bilang gue mau jalan sama lu siapa?” Jawab haikal ketus

“Oh, lo gamau sushi? Gue padahal mo ajak makan sushi di senopati”

“Siapa yang bilang gue gamau ikut! Gue mandi dulu, lo tunggu di dalam aja. Kek satpam lo diluar”

gemes banget ni anak anjir batin noah

Noah pun masuk ke dalam kosan haikal.

bersih juga batin noah

Noah duduk di kursi kecil dekat jendela.


“Yaampun kenyang bet dah gueeee” Haikal berkata sambil memegang perutnya, senang.

“Lo ngapa dah traktir-traktir gue, ada maunya ya lo” Terka haikal, matanya melotot melihat noah.

gemes batin noah

“Iya, ada maunya gue. Lo udah makan sushinya jadi lo gabisa mundur.” Jawab noah

“Eh! Eh! Lo! Licikk lo ya!!”

“Apa mau lo? Cepet kasitau mumpung gue lagi good mood”

“Gue mau...”

Haikal menatap lekat mata noah, yang ditatap merasa gemas sekali pada haikal.

“Mau apa dah cepet!”

”..mau deketin lo.”

“HAHHHH!!?”

Noah yang baru turun dari motornya mendekat kearah haikal.

Dari mana ia tau haikal?

Gampang

Haikal terkenal, juara dari barat. Sama sepertinya, semua pembalap pasti tau haikal.

Noah berhenti tepat di depan haikal yang sedang duduk tertegun di bangku kayu.

“Ganteng ya gue?” Noah membuka pembicaraan

Haikal yang sadar pun langsung menggelengkan kepalanya.

gemes batin noah

“G-gak, apa dah lo pede amat!” Jawab haikal ketus

“Jadi, mau tanding sekarang?” Tanya noah

“Oke, langsung aja”


Haikal dan noah sekarang sedang berada di Start line.

Balapan kali ini lumayan rumit, karena nantinya akan banyak tikungan yang tajam. Tapi tentunya disini yang diuntungkan adalah haikal, karena ia berada dalam zona nya.

“Siap?” Tanya noah

“Selalu” Balas haikal percaya diri.

Mereka menutup kaca helm mereka berbarengan. Kali ini yang menghitung mundur adalah jidan.

“OKE KEDUA RACER SIAP!!?”

Haikal dan noah menggangguk bersamaan.

“THREE.. TWO.. ONE..”

TITTT

Haikal dan noah sama sama memacu motor mereka dengan kecepatan tinggi. Noah memimpin kali ini, tapi selang beberapa menit haikal menyusul. Mereka sekarang sedang berada dalam kecepatan yang sama, susah untuk membalap satu sama lain.

Akhirnya mereka sampai di lane yang berliku.

Gue harus menang, ini zona gue. batin haikal.

Ia memacu motornya lebih cepat, sayangnya ada paku di tikungan kali ini. Karena ia deluan yang memacu motornya, ia yang terkena paku tersebut.

Motor haikal oleng ke arah kanan dan jatuh. Haikal juga terlempar.

Lemparan tersebut mengakibatkan kaki kanan haechan terkilir dengan luka yang bisa dibilang “ringan” Di sekujur tubuhnya.

Noah yang melihat hal itu bergegas berhenti, dan berjalan kearahnya.

“Lo gapapa?” Tanya noah, dia mencoba tenang karena ia bisa melihat haikal yang panik.

“LO JANGAN PEGANG-PEGANG GUE, LO JAUH SANA” Teriak haikal

Ha... Sudah gue duga anaknya keras kepala batin noah

“Siapa bilang gue mo megang lu?” Jawab noah, tapi berkontradiksi dengan dirinya yang sekarang mengangkan haikal ala bridal style.

“E-eh!! Eh!! Turunin gue!! Turunin!!!” Haikal memberontak.

“Diem, lo liat kaki lo sekarang? Lo kira lo bisa jalan dengan keadaan gitu?”

Haikal terdiam

“Gue juga gamau kali gendong lo gini, tapi ya masa gue tinggal lo” Lanjut noah

“Ya tinggal aja gue disini kalo lo ga ikhlas!!”

“Bener ya? Gue tinggal”

Noah menggerakan badannya seolah-olah ia mau menurunkan haikal.

