Mediastinum

brak

Suara pintu mobil yang dibanting, renjun telah sampai di tempat witch. Daritadi selama perjalanan, yang ada dipikirannya hanya haechan, haechan, dan haechan.

“Please, be alright. Haechan..” Ia bergumam sendiri.

tok tok tok

krak

Pintu dibuka, terlihat witch yang membukakan pintu.

“Eoh? Kamu?”

Werewolf satu-satunya yang berani ke rumah witch sendirian i know taeil hyung”

“Haha.. Jadi ada apa? Kenapa kesini lagi? Mau minta jimat lagi untuk laki-laki itu?”

“No.. Saya pikir, laki-laki itu sekarang sedang berada di kediamanmu, taeil hyung.”

Taeil terkejut “Haechan? Yang kecelakaan dan dibawa mark kesini?”

“Iya hyung, now could you show me the way? To haechan?” Kata renjun, terburu buru.

“Iya, tentu saja. Ikuti saya”


Renjun tidak dapat membuka pintu dihadapannya sekarang. Ia takut, sangat takut. Tetapi, ia harus melihat bagaimana keadaan haechan.

klak

Pintu pun terbuka, pandangan mata semua mengarah kepada renjun.

“Renjun-ah..”

Itu jaemin, bisa dia lihat raut muka renjun yang tiba tiba gelap, sedih, marah dan tersiksa. Jaemin tau, bagaimana perasaan renjun sekarang.

“Masih belum sadar?” Renjun bertanya, bergerak kesisi kiri ranjang haechan. Jisung yang awalnya duduk disana bergerak menyingkir agar renjun bisa duduk.

Kalau kalian bertanya, dimana mark. Mark berada disana, tepat di sisi kaki ranjang. Saat renjun berjalan mendekat, mark memang merasa tidak suka. Biar bagaimanapun haechan adalah matenya. Tetapi, ia tidak bisa apa apa. Karena renjun, sudah mengenal haechan bahkan jauh sebelum ia mengenal haechan.

Renjun duduk di sebelah kiri haechan, menghela nafas. Melihat tangan kanan dan kaki kiri haechan yang diperban. Peluh yang terus turun dari dahinya. Muka yang pucat. Ia tak sanggup melihat haechannya seperti ini.

moon goddess please, tolong, berikan semua sakit haechan padaku. Aku bisa menerimanya, aku bisa menahannya. Aku tak bisa melihatnya seperti ini.” benak renjun

Setelah 10 menit berdiam diaman, tidak ada yang berani angkat bicara. Renjun, bergerak untuk memegang tangan kiri haechan. masih hangat pikirnya.

Saat renjun memegang tangan haechan, tiba tiba ada gerakan di tangan kirinya. Renjun bisa merasakan itu.

“Haechan!!?”

Renjun yang tiba tiba panik, juga menyebabkan yang lain panik.

“Ada apa!!?” Mark yang tadinya di sisi kaki kasur, beranjak ke sebelah kiri haechan. Tepat di sebelah renjun.

“Tangannya gerak!!” Ucap renjun

“HAH BENERAN!!” Jisung yang daritadi bersender di depan pintu langsung berlari kearah ranjang haechan. Sedangkan jaemin yang berada di sisi kanan haechan, menatapnya penuh harap.


“Ugh..” sakit sekali

“Haechan!”

eoh renjun?

“Chan..”

..mark?

Haechan perlahan membuka kelopak matanya, mengerdipkan matanya beberapa kali untuk menyesuakan matanya dengan cahaya yang tiba tiba masuk.

“Ugh..”

“Haechan, apa yang kamu rasakan?” Itu jaemin, di sebelah kanan haechan.

“Akh.. Sakit.. Semua sakit..”


Sudah 2 jam setelah haechan bangun dari komanya. Mark, renjun, jaemin, jisung masih setia berada disana. Dan ada tambahan jeno dan chenle yang baru datang.

“Mark, i need to talk to you” Kata renjun.

“Ok, lead the way”

Mark dan renjun pergi ke luar rumah taeil.

“Jun, sebelum lo bilang apa apa. Gue minta maaf, atas apa yang terjadi sama haechan. Dan gue minta maaf atas perilaku gue yang kadang gabaik ke lo.”

“It's ok.. Gue ga permasalahin itu.”

“Dan, satu lagi. Gue rasa lo perlu tau. Gue dan haechan-”

“Mate? Gue udah tau”

“Kok-?”

“Gue ga bodoh. Haechan yang ga mau di deketin siapa siapa kecuali gue pas heat, mau meluk lo. Dan gue rasa itu sudah cukup jelas”

“Oh..”

“Dan mark, gue rasa lo juga perlu tau. Gue.. Ga bakal nyerah soal haechan. Gue harap kita dapat bersaing dengan baik” Renjun mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan mark.

Mark tau, renjun sangat keras kepala. Apalagi mengenai haechan. Mau tak mau, iapun menjabat tangan renjun. Toh bagaimanapun, ia akan tetap menang, karena haechan, matenya.

“Jadi apa yang mau lo kasitau ke gue?”

“Haechan, sebenarnya dia bukan fighter. Dia healer.”

“Gue tau”

“Lo tau dari?”

“Taeil hyung. Karena, dari hari kecelakaan. Taeil hyung sudah mencoba berpuluh-puluh kali untuk menyembuhkan kaki dan tangan haechan. Tapi, nihil. Ia tidak dapat melakukannya”

“Ya.. Kekuatan yang sama akan bertolak belakang.”

“Sekarang, dia sudah sadar. Lo bisa kan suruh dia buat nyembuhin tangan dan kakinya?”

“Gue mau, mark. Tapi, haechan ga bakal mau. He's still got his trauma”

“Trauma?”

“Iya.. Itu soal masa lalunya. Dan yang berhak memberitahu masa lalu haechan, cuma haechan sendiri.”

“Jadi, what do we do about haechan now?”

“I'll talk to him, and try to convince him. Dan buat lo, try to make him tell you his past. Kalo dia udah ngasi tau lo, semakin banyak orang yang bisa ngelindungin dia. Dan, maybe, dia bakal menggunakan kekuatannya lagi setelah sekian lama.”

“Ok, i'll try..”


“Haechan” Renjun begerak kearah haechan yang masih terbaring lemah.

“Njuniee~” Haechan menoleh kearah renjun, dengan mata yang berkaca-kaca.

“Jun.. Lo ga kelai kan sama mark? Maksud gue, itu bukan salah mark. Lo tau kan?”

