Mediastinum

Fighting Class

“Cape banget gue hari ini, mana fighting class lagi hari ini” Haechan mengeluh berjalan menuju kelasnya. “Ntar kalo lo di panggil battle biar gue aja yang maju” Jisung menambahkan. “Gausah gue bisa” Timpal haechan

Sesampainya di kelas, mereka mengambil tempat duduk di samping arena. Fighting class memiliki arena di tengah tengah kelas, terlihat seperti stadion bola tapi yang mereka saksikan adalah unjuk kekuatan.

“Selamat datang di fighting class” suara pak wonho terdengar dari mikrofon diikuti dengan soraian para mahasiswa yang penuh gairah ingin melihat duel yang akan terjadi. “Sebelum memulai kelas pada hari ini, saya ingin kalian mengenal murid baru di kelas ini, silahkan kalian bertiga perkenalkan diri kalian.”

“Nama saya jeno, faksi fighter, senang bergabung dengan kalian” Jeno berkata dengan ekspresi datar, sembari tadi dia tidak menemukan kehadiran lelaki kelinci yang dari kemaren ia perhatikan. Sedangkan lelaki kelinci itu? Ia sedang berada di defense class bersama renjun.

“Perkenalkan nama saya chenle, kalian bisa panggil saya lele! Saya faksi spieler. Senang bertemu dengan kalian semua!!” Chenle memperkenalkan diri dengan antusias. Jisung yang sendari tadi tidak tertarik dengan orang dibawah dan memainkan hpnya akhirnya mengangkat wajahnya, tersenyum, entah apa maksudnya.

“Saya mark, faksi fighter, saya harap kita dapat bekerja sama dengan baik kedepannya” Ucap mark, manik matanya sendari tadi tidak lepas dari haechan. Haechan yang ditatap seperti itu, membuang muka tak ingin berurusan dengan pria yang sendari tadi menatapnya.

“Baiklah, mari kita mulai fighting class hari ini” suara pak wonho bergema.


Mark, jeno, chenle mencari tempat duduk dan kebetulan di samping jisung ada 3 tempat duduk kosong. “Hai gue chenle, salam kenal!” Sapa chenle pada orang di sebelahnya, mengulurkan tangannya. “Gue jisung, salam kenal!” Jisung menyambut tangan chenle. Merasa tangannya tak kunjung dilepas chenle menarik tangannya. “Eh sori, by the way faksi kita sama, spieler.” Chenle sumringah “Oh ya, kalo gitu mohon bantuannya!” Jisung tersenyum, this is gonna be fun batinnya.

Mark yang sendari tadi duduk di sebelah chenle, masih dengan mata yang melekat pada haechan. Mark bisa melihat peluh yang terjatuh di muka haechan, ia terlihat pucat. Mark ingin menanyakan kondisinya tapi ia urungkan karena suara pak wonho yang kembali bergema.

“Anak-anak apakah kalian siap!” soraian terdengar menggema di kelas ini, “werewolf yang akan bertarung pada hari ini mari kita sambut Doyoung!!” riuh sorakan yang dikeluarkan, “dan selanjutnya kita sambut Haechan!” sorakan tak kalah riuh mendukung haechan pun bergema di kelas.

Haechan yang sembari tadi merasakan pusing dikepalanya terkejut mendengar hal itu, jisung yang melihat itu bertanya “mau gue aja yang turun chan?”, haechan berdiri “ga usah, gue bisa. Gue gak selemah itu” Ucap haechan sambil berjalan turun ke tengah arena.


“Dan pertarungan kali ini dimenangkan oleh... HAECHAN!!!”

“Sudah gue duga pasti haechan menang”, “menang taruhan lagi gue!”, “haechan keliatan pucet gak si” begitu kira kira suara bisikan orang orang saat melihat haechan memenangkan pertandingan.

Haechan kembali ke tempat duduknya, tepat di depan mark tiba tiba ia linglung dan jatuh ke pangkuan mark. Mark dengan sigap menempatkan tangannya pada pinggang haechan, agar ia tidak terjatuh.