Tapi, haikal dengan manis memeluk leher noah.

“Katanya mau ditinggal tadi?”

Haikal hanya diam.

Haikal baru saja sampai ke arena barat, tempat ia biasanya balapan.

Banyak banget orang anjir, ini mau balapan apa konser batinnya

“Ko rame banget anjir?” Tanya haikal pada jidan

“Kaga tau si gue, tapi keknya rame ya gara-gara juara barat sama juara timur mau tanding” Jawab jidan santai

“Ih anjir kalo rame gini gue suka gugup” Jean nimbrung

“Yang tanding gue yang gugup lo” Haikal mendecak

Saat mereka sedang asik mengobrol, muncul rombongan dengan motor hitam yang masuk ke arena. Sebagian orang yang tadinya menunggu di arena bersorak. Dan yang bersorak tentunya adalah anak timur.

“Dateng tuh, lawan lo”

Haikal yang tadinya memperhatikan jean yang ngomong gajelas akhirnya menaruh atensinya pada orang yang memimpin rombongan itu.

Setelah mendengar kabar haechan di pagi hari, mark bergegas memanggil teman-temannya.

“Gue butuh bantuan kalian”

“Kenapa? Perasaan baru aja kemaren lo bahagia banget haechan bakal stay sama lo. Sekarang kenapa muka lo kusut banget?” Kata johnny.

“Lo diam dulu bisa ga si, lo ga liat situasi lg serius!” Jawab jaehyun sambil memukul kepala johnny

“Sakit anjir!!”

“Kenapa bang?” Kata jeno yang baru saja sampai dengan chenle

“Gue butuh kalian buat bertarung sama gue, disamping gue”

“HAH!!?” Jawab johnny dan jaehyun berbarengan

“Maksud lo bang?” Tanya jeno

“Ayah haechan akan datang, dan dia membawa perang dengan kedatangannya. Gue butuh bantuan kalian untuk bertarung sama sama gue, tapi kalau kalian ga mau. It's okay, gue menghormati pilihan kalian. Karena gue ga bisa menjamin kalian akan selamat”

“Lo kira kita apa? Lo kira kita temen segampangan itu ninggalin lo perang sendirian?” Jawab jaehyun, sedikit sakit hati karena mark menyepelekan kesetiaan mereka

“Bener!! Lo tuh, udah berapa ratus tahun kita temenan. Lagian, kalo beneran kita ga selamat. Berarti sudah waktunya kita pergi, gue juga udah bosan hidup lama begini.” Jawab johnny dengan sedikit gurauan agar tidak terlalu serius.

“Makasih jae, john. Jen? Lo ikut abang?”

“Ikut lah bang, masa gue ninggalin abang gue sendirian. Lagipula jaemin pasti bakal di grada terdepan dan gue gamungkin biarin dia sendiri disana” Jawab jeno

“Oke, chenle?”

“Ikut lah bang!! Kecil kecil gini gue cabe rawit ya!!” Jawab chenle antusias.

“Oke kalo gitu, jen lo bisa tolong bawa prajurit ayah kesini kan?”

“Bisa bang, gue pergi dulu” Jeno dengan pergi dengan kecepatan yang bisa dibilang secepat cahaya. Kelebihan mereka, seorang vampir.


Sore hari telah tiba, matahari masih belum terbenam. Cahaya jingga masi setia tergambar di langit.

Haechan dan mark berdiri di paling depan pasukan mereka. Tak lupa renjun jaemin dan jisung yang berada di sebelahnya.

Johnny jaehyun jeno dan chenle berada di sebelah mark. Mereka semua sekarang berada di depan perbatasan.

Dari kejauhan sudah terlihat pasukan werewolf yang datang, dan mereka juga membawa banyak sekali pasukan. Tapi tidak perlu takut, karena pasukan mark tidak kalah banyak.

“Jadi ini haechan? Anak siwon yang memiliki mate vampir”

Salah satu dari tetinggi werewolf angkat bicara, jarak mereka sekarang hanya sekitar 20 meter lagi.

“Oho, boleh juga. Ternyata kalian punya banyak pasukan”

“Kalian tidak perlu banyak bicara, saya menawarkan satu kesempatan untuk berdamai. Tolong pertimbangkan peperangan ini” Jawab mark, angkuh tentu saja.