Renjun mengacak kepala haechan, gemas.

“Ia gue tau, mate lo ga salah”

“LO TAU DARI MANA DIA MATE GUE??!” Pipi haechan memerah.

“Apa si yang ga gue tau dari lo chan”

Jeda beberapa detik, renjun akhirnya berkata

“Chan.. Bisakah kamu menggunakan kekuatanmu. Sekali saja, hanya untuk menyembuhkan kaki dan tanganmu.”

Haechan terdiam sebentar

“G-gue gabisa jun..”

“Gue ada disini chan, gue bakal selalu disamping lo mulai sekarang. Ada mark juga. Lo gaperlu takut sama mereka. Kita ada disini buat jagain lo. Jaemin, jisung bahkan chenle dan jeno”

Haechan menatap sekelilingnya, ia dapat melihat semuanya menatapnya dengan tatapan hangat. Berharap ia sembuh.

Jujur haechan sangat terharu. mereka sangat peduli kepadaku benaknya.

“T-tapi-”

“Gue bakal jagain lo chan, gue kuat. Gue bakal pasang badan depan lo. Kalo ada apa apa” Mark menyaut.

Haechan pun menganggukan kepalanya, mau.

“Kalian bisa agak jauh dari gue dulu kan?”

Semuanya menjauh dari ranjang haechan. Ia memejamkan matanya. Memfokuskan kekuatannya pada inti badannya. Sudah lama ia tidak menggunakan kekuatannya, jadi ia membutuhkan waktu lama untuk memfokuskan kekuatannya.

“Uh..” Peluhnya berjatuhan.

Tak berapa lama, akhirnya cahaya putih yang membutakan keluar dari inti badan haechan. Semua yang ada disana tidak dapat melihat apa yang terjadi. Tetapi setelah cahaya itu redup, dapat mereka lihat. Haechan sudah sembuh total. Kaki dan tangan kanannya yang tadinya tidak berbentuk, akhirnya sembuh. Renjun, jaemin dan jisung lega melihatnya. Sedangkan mark, jeno dan chenle, kaget.

“Ah.. Akhirnya..” Ucap haechan.


Haechan sekarang sedang berada di penjara bawah tanah. Ia dikurung disana karena kesalahan yang bahkan tidak ia perbuat. Tetapi, ia tidak bisa apa-apa. Bahkan bibirnya sudah lelah untuk menjelaskan bahwa ia telah dijebak.

tak tak tak tak

Haechan mengangkat kepalanya kala ia mendengar derap langkah seseorang yang menuju kearahnya. Ia memicingkan matanya, dilihatnya bahwa orang itu membawa lilin di tangan kanannya. Matanya sudah terbiasa dengan kegelapan, bahkan cahaya lilinpun sekarang terasa menusuk di matanya.

“Haechan..” Oh.. Mark.. dalam benaknya, tetapi ia sama sekali tidak bersuara sedikitpun.

Sudah 5 bulan ia berada di penjara ini. Ia sudah terbiasa dengan lantai lembabnya, tikus-tikus yang lewat yang terkadang menggigit kakinya, tangan kanan dan kirinya yang diborgol membuatnya tak bisa duduk, kegelapan tanpa sedikitpun cahaya, dan guard yang kadang datang dengan maidnya untuk mencambuknya.

Sekarang dihadapannya, terdapat laki-laki yang sangat ia cintai, dulu. Sangat disayangkan, ia mencintai laki-laki yang salah. Dulu, haechan tidak akan ragu atau bahkan berpikir dua kali bila mark menyuruhnya melakukan apapun. Tapi, lihatlah dia sekarang? Ditinggalkan, dikhianati. Bahkan laki-laki di depannya ini, akan menikah dengan kakaknya. Ya.. kakaknya sendiri.

“Haechan.. Aku minta maaf.. Maaf aku tidak bisa melindungimu..” Mark sekarang berada dihadapannya, berdiri dengan angkuh berbanding terbalik dengan kata-katanya yang memohon maaf kepada haechan.

“Kau tau kan aku mencintaimu?” Tangannya bergerak menuju pipi haechan, mengelusnya.

Cinta? Cuih.. Omong kosong macam apa itu? benak haechan.

“Besok adalah hari dimana kau akan dihukum mati”

deg

ia tau, hari itu akan tiba. Tapi ia tidak menyangka, keluarganya akan setega ini kepadanya. Keluarga yang ia agung-agungkan, keluarga yang selalu ia bela, mengkhianatinya.

Mark mengeluarkan sesuatu dari kantungnya. Dan meletakkannya di tangan kanan haechan.

“Itu adalah racun, jika kau tidak ingin mati secara menyakitkan di pasung, di hadapan semua rakyat Kerajaan Chantrea. Minumlah itu saat kau besok dibawa ke pengadilan. 5 detik setelah racun itu masuk ke tubuhmu, ia akan langsung mematikan jantungmu dan kau akan mati seketika tanpa rasa sakit.”

Dirasa tidak ada jawaban dari lawan bicaranya, mark pun memanggil namanya sekali lagi.

“Haechan..”

Tetap tidak ada jawaban dari haechan. Matanya hanya menatap kosong kearah lantai. Tanpa bergerak, tanpa bergeming sedikitpun.

“Aku pergi dulu, ini adalah bantuan terakhir yang bisa aku beri kepadamu. Semoga kau menggunakannya.”

Mark pun berjalan pergi, dan ruangannya kembali gelap tanpa sedikitpun cahaya.


drap drap drap drap

Haechan terbangun mendengar derap langkah guard yang ber-ramai – ramai datang ke sel nya. Dengan kasar mereka membuka borgol pada tangan kanan dan kiri haechan. Kulit tangannya melepuh, karena terlalu lama diborgol.

Ia masih menggenggam racun itu di tangan kanannya. Tetapi, ia sama sekali tidak memiliki rencana untuk meminumnya. Ia mau melihat bagaimana wajah keluarganya dan mantan tunangannya saat ia dieksekusi nanti.

Ia diseret oleh dua guard karena kakinya sudah tidak mampu menopang tubuhnya. Ia dibawah ke tempat eksekusi, tepat di tengah-tengah kota chantrea.

Mark terkejut melihat haechan masih hidup. Tetapi dengan cepat ia mengatur kembali ekspresi wajahnya. Keluarganya duduk di depannya, duduk diatas singgasana yang telah disediakan. Dan tentunya, mark juga berada disana.