Disampingnya jisung terlihat panik “CHAN!?” Ia menghampiri mark, belum sempat tangannya meraih haechan, mark mengeraskan rahangnya sembari menatap jisung sangar. Jisung yang melihat itu pun tidak dapat berkutik.

Di sisi lain, renjun dan jaemin yang sendari tadi menunggu jisung dan haechan di kantin pun bingung, kenapa mereka tidak kunjung datang. Sudah lewat setengah jam sejak kelas berakhir. “Gue ke kelas mereka dulu” Renjun berdiri, disusul jaemin “gue juga ikut!!” Tidak mau ketinggalan.


Sesampainya mereka di fighting class, manik mata renjun langsung menangkap haechan di pangkuan seseorang. Tanpa babibu renjun bergegas menuju tempat haechan.

“Turunin, biar gue yang tanganin haechan.” Renjun berucap dingin tanpa ekspresi. “Gak perlu, gue bisa, kasitau gue dimana uksnya” Jawab mark santai tapi penuh penekanan. “Gue bilang turunin.” renjun menekankan setiap kata yang ia ucapkan, mengeluarkan wolf voicenya.

“he will get off my dick when i say so.” mark berkata dengan suara dominannya.

Jaemin yang mendengar hal itu sadar bahaya, “jun udah, biarin aja haechan dibawa dia. He will not harm him, i promise.” Kata jaemin. “Gue gabisa biarin orang lain nyentuh haechan yang lagi lemah, jaem.” Kata renjun masih menatap mark dengan tatapan ingin membunuh.

Haechan yang sembari tadi mendengar bising pun membuka matanya, menangkap renjun ada di depannya ia berkata “jun, gendong”, ucap haechan masih setengah sadar. renjun yang mendengar itupun bergegas menggendong haechan ala koala dan membawanya ke uks. Sebelum pergi renjun mengeluarkan smirk kemenangan pada mark. Melihat itu, mark hanya bisa menggenggam tangannya keras dan mengeraskan rahangnya.

“Chan yok!” Jaemin berkata, antusias ingin melihat mahasiswa baru. “YUK!” kata haechan tak kala antusiasnya.


“Di ruang rektor kan ya?” Kata jaemin, “iya, kita gausa deket-deket. Dari jauh aja” perasaan gue ko gaenak ya batin haechan.

Setelah menunggu tidak terlalu lama, ketiga pria yang tadinya berada di ruang rektor akhirnya keluar. Haechan menyipitkan mata untuk mendapatkan visi yang lebih jelas.

“Bener kata jisung, ganteng ganteng” Bisik Jaemin sambil menerawang lebih jelas. “SHIT!” haechan terlonjak, “HAH apaan si chan kaget gue” Kata jaemin sambil mengelus dada. Karena teriakan haechan, ketiga laki-laki tadi menoleh ke arahnya dan jaemin. Tak ingin lama lama, haechan menarik lengan jaemin untuk pergi dari sana. “Apa apaan si chan??” Kata jaemin. “Udah, ikut aja nanti gue jelasin!!”

Belum sempat mengambil jurus seribu langkah andalannya, suara dari rektor terdengar “Haechan!!” shit “i-iya pak?” Kata haechan, gugup, masih memegang tangan jaemin. “Kemari sebentar”.

Dengan langkah yang terasa berat, ia menuju depan pintu ruang rektor. “Iya pak, ada yang bisa saya bantu?” Kata haechan. “Kebetulan sekali kamu ada disini, oh dan nak jaemin.” Jaemin terlihat kikuk disebelah haechan, malu, karena sendari tadi pria dengan muka yang mirip anjing samoyed ini terus menatapnya lekat. “Tolong antarkan mereka keliling kampus ya” Haechan kaget “tapi pak, saya ada kelas siang ini” Ngeles haechan. “Gapapa tenang aja, bolos sekali tidak apa-apa. Kamu kan pintar” Sang rektor mengeluarkan wink andalannya.