“HAHAHAHA, APA KALIAN TAKUT KALAH!!?”

“Tentu saja tidak, kami pasti menang.” Jawab mark dengan percaya diri

“Tentu saja kami tidak akan mundur, mereka benar-benar mempermalukan bangsa kami. Dan kami, akan melenyapkan mereka.”

“Langkahi dulu mayat saya!” Teriak jeno. Ia tau maksud dari kata “mereka” Adalah jaemin jisung dan haechan karena mereka memutuskan untuk menetap di dunianya.

“OKE BERSIAP SIAPLAH!!” teriak tetinggi itu.

“PASUKAN!!” teriak mark tak kalah nyaring.

“SAYA BERI SATU KESEMPATAN UNTUK MEMBERIKAN MEREKA BERTIGA PADA KAMI!!” teriak tetinggi itu

“TIDAK AKAN PERNAH!!” jawab mark

“SER-”

“BERHENTI!!” belum sempat tetinggi itu memimpin pasukannya untuk menyerang. Terdengar suara yang sangat nyaring dan menggelegar menghentikan peperangan itu.

Tetinggi itu menoleh kebelakang, ia tau benar siapa pemilik suara ini.

“A-alpha!!?” Suara tetinggi itu bergetar.

Alpha, pimpinan mereka. Yang paling kuat diantara yang kuat. Yang paling bijaksana dari yang bijaksana. Dan, werewolf pertama yang masuk kedalam keempat faksi werewolf.

“Kenapa kamu menyerang tanpa izin dariku?” Sang alpha sekarang telah berdiri di depan pasukan werewolf, tepat di samping tetinggi itu.

“Mereka telah mempermalukan bangsa kita, alpha. Mereka pantas mat-”

Belum sempat tetinggi itu menyelesaikan kalimatnya, sang alpha memotong pembicaraannya.

“LANCANG!! Atas dasar apa kamu berpikir kamu berhak menghukum mati rakyatku? Rakyat yang aku jaga dan aku cintai?”

Tetinggi itu diam

“Saya pikir, mengangkatmu menjadi salah satu tetinggi di bangsa ini akan membawa bangsa ini lebih baik. Ternyata saya salah.”

Sang alpha melanjutkan

“Prajurit, bawa dia kembali dan tempatkan dia ke ruang pengadilan”

Dua orang prajurit di samping tetinggi itu langsung membawa pergi tetinggi tersebut.

“TIDAK!! MEREKA YANG BERSALAH!! KENAPA SAYA YANG DIBAWA!! LEPASKAN!! KALIAN TIDAK DENGAR AKU!! LEPASKAN!!”

Setelah kepergian tetinggi itu, suasana tidak lagi mencekam. Tetapi mark serta yang lain masih dalam mode waspada.

Sang alpha, berjalan mendekat ke arah mereka sendirian.

“Alpha!” Teriak salah satu pengawal sang alpha

“Tidak apa apa, mereka tidak akan melukaiku”

Setelah sampai di depan mark dan haechan, sang alpha mengulurkan tangannya kearah haechan. Haechan yang kaget pun mundur dan mark dengan sigap berdiri didepannya.

“Hahaha, aku tidak akan mencelakakan matemu. Dia adalah rakyatku, aku tidak menyakiti rakyatku.” Sang alpha berkata sembari tersenyum

Mark yang mendengar itu masih kekeh berada di depan haechan, tidak sekalipun ia goyah.

“Haechan, aku mau berbicara denganmu. Boleh kan?” Kata sang alpha

Haechan yang awalnya takut takut akhirnya menepuk pundak mark. Setelah mark menoleh haechan berbisik tidak apa apa, dia tidak akan mencelakakan ku. mark yang mendengar itu masih tidak ingin minggir. Haechan yang melihat hal itu pun menggenggam tangan mark.

“Tidak apa apa mark, percaya padaku.” Mark akhirnya bergeser dan haechan sekarang sedang berdiri di depan alphanya.

“Alpha” Haechan menundukkan kepalanya memberi hormat.

Sang alpha pun mengulurkan tangannya lagi dan mengusap pucuk kepala haechan dengan lembut.

“Haechan, jadi benar matemu adalah seorang vampir?”