“Haechan, pangeran kedua Kerajaan Chantrea telah melakukan percobaan pembunuhan kepada kakaknya sendiri jaemin, putra mahkota Kerajaan chantrea. Maka dengan itu, ia akan dijatuhi hukuman mati. Di eksekusi tepat di hadapan seluruh rakyat Chantrea. Dengan harapan, menjadi contoh agar hal dan kejadian ini tidak terulang kembali.”

Suara sang raja menggelegar. Haechan menatap wajah sang ayah, berharap ada sedikit kesedihan di sorot matanya. Tetapi nihil, yang ia lihat hanya tatapan seorang raja yang akan menghukum mati seorang penjahat.

Ia diseret kembali oleh kedua guard tersebut. Memasangkan kayu ke lehernya dan kedua tangannya. Algojo yang berada disampingnya menunggu arahan dari sang raja. Saat sang raja menganggukkan kepalanya. Algojo pun memotong tali yang mengikat sebilah pedang besar yang berada diatas kepala haechan.

CRASH

Hal terakhir yang ia lihat adalah keluarganya yang menatapnya dengan dingin dan mark, ia.. Kenapa ia terlihat..

Sedih?

“Loh, lo sendiri aja? Chenle ga ikut?” Ucap jisung sambil masuk ke bagian tengah mobil.

“Gue juga tadinya cuma mau jemputin jaemin, mana gue tau lo ikut” Ucap jeno ketus.

“Udah, udah. Jen ayo pergi sekarang, gue gamau buang-buang waktu” Ucap jaemin yang duduk di sebelah kursi kemudi.

“Iya sayang..”

“Sayang sayang, kita belum official ya!”

Then make it official babe

“Lo bisa ga mulai nyetir? Gue dibelakang mo muntah liat kelakuan lo” Potong jisung.

Jeno mendecih kesal tetapi ia langsung menjalankan mobil.


Sesampainya di rumah witch jaemin dan jisung langsung bergegas turun mobil dan mengetuk pintu.

tok tok tok

Pintu pun terbuka, jaemin dan jisung dapat melihat seorang witch dengan jubah coklat yang selalu dipakainya.

“Silahkan masuk..”

Taeil mempersilahkan mereka masuk. Setelah itu jeno menunjukkan jalan dimana haechan berada.

krek

“Haechan...” Jaemin berkata dengan sangat pelan, terkejut melihat keadaan temannya yang sedang tidak baik-baik saja.

Di sisi lain, jisung yang melihat hal itu mengepalkan tangannya. Ia naik darah, gila sinting orang itu bisa-bisanya mereka ngelakuin ini ke haechan, dia bisa mati! kata-kata tersebut berkecamuk dalam otaknya.

Chenle yang sendari tadi berada di sisi haechan, merawatnya. Menyeka peluh yang terus turuh di dahi haechan. sakit pasti sangat sakit maaf lele gabisa ngapa-ngapain buat bantu kakak dalam benaknya.

Mark yang tadinya tertidur di sofa akhirnya terbangun mendengar suara yang datang dari arah pintu. Ia baru bisa tertidur sejam yang lalu saat chenle menawarkan diri untuk menjaga haechan menggantikannya.

“Bang, gimana haechan?” Melihat jaemin masih shock dan jisung yang menahan amarahnya. Akhirnya jeno yang angkat bicara.

“Masih sama seperti kemarin, karena patah tulang di tangan kanan dan kirinya tidak terlihat akan membaik.” Ucap mark dengan berat, menatap haechan yang masih terbaring lemah di ranjang. Ia tidak tau harus berbuat apa lagi, ia takut ia akan kehilangan belahan jiwanya untuk yang kedua kalinya.

“Taeil hyung sudah berkali- kali mencoba menyembuhkannya dengan sihir tapi tida-” Belum sempat mark menyelesaikan kalimatnya, jaemin berucap.

“Kekuatan yang sama akan bertolak belakang”

“Maksud lo?” Bingung mark.

“Haechan.. Dia adalah seorang healer, ia werewolf healer” Ucap jaemin.

“Apa!!? Bukannya dia fighter?” Kali ini chenle yang nyelonong berbicara. Karena dilihat darimanapun, haechan tidak memiliki ciri-ciri sebagai seorang healer.

“Ceritanya panjang, nanti bakal gue ceritain. Haechan gak bakal bisa disembuhkan sama orang lain, kecuali dirinya sendiri.” Ucap jaemin, melangkah mengambil tempat duduk di sisi kanan ranjang haechan sedangkan jisung berdiri di sebelah jaemin.

Jaemin memegang tangan haechan, berharap temannya tau bahwa ia ada disana dan haechan tidak sendirian. Berharap ia akan segera bangun, jaemin dan jisung tidak kuat melihat haechan yang seperti ini.


Malam hari

“Gue sama jisung bakal nginap disini hari ini, lo mark, jeno, chenle bisa pulang.” Ucap jaemin.

“Ga bisa, gue mau tetap disini.” Jawab mark.

“Terutama lo mark, lo ga ada tidur. Dan kata jeno, lo sama sekali ga ada makan dari hari kecelakaan terjadi. Lo mau mati? Lo mau pas haechan bangun ngeliat lo dengan keadaan kayak gini? Lingkaran hitam di mata, badan dan baju yang ga ter-rawat?”

Mark diam, ia tak tau harus membalas apa karena memang benar. Ia tidak memperdulikan dirinya sendiri semenjak hari kecelakaan itu. Ia selalu mengutamakan dan memperhatikan haechan.

“Bang, gue antar lo besok pagi langsung ke sini. Kita pulang dulu ya bang? Lo harus istirahat, sebentar aja bang.” Ucap jeno, memegang pundak mark.

“Gue tetap mau disini, gue bisa mandi di kamar mandi sini dan gue bisa cari makan di sekitaran hutan. Lo gaperlu khawatir.” Setelah mengatakan hal itu, mark langsung pergi, mencari makan. Namanya mark, ia keras kepala, tidak ada yang bisa meluluhkannya jika ia sudah mengambil keputusan.

“Hhhhh” Jaemin menghela nafas.

“Kalo gitu biarin aja mark disini, dia bisa tidur di sofa. Lo sama chenle pulang, istirahat. Tidak ada bantahan” Ucap jaemin.

“Oke, gue pulang dulu ya” Ucap jeno.