Menghela nafas, “iya pak” Haechan dengan berat hati mengiyakan permintaan rektor tersebut. “Ayo ikuti saya” Kata haechan untuk ketiga pria yang sendari tadi mendengarkan disampingnya. Haechan tidak bodoh, dari tadi ia dapat merasakan tatapan tajam di sebelahnya. Dan ia tau itu berasal dari siapa kalo bisa bolong sudah bolong dah kepala gue ditatapin begitu batinnya.


“Oke segitu saja tur kampus yang saya berikan, kalau gitu saya pamit undur diri.” Sengaja menekankan kata tur, haechan yang baru saja ingin balik badan dan pergi ke kelasnya merasakan tangannya ditahan oleh seseorang. “Iya ada apa ya?” Kata haechan.

“Kita belum kenalan, boleh kenalan dulu?” Kata laki laki yang sendari tadi terus menatap lekat haechan. “Saya rasa tidak perlu, karena kita tidak akan memiliki urusan lagi. Kalau gitu saya permisi” Tidak melepaskan genggamannya laki-laki itu berkata “gue mark, mark bagaskara. Ingat nama gue, karena mulai sekarang, lo sama gue bakal sering terlibat” Mark mengeluarkan smirknya.

Haechan yang mendengarnya tiba tiba merinding. Melepaskan tangannya dengan kasar, ia langsung pergi dari sana tanpa sepatah katapun.

Jaemin? Dia dari tadi sudah pergi karena ada urusan dengan kelasnya.


Hai, byol's here. Seperti yang aku pernah bilang, cerita ini bukan cerita alpha beta omega biasa. Disini aku ga pake hierarki itu.

Disini, setiap werewolf sama, mereka bisa shift ke werewolfnya, tapi mereka tetap mereka. Contohnya kalau misalnya haechan shift ke wolf nya, dia tetap haechan. Ga ada perubahan seperti wolfnya itu punya pemikiran sendiri.

Disini, yang membedakan adalah mereka dibagi menjadi 4 faksi. Werewolf dalam cerita ini akan presenting kedalam salah satu dari 4 faksi ini, umumnya mereka akan presenting di umur 7-10 tahun.

Berikut 4 faksi tersebut:

  1. Fighter

Werewolf yang presenting sebagai fighter semuanya memiliki kekuatan diatas rata-rata, bisa dibilang sangat kuat dibandingkan faksi-faksi lainnya. Walaupun ada werewolf di faksi ini yang tidak memiliki badan besar, mereka tetap memiliki kekuatan yang sama. Karena mereka seorang fighter.

  1. Spieler

Werewolf yang presenting sebagai spieler umumnya memiliki badan yang lincah dan gamoang mengecoh lawan. werewolf dalam faksi ini adalah pengecoh yang handal, mereka memiliki otak yang cerdik sehinggah mereka dapat dengan mudah memanipulasi atau memanfaatkan lawannya. Walaupun tidak sekuat fighter, spieler tetap memiliki kekuatan melebihi un-factioned

  1. Defender

Seperti namanya “defender” Atau pelindung, werewolf yang presenting sebagai defender memiliki kekuatan magis untuk membuat benteng. Benteng yang dikeluarkan umumnya hanya bisa melindungi 2-3 werewolf saja. Tetapi benteng yang diciptakan sangat kokoh. Bahkan, benteng yang dibuat oleh defender akan sangat susah ditembus oleh fighter.

  1. Healer

Sama seperti namanya healer adalah werewolf penyembuh. Werewolf yang presenting sebagai healer umumnya memiliki kekuatan menyembuhkan. Mereka dapat meregenerasikan bagian tubuh yang patah atau “hilang”. Dan, bahkan, healer dapat menciptakan kembali “tiruan” organ tubuh yang “rusak”. “Tiruan” Tersebut juga akan berfungsi layaknya bagian tubuh asli.