“Benar alpha”

“Hmm.. Apa kamu benar-benar bersedia tinggal di dunia vampir?”

“Aku bersedia alpha”

“Baiklah kalau gitu, aku tidak mau memperpanjang masalah.”

“A-alpha tidak akan menghukumku?”

“HAHAHA, untuk apa aku menghukummu? Lagi pula, mate adalah takdir yang ditentukan oleng sang maha kuasa. Aku tidak mungkin menentangnya”

“Terimakasih alpha”

Mata haechan sekarang sedang berkaca kaca. Lalu ia teringat, bagaimana bisa alpha tiba tiba datang kesini.

“A-alpha?”

“Iya haechan?”

“Bagaimana anda bisa datang kemari?”

“Oh.. Itu, ayahmu yang memberitahukan soal hal ini”

“Apa?”

“Ia datang menemuiku pagi pagi buta, aku tentunya terkejut melihatnya. Ia tidak pernah seperti itu. Dan ia memberitahukan soal kejadian yang akan terjadi ini.”

Haechan menatap tanah, berpikir kenapa ayahnya berbuat seperti itu? Bukannya ayahnya membencinya?

“Ayahmu mengakui kesalahannya”

“Maaf alpha aku tidak mengerti”

“Ia mengaku bahwa ia telah menyiksamu, dan ia berkata bahwa ia dan istrinya akan menyerahkan diri jika aku datang dan menghentikan peperangan ini”

Mata haechan semakin berair, dan akhirnya ia pun menangis. Tidak menyangka ayahnya akan berbuat seperti itu.

“Berbahagialah, haechan.”

Kata terakhir sang alpha sebelum memimpin pasukan mundur.

Baru saja mark mau membawa pasukannya mundur terdengar suara dari jauh.

“Jaemin”

“Jisung”

“Renjun”

Jaemin, jisung dan renjun yang namanya disebut pun menoleh lagi dan mereka melihat orang tua mereka.

“Jaemin, pulang ya nak? Mama dan papa janji tidak akan bertengkar lagi”

“Ma..” Mata jaemin berkaca-kaca

“Jisung-ah.. Maafin mama sama papa ya nak. Maafin kami karena menelantarkan kamu. Kami janji akan memperlakukan kamu dengan lebih baik. Ayo pulang ya nak”

Jisung yang mendengar hal itu menunduk kebawah.

“Nak, kamu mau meninggalkan mama sendirian disini? Mama cuma punya kamu, mama gapunya siapa siapa lagi, ikut mama pulang ya” Kata mama renjun

Renjun pun juga tertunduk. Akhirnya mereka bertiga melihat kearah haechan, haechan yang melihat hal itu pun tersenyum dan berkata

“Pulang, gue gapapa. Kalian punya keluarga disana, gue gapapa disini. Ada mark yang bisa jagain gue.”

“Jaga diri ya chan, gue bakal sering datang buat liat lo” Jawab jaemin.

“Jen.. Gue pulang ya?”

“Iya” Jawab jeno singkat, sebenarnya ia tak ingin jaemin pulang. Tapi, mau diapa lagi.

“Jen..” Jaemin mendekat memegang kedua pipi jeno, jeno pun akhirnya menatap mata jaemin.

“Gausah sedih, lo kan bisa datangin gue. Gue juga bakal sering kesini ko, gue pergi dulu ya” Jaemin mengusap pipi jeno pelan, lalu melangkah pergi.

“Gue bakal sering juga datangin lo, tiap hari kalo perlu. Jaga diri ya chan” Kata jisung berpura pura ceria

“Dan, chenle!!” Chenle yang mendengar jisung mengeraskan suaranya dan memanggil namanya pun kaget

“Gue ga nyerah soal lo ya!! Pokoknya gue bakal kejar lo terus sampe lo mau jadi pacar gue!!” Chenle yang mendengar hal itu pun malu, pipinya bersemu merah sampai ke telinganya. Setelah melihat chenle yang bersemu, jisung pun tersenyum dan melangkah pergi.

“Chan.. Gue boleh minta waktu lo sebentar?” Kata renjun

“Boleh”


Renjun dan haechan sekarang tengah berada di bukit perbatasan. Entah apa yang mau dibicarakan renjun sampai ia harus dibawa kesini.