“Ayo le”

“Jagain ka haechan ya ka jaemin, besok pagi lele kesini lagi.” Ucap chenle, sebenarnya tidak rela pulang dan masih ingin merawat haechan disini.

“Iya lele, makasih ya udah rawat haechan selama kita ga ada. Hati-hati ya jen, antarin lele juga hati-hati” Jawab jaemin.

“Iya na”

“Ji, gue tau lo dari tadi emosi. Tenangin diri lo ya, gue pulang dulu” Ucap chenle saat melewati jisung yang bersender di pintu.

Melihat tak ada jawaban, chenle meraih tangan jisung dan membawanya ke pelukannya.

“Ji, tenangin diri lo ya. Gue takut lo tiba-tiba meledak kalo ada apa-apa” Ucap chenle sambil mengelus punggung jisung.

Jisung yang tiba-tiba dipeluk chenle pun kaget. Tapi, akhirnya ia dapat sedikit tenang. Pelukan chenle hangat, ia suka.


Sesampainya di tempat witch, chenle, jeno, jaheyun dan jhonny pun langsung mengetuk pintu. toktok pintu pun dibukakan oleh kenalan mereka, witch satu-satunya yang tersisa setelah perang besar yang menewaskan seluruh witch yang mempertahankan dunia vampir. Witch itu adalah taeil.

“Silahkan masuk” Mempersilahkan mereka masuk ke kediamannya.

“Dimana bang mark?” Jeno bertanya.

“Didalam ruangan saya, masuk saja.” Taeil menjawab.

Jeno yang pertama membuka pintu disuguhkan dengan mark yang duduk disebelah tubuh yang dibalut perban di kaki dan tangan kirinya. Chenle yang masuk setelahnya terkejut, begitupun jaehyun dan jhonny.

“B-bang, ko bisa gini bang?” Gugup chenle, hampir menangis. Bagaimana tidak, dulu ia sangat dekat dengan almarhum donghyuck. Melihat haechan yang terbaring lemah di hadapannya, sama seperti beratus-ratus tahun lalu dimana ia menyaksikan donghyuck pergi

“Lo gapapa kan mark?” Itu jaehyun, daritadi pikirannya berkecamuk. Di hadapannya, yang terbaring lemah saat ini benar benar mirip donghyuck. Ia tidak tau apa yang direncanakan oleh Tuhan jika memang ada diatas sana. Tapi ia tau, perang besar akan dimulai, lagi.

Jhonny disebelahnya dapat membaca pikiran jaehyun. Ya benar sekali, jhonny adalah vampire dengan kemampuan membaca pikiran. Dibenaknya juga sama seperti jaehyun, tapi, ia berharap semoga kali ini perang dapat dihindari.

“Gue jemput haechan kemaren, kita mau pergi ke rumah gue, ke rumah kita jen. Tiba-tiba di gunung, jalan menuju perbatasan. Ada batu besar yang ngehantam kita. Bener-bener saat itu ga ada apa-apa. Ga ada gempa, ga ada longsor yang bisa menyebabkan batu itu meluncur begitu saja dengan tepat ke arah mobil kami. Dan benar saja, ada orang yang merencanakan hal itu.” Mark mengacak rambutnya, frustasi.

“Terus kemana orangnya bang?”

Gue bunuh.

“Bang, terus kenapa ini ka haechan ga di sembuhin sama witch? Bang taeil kan bisa nyembuhin kalo cuma patah tulang” Chenle bertanya setelah menenangkan dirinya.

“Saya gak bisa nyembuhin dia” Saut taeil

“Entah kenapa ada kekuatan yang membuat saya tidak bisa menyembuhkannya. Seperti magnet, kutub yang sama tidak dapat bersatu.”

Chenle bingung, semuanya yang ada disana bingung. Kecuali mark yang sudah dijelaskan oleh taeil tadi.

”... Ini hanya asumsi saya, tetapi alasan kenapa tubuhnya tidak dapat menerima sihir penyembuh saya adalah karena ia adalah seorang healer

“APA!!?” Teriak chenle terkejut, begitupun jeno, jaehyun dan jhonny. Jika memang benar, haechan adalah seorang healer. Maka, ia juga memiliki kekuatan yang sama seperti yang donghyuck miliki dulu, yaitu healing.


Haechan dibiarkan beristirahat diruangan taeil, sedangkan mereka ber-4 keluar.

“Bang, ini gue harus gimana ngomong ke teman-temannya?” Ucap jeno.

“Ga perlu. Biarin aja dulu dia disini sampai sembuh.” Ucap mark

“Gabisa gitu bang! Sinting ya lo? Mereka pasti nyariin. Ini aja haechan baru ga pulang satu hari mereka sudah nyariin sampai segininya”

“Bener kata jeno mark. Haechan bukan milik lo, haechan bukan donghyuck. Lo gabisa keep dia disini. Dia punya temen-temennya yang pastinya kalut nyariin dia. Kayak kita, kalo lo hilang, kita juga bakal kalut mark.” Saut jhonny.

Mark menghela nafasnya, kasar.

“Jeno, chenle. Lo berdua punya nomor temennya haechan kan?”

“Iya punya”

“Punya bang”

“Kalo gitu, hubungin mereka berdua lewat chat.”

Dalam pikiran chenle, bisa-bisa ada perkelahian kalau temen haechan yang satu itu tau. Ia tidak buta, temannya haechan, renjun itu bukan hanya sekedar menyayangi haechan sebatas teman. Saat haechan dipangku oleh mark saja hampir ada pertumpahan darah. Apalagi ini? Haechan terluka saat pergi bersama mark.

Mark sudah berdiri di depan pintu rumah haechan, tangannya mengenggam ponsel yang sendari tadi mengirim pesan pada haechan tapi tak ada balasan yang dia terima. Akhirnya, mark memutuskan untuk memencet bel rumahnya. Tapi sama sekali tidak ada jawaban dari sang pemilik rumah.

Seperti kata mark di chat kemarin, iapun pergi ke lantai dua balkoni kamar haechan. Ia berjalan kearah pintu kaca yang membatasi antara kamar haechan dan balkoni kamarnya. Seperti yang ia duga, pintu tak dikunci. Haechan memang sering tak mengunci pintu balkoninya. Kadang ia membuat mark khawatir akan hal itu.