Di sisi lain, bagi werewolf yang tidak presenting sebagai salah satu dari ke empat faksi diatas dinamakan Un-factioned. Mereka seperti manusia biasa, tetapi mereka tetap bisa shift ke werewolf mereka.

Dalam cerita ini, werewolf dan manusia hidup sama-sama. Tetapi dibedakan sekolahnya, werewolf sekolah di tempat werewolf, begitupun sebaliknya manusia.

Sedangkan vampir?

Mereka tinggal di dunia mereka sendiri, ada perbatasan antara dunia manusia-werewolf dan vampir.

Kekuatan apa yang vampir punya?

Kita liat sesuai dengan jalan cerita ya!!


OKEEE segitu aja penjelasan dari byol.

Oiya byol mau tau, kalian tau ga jaemin, jisung, haechan masuk ke faksin apa?

Kalo renjun kan udah aku kasitau, renjun adalah fighter.

Gampang bangett lo kalo kalian baca deskripsi karakter di awal.

Yang bener aku kasi bonus entar BWHAHAHAHAHA

Hdjsjdjsbsnjd

#Two

Rumah haechan

“Hehh lo kalah jangan lari lo!!” Jisung berkata mengejar haechan dengan bedak di genggamannya.

“Aduhh.. Udahan yok udahan mainnya, udah jam 2 nii besok juga kita masi ngampus kan” Jaemin berkata sambil membereskan kartu uno yang tadi mereka mainkan.

“Iya udahan ayo tidur, gue juga ngantuk banget. Chan gue tidur bareng lo ya, biar jaemin sama jisung” Tanpa menunggu persetujuan haechan, renjun langsung nyelonong ke lantai 2 tempat kamar haechan berada.

“Junn gue mau sama jaemin, junn JUNN WOOOIII!!” Sia-sia teriakan haechan, renjun tetap berjalan ke arah kamarnya.

“Yaudah gih udah malam juga gausa debat, gue tidur dulu yaa. Malam chan. Jisung ayo” Jaemin berjalan menuju kamarnya. “Malam chan.” Kata jisung menyusul jaemin.


Kamar haechan

Jam sudah menunjukkan pukul 02.45 pagi, tapi haechan masih setia menatap langit langit kamarnya. Menoleh ke sebelah kanannya, renjun sudah tertidur pulas, inimah kalo njun udah tidur gini, ada bom pun ga bangun dia timpanya dalam hati.

Ia masih terbayang akan mimpinya, gue bakal mimpiin itu lagi gak ya?. larut dalam lamunannya sendiri, kantuk pun akhirnya datang, ia pun akhirnya terlelap.


Rumah mark

Pulang dengan pakaian masih rapi dengan sedikit bercak wine dan pusing dikepalanya, gila gue minum banyak banget hari ini.

Iya, walaupun mark sering pergi ke klub malam, tak pernah sekalipun mark menyentuh tubuh pria atau wanita lain. Ia masih setia menunggu donghyuck. Paling-paling, mark hanya minum sampai mampus.

Sesampainya di kamar, tak kuasa menahan kepalanya yang semakin berputar, tanpa mengganti baju ia terlelap di kasurnya.


Alam mimpi

Haechan POV

Gue ada dimana ini? katanya dalam hati. ya, haechan sedang bermimpi. Sekarang dihadapannya ia melihat hamparan rumput yang sangat hijau, pepohonan yang rindang, beberapa bunga dandelion. Biasanya jika bermimpi seperti ini, haechan akan menikmatinya. Ia sangat suka pemandangan seperti ini. Tapi, ini terasa terlalu nyata. Ia takut.

Berjalan kedepan tanpa tau arah, haechan melihat sosok bayangan hitam. siapa? pikirnya. Terus berjalan ke arah bayangan itu, ia sadar bahwa sosok itu juga berjalan mendekat ke arahnya.