“Chan.. Gue pulang ya?”

“Iya jun, hati-hati ya. Jangan lupa datang kesini buat main bareng gue!”

Haechan berpura-pura ceria. Ia tau saat ini renjun sangat sedih, antara meninggalkannya atau meninggalkan mamanya. Tentu ia akan memilih mamanya, mamanya sudah tidak memiliki siapa siapa lagi.

“Haechan, gue sayang lo”

“Gue juga sayang sama lo jun” Jawab haechan tersenyum

“Gue cinta lo chan”

Haechan yang mendengar itu langsung pun gugup, tidak tau harus berkata apa.

”..dan gue bakal lepasin lo chan, karena gue tau, sebesar apapun cinta gue ke lo, gue bukan mate lo. Gue gabisa apa apa”

Haechan masih diam, tak tau harus membalas apa.

“Boleh gue peluk? Buat terakhir kalinya?”

Haechan pun mengangguk kecil. Renjun maju dan memeluk haechan. Haechan menenggelamkan kepalanya di leher renjun. ah gue selalu suka pheromone renjun, menenangkan. batin haechan.

Selang beberapa menit, akhirnya renjun melepaskan pelukannya.

“Gue pergi ya chan..”

“Iya..”

“Selamat tinggal”

Renjun bukan mengucapkan selamat tinggal pada haechan, tapi pada perasaannya. Yang harus berhenti.

Belum sempat renjun membalikkan badannya, cahaya putih pun meruak di tengah tengah mereka. Dada mereka berdua mengeluarkan sinar yang sama. Setelah sinar itu pudar, mereka pun kebingungan.

apa yang terjadi? batin haechan

“Chan lo gapapa?” Renjun maju mendekati haechan, cahaya pada dada haechan tadi sangat terang.

“Tadi cahayanya terang banget di dada kiri lo” Lanjut renjun.

“Di dada kiri lo juga tadi terang banget jun, dan gue ga ngerasa sakit apa apa ko”

“Ini.. Bukan yang gue pikirin kan?” Tanya renjun

“Maksud lo?”

Renjun lalu menyingkap bajunya keatas, haechan yang melihat itu pun memalingkan muka. Pipinya memerah.

“I-ini?”

Haechan yang mendengar suara renjun bergetar pun menoleh kearahnya, dan ia melihat tanda mate di dada kiri renjun berbentuk kedua tangan yang membentuk wadah dan diatasnya terdapat setangkai bunga matahari.

“Jun, jangan bilang-”

Haechan membuka dua kancing atasnya dan membukannya untuk melihat dada kirinya. Benar saja, tanda yang sama tercetak jelas di dada kirinya.

“Kita mate!!?”

~SEASON 1 END~

Mark yang menerima pesan haechan bergegas berdiri dan masuk ke dalam kamar haechan. Tidak lupa pamit pada taeil dan renjun di depan.

“Gue kedalam dulu ya”

“Iya mark, silahkan” Jawab taeil

“Lo jangan macam-macam lo ya, inget gue belum nyerah” Jawab renjun

“Iya, gue juga gabakal mau macam-macamin haechan kali. Gue mau dia bahagia”

“Ia udah deh masuk cepet lo, kasian haechan gue nunggu” Jawab renjun

“Ck, haechan gue”

Mark langsung melongos pergi tanpa perduli dengan apa jawaban renjun setelahnya.


ceklek

Haechan menoleh ketika ia mendengar suara pintu terbuka.

“Boleh masuk?” Suara dari arah pintu.

“Boleh, masuk aja mark” Jawab haechan tersenyum lembut.

Mark yang mendengar hal itu pun masuk, sekarang ia tengah memposisikan dirinya di hadapan haechan yang tengah duduk di sofa.

“E-eh kenapa duduk dilantai, sebelah gue ini masih kos-”

“Gapapa, aku pengen hadapan sama kamu pas kamu cerita tentang hal ini” Potong mark.

“O-oke... Gue mulai ya ceritanya..”

“Iya.. Aku dengerin”

“Mereka.. Itu mama papa gue”

Ck udah gue tebak batin mark.

“Terus? Kalo mereka mama papa kamu kenapa mereka mau celakain kamu?” Tanya mark

“Mama papa gue adalah fighter terbaik di bangsa werewolf. Saat mereka menikah tentunya mereka berharap keturunan mereka akan menjadi fighter seperti mereka.”