Setelah membuka pintu, mark bergegas masuk dan mendapati haechan masih tidur terlelap di kasurnya. Mark terkekeh kecil, haechan sungguh sangat menggemaskan bila ia hanya diam dan bersikap baik. Mark mendekati haechan dan duduk di pinggiran kasurnya. Mengusap pipi matenya, gembul kekehan mark. Yang di usik pun akhirnya perlahan membuka matanya dan mendapati muka mark tepat diatas kepalanya.

“AAAKHHHH, NGAPAIN LO DISINI!!!?” Terkejut, haechan langsung bangun dan menjauh dari mark.

“Gue kan sudah bilang, kalo lo ga bangun gue bakal masuk lewat balkoni kamar lo.”

“INI NAMANYA PEMBOBOLAN!!!” Nafas haechan tak teratur karena berteriak tepat saat ia baru bangun.

Mark mendekat kearah haechan, mengunci pergerakannya dengan menaruh tangannya kesamping kanan dan kiri badan haechan. Tangan haechan berada di dada mark, mendorongnya tapi naas itu sia sia.

“L-lo.. L-lo.. Jangan macam macam sama g-gue, atau gue teriak!!!”

“Teriak aja coba, gue mau liat siapa yang bakal datang.”

Haechan mendengus kesal, tak ada yang akan datang karena rumahnya berada di perumahan elit yang sepi. Mark akhirnya bangun dan melepaskan kukuhannya pada haechan.

“Mandi gih, gue tunggu dibawah. Cepetin atau lo gabakal mau tau apa yang bakal gue lakuin.”

Haechan yang mendengar itu bergegas berlari ke kamar mandi, mark tersenyum melihat matenya yang menggemaskan itu.


“Ini kita mau kemana si, mark?”

Sudah 1 jam semenjak mereka pergi dari perumahan haechan. Mark juga tidak memberitahunya kemana mereka akan pergi.

“Mark, sekali lagi lo ga jawab gue lompat dari mobil lo!” Haechan mengambil ancang-ancang ingin melompat dari mobil mark.

“Kerumah gue.” Mark menjawab dengan singkat.

“Dari tadi kek lo ngomongnya!” Ucap haechan, kesal.


Dua jam berlalu, haechan tau jalan ini menuju kearah perbatasan dunia manusia/werewolf dan vampir. Ia tidak bodoh, ia pernah kesini waktu kecil.

“Mark lo mau bawa kita kemana hah!! Bentar lagi kita bakal sampai ke perbatasan, kita bakal mati kalo ngelewatin perbatasan. Lo gila!!?”

“Gue sudah bilang kita mau ke rumah gue, dan gue gamungkin biarin kita mati, chan.”

Pikiran haechan berkecamuk, rumah mark ngelewatin perbatasan, i remember the first time i met him in my dream, he is a vampire. So that's true, engga ah, orang dia jelas jelas fighter, werewolf. Jangan ngaco deh chan. Haechan terdiam cukup lama. Tetapi ia tetap penasaran sebenarnya mark ini siapa? Kenapa rumahnya melewati perbatasan? Kenapa mark bisa ada di mimpinya? Kenapa mark tiba-tiba pindah ke kampusnya? Dan bagaimana bisa ia adalah matenya? Akhirnya haechan memberanikan diri untuk bertanya.

“Mark?”

“Hmm?”

“Sebenarnya lo siap-”

BOOM

belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, mobil haechan dan mark terhantam batu yang turun dari gunung tempat mobil mereka lewat. Mobil mereka pun terlempar ke tepi jurang.


“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Haechan terbatuk, batu tersebut tepat menghantam bagian kiri, tempat dimana haechan terduduk. Ia mencoba menggerakan badannya, tetapi naas, mobil yang penyok menjepit tangan kiri dan kanan haechan. Ia meringis, sakit sekali. Ia teringat mark, saat menolehkan kepala ke arah kanan. Dan.. Ia tidak mendapati mark disana. Pintu mobil sebelah kanan telah terlempar entah kemana, ia pun yakin mark telah terlempar ke dasar jurang.

“M-mark..” Suara haechan serak. Ia masih mencoba untuk membebaskan tangan dan kakinya yang terjepit. Tetapi, kesadarannya pun akhirnya hilang, haechan jatuh pingsan.


fuck, benak mark. Ia terlempar tentu saja, kebawah jurang seperti yang haechan duga. Tapi, tidak seperti haechan. Mark tidak apa-apa. Tidak ada luka apapun, tidak ada goresan sedikitpun padahal tinggi jurang tersebut adalah 8089 meter dari laut. shit, haechan benak mark kalut. Ia dengan cepat memanjat jurang tersebut. Ia melihat mobil mereka di tepi jurang. Mark bergegas menghampiri mobil mereka.

Mark melihat haechan di kursi penumpang tak sadarkan diri, ia kalut. Dengan cepat ia menarik lepas pintu mobil yang menjepit tangan dan kaki haechan. Lalu menggendongnya keluar dan membaringkannya di bawah pohon rindang di pinggir jalan.

“Chan! Haechan! Haechan bangun! Chan!” Ia menepuk-nepuk pipi haechan perlahan dan memanggil namanya tetapi tidak ada jawaban, ia mulai kalut. Tepat saat ia mendongkak keatas gunung yang menjatuhkan batu tadi. Ia melihat sosok hitam disana. Tanpa basa-basi dengan kecepatan yang melebihi manusia atau werewolf rata-rata ia menghampiri orang tersebut. Mencengkram leher orang tersebut dengan satu tangan.

“UHUK! UHUK! LE-LEPAS! SAYA MOHON.. UHUK!UHUK!”

siapa yang menyuruh anda?” Ucap mark dengan nada mendominasi. Ia melonggarkan cengkramannya pada leher orang tersebut tetapi tidak melepasnya. Hanya agar orang tersebut dapat berbicara.

“S-saya t-tidak t-tau, s-saya h-hanya s-suruhan d-dari m-mereka” Orang itu menjawab, gugup, sangat gugup. Aura mark sangat mendominasi.

mereka pikir mark

Mata mark berubah menjadi merah, orang yang berada di cengkraman mark pun membeku. Di hadapannya, bukan seorang werewolf. Tetapi, vampire.

kalau gitu, dengan ini, menjadi awal peperangan antara mereka denganku.” Tegas mark, kuku-kuku jarinya memanjang. Ia menembus dada orang tersebut dan menarik keluar jantungnya. Orang itupun tewas seketika.

Apa yang mark lakukan pada jantungnya?

Memakannya tentu saja


Mark bergegas turun dan menghampiri haechan. Ia tidak bisa membiarkan haechan begini. Akhirnya ia pun membawa haechan ke dunia vampir. Menemui witch andalan mark.

