Four
Fighting Class
“Cape banget gue hari ini, mana fighting class lagi hari ini” Haechan mengeluh berjalan menuju kelasnya. “Ntar kalo lo di panggil battle biar gue aja yang maju” Jisung menambahkan. “Gausah gue bisa” Timpal haechan
Sesampainya di kelas, mereka mengambil tempat duduk di samping arena. Fighting class memiliki arena di tengah tengah kelas, terlihat seperti stadion bola tapi yang mereka saksikan adalah unjuk kekuatan.
“Selamat datang di fighting class” suara pak wonho terdengar dari mikrofon diikuti dengan soraian para mahasiswa yang penuh gairah ingin melihat duel yang akan terjadi. “Sebelum memulai kelas pada hari ini, saya ingin kalian mengenal murid baru di kelas ini, silahkan kalian bertiga perkenalkan diri kalian.”
“Nama saya jeno, faksi fighter, senang bergabung dengan kalian” Jeno berkata dengan ekspresi datar, sembari tadi dia tidak menemukan kehadiran lelaki kelinci yang dari kemaren ia perhatikan. Sedangkan lelaki kelinci itu? Ia sedang berada di defense class bersama renjun.
“Perkenalkan nama saya chenle, kalian bisa panggil saya lele! Saya faksi spieler. Senang bertemu dengan kalian semua!!” Chenle memperkenalkan diri dengan antusias. Jisung yang sendari tadi tidak tertarik dengan orang dibawah dan memainkan hpnya akhirnya mengangkat wajahnya, tersenyum, entah apa maksudnya.
“Saya mark, faksi fighter, saya harap kita dapat bekerja sama dengan baik kedepannya” Ucap mark, manik matanya sendari tadi tidak lepas dari haechan. Haechan yang ditatap seperti itu, membuang muka tak ingin berurusan dengan pria yang sendari tadi menatapnya.
“Baiklah, mari kita mulai fighting class hari ini” suara pak wonho bergema.
Mark, jeno, chenle mencari tempat duduk dan kebetulan di samping jisung ada 3 tempat duduk kosong. “Hai gue chenle, salam kenal!” Sapa chenle pada orang di sebelahnya, mengulurkan tangannya. “Gue jisung, salam kenal!” Jisung menyambut tangan chenle. Merasa tangannya tak kunjung dilepas chenle menarik tangannya. “Eh sori, by the way faksi kita sama, spieler.” Chenle sumringah “Oh ya, kalo gitu mohon bantuannya!” Jisung tersenyum, this is gonna be fun batinnya.
Mark yang sendari tadi duduk di sebelah chenle, masih dengan mata yang melekat pada haechan. Mark bisa melihat peluh yang terjatuh di muka haechan, ia terlihat pucat. Mark ingin menanyakan kondisinya tapi ia urungkan karena suara pak wonho yang kembali bergema.
“Anak-anak apakah kalian siap!” soraian terdengar menggema di kelas ini, “werewolf yang akan bertarung pada hari ini mari kita sambut Doyoung!!” riuh sorakan yang dikeluarkan, “dan selanjutnya kita sambut Haechan!” sorakan tak kalah riuh mendukung haechan pun bergema di kelas.
Haechan yang sembari tadi merasakan pusing dikepalanya terkejut mendengar hal itu, jisung yang melihat itu bertanya “mau gue aja yang turun chan?”, haechan berdiri “ga usah, gue bisa. Gue gak selemah itu” Ucap haechan sambil berjalan turun ke tengah arena.
“Dan pertarungan kali ini dimenangkan oleh... HAECHAN!!!”
“Sudah gue duga pasti haechan menang”, “menang taruhan lagi gue!”, “haechan keliatan pucet gak si” begitu kira kira suara bisikan orang orang saat melihat haechan memenangkan pertandingan.
Haechan kembali ke tempat duduknya, tepat di depan mark tiba tiba ia linglung dan jatuh ke pangkuan mark. Mark dengan sigap menempatkan tangannya pada pinggang haechan, agar ia tidak terjatuh.
Disampingnya jisung terlihat panik “CHAN!?” Ia menghampiri mark, belum sempat tangannya meraih haechan, mark mengeraskan rahangnya sembari menatap jisung sangar. Jisung yang melihat itu pun tidak dapat berkutik.
Di sisi lain, renjun dan jaemin yang sendari tadi menunggu jisung dan haechan di kantin pun bingung, kenapa mereka tidak kunjung datang. Sudah lewat setengah jam sejak kelas berakhir. “Gue ke kelas mereka dulu” Renjun berdiri, disusul jaemin “gue juga ikut!!” Tidak mau ketinggalan.
Sesampainya mereka di fighting class, manik mata renjun langsung menangkap haechan di pangkuan seseorang. Tanpa babibu renjun bergegas menuju tempat haechan.
“Turunin, biar gue yang tanganin haechan.” Renjun berucap dingin tanpa ekspresi. “Gak perlu, gue bisa, kasitau gue dimana uksnya” Jawab mark santai tapi penuh penekanan. “Gue bilang turunin.” renjun menekankan setiap kata yang ia ucapkan, mengeluarkan wolf voicenya.
“he will get off my dick when i say so.” mark berkata dengan suara dominannya.
Jaemin yang mendengar hal itu sadar bahaya, “jun udah, biarin aja haechan dibawa dia. He will not harm him, i promise.” Kata jaemin. “Gue gabisa biarin orang lain nyentuh haechan yang lagi lemah, jaem.” Kata renjun masih menatap mark dengan tatapan ingin membunuh.
Haechan yang sembari tadi mendengar bising pun membuka matanya, menangkap renjun ada di depannya ia berkata “jun, gendong”, ucap haechan masih setengah sadar. renjun yang mendengar itupun bergegas menggendong haechan ala koala dan membawanya ke uks. Sebelum pergi renjun mengeluarkan smirk kemenangan pada mark. Melihat itu, mark hanya bisa menggenggam tangannya keras dan mengeraskan rahangnya.