Haechan menarik nafas dalam sebelum melanjutkan.

“Kakak gue, kak yuzu. Terlahir seperti apa yang mereka inginkan, seorang fighter. Lalu 5 tahun kemudian, lahirlah gue.”

Haechan menatap mark dibawah sana, meyakinkan bahwa mark masih mendengarkannya.

Sadar bahwa haechan menatapnya mark memberi reassurance pada haechan bahwa ia memperhatikan.

“Masa kecil aku lumayan bahagia..” Haechan tersenyum miring

”..hanya sampai aku berumur 6 tahun.”

“Kenapa?” Tanya mark

“Werewolf biasanya presenting di umur 7-10 tahun. Di umur itu kita sudah bisa tau, di faksi mana kita berada. Ka yuzu di umur 7 tahun sudah menguasai ilmu pedang dan fisiknya juga sangat kuat. Sedangkan aku..”

Suara haechan terdengar sedikit bergetar.

“It's okay chan.. I'm here..” Kata mark, sembari terus menatap mata haechan lekat

“Tepat di hari ulang tahunku, orang tuaku mengadakan pesta yang besar untuk merayakan lahirnya fighter kedua di keluarga mereka. Mereka mengundang banyak kolega mereka yang tentunya juga dari faksi yang sama, fighter. Tetapi pada saat itu, terjadi insiden yang lumayan..besar”

Mark terus memberi reassurance pada haechan, membuat haechan sedikit tenang.

“Lampu gantung kami, di tengah tengah ruangan tiba-tiba terjatuh, dan menimpa..renjun. Aku yang tentu saja panik langsung berlari ke arahnya. Saat itu renjun sudah dipastikan adalah seorang fighter, dan dia adalah fighter yang sangat berpotensi.”

“Lampu gantung itu menimpa kaki kanan renjun. Aku yang melihat hal itu sangat histeris, karena renjun adalah teman terdekatku. Aku sudah bersamanya sejak kami masih bayi. Aku menangis sangat keras waktu itu, dan tidak disangka-sangka. Tubuhku memancarkan cahaya putih yang sangat terang, lalu aku tak sadarkan diri. Satu hal yang kuingat adalah.. Lampu gantung itu terlempar jauh dari tubuh renjun dan kaki kanannya.. Sembuh”

Haechan menarik nafas perlahan, menceritakan hal ini butuh tenaga juga ternyata batinnya.

“Pelan pelan aja chan, aku disini terus. Biar cerita ini memakan waktu seminggu juga aku bakal tetap diam disini duduk dengerin kamu”

Haechan akhirnya melanjutkan ceritanya

“Saat gue membuka mata, gue udah di kamar gue dan ga ada siapa siapa. Biasanya pas gue sakit atau pingsan, mama gue akan selalu temanin gue di sisi gue sampe gue bangun. Tapi kali ini, mama gue ga ada.”

“Semenjak hari itu, semua berubah. Papa dan mama gue jadi dingin banget ke gue. Ka yuzu? Ka yuzu masih sama, tetap jagain gue dan lembut ke gue. Suatu hari di umur gue yang ke 8 tahun.. Orang tua gue..”

Tangan haechan bergetar, mark yang melihat itu pun menggenggam tangan haechan.

“Chan.. It's okay, i'm here.. Bernafas oke? Pelan-pelan..”

Haechan berkali kali menarik nafas dan membuangnya. Lalu ia melanjutkan

“Orang tua gue bawa gue ke ruang bawah tanah mereka yang biasa mereka gunain untuk menghukum non factioned yang melenceng. Lalu orang tua gue.. Kasi gue wolfsbane”

Flashback on

“Pa!! Pa!! Lepasin pa!! Tangan haechan sakit” Haechan kecil berteriak saat tangannya ditarik kasar oleh papanya.