Ketika matanya mulai bisa memandang dengan jelas siapa sosok bayangan itu, tanpa sadar ia berucap “Mark?”

haechan pov end


Mark POV

Mark masih berjalan lurus di hamparan rumput yang ia tak tahu akan berakhir kemana. Setelah beberapa saat berjalan, manik matanya menangkap sosok yang juga berjalan ke arahnya. siapa? batinnya.

Setelah akhirnya matanya bisa melihat dengan jelas sosok di depannya, “donghyuck?” terkejut, tak percaya akan apa yang dia lihat.

Mark berjalan mendekati haechan. Tapi, haechan berjalan mundur. Mark tidak berhenti disana, ia tetap maju dan menarik tangan haechan.

“Donghyuk? Kamu donghyuck kan?” Membawa haechan ke dalam dekapan nya.

“G-gue bukan donghyuk, gue haechan!!” Pekik haechan, terkejut tiba-tiba dipeluk oleh orang yang tidak dia kenal. Mark melepas pelukan mereka.

“Donghyuck? Kamu ga ingat aku?” Mark bertanya, sedangkan haechan masih mencoba melepaskan genggaman mark dari lengannya. kuat banget, ini dia batu atau apa batin haechan.

“Sekali lagi gue bilang, gue haechan, Haechan Chantrea, bukan donghyuck. Dan tolong lepasin genggaman lo di lengan gue!!” Haechan berkata dengan suara yang meninggi.

“Kamu donghyuck, kamu pasti donghyuck. Jadi selama ini mimpi itu emang penanda, kamu udah hadir lagi di dunia ini.” Mark tak kuasa menahan genangan air mata yang sebentar lagi turun, haechan yang melihat itu merasakan sakit di dadanya. Tetapi, ia tetap kekeh. Ia bukan donghyuck, ia haechan.

“Untuk terakhir kalinya gue bilang, gue haechan, haechan chantrea. Gue bukan donghyuck, berhenti sama samain gue sama orang yang bahkan gue gak kenal!” Setelah haechan berkata seperti itu, matanya tiba tiba berubah menjadi kuning ke-emasan. Tanda bahwa werewolfnya mau keluar.

Terkejut melihat hal itu tetapi tetap tidak melepaskan genggaman nya pada lengan haechan, “kamu werewolf?”

Mark pov end


kamar haechan

Bangun dengan peluh di wajahnya dan nafas yang memburu, haechan terduduk di kasurnya. Renjun yang baru saja keluar dari kamar mandi bergegas berjalan ke arahnya.

“CHAN! lo kenapa?” Sambil memegang pundak haechan, menenangkan.

“Jun, gue ketemu orang itu, orang yang sama di mimpi gue yang berulang itu” Kata haechan sembari mengatur nafasnya.

Renjun yang mendengar itu membawa haechan kedalam dekapannya. “Shh, gapapa. Tarik nafas dalam-dalam pelan pelan, gapapa chan. Gue disini, lo gapapa.”

Haechan memejamkan matanya di dekapan renjun dan berkata “Jun, dia vampir.” Renjun terkejut, tapi ia tetap bersikap tenang, ia tak mau haechan tambah panik. “Gapapa chan, it's just a dream. Gue bakal selalu lindungin lo.”


Note : kenapa haechan tau mark vampire? Karena dari awal netranya bisa menangkap bayangan mark dengan jelas, mata mark berwarna merah darah. Makanya pas mark jalan mendekati haechan, dia mundur dan mau lari.

#one

“Ya, sekian materi di mata kuliah saya hari ini. Kalian boleh istirahat.”

Serentak dengan kata pak jinyoung haechan tidak membuang waktunya sedikitpun dan keluar kelas. Di ikuti oleh jisung dan renjun.

“if you guys asking why jisung is in the same class with haechan, renjun, jaemin. That's because dia pintar and masuk kelas akselerasi.”

Jaemin, on the other hand. Gak ikut mereka karena ada tugas yang mau dia tanyakan ke pak jinyoung.