“Sudah siap belum chan?”

Jaemin sudah berada di depan pintu kamar haechan, menjemputnya ofc.

“Sudah, ayo”

Sesampainya di kampus, mereka langsung melihat renjun dan jisung yang menunggu di depan gerbang.

“Lo bedua ngapain dah di depan gerbang?”

“Kan kita bedua mo jalan bareng lo chan, hari ini juga kita kan sekelas. Yakan jun!!?

“Iya, lo gapapa kan sekarang chan?”

“Eiyy gue mah gapapa”

Seperti biasa haechan selalu berpura-pura tidak apa apa.


Fighting Class

“Gue deluan ya, gue hari ini defense. Males bngt hhhh”

“Iyaa, hati hati na. Lagian lo kan defender, ngapa malas dah”

“Bosen gue itu itu mulu, yaudah gue telat ni, dahh”

Jaemin melambaikan tangannya menjauh dari ketiga temannya.

Haechan, renjun dan jisung pun masuk. 5 menit lagi kelas akan dimulai.

Haechan yang sudah duduk di tempatnya melihat siapa yang baru masuk ke kelas. Mark, jeno, chenle. Ia lantas langsung membuang muka, tidak ingin terlibat dengan mereka.

Tetapi, entah mengapa ia merasa ada seseorang yang mendekat. Ia pun menoleh dan mendapatkan mark sudah berada di depannya.

“Mau apa lo?” Ucap haechan sinis.

Terdiam sebentar, mark rindu akan tatapan haechan.

“Gue mau nantang lo”

Tercekat, haechan kaget.

“Nantangin gue?”

“Ya, di playroom lo”

“Oh.. Lo berani?” Haechan mulai tertarik dengan percakapan ini.

“Iya, istirahat”

“Lo boleh pilih game apa yang lo mau?” Ucap haechan dengan tatapan sedikit meremehkan. Ia tidak pernah kalah dalam playroomnya sendiri.

“Panah” Ucap mark.

“Oke deal, gue tunggu di playroom gue di jam istirahat.”

“Oke” Ucap mark singkat dan beranjak ke tempat duduknya.


Istirahat

“Lo serius chan?” Jisung khawatir, karena bagaimanapun mark itu sangat perfect. Semenjak ia pindah ke kampus ini, tak pernah sekalipun nilainya kurang dari 100 dan tak pernah sekalipun dia kalah melawan siapapun. Dia seperti dark horse di kampus ini.

“Serius lah, gue gak pernah kalah di playroom gue sendiri” Ucap haechan percaya diri.

Sedangkan renjun di hanya diam di sebelah haechan, dia tidak ingin banyak bicara. Apapun yang terjadi, kalaupun haechan kalah. Ia akan berada di grada utama untuk melindungi nya.


Sesampainya di playroom nya. Haechan mendapati sudah banyak penonton yang menunggu. i mean siapa yang tidak mau melihat haechan yang tidak pernah kalah ini melawan dark horse kampus?.

Haechan dan mark turun ke arena, arena panah.

“Oke, setiap lo bermain sama gue pasti ada taruhannya.”

“Gue tau”

“Oke, kalo lo kalah, gue mau lo kasi hati lo sama ginjal lo buat gue.” Haechan tersenyum miring, mark tidak mungkin memberikan organ tubuhnya begitu saja. Ia bisa mati.

“Oke gue setuju”

Haechan tersentak, terkejut. Ia tak menyangka mark akan menerima tawarannya.

“Dan kalo lo kalah, gue mau minta waktu lo 24 jam untuk turutin apapun yang gue mau. Deal?”

Haechan tidak mungkin mundur, lagipula ia tidak akan kalah. Pasti.

“Oke, deal.”

Mark tersenyum.

Tangannya bergetar begitu melihat pesan yang baru saja masuk. Handphone yang tadinya berada di genggamannya pun jatuh. Mukanya yang awalnya berwarna pun kini pucat pasi dengan peluh yang terus turun dari dahinya.

“Chan, makan yuk udah mal- HAECHAN!!!?”

“Chan! Chan! Lo kenapa chan!!?”

Jaemin sendari tadi mengguncangkan badan haechan tetapi sama sekali tidak ada respon dari haechan. Ia tetap setia membeku, pikirannya kalut, tak tau harus berbuat apa kalau mereka datang.

Mendengar keributan di kamar haechan, renjun dan jisung dengan sigap berlari kesana.

“Ini ada apa!!?” Teriak renjun.

Bingung, baru saja mark pulang beberapa menit yang lalu, baru saja renjun menyiapkan piring untuk makan, baru saja jisung bersiap untuk pulang setelah makan, tiba-tiba mereka mendapati haechan kalut.

”-reka, a-aku” Mencoba membuka suara, menjelaskan apa yang terjadi padanya. Tapi lidahnya terasa keluh, susah untuk berbicara.

“Chan pelan-pelan, gue ada disini, pelan pelan”

Jaemin mengeluarkan pheromone-nya untuk menenangkan haechan. Memberi sensasi bahwa ia akan aman, ia akan dilindungi.

“G-gue dapat chat dari ka yuzu. Katanya, m-mereka, m-mereka tau...” Dengan susah payah akhirnya ia dapat berbicara.

“SHIT!!!” Renjun memukul tembok kamar haechan hingga retak.

“Jun lo bisa tenang ga!! Haechan lagi panik, kita harus tenang!!” Jaemin meninggikan suaranya.

“G-gue harus apa- hiks-” Tak bisa menahannya lagi, air mata haechan pun turun. Jaemin di sebelahnya pun dengan sigap memeluknya.

“Chan.. Gapapa.. Ada kita disini.. Kita bakal selalu lindungin lo.. Kuat ya chan..”

Jisung yang sendari tadi hanya mendengarkan, tangannya bergetar dengan amarah. Ia tidak mau sahabatnya melalui hal itu lagi. Ia takut ia tidak bisa melindungi sahabatnya. Ia.. Juga tidak tau harus apa.

Hai semua!! This is not an update!!

Aku cuma mo kasitau lagi, karena ada yang bingung. universe aku bukan abo, ga ada kasta abo di universe aku, werewolfnya semua sama!! Dibedain jadi fighter, spieler, defender, sama healer.

Kenapa ada heat sm rut?

Karena disini bxb aku kasi heat sama rut, dalam universe aku ada wolf yang dominant yang bisa make the submissive pregnant.