“ma!! Tolong ma!! Sakit ma!!” Mama haechan yang mengikuti mereka dari belakang hanya menatap lurus dan terus berjalan tanpa memperdulikan anaknya yang menangis dan meminta tolong

“pa! Aku mau dibawa kemana!! Pa!! Kenapa aku dibawa ke ruang bawah tanah!! Aku takut!! Hiks..” Haechan menangis saat mereka tengah turun dari tangga menuju ruang bawah tanah

Papa haechan menghempas haechan ke salah satu sel di bawah tanah “JANGAN LEMAH!! KAMU SUDAH BIKIN MALU PAPA DAN MAMA!! MAU DIBAWA KEMANA REPUTASI KELUARGA KITA KALO MEREKA TAU KAMU HEALER HAH??”

healer? batin haechan kecil. “Apa maksud papa, pa hiks aku kan fighter pa hiks

“UNTUNG SAJA SAAT KAMU MENYEMBUHKAN RENJUN, ADA HEALER YANG JUGA DI DEKAT SANA. JADI KAMI DAPAT MENGELABUHI BAHWA KAMU HANYA SHOCK DAN JATUH PINGSAN. DAN YANG MENYEMBUHKAN KAKI RENJUN ADALAH HEALER ITU”

Haechan kecil tentu tidak tau apa apa, ia meringkuk memegang lututnya yang berdarah. Papanya masuk dan menarik tangan haechan dengan kasar “Aw!!”

Tangan haecha kecil lalu diborgol kanan dan kiri, haechan kecil tentu memberontak. “Pa!! Lepasin pa hiks haechan mohon hiks haechan akan jadi anak baik!!” Tetapi nihil, papanya sama sekali tidak menghiraukannya.

Haechan kecil terus meraung minta dilepaskan tetapi raungannya terhenti saat ia melihat sesuatu..

Wolfsbane

Haechan kecil tentu tau apa itu wolfsbane. Racun untuk umat mereka, mana mungkin dia tidak tau.

“P-pa? Papa mau apa dengan itu pa?” Suara haechan kecil bergetar.

“Ingat haechan, papa dan mama ngelakuin ini karena papa dan mama sayang kamu”

Selanjutnya, papanya memberikan wolfsbane yang sudah diramu untuk haechan.

Haechan menutup mulutnya sekencang mungkin dengan menggigit bibirnya sampai berdarah. Tetapi karena luka di bibirnya terkena ramuan tersebut dan terasa sangat perih, haechan tak sadar bahwa ia membuka mulutnya.

Kesempatan itu tidak disia siakan oleh papa dan mamanya, langsung saja botol itu dimasukkan ke mulut haechan. Bahkan hampir mencapai tenggorokannya. Dan mau tak mau pun haechan menelannya.

UGH P-PA!! AKHHH MA!! AAAKKK ARGHHHH AAAAHHHHHHHH T-TOLONG AKHHHHHH

Haechan kecil meronta, wolfsbane yang masuk kemulutnya dengan cepat menjalar ke seluruh tubuhnya. Membuahkan urat uratnya yang membengkak dan mengocok seluruh tubuhnya.

Papa dan mama haechan yang melihat itu pun, mengabaikannya dan pergi ke atas. Mengabaikan anaknya yang berada di ujung maut di bawah tanah.

Flashback off

Mark yang mendengar itu menggeram marah, mukanya memerah, rahangnya mengeras. Ia tak sadar ia meremas tangan haechan dengan keras.

“Aw!” Teriak haechan

“EH!!! M-maaf aku ga sengaja” Mark gugup

“Gapapa mark..”

Mark tidak menyangka orang tua haechan segila itu. Mendengar hal itu rasanya mark ingin membinasakan keduanya yang tak pantas disebut orang tua.

“Jadi.. Hanya di umur 8 tahun kamu diberi wolfsbane??” Tanya mark

“Sampai aku berumur 15 tahun, hal itu terus berlanjut.. “

ahh.. I will kill them for sure. Those crazy bastard batin mark

“Jadi itulah kenapa kamu selalu berusaha menjaga image kuat kamu?” Tanya mark

“Iya”

“Kamu ngejauhin aku karena kamu takut mereka ngelakuin hal hal buruk ke aku?”

“Iya”

“Kamu khawatir sama aku berarti?”

“Iya”

“Kamu cinta sama aku?”

“Iy- EH?” Haechan langsung mendongkak dan melihat mata mark.

“Gitu dong, tatap mata aku kalo lagi ngobrol. Jangan nunduk gitu” Mark mengusap pipi haechan pelan

Haechan yang diperlakukan seperti itu pun merona.