“Bosen banget gue sumpah, apa bolos aja gue ya kelas kedua.” Haechan berkata sambil terus berjalan menuju kantin.

“Iyadeh yang kampus ini punya-nya. Enak banget bolos gue mah juga mau.” Jisung menjawab

“Punya bapak gue, bukan punya gue.” Haechan menegaskan, tidak suka jika dibilang bahwa kampus ini punya-nya.

“Lo jangan macem-macem deh chan, gue takut bokap lo denger kalo lo bolos.” Renjun menimpali.

“Mau apa emang dia? Mukulin sampe gue sekarat lagi? Ato mau nyuruh gue minum wolfsbane potion lagi?” Haechan menjawab.

“Gue ga bakal biarin itu terjadi chan.” Kata renjun.

“Gue tau, jun.”


Sesampainya di kantin, renjun dan jisung pergi membeli makanan sedangkan haechan mencari tempat duduk.

bruk

Ia menabrak seseorang, orang itu terjatuh dan sedang mencoba berdiri di lantai. Sedangkan haechan hanya memandanginya. Setelah orang itu berdiri dan mendongkak. Sekejap tangannya dingin dan badannya mulia bergetar.

“Nama lo?” Kata haechan

“S-sunoo” Suaranya bergetar, tau bahwa dia dalam masalah.

“Lo murid baru kan? Gue ga pernah liat lo. Lo tau siapa gue?” Kata haechan.

“K-kak haechan” Jawab sunoo, masih bergetar.

“Okay then, wanna play a game?” Manik mata haechan yang tadinya hitam menjadi kuning emas seketika, berkilauan karena dirasa ini akan menyenangkan.

tbc

#Prologue

“Please don't leave me..”

His hands tremble as he touch the younger cheek.

“Please.. I'm begging you, please.. I can't live without you, hyuck”

As the younger breath of live begin to vanish, the younger took the older crying face and wipe his tears. And he says..

“Jangan nangis, hidup ya? Terus jalanin hidup kamu walaupun tanpa aku di sisi kamu. Suatu hari nanti, aku gapeduli if it's God or The Devil. Aku berharap mereka bisa menaruh kasian sedikit saja padaku dan kamu, Pada kita. Dan, aku harap di masa depan nanti kita akan bertemu lagi.”

The older's body begin to tremble, he hug the younger body, can't seems to let him go.

“Please.. Donghyuck ah.. Please..”

In the end the younger can't hold any more longer, his consciousness begin to dissapear.

“Wait for me.. Mark.”


Haechan bangun dengan dengungan di kepalanya. Entah mengapa pagi ini terasa sangat berat. mimpi apa itu? Siapa orang itu? Mark? Siapa mark? Kenapa aku menyebut namanya di mimpiku? Dan kenapa aku merasakan kerinduan yang tak beralasan kepadanya? terus berputar di kepalanya. Mimpi ini sudah datang untuk yang ketiga kalinya sejak menginjak usia 20 tahun.

toktoktoktok

Gedoran di pintu kamarnya menyadarkannya.

“Aduhhh, siapaa!!?” Teriaknya dari dalam kamar.

“Bangunnn, buka pintunya atau gue dobrak?” Sosok dibalik pintu menjawab.

“Iya-iya bentar, baru juga bangun gue astaga.” Haechan beranjak dari kasurnya dan membuka pintu.

“Lo gabisa ya sehari aja gausah ribetin gue kenapa si? Heran deh..”

“Ya lo kalo ga dibangunin kaga bakal masuk kampus chan..” Renjun menjawab sembari duduk di meja rias haechan. “Mandi cepet deh udah jam berapa ini. Gue tunggu.”

“Gaperlu lo tunggu gue juga bisa sendiri ke kampus ko.” Haechan mendecak kesal tetapi tetap menuruti apa kata renjun. Sedangkan renjun? Sudah terbiasa dengan sikap haechan, dia menunggu haechan sembari bermain hp.

tbc