Jadi yang rut itu dominant, yang heat submissive.

Terus dari mana taunya mereka a dom or a sub?

Jawabannya adalah mereka udah terlahir seperti itu, seperti dalam hidup kita pas kita lahir ortu kita tau kita perempuan atau laki-laki. Cuma, Di universe aku dibedainnya lewat pheromone, sub punya pheromone yang lembut dan nenangin. Dom punya pheromone yang kuat biasanya untuk fighting.

Sekiranya begitu!!

DAN TOLONG!! DICARI!! READER YANG KASI AKU SARAN BUAT DIBAIKIN DIKSINYA!!

Bisa tolong kasi tau aku contoh kesalahannya ga? 🥺 Biar aku bisa benerin diksi aku di kedepannya!! Gausaa dm gapapa ko!! Bisa lewat secreto lagi!!! Please semoga kamu baca ini yaa!!! Aku bener bener mau buat au ini nyaman dibaca untuk kalian semua!! Aku gamau au ini susah dimengerti!!

Dan for all of you, aku bener bener berterimakasih sama each one of you!! Bener-bener makasih banyak buat baca au aku, nyemangatin aku, padahal au ini banyak kesalahan sama kekurangannya 😔. Aku harap kalian betah sampai akhir au ini ya?? Temenin aku sampai akhir perjalanan au ini ya!!

I appreciate you guys so much!!

Dan aku mungkin bakal take a couple days buat belajar nulis yang lebih bagus lagi biar kalian nyaman bacanya!!

Wait for me ya!! Au ini gak bakal aku telantarin!! Aku bakal update lagi!!

Sekali lagi, makasih banyak banyak buat kalian yang sampai disini. Yang udah baca au aku. Aku bener bener kek dhksxjkdjxks gatau lg harus bilang apa selain makasih. Au aku mungkin ga bagus tp makasih banyak buat kalian yang udah baca!! Sumpa aku nangis waktu tau au aku di like sama 100an orang. Kek gilakkk itu orang semuaa brouu 😭😭.

Stay healthy ya semua!! I'll be back soon!!

“Chan!! Buka pintunya!! Gue di depan!!” Renjun dengan kalap menggedor pintu kamar haechan tapi tak ada balasan dari dalam.

“Gimana jun!!!” Dari jauh terdengar teriakan jaemin yang berlari naik tangga.

“Ga di bukain anjing!!” Teriak renjun frustasi, terus menggedor kamar haechan.

“Gue dobrak aja apa!?” Jisung sudah berdiri di sebelah renjun mendahului jaemin.

“Gue aja yang dobrak” Ujar renjun, sudah mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu, suara haechan terdengar dari kamar “t-tolongin g-gue, s-siapapun, t-tolong..hiks”

Renjun yang mendengar itu tambah kalap, menendang ganggang pintu sampai lepas lalu masuk “Haechan!!” Teriaknya.

Haechan yang awalnya membalut seluruh tubuhnya dengan selimut mengeluarkan kepalanya, “Jun.. Hiks.. Panas jun..”

Bertepatan dengan haechan yang membuka selimutnya, bau pheromone haechan menyerebak keluar. “Shit!” umpat renjun.

“Biar gue yang kesana” Ujar jaemin memegang pundak renjun, menenangkan.

“Chan.. Sini yuk.. Jangan di situ terus..” Jaemin dengan berkata dengan lembut, membuka tangannya agar haechan dapat memeluknya.

“G-ga, g-gamau, hiks, jun” Mendengar namanya disebut renjun pun maju, menekan hasratnya ingin menerjang haechan.

Sendari mereka bayi, renjun dan haechan sudah berkenalan. Orang tua mereka adalah rekan kerja, mereka dikenalkan dengan niat bisa memperkuat hubungan dua keluarga. Dan memang benar adanya, renjun dan haechan tumbuh menjadi sangat dekat. Haechan menganggap renjun sebagai kakaknya sendiri, tetapi renjun..

“Gue bisa, gue gabakal apa-apain haechan, minggir jaem” Ucap renjun.

Merentangkan tangannya, “sini chan, mau sama gue kan?” Haechan yang melihat itu bergegas masuk kedalam pelukan renjun.

Renjun dapat mencium pheromone haechan lebih jelas dengan jarak yang dekat ini, mati-matian ia menahan agar wolfnya tidak keluar.

“Jun! Mata lo emas!” Ucap jisung, takut renjun kelepasan.

“Gapapa, gue bisa nahan, demi haechan” renjun berkata lembut tak ingin mengaggetkan haechan di dekapannya.

Saat haechan dirasa sudah mulai tenang, jaemin dari jauh mengambil sesuatu dari kantongnya.

“Jun, ini surppressant, punya gue biasa gue pake pas gue heat. Semoga cocok di badan haechan” Jaemin melemparkan suppressant nya.

Setelah menangkap suppressant tersebut renjun bergegas menaruhnya di mulut haechan. “Chan, buka ya mulutnya, minum ini dulu”

Untungnya sekarang haechan menurut dan membuka mulutnya, renjun langsung memberikan obat tersebut.

Selang 1 jam haechan masih di dekapan renjun, haechan mulai tenang, tidak mengeluh panas atau tingle di tubuhnya lagi. Renjun masih setia mengelus punggung haechan, matanya sudah kembali menjadi hitam.

“Gue tidur disini jagain haechan, kalian boleh pulang” Ujar renjun, mengangkat haechan ala putri ke kasurnya.

“Sudah gila gue ninggalin haechan sama lo, gue juga tidur sini. Bisa tidur di lantai gue” Bergegas mengambil tempat di lantai, jaemin gamau diusir renjun.

“Gue juga!! Gila kali gue haechan lagi begitu gue tinggal” Jisung juga berancang-ancang mengambil tempat di lantai.

Renjun yang mendengar itu tersenyum, ia senang. Banyak yang peduli dengan haechan. Jisung menutup lampu, lalu kembali berbaring di lantai.

“Good night hyung-deul” Tak ada yang menjawab, semuanya larut dalam pemikiran masing-masing. Renjun pun masih setia memeluk haechan yang terasa lemah.


Mark Pov

fuck badan gue ko panas gini batin mark, ia dari tadi sedang membaca buku lalu secara tiba-tiba panas menjalar ke seluruh tubuhnya. gue perasaan udah rut deh.

Mark tiba-tiba terpikir haechan, ia lalu bergegas mengambil jaketnya dan pergi ke rumah haechan.

Jangan tanya dari mana ia tau letak rumah haechan, mark ngintilin haechan di hari pertama mereka ketemu di kampus.

Sesampainya di jendela kamar haechan, mark dapat mencium aroma pheromone haechan yang sangat kuat. Matanya berubah merah. Tetapi tak hanya pheromone haechan, ia juga mencium tiga pheromone asing.

Menggeram marah, ia membuka pintu balkoni kamar haechan, baru saja ingin masuk ia melihat dua teman haechan dibawah lantai sedang tidur. Mengangkat pandangannya ke kasur haechan, ia sedang tidur dalam dekapan renjun.

Marah, mark menggengam pegangan pintu dengan erat hingga penyok. Tidak ingin ia dibenci haechan karena tiba-tiba ngamuk di rumahnya, mark bergegas turun, memukul jatuh 7 pohon di pekarangan rumah haechan.

Karena menimbulkan bunyi yang sangat kencang, renjun terbangun apa itu? batinnya, tetapi ia tidak bisa mengecek apa itu karena haechan masih setia memeluknya, membenamkan kepalanya pada leher renjun untuk menghirup pheromone nya.

Mengabaikan bunyi tadi renjun pun terlelap mengikuti ketiga temannya.

Cahaya matahari kembali menembus jendela kamar haechan. Terganggu akan sinarnya haechan pun terbangun. ugh, ga mood banget gue ke kampus batinnya, tetapi tetap sambil berjalan ke kamar mandi bersiap-siap ke kampus, tidak mau diomeli oleh teman-temannya.


“Chan!!” Teriakkan seseorang membuyarkan lamunanya.

“Sori gue ga bisa jemput tadi chan, ada masalah di rumah”

“Yaampun santai aja kali jun, gue kan bisa naik mobil sendiri”

“Yaudah kalo gitu gue deluan ya, ada fighting class ini gue”

“Iyaa, hati-hati. Kalo lo maju harus menang ya jangan malu-maluin gue”

“Kek gatau gue aja lo, byee chan”

Kembali berjalan sendiri ke kelasnya, hari ini ia ada defense class, sama jaemin. Tapi dari tadi batang hidung jaemin gak keliatan. Hampir sampai ke kelas, ia menyadari sendari tadi ada yang mengikutinya dari belakang, anjir gue di ikutin!!? mempercepat langkahnya, orang dibelakangnya juga sama, mempercepat langkahnya sampai akhirnya haechan berlari, tak beruntung ia tersandung, menutup matanya menerima takdir bahwa nantinya mukanya akan lecet, detik berikutnya sebuah tangan kokoh terasa di pinggangnya menahannya agar tidak terjatuh.

Merasa sudah aman, ia pun membuka matanya dan langsung bertatapan dengan manik mata orang yang paling ingin ia hindari, mark. Dengan cepat ia menepis tangan mark di pinggangnya, lalu kembali berjalan ke kelas. Belum sempat ia mengambil langkah, lengannya dicengkram kembali oleh mark. “Gue mo ngomong sama lo”

“Gue gamau, lepasin tangan gue” Bukannya melepas, cengkraman mark makin erat di tangan haechan. Ia pun meringis. “Gue bilang lepasin!! Sakit!!” Tak membalas omongan haechan, mark menarik tangan haechan membawannya ke atap kampus.


“Eh apa-apaan sih lo!!?” Lega haechan, genggaman mark sudah dilepas.

“Gue mau ngomong sekali ini aja please dengerin gue” Tatapan mark melunak, haechan yang melihat itu kembali merasakan sesak di dadanya.

“O-oke gue kasi kesempatan lo ngomong!” Gugup haechan.

“Chan, gue tau lo bukan donghyuck. Tapi lo emang mate gue chan, lo reinkarnasi donghyuck” Ucap mark dengan raut muka sedih, haechan yang mendengar kata donghyuck juga merasa sedih, entah kenapa.

Tak mau larut, ia membalas “Ada bukti apa lo kita mate, kita baru ketemu dua kali dan lo udah bilang kita mate!!?” Teriak haechan, tidak mau kalah.

Mark yang melihat itu mengulurkan telapak tangannya untuk menggapai tangan haechan. Tapi, haechan yang melihat itu langsung menepis tangannya.

“Lo butuh bukti kan, siniin tangan lo, gue gabakal apa-apain lo, chan-ah”

Penasaran, haechan pun mengulurkan tangannya. Mark pun menerima tangan haechan dengan senang. Setelah tangan haechan berada di genggamannya, mark mengarahkan tangan haechan ditempat dimana letak hatinya berada. Sedetik setelah tangan haechan menyentuh mark, cahaya putih pun meruak diantara mereka. Haechan masih tidak percaya dengan hal itu. Setelah cahaya itu pudar mark mengangkat bajunya, memperlihatkam otot-ototnya.

“L-lo mo ngapain!!!” Gugup haechan.

“Ngebuktiin kalo lo mate gue” Tegas mark, ia tidak mau haechan menjauhinya lagi.

Haechan akhirnya melihat tanda di perut atas mark, tanda yang akan hadir saat mate menyentuh hati matenya. Tak percaya haechan berjalan maju dan menyentuh tanda itu. Mark yang merasakan tangan haechan di perutnya menahan dirinya agar tidak menarik haechan memeluknya.

“G-gue yang buat ini?” Haechan gugup.

“Lo liat sendiri kan tadi?” Tangan mark yang satunya mengelus pucuk kepala haechan.

“Jangan hindarin gue, jangan pergi dari gue, jangan jauh-jauh dari gue chan. Lo tau kan betapa sengsaranya jauh dan dijauhin dari mate lo sendiri? Terima gue ya chan, sebagai mate lo?” Ucap mark panjang lebar, masih mengelus pucuk kepala haechan.

Haechan yang terkejut masih tidak bisa memproses hal itu. “G-gue..”

“Gapapa gak sekarang, kita bisa pelan-pelan aja. Gue ga buru-buru kok. Gue udah nunggu lo chan” gue udah nunggu lo lebih dari 1300 tahun lanjutnya dalam hati.

“Jadi pelan-pelan aja ya”

Haechan yang mendengar itu tidak dapat menolak lagi bahwa mark adalah matenya. Ia pun menganggukan kepalanya. Mark gemas dengan hal itu.

“Unblock gue ya?”

“I-iya”

“Yaudah sekarang ayo ke kelas” Ucap